Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENGERTIAN DAN SEJARAH ASWAJA


Semester 2 / Fakultas Agama Islam / PAI B10
Dosen pengampu : Nur Rois, M. Pd. I.

Di susun oleh :
Fitka Restu Malahayati (20106011271)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2021
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN............................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Aswaja.................................................................................................................3
2.2 Sejarah Aswaja......................................................................................................................4
BAB III.................................................................................................................................................5
PENUTUP........................................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................5
3.2 Saran.......................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................6

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era zaman akhir ini bermunculan Aliran-aliran yang beraneka ragam corak dan
warnanya. Dimana masing-masing aliran mengklaim bahwa golongan merekalah yang paling
benar. Memang hal ini sudah disabdakan oleh Baginda Rosululloh SAW,bahwa umatnya
nanti akan terpecah menjadi 73 golongan. Dan hanya satu yang selamat dan akan masuk
syurga. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui ciri-ciri golongan yang di
janjikan Rosulullah. Agar kita selamat. Atas dasar inilah, saya akan membahas tentang
golongan yang setia pada Rosulnya dan sahabatnya yang kita kenal dengan golongan
ASWAJA.
Ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah adalah ajaran atau faham keagamaan yang digali
langsung dari sumber-sumber ajaran Islam. Karena itu harus diyakini kebenarannya,
dijadikan sebagai landasan berfikir, bersikap dan bertindak bagi umat Islam yang tercermin
dlam tingkah laku keseharian dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam hubungan dengan
Allah SWT maupun hubungan dengan sesama manusia, serta hubungan dengan semesta
alam. Dengan demikian diperlukan upaya untuk menjaga kemurnian ajaran Islam
Ahlussunnah wal Jamaah ditengah-tengah keadaan dan perkembangan kehidupan, kapanpun
dimanapun dan dalam keadaan apapun.
Paham Ahlussunnah wal Jamaah yang berkembang di Indonesia sejak masa permulaan
dan sampai sekarang tetap diikuti oleh mayoritas umat Islam . Para ulama dan tokoh
Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia sejak dulu sampai sekarang memiliki semangat yang
tinggi dalam mengajarkan dan mendakwahkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah melalui
berbagai bentuk kegiatan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan, melestarikan,
meneguhkan dan mengembangkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) ?
Bagaimana sejarah munculnya Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja)
Untuk mengetahui sejarah munculnya Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja)

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aswaja
Ahlusunnah wal- Jama’ah (ASWAJA) terdiri dari tiga kata, ahlu, sunnah, dan jama’ah.
Ahlu bermakna golongan. Sedangkan as-sunnah ialah segala sesuatu yang dinukil dari Nabi
SAW, Secara khusus dan tidak terdapat dalam al-Qur’an, tapi dinyatakan oleh Nabi. Jadi,
beliau sekaligus merupakan penjelasan isi al-Qur’an. Kemudian al-Jama’ah adalah golongan
yang mengikuti Rasulullah SAW dan para sahabanya. maksudnya adalah jama’ah sahabat-
sahabat Nabi Ahlussunnah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten semua jejak-
langkah yang berasal dari Nabi Muhammad SAW dan membelanya.
Dari definisi di atas jelas, bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah itu tidak hanya terdiri dari
satu kelompok aliran, tapi ada beberapa sub-aliran, ada beberapa faksi di dalamnya. Dalam
kajian ilmu kalam, istilah Ahlussunnah wal Jama’ah ini sudah banyak dipakai sejak masa
sahabat, sampai generasi-generasi berikutnya. Sumber dari istilah tersebut oleh sebagian
banyak para ahli diambil dari hadits Nabi SAW. Yang menerangkan akan terpecahnya umat
Islam menjadi 73 golongan, antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan At-
Turmudzi. yang artinya :
“ Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 agama. Dan umatku akan terpecah menjadi
73 golongan, semuanya akan binasa, kecuali satu. Para sahabat Nabi bertanya : Siapakah
yang satu itu wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab : Yaitu orang-orang yang berpegang
teguh pada i’tiqadku dan yang berpegang teguh pada i’tiqad yang dipegangi oleh sahabat-
sahabatku”
2.2 Sejarah Aswaja
Ketika Rasulullah SAW wafat, maka terjadilah kesalahpahaman antara golongan
Muhajirin dan anshar, siapa yang selanjutnya menjadi pemimpin kaum muslimin. Para
sahabat melihat hal ini akan menimbulkan perselisihan antara kaum Muhajirin dan anshar.
Setelah masing-masing mengajukan delegasi untuk menentukan siapa khalifah pengganti
Rasulullah. Akhirnya disepakati oleh kaum muslimin untuk mengangkat Abu bakar sebagai
khalifah.
Pada masa itu mulai terlihat adanya perpecahan antar umat islam yang berlanjut hingga
masa kepemimpinan khulafa’ berakhir yang kemudian dilanjutkan oleh para kholifah dari
berbagai dinasti dan sampailah pada dinasti dimana imam-imam madzhab aliran-aliran
muncul.
Menurut sebagian sejarawan, istilah Ahlussunnah wal-Jama’ah itu digunakan sejak abad
III H. mereka menyebutkan satu bukti yang ditemukan pada lembaran surat Al-Ma’mun
(khalifah dinasti Abbasiyah ke-6). Di sana, tercantum kata-kata, “wa nassaba nafsahum ilaa
as-Sunnah (mereka menisbatkan diri pada sunnah). Abad ini adalah periode tabi’in dan para
imam-imam mujtahid, di kala pemikiran-pemikiran bid’ah sudah mulai menjalar terutama
bid’ah dari kaum mu’tazilah. Sejarah mengatakan bahwa khalifah al-Ma’mun merupakan
khalifah yang mengambil mu’tazilah sebagai akidah resmi negara kemudian memaksakan
doktrin-doktrin Mu’tazilah kepada kaum muslimin.

3
Munculnya istilah Ahlusunnah wal-Jamaah merupakan perwujudan dari sabda Rasulullah
SAW “Selalu segolongan dari umatku mendapatkan pertolongan” (H.R. Ibnu Majah). Untuk
orang-orang inilah, istilah ahlusunnah wal-jama’ah ditujukan. Dengan kata lain, ahlu sunnah
wal-jama’ah adalah orang-orang yang berpegang teguh sunnah Rasulullah SAW dan ajaran
para sahabat, baik dalam masalah akidah, ibadah, maupun etika batiniah (tasawuf).
Aliran Ahlu sunnah wal Jama’ah tak lepas dari para pendirinya yaitu Imam Abu Hasan
Al-asy’ari dan juga imam Abu Mansur Al-Maturidi. Saat kondisi perpolitikan Abbasiyah
tengah tergoncang dan akidah pada masa itu semakin kabur dengan paham-paham baru yang
muncul, lahirlah Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Kelahirannya saat Abbasiyah berada pada
kepemimpinan Al- Mu’tamid ‘ala Allah.
Bersama dengan imam Al-Maturidi, Imam al-Asy’ari berjuangan keras mempertahankan
sunnah dari lawan-lawannya. Mereka bagaikan saudara kembar. Dari gerakan-gerakan al-
Maturidi muncul karya-karya yang memperkuat madzhabnya, seperti kitab Al-Aqaid an-
Nasafiyah karya Najmudin an-Nasafi, sebagaimana muncul dari al-Asy’ari beberapa karya
yang memperkokoh madzhabnya seperti as-Sanusiyah dan al-Jauharoh.
Akidah yang dibawakan oleh imam Asy’ari menyebar luas pada zaman Wazir Nizhamul
Muluk pada dinasti bani Saljuk dan seolah menjadi aqidah resmi negara. Paham As’ariyah
semakin berkembang lagi pada masa keemasan Madrasah An-Nizhamiyah yang di Baghdad
adalah Universitas terbesar di dunia. Didukung oleh para petinggi negeri itu seperti al-Mahdi
bin tumirat dan Nurudin Mahmud Zanki serta sultan Salahudin al-Ayyubi. Juga didukung
oleh sejumlah besar Ulama, terutama para imam madzhab. Sehingga wajar sekali kalau
akidah asy’ariyah adalah akidah terbesar di dunia.
Begitupun dengan al-Maturidi, aliran ini telah meninggalkan pengaruh dalam dunia islam.
Hal ini bisa dipahami karena manhajnya yang memiliki ciri mengambil sikap tengah antara
akal dan dalil naqli, pandangannya yang bersifat universal dalam menghubungkan masalah
yang siifatnya juz’I ke sesuatu yang kulliy. Selanjutnya para pengikut keduanya lah yang
melanjutkan dan menyebarkan aliran-aliran beliau dengan membukukan kitab-kitab maupun
yang lainnya.

4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ahlusunnah wal- Jama’ah (ASWAJA) terdiri dari tiga kata, ahlu, sunnah, dan jama’ah.
Ahlu bermakna golongan. Sedangkan as-sunnah ialah segala sesuatu yang dinukil dari Nabi
SAW, Secara khusus dan tidak terdapat dalam al-Qur’an, tapi dinyatakan oleh Nabi. Jadi,
beliau sekaligus merupakan penjelasan isi al-Qur’an. Kemudian al-Jama’ah adalah golongan
yang mengikuti Rasulullah SAW dan para sahabanya. maksudnya adalah jama’ah sahabat-
sahabat Nabi Ahlussunnah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten semua jejak-
langkah yang berasal dari Nabi Muhammad SAW dan membelanya.
Sepeninggal Rasulullah SAW. agama Islam tersebar luas ke luar Jazirah Arab. Bangsa-
bangsa yang semula telah memiliki agama dan keyakinan tertentu kemudian masuk Islam. Di
antara mereka terdapat kelompok yang berkeinginan memasukkan ajaran dan keyakinan
mereka kedalam ajaran Islam. Akibatnya, muncul aliran-aliran sesat yang mengancam
kemurnian ajaran Islam.Semula aliran-aliran itu muncul karena perselisihan politik yang
terjadi pada akhir pemerintahan khalifah Usman bin ‘Affan. Perselisihan politik ini berlanjut
pada masa pemerintahan khalifah ‘Ali bin Abi Thalib. Dalam keadaan yang demikian,
muncullah seorang ulama besar bernama Abul Hasan Al-Asy’ari. Semula beliau mengikuti
aliran Mu’tazilah karena beliau murid Al-Jubai, seorang tokoh Mu’tazilah. Akan tetapi,
setelah membandingkan ajaran-ajaran Mu’tazilah dengan nash-nash Al-Qur’an dan Al-
Hadits, Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkesimpulan bahwa ajaran-ajaran Mu’tazilah telah
menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.Oleh karena itu, beliau menyatakan diri
keluar dari golongan Mu’tazilah dan merumuskan akidah Islamiyah sesuai Al-Qur’an dan Al-
Hadits serta ajaran yang dikembangkan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’it. Ajaran inilah yang
disebut dengan “Ahlussunnah Wal Jama’ah”.
3.2 Saran
Hendaknya sebagai muslim yang beriman selalu mengikuti apa yang diajarkan oleh
Rasululloh dan tidak mengubah apa yang pernah diajarkannya, karena itu akan
mengakibatkan pertikaian antar golongan. Dan dengan selesainya penulisan makalah ini
menyadarkan bahawa masih jauh dari kata sempurna. Maka penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar kedepannya lebih focus dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung
jawabkan. 

5
DAFTAR PUSTAKA

Sirajuddin ‘Abbas, I’tiqad Ahlusunnah Wal-Jama’ah, Jakarta : Pustaka Tarbiyah, 1983.


Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien, Aliran-aliran Teologi Islam, Jawa Timur : Purna Siswa
Aliyah, 2008.
Imam Baehaqi, Kontroversi Aswaja, Yogyakarta:Gambiran UHV,2000.
Ali Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna Baru, 2003.
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung:CV Pustaka Setia,2007.

Anda mungkin juga menyukai