Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AHL SUNNAH WAL JAMA’AH (ASY’ARIYAH)


MATA KULIAH ILMU KALAM

Dosen Pengampu :
Dra. Halimah, S.M, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 7 :


Muhammad Amin Husaini (11200340000031)
Zahra Lita Kusumawardhani (11200340000033)
Anisatul Maliha Fitria (11200340000161)

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman,
dan Islam kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada
nabi Allah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah ke
zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Alhamdulillah atas izin Allah SWT, kami kelompok 7 dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul "Ahl Sunnah Wal Jama’ah (Asy’ariyah)", sebagai tugas
Kelompok dari mata kuliah Ilmu Kalam tepat pada waktunya.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pengajar Mata Kuliah Ilmu Kalam, Bu Dra. Halimah, S.M, M.Ag. yang telah
banyak memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada kami. Tak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang kami
banggakan, yang turut memberikan dukungan dan kesempatan kepada kami untuk
menyusun makalah ini.
Sekiranya makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran dari dosen serta
teman-teman sekalian sangat bermanfaat untuk kami, sehingga kami dapat
mengevaluasi kesalahan-kesalahan kami serta menjadi pembelajaran untuk kami
agar menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penyusun

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 4

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 4

C. TUJUAN ...................................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 5

A. PENGERTIAN AHLUS SUNNAH WA AL JAMA’AH............................ 5

B. SEJARAH MUNCUL DAN PERKEMBANGANNYA ............................. 6

C. TOKOH-TOKOH ASY’ARIYAH .............................................................. 8

D. POKOK-POKOK AJARANNYA ............................................................... 8

BAB III : PENUTUP ............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asy`ariyah adalah sebuah paham akidah yang dinisbatkan kepada Abul
Hasan al-Asy`ariyyang masih cucunya (keturunan)dari seorang sahabat Rasulullah
SAW, Abi Musa al-Asy’ari,yang dijadikan utusan perdamaian dalam peperangan
antara Saiyidana Ali dengan Muawiyah pada peristiwa tahkim[1].Kelompok
Asy’ariyah menisbatkan pada namanya sehingga dengan demikian ia menjadi
pendiri madzhab Asy’ariyah.
Kita sekalian sebagai muslim mayoritas di negeri ini dan notabene
perpaham Ahlussunnah wal Jama’ah, sudah sewajarnya berdiri digaris terdepan
untuk membangun negeri tercinta. Dan satu sumber api semangat yang tak boleh
dilupakan ialah kemantapan akidah di dada kita. Selanjutnya, satu upaya rasional
guna memantapkan akidah itu ialah mendalami pemikiran kalam yang telah
dicetuskan oleh para pendiri aliran kalam Ahlussunnah wal Jama’ah itu sendiri serta
dikembangsebarkan oleh para tokoh dan ulama hingga dewasa ini. Dan pada
makalah ini, kami sebagai pemakalah akan membahas tentang pokok-pokok
pemikiran yang ada dalam aliran Asy’ariyah dan tanggapannya terhadap ajaran-
ajaran yang lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pegertian Ahlussunnah Wa al Jama’ah.
2. Sejarah muncul dan perkembangannya.
3. Tokoh-tokohnya dan Pokok-pokok ajarannya.

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pegertian Ahlussunnah Wa al Jama’ah .
2. Untuk Mengetahui Sejarah muncul dan perkembangannya.
3. Untuk Mengetahui Tokoh-tokoh dan pokok ajarannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AHLUS SUNNAH WA AL JAMA’AH
Ahlussunnah wal jama’ah merupakan salah satu dari beberapa aliran kalam.
Adapun ungkapan Ahl al-sunnah (sering disebut dengan sunni) dapat dibedakan
menjadi dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum
adalah lawan kelompok syi’ah. Dalam pengertian ini, mu’tazilah sebagaimana
asy’ariyah masuk dalam barisan sunni. Sementara sunni dalam pengertian khusus
adalah madzab yang berada dalam barisan asy’ariyah dan merupakan lawan dari
mu’tazilah. Pengertian yang kedua inilah yang dipakai dalam pembahasan ini.
Ahlusunnah wal jama’ah merupakan gabungan dari kata ahl as-sunnah dan
ahl al-jama’ah. Dalam Bahasa arab, kata ahl berarti “pemeluk aliran / madzab”
(asbab al-mazhabi), jika kata tersebut dikaitkan dengan aliran /madzab. Kata al-
sunnah sendiri disamping mempunyai arti al-hadist juga berarti “perilaku”, baik
terpuji atau tercela. Kata ini berasal dari kata sannan yang berarti jalan.
Selanjutnya mengenai difinisi al-sunnah secara umum dapat dikatakan
bahwa al-sunnah adalah sebuah istilah yang menunjuk kepada jalan Nabi dan para
sahabatnya, baik ilmu, amal, akhlak, serta segala yang meliputi berbagai segi
kehidupan. Maka, berdasarkan keterangan diatas Ahl al-sunnah dapat diartikan
dengan orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh padanya dalam
segala perkara yang Rosulullah dan para sahabatnya berada diatasnya (Ma ana
’alaihi wa ashabi), dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat.
Seseorang dikatakan mengikuti al-sunnah jika ia beramal menurut apa yang
diamalkan oleh Nabi berdasarkan dalil syar’I, baik hal itu terdapat dalam al-quran,
dari Nabi, ataupun merupakan ijtihad para sahabat.
Adapun al-jama’ah berasal dari kata jama’ah dengan derivasi yajma’u
jama’atan yang berarti “menyetujui” atau “bersepakat”. Dalam hal ini, al-jama’ah
juga berarti berpegang teguh pada tali Allah secara berjama’ah, tidak berpecah dan
berselisih. Pernyataan ini sesuai dengan Riwayat Ali bin abi thalib yang

5
mengatakan “Tetapkanlah oleh kamu sekalian sebagaimana yang kamu tetapkan,
sesungguhnya aku benci perselisihan hingga manusia menjadi berjama’ah.
Satu hal yang perlu dijelaskan adalah walaupun kata al-jama’ah telah
menjadi nama dari kaum yang Bersatu, akan tetapi jika kata al-jama’ah tersebut
disandingkan dengan kata al-sunnah, yaitu ahl al-sunnah wa al jama’ah, maka yang
dimaksud dengan golongan ini adalah mereka, para pendahulu umat ini yang terdiri
dari para sahabat dan tabi’in yang Bersatu dalam mengikuti kebenaran yang jelas
dari kkitab Allah dan sunnah Rosulullah.
Mengenai pengertian ahlussunnah wal jama’ah K.H Hasyim Asy’ari
sebagai rais akbar Nahdlatyl ulama memberikan tasawwur(gambaran) tentang
ahlussunnah wal jama’ah, sebagaimana ditegaskan dalam alquran al-asasi. Menurut
K.H Hasyim Asy’ari paham ahlussunnah wal jama’ah versi NU yaitu suatu paham
yang mengikuti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur al- Maturidi, dalam teologi
mengikuti salah satu empat madzab fiqih ( Hanafi, Maliki , Syafi’I, dan Hambali )
dan mengikuti al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi dalam tasawuf.

B. SEJARAH MUNCUL DAN PERKEMBANGANNYA


Asy’ariyah diambil dari nama tokoh pendirinya yakni Abu Hasan al-
Asy’ari. Pada mulanya, beliau merupakan penganut aliran Mu’tazilah, namun
setelah berumur 40 tahun beliau meninggalkan paham Mu’tazilah dan mencetuskan
paham yang baru yang dikenal dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Peristiwa perpindahan aliran asy’ariyah ini dari Mu’tazilah ke Ahlus
Sunnah wal Jama’ah menimbulkan beberapa interpretasi di kalangan para pemikir,
terutama para ahli Teologi.
1. Menurut Muhammad Abduh, al-Asy’ari mengambil jalan tengah
(wasathan) antara paham tekstualis dengan paham rasionalis. Karena al-
Asy’ari mengambil jalan tengah antara tekstualis dan rasionalis, maka cara
tersebut dapat diterima oleh mayoritas kaum muslimin.
2. Motivasi beliau keluar dari paham Mu’tazilah dapat diketahui dari isi
pidatonya yang disampaikan pada hari Jum’at di masjid Jami’ Bashrah,
setelah ia mengasingkan diri dari keramaian selama 15 hari. Dalam

6
pidatonya disebutkan bahwa ia keluar dari Mu’tazilah karena mendapat
petunjuk dari Allah SWT dan beliau meninggalkan keyakinan yang lama
untuk berpegang teguh kepada keyakinannnya yang baru, karena hal ini
sesuai pemikirannya.
Menurut suatu riwayat dari Ibnu ‘Asakir, al-Asy’ari keluar dari
aliran Mu’tazilah disebabkan oleh mimpinya bertemu nabi Muhammad
SAW, dalam mimpi tersebut ia diperintahkan berpegang teguh kepada
Sunnah serta meninggalkan paham yang selama ini dipegangnya. Mimpi itu
terjadi setelah ia merenung dan merasakan kesulitan dalam memecahkan
pendapat-pendapatnya dan tidak menemukan penjelasan yang memuaskan
dari al-Jubba’i sebagai gurunya. Keadaan ini mendorongnya untuk meminta
petunjuk kepada Tuhan dan terjadilah mimpi itu.
3. Hammudah Ghurabah memberikan penjelasan tentang motivasi al-Asy’ari
keluar dari aliran Mu’tazilah yaitu hampir sama dengan yang dikemukakan
oleh Ibnu Asakir. Selain itu, ia menambahkan bahwa ajaran-ajaran yang
diperoleh dari al-Jubba’i menimbulkan persoalan-persoalan yang tidak
mendapatkan penyelesaian. Di antaranya adalah kedudukan orang mukmin,
kafir dan anak kecil (qishshah al-ikhwan ats-tsalasah). 1
Asy’ariyah ini mulai berkembang pesat pada abad ke-11 M. Bersama
menyebar Tasawuf (sufi), pemahaman ini juga mendapat dukungan dari beberapa
penguasa wilayah pemerintahaan islam. Paham Asy'ariyah sangat populer di dua
Dinasti ini yaitu, Dinasti Gaznawi di india dan Dinasti Seljuk di Turkistan. Di
Dinasti Gaznawi sendiri paham Asy'ariyah sudah menjadi mazhab resmi pada abad
11-12 M yang menyebabkan paham ini menyebar luas di berbagai wilayah dari
India, Pakistan, Afganistan, hingga Indonesia. Sedangkan di Dinasti Seljuk pada
abad 11-14 M. Khalifah Aip Arsalan beserta perdanamentrinya, Nizam al-Mulk
sangat mendukung paham Asy'ariyah, sehingga pada masa itu paham ini
mengalami kemajuan yang pesat utamanya melalui lembaga pendidkan bernama
Madrasah Nizamiyah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk.

1
Prof. Dr. H. Ris’an Rusli, M.Ag. TEOLOGI ISLAM. 2014. Jakarta : K E N C A N A. Hal. 105-
108

7
C. TOKOH-TOKOH ASY’ARIYAH
1. Al-Baqillani (wafat 403H/1013M)
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Tayyib. Ajarannya yaitu
alam hanyalah kumpulan jauhar (benda tunggal-atom) yaitu bagian yang tidak
dapat dibagi-bagi lagi. Akan tetapi, jauhar tersebut baru ada sesudah dibubuhi
dengan ‘aradh (semua benda mengalami pergantian keadaan yang bermacam-
macam, berupa bentuk, warna, gerakan, berkembang dan perubahan-perubahan
yang lain).
2. Al-Juwaini (419-478H/1028-1085M)
Nama lengkapnya Abdul Ma’ali bin Abdillah. Ajarannya yaitu kewajiban
seorang muslim dewasa ialah mengadakan penyelidikan akal pikiran yang bisa
membawa kepada keyakinan bahwa alam semesta ini baru, dan kalau baru tentu
ada yang menjadikannya. Itulah dia Tuhan.
3. Al-Ghazali (450-505H)
Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali.
Ajarannya yaitu perbedaan dalam soal-soal yang kecil baik yang berkaitan dengan
soal-soal aqidah atau amalan, bahkan pengingkaran terhadap soal khilafat yang
sudah di sepakati oleh kaum muslimin tidak boleh dijadikan alasan untuk
mengafirkan orang lain.
4. As-Sanusi (833-895H/1427-1490M)
Nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf. Ajarannya yaitu
membahas sifat wajib, mustahil, dan jaiz Allah serta 4 sifat wajib dan mustahil
Rasul2.

D. POKOK-POKOK AJARANNYA
Pada dasarnya paham al-Asy’ariah adalah aliran yang berusaha mengambil
sikap tengah antara dua kutub, akal dan naql, antara kaum Salaf dengan Mu’tazilah

2
Dr. H, Muhammad Hasbi. Ilmu Kalam, Memotret Berbagai Aliran Teologi Dalam Islam. Hal
109-115

8
atau al-Asy’ariah bercorak perpaduan antara pendekatan tekstual dan kontekstual,
sehingga al-Ghazali menyebutnya sebagai aliran al-Mutawassith (pertengahan).
Adapun pemikiran-pemikiran al-Asy’ari yang terpenting adalah antara lain:
1. Allah dan Sifat-sifat-Nya
Menurut ajaran Asy’ariyah, Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana
disebutkan di dalam Al-Qur’an, seperti Allah mengetahui dengan ‘Ilmu,
berkuasa dengan Qudrat, hidup dengan Hayat dan seterusnya. Sifat-sifat Allah
SWT itu unik, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia
yang tampaknya mirip. Sifat-sifat Allah berbeda dengan dzat Allah SWT itu
sendiri.
2. Kebebasan Dalam Berkehendak
Menurut faham Asy’ariyah, Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan
manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya (muktasib).
Untuk mewujudkan suatu perbuatan, manusia membutuhkan dua daya, yaitu
daya Tuhan dan daya manusia. Hubungan perbuatan manusia dengan kehendak
Tuhan yang mutlak dijelaskan melalui teori Kasb, “yakni berbarengnya
perbuatan manusia dengan kekuasaan Tuhan”, artinya jika manusia hendak
mengadakan perbuatannya, maka pada saat itu pula Tuhan menciptakan
kesanggupan manusia untuk mewujudkan perbuatan. Dengan perbuatan inilah
ia mendapatkan perbuatannya, tetapi tidak menciptakannya.
3. Akal dan Wahyu dan Kriteria Baik dan Buruk
Walaupun al-Asy’ari dan orang-orang Mu’tazilah mengakui pentingnya
akal dan wahyu, mereka berbeda dalam menghadapi persoalan yang
memperoleh penjelasan kontradiktif dari akal dan wahyu. Al-Asy’ari
mengutamakan wahyu, sementara Mu’tazilah mengutamakan akal. Asy’ari
berpendapat bahwa bahwa akal manusia tidak dapat sampai pada kewajiban
mengetahui Tuhan. Manusia dapat mengetahui kewajibannya hanya melalui
wahyu. Wahyulah yang mengatakan dan menerangkan kepada manusia bahwa
ia berkewajiban mengetahui Tuhan, dan manusia harus menerima kebenaran
itu. Menurut Asy’ari baik dan buruk berdasarkan pada wahyu, sedangkan
Mu’tazilah mendasarkannya pada akal.

9
4. Al-Qur’an
Pandangan Asy’ari tentang al-Qur’an, sangat bertentangan dengan
pandangan Mu’tazilah. Kalau Mu’tazilah mengatakan bahwa al-Qur’an adalah
hawadits (baru) karena ia makhluk, maka menurut Asy’ari, al-Qur’an adalah
qadim. Hal ini didasarkan pada surat an-Nahl : 40. “Sesungguhnya perkataan
Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami mengatakan
kepadanya, “Kun (jadilah)” maka jadilah ia.”
5. Melihat Allah
Al-Asy’ari mengatakan bahwa setiap yang ada, pasti dapat dilihat. Oleh
karena itu menurut i’tiqad kaum Ahlussunnah wal Jama’ah (faham al-
Asy’ariyah), Allah SWT dapat dilihat dengan mata kepala manusia di akhirat
kelak yaitu oleh hamba-hambaNya yang saleh yang dikaruniai nikmat melihat
Tuhan. Dalil-dalil atas kepercayaan ini antara lain firman Allah dalam surat al-
Qiyamah ayat 22-23,yang artinya: “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu
berseri-seri. Kepada Tuhan mereka melihat (memandang Tuhannya)”. Dan juga
terdapat dalam Kitab Hadis: “Dari Jarir bin Abdillah, beliau berkata: Rasulullah
SAW bersabda: Bahwasanya kamu akan melihat Tuhan kamu senyata-
nyatanya.”
6. Keadilan Allah
Menurut Asy’ari, keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempat yang
sebenarnya. Allah tidak mempunyai kewajiban apapun. Allah tidak wajib
memasukkan orang entah itu kesurga ataupun ke neraka. Semua itu adalah
kehendak Allah mutlak. Jika Allah memasukkan seluruh manusia ke surga,
bukan berarti Allah tak adil, dan jika Allah memasukkan seluruh manusia ke
neraka, itu bukan berarti Allah zhalim. Allah adalah penguasa mutlak segala-
galanya dan tidak ada yang lebih kuasa. Allah dapat dan boleh melakukan apa
saja yang di kehendaki-Nya.
7. Kedudukan Orang Berdosa Besar
Pada dasarnya al-Asy’ari dan Mu’tazilah berpandangan yang sama bahwa
Allah SWT itu adil. Hanya saja mereka berbeda dalam memandang makna
keadilan. Aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa apabila pelaku dosa besar tidak

10
bertaubat dari dosanya, meskipun ia mempunyai iman dan keta’atan, tidak akan
keluar dari neraka. Sebaliknya, mengatakan siapa yang beriman kepada Allah
SWT dan mengikhlaskan diri kepada-Nya, maka bagaimanapun besar dosa
yang dikerjakannya, tidak akan mempengaruhi imannya.
Adapun al-Asy’ari menolak ajaran menengah (manzilah bainal manzilatain)
yang dianut Mu’tazilah. Mengingat kenyataan bahwa iman merupakan lawan
kufr, predikat bagi seseorang haruslah salah satu diantaranya. Jika tidak
mukmin, berarti kafir. Oleh karena itu, al-Asy’ari berpendapat bahwa mukmin
yang berbuat dosa besar dan meninggal dunia sebelum sempat bertaubat, tetap
dihukumi mukmin, tidak kafir, tidak pula berada diantara keduanya, dan di
akhirat terserah Allah SWT dengan beberapa kemungkinan:
a. Ia mendapat ampunan Allah SWT dengan rahmat-Nya sehingga pelaku
dosa besar tersebut masuk surga.
b. Ia mendapat syafa’at dari Nabi Muhammad SAW.
c. Allah menghukum kepadanya dengan dimasukkan ke dalam neraka
sesuai dengan dosa besar yang dilakukannya, kemudian ia di masukkan
ke surga.
Beberapa pokok ajaran Asy’ariyah diatas menunjukkan bahwa ia menolak
paham-paham Mu’tazilah yang sebelumnya dianut olehnya. Semua pendapat
yang dilontarkannya diatas merupakan kebalikan dari pendapat Mu’tazilah.3

3
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung; CV.Pustaka Setia,2003

11
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan makalah ini, ditarik suatu kesimpulan, bahwa secara
historis timbulnya aliran Al-Asy’ariah disebabkan oleh karena kuatnya keinginan
untuk kembali pada pemahaman yang semula yaitu pemikiran Ahlussunnah
Waljamaah, tapi juga dalam pemikirannya Al-Asy’ari masih menggunakan metode
yang digunakan oleh kaum Mu’tazilah, yaitu menggunakan kemampuan akal
menganalisis nash-nash al-Qur’an.
Kaum Mu’tazilah selalu mengedepankan akal pikiran untuk memahami
wahyu, berangkat dari akal kemudia wahyu. Tapi Al-Asy’ari sebaliknya
mengedepankan wahyu dibanding akal, menggunakan akal seperlunya saja.
Sehingga tidak heran Al-Asy’ari dalam pemikirannya selalu mengkompromikan
pemahaman Ahlussunnah Wal jama’ah dengan kaum rasionalis tersebut. Hal
tersebut dapat dilihat pada setiap pokok-pokok pemikirannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Cet II, Bandung; CV.Pustaka Setia,2003
Dr. H, Muhammad Hasbi. Ilmu Kalam, Memotret Berbagai Aliran Teologi Dalam
Islam. 2015. Yogyakarta : Trust Meddia
Prof. Dr. H. Ris’an Rusli, M.Ag. TEOLOGI ISLAM. 2014. Jakarta : KENCANA.

13

Anda mungkin juga menyukai