Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN DAN SEJARAH


AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Aswaja II
Dosen pengampu : Muhammad Yasin,M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
1. MUHAMAD MAELANI
2 .FITRIANA AZIZ MUBAROK

SEKOLAH TINGGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL MAARIF KALIREJO


KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
2021/2022

i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pengertian dan sejarah Ahlussunnah wal
Jama’ah. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Aswaja.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen pengampu guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian aswaja menurut bahasa
2.2 pengertian aswaja menurut istilah
2.3 aswaja menurut para ulama
2.4 sejarah munculnya aswaja
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Aswaja sesungguhnya identik dengan pernyataan nabi “Ma Ana Alaihi wa Ashhabi” seperti
yang dijelaskan sendiri oleh rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi, Ibnu Majjah, dan Abu Dawud bahwa ;”Bani Isroil terpecah belah menjadi 72
golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, kesemuanya masuk neraka
kecuali satu golongan”. Kemudian para sahabat bertanya “siapakah mereka wahai
rasulullah?” lalu rasul menjawab “mereka itu adalah maa ana alaihi wa ashhabi, Yakni
mereka yang mengikuti apa saja yang aku lakukan dan juga dilakukan para sahabatku”.
Istilah “ Ahlusunnah wal jama’ah” adalah sebuah istilah yang di Indonesiakan dan kata
Istilah“ Ahlusunnah wal jama’ah” ia merupakan rangkaian kata-kata “Ahl” berarti
golongan,”Al-sunnah” berarti perilaku jalan hidup atau perbuatan yang mencakup ucapan
dan tindakan Rasulullah SAW.”Al jamaah” berarti jamaah yakni para sahabat rasulullah
SAW.Maksudnya ialah perilaku atau jalan hidup para sahabat. Dengan demikian maka secara
etimologis istilah Ahlusunnah wal jama’ah” atau golongan yang senantiasa mengikuti jalan
hidup Rasulullah SAW dan jalan hidup para sahabatnya atau golongan yang berpegang teguh
pada sunnah rosul dan sunah (tariqah) para sahabat,lebih khusus lagi ( Abu bakar,Umar bin
khatab,Usman bin affan,Ali bin abi thalib).

2. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas maka didapat beberapa hal yang menjadi rumusan masalah pada
makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana pengertian aswaja secara menyeluruh ?


2. Bagaimana sejarah Aswaja dari zaman Rosulullah sampai saat ini ?
3. Pemaknaaan aswaja menurut para ulama

iv
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Aswaja Menurut Bahasa

Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wal Jamaah. Ada tiga kata yang membentuk
istilah tersebut, yaitu:
1. Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
2. Al-Sunnah, bermakna al-thariqoh wa law ghaira mardhiyah (jalan atau cara walaupun
tidak diridhoi)
3. Al-Jamaah, berasal dari kata jama’a artinya mengumpulkan sesuatu, dengan
mendekatkan sebagian ke sebagian lain. Kata “jama’ah” juga berasal dari kata ijtima’
(perkumpulan), yang merupakan lawan kata dari tafarruq (perceraian) dan juga lawan kata
dari furqah (perpecahan). Jadi jama’ah adalah sekelompok orang banyak dan dikatakan juga
sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu tujuan. Selain itu, jama’ah juga
berarti kaum yang bersepakat dalam suatu masalah.

2. Pengertian Aswaja Menurut Istilah


Menurut istilah “sunnah” adalah suatu cara untuk nama yang diridhai dalam agama,yang
telah ditempuh oleh Rasulullah SAW atau selain dari kalangan orang yang mengerti tentang
islam.Seperti para sahabat Rasulullah.Secara terminologi aswaja atau Ahlusunnah wal
jama’ah golongan yang mengikuti ajaran rasulullah dan para sahabat-sahabatnya.
Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah:

ِ ‫عَلي ُكم بِ ُسنَّتي َو ُسنَّ ِة ال ُخلفـا ِءالر‬


‫َّاش ِدينَ ِمن بَع ِدي‬
“ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin setelahku”
Menurut Hasyim Asy’ari, dalam istilah syariat (fikih) “Sunnah” artinya sesuatu yang
dianjurkan untuk dilakukakan tetapi tidaak wajib.
Menurut para ulama Ushul Fiqh, kata “Sunnah” berarti apapun yang dilakukan, dikatakan,
atau ditetapkan oleh Nabi Muhammad saw, yang dapat dijadikan sebagai dalil dalam
menetapkan suatu hukum syar’i.
Menurut para ahli kalam (para teolog), “Sunnah” ialah kenyakinan (i’tiqad) yang didasarkan
pada dalil naql (al-quran, hadis, qawl atau ucapan shahabi, bukan semata bersandar pada
pemahaman akal (rasio).
Menurut para ahli polotik, “Sunnah” ialah jejak yang ditinggalkan oleh Rasulullah dan
para Khulafa Rasyidin.

v
Sedangkan jama’ah secara istilah adalah kelompok kaum muslimin dari para dahulu dari
kalangan sahabat, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari
kiamat. Mereka berkumpul berdasarkan Al-quran dan Sunnahdan mereka berjalan sesuai
dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah baik secara lahir maupun batin. Definisi lain
berdasarkan hadis Rasullallah jama’ah adalah apa yang telah disepakati oleh sahabat Rosul
pada masa Khulafau Rosidi. Pada hadis Nabi ketika menjawab pertanyaan sahabat tentang
(akan) adanya perpecahan menjadi 71 atau 72 golongan, dan yang selamat hanya satu
golongan,.yaitu al-jama’ah. Rasulullah bersabda:
َ ‫ُحبوحةَال َجنَّةَ فَليَلزَ ِم‬
َ‫الجما َعة‬ َ ‫َمن َأراَ َدب‬
“Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai disurga, maka hendaklah ia
mengikuti al-jama’ah (kelompok yang menjadi kebersamaan).” (HR. Al-Tirmidzi (2091), dan
al-Hakim (1/77-78) yang menilainya shahih dan disetujui oleh al-Hafizh al-Dzahabi).
Dengan demikian Aswaja adalah golongan pengikut setia Nabi Muhammad SAW dan
sahabatnya, jadi Ahlussunnah wal-jama’ah adalah orang-orang yang selalu berpedoman pada
sunnah Nabi Muhammad SAW dan jalan para sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan,
amalan-amalan lahiriyah serta ahlak baik dan islam murni yang langsung dari Rasullallah
kemudian diteruskan oleh sahabatnya.
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (1287-1336 H/ 1871-1947) menyebutkan dalam kitabnya
Ziyadat Ta’liqat (hal. 23-24) sebagai berikut:
ُ‫ث َوالفِقـ ِه فـِإنَّهُم ال ُمهتَـ ُدونَ ال ُمتَ َم ِّسـ ُكونَ بِ ُسـنَّ ِة النَّيِي صـلي هللا عليـ ِه وسـلم وال ُخلَفَا ِءبَعـ َده‬ ِ ‫فسي ُر َوال َح ِدي‬ ِ َّ‫َأ َّماَأه ُل ال ُّسنَ ِة فَهُم َأه ُل الت‬
َ‫ب َأربَ َع ٍة ال َحنَفِيُّونَ َوال َّشافِ ِعيُّونَ َوال َمالِ ِكيُّونِ َوال َحنبَليُّون‬
َ ‫الرَّا ِش ِدينَ َوهُم الطَّا ِءفَةُ النَّا ِجيَةُقَالُو َوقَد اجتَ َم َعت اليَو َم فِي م َذا ِه‬
“Adapun Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli fikih.
Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi Muhammad saw dan
sunnah Khufaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-
najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam
madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hambali.”
Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang menjadi pendiri ajaran Ahlussunnah Wal-
Jama’ah. Yang ada hanyalah ulama yang telah merumuskan kembali ajaran Islam tersebut
setelah lahirnya beberapa faham dan aliran keagamaan yang berusaha mengaburkan ajaran
Rasulullah dan para sahabatnyayang murni.

3. Aswaja menurut para ulama

1. Aswaja Menurut KH Hasyim Asy’ari


KH Hasyim Asy’ari memberikan gambaran tentang ahlussunnah waljamaah sebagaimana
ditegaskan dalam al-qanun al-asasi, bahwa faham ahlussunnah waljamaah versi Nahdlatul
Ulama’ yaitu mengikuti Abu Hasan al-asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi secara teologis,
mengikuti salah satu empat madzhab fiqh ( Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) secara

vi
fiqhiyah, dan bertashawuf sebagaimana yang difahami oleh Imam al-Ghazali atau Imam
Junaid al-Baghdadi.
Penjelasan KH. Hasyim Asy’ari tentang ahlussunnah waljamaah versi Nahdlatul
Ulama’ dapat difahami sebagai berikut:
1. Penjelasan aswaja KH Hasyim Asy’ari, jangan dilihat dari pandangan ta’rif menurut
ilmu Manthiq yang harus jami’ wa mani’ (‫ )جامع مانع‬tapi itu merupakan gambaran (‫)تصــور‬
yang akan lebih mudah kepada masyarakat untuk bisa mendaptkan pembenaran dan
pemahaman secara jelas ( ‫)تصــد يق‬. Karena secara definitif tentang ahlussunnah waljamaah
para ulama berbeda secara redaksional tapi muaranya sama yaitu maa ana alaihi wa ashabii.
2. Penjelasan aswaja versi KH. Hasyim Asy’ari, merupakan implimentasi dari sejarah
berdirinya kelompok ahlussunnah waljamaah sejak masa pemerintahan Abbasiyah yang
kemudian terakumulasi menjadi firqah yang berteologi Asy’ariyah dan Maturidiyah, berfiqh
madzhab yang empat dan bertashuwf al-Ghazali dan Junai al-Baghdadi
3. Merupakan “Perlawanan” terhadap gerakan ‘wahabiyah’ (islam modernis) di Indonesia
waktu itu yang mengumandangkan konsep kembali kepada al-quran dan as-sunnah, dalam
arti anti madzhab, anti taqlid, dan anti TBC. ( tahayyul, bid’ah dan khurafaat). Sehingga dari
penjelasan aswaja versi NU dapat difahami bahwa untuk memahami al-qur’an dan As-sunnah
perlu penafsiran para Ulama yang memang ahlinya. Karena sedikit sekali kaum m uslimin
mampu berijtihad, bahkan kebanyakan mereka itu muqallid atau muttabi’ baik mengakui
atau tidak.

Maka Said Aqil Shiroj dalam mereformulasikan Aswaja adalah sebagai metode berfikir
(manhaj al-fikr) keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berdasarkan atas
dasar modernisasi, menjaga keseimbangan dan toleransi, tidak lain dan tidak bukan adalah
dalam rangka memberikan warna baru terhadap cetak biru (blue print) yang sudah mulai
tidak menarik lagi dihadapan dunia modern.

vii
4 . SEJARAH MUNCULNYA ASWAJA
Ketika Rasulullah SAW wafat, maka terjadilah kesalahpahaman antara golongan Muhajirin
dan anshar, siapa yang selanjutnya menjadi pemimpin kaum muslimin. Para sahabat melihat
hal ini akan menimbulkan perselisihan antara kaum Muhajirin dan anshar. Setelah masing-
masing mengajukan delegasi untuk menentukan siapa khalifah pengganti Rasulullah.
Akhirnya disepakati oleh kaum muslimin untuk mengangkat Abu bakar sebagai khalifah.

Pada masa itu mulai terlihat adanya perpecahan antar umat islam yang berlanjut hingga
masa kepemimpinan khulafa’ berakhir yang kemudian dilanjutkan oleh para kholifah dari
berbagai dinasti dan sampailah pada dinasti dimana imam-imam madzhab aliran-aliran
muncul.

Menurut sebagian sejarawan, istilah Ahlussunnah wal-Jama’ah itu digunakan sejak abad
III H. mereka menyebutkan satu bukti yang ditemukan pada lembaran surat Al-Ma’mun
(khalifah dinasti Abbasiyah ke-6). Di sana, tercantum kata-kata, “wa nassaba nafsahum ilaa
as-Sunnah (mereka menisbatkan diri pada sunnah). Abad ini adalah periode tabi’in dan para
imam-imam mujtahid, di kala pemikiran-pemikiran bid’ah sudah mulai menjalar terutama
bid’ah dari kaum mu’tazilah. Sejarah mengatakan bahwa khalifah al-Ma’mun merupakan
khalifah yang mengambil mu’tazilah sebagai akidah resmi negara kemudian memaksakan
doktrin-doktrin Mu’tazilah kepada kaum muslimin.

Munculnya istilah Ahlusunnah wal-Jamaah merupakan perwujudan dari sabda Rasulullah


SAW “Selalu segolongan dari umatku mendapatkan pertolongan” (H.R. Ibnu Majah). Untuk
orang-orang inilah, istilah ahlusunnah wal-jama’ah ditujukan. Dengan kata lain, ahlu sunnah
wal-jama’ah adalah orang-orang yang berpegang teguh sunnah Rasulullah SAW dan ajaran
para sahabat, baik dalam masalah akidah, ibadah, maupun etika batiniah (tasawuf).

Aliran Ahlu sunnah wal Jama’ah tak lepas dari para pendirinya yaitu Imam Abu Hasan
Al-asy’ari dan juga imam Abu Mansur Al-Maturidi. Saat kondisi perpolitikan Abbasiyah
tengah tergoncang dan akidah pada masa itu semakin kabur dengan paham-paham baru yang
muncul, lahirlah Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Kelahirannya saat Abbasiyah berada pada
kepemimpinan Al- Mu’tamid ‘ala Allah.
Bersama dengan imam Al-Maturidi, Imam al-Asy’ari berjuangan keras mempertahankan
sunnah dari lawan-lawannya. Mereka bagaikan saudara kembar. Dari gerakan-gerakan al-
Maturidi muncul karya-karya yang memperkuat madzhabnya, seperti kitab Al-Aqaid an-
Nasafiyah karya Najmudin an-Nasafi, sebagaimana muncul dari al-Asy’ari beberapa karya
yang memperkokoh madzhabnya seperti as-Sanusiyah dan al-Jauharoh.

Akidah yang dibawakan oleh imam Asy’ari menyebar luas pada zaman Wazir Nizhamul
Muluk pada dinasti bani Saljuk dan seolah menjadi aqidah resmi negara. Paham As’ariyah
semakin berkembang lagi pada masa keemasan Madrasah An-Nizhamiyah yang di Baghdad
adalah Universitas terbesar di dunia. Didukung oleh para petinggi negeri itu seperti al-Mahdi
bin tumirat dan Nurudin Mahmud Zanki serta sultan Salahudin al-Ayyubi. Juga didukung
oleh sejumlah besar Ulama, terutama para imam madzhab. Sehingga wajar sekali kalau
akidah asy’ariyah adalah akidah terbesar di dunia.
Begitupun dengan al-Maturidi, aliran ini telah meninggalkan pengaruh dalam dunia islam.
Hal ini bisa dipahami karena manhajnya yang memiliki ciri mengambil sikap tengah antara
akal dan dalil naqli, pandangannya yang bersifat universal dalam menghubungkan masalah
yang siifatnya juz’I ke sesuatu yang kulliy. Selanjutnya para pengikut keduanya lah yang

viii
melanjutkan dan menyebarkan aliran-aliran beliau dengan membukukan kitab-kitab maupun
yang lainnya.

Ahlussunnah wal jamaah sebagai gerakan pemurnian ajaran islam muncul pada abad ketiga
hijriah. Tokoh yang berjasa mempopulerkan istilah ahlussunnah wal jamaah imam abu hasan
al asya’ri dan abu mansur al maturidi. Abu hasan al asy’ari yang nama lengkapnya abu hasan
ali bin ismail bin abi basyir bin ishaq bin ali bin abdullah bil musa bin bilal bin abu burdah
bin abu musa al asy’ari, lahir di di basrah pada tahun 260 h/ 873 m dan wafat pada tahun 324
h/ 935m. Pada mulanya beliau adalah seorang murit seorang ulama mu’tazilah, abu hasyim al
jubba’i. Namun setelah meneliti faham mu’tazilah dan membandingkanya dengan dalil-dalil
naqli, ternyata banyak kesalahan. Akhirnya beliau menyatakan nash penelaahanya
mengemukakan kesalahan paham mu’tazilah.
Sedangkan imam al maturidi yang nama lengkapnya adalah muhammad bin muhammad bin
mansur al maturidi lahir dikota maturid samarkand, dan wafat tahun 333 h. Seperti al asy’ari,
al maturidi juga mempunyai kajian tentang i’tiqad ahlussunnah wal jamaah sebagaimana
yang diajarkan oleh nabi muhammad saw dan para sahabatnya. Golongan ahlussunnah wal
jamaah ini dalam waktu singkat berhasil menyebar luas ke seluruh dunia islam dan berhasil
menyisihkan pengaruh golongan yang menyimpang dari ajaran islam.
Kini ada Aswaja An-Nahdliyah yang terdiri dari dua kata. Aswaja singkatan dari Ahlus-
Sunnah wal-Jama’ah, sedang An-Nahdliyah merupakan penisbatan dari jam’iyah Nahdlatul
Ulama (NU). Jadi, Aswaja An-Nahdhiyah adalah Islam Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah yang
lahir 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya dengan nama Nahdlatul Ulama.
Secara ideologi, ia bagian dari Aswaja sedunia, salah satu dari tiga ideologi genuine,
yaitu Khawarij, Aswaja, dan Syi’ah. Dalam pandangan Abid al-Jabiri, ketiga-tiganya adalah
partai politik, meskipun kadar kepolitikannya tidak sama. Khawarij dan Syi’ah lebih kental
porsi kepolitikannya ketimbang Aswaja.
Nomenklatur Aswaja (Ahlussunnah wal-Jamaa’ah) tidak dikenal pada masa Nabi
Muhammad dan Sahabatnya. Sebuah bid’ah istilahiyah yang dinilai pas untuk
menggambarkan “thaifah najiyah”.
Term “sunnah” dan “jamaah” memang sudah ada dalam hadis sahih pada konteks dan redaksi
lain, yang bukan nama sebuah sekte Islam. Ulama pertama menggaungkan nomenklatur
Aswaja adalah Al-Baqilani (w. 403); Al-Baghdadi (w. 429); Al-Juwaini (w. 478); Al-Ghazali
(w. 505), As-Syahrastani (w. 548) dan Ar-Razi (w. 606).

ix
Mereka pengikut Imam Madzhab dalam fikih dan mengikuti Abu Hasan Asy’ari (269 – 323
H), Imam Abu Manshur al-Ma’turidi (238 – 333 H) dalam akidah serta Al-Ghazali dan Al-
Junaid dalam tasawuf.
Mereka merupakan perumus akidah, fikih dan tasawuf Aswaja, yang mengambil dari al-
Quran, Hadis dan tradisi Salafus shalih. Mereka diakui saling berkonvergensi secara baik (Dr
Abu Zahrah, I/2008).
Karakter rumusannya yaitu: 1). Dalil naqli (al-Quran – Hadis) dan aqli (Ijma’ – Qiyas); 2).
Menjumbuhkan hal yang bertentangan seperti antara free act-free will Qadariyah-
Mu’tazilah dengan determinisme Murji’ah-Jabariyah; 3). Tasamuh (toleran) atau tidak
gampang mengafirkan sekte lain; 4). Tawazun (berkesimbangan); 5). I’tidal (menegakkan
keadilan); 6). Tawassut (moderat).
Waktu itu, yang sejatinya parpol diagamakan. Contoh, ada Qadariyah yang anti Mu’awiyah
dan memegangi de yure khalifah Ali Bin Abi Thalib. Menanggapi sikap Murji’ah yang
pasrah kepada Mu’awiyah yang mereka pandang bughat, Qadariyah berdalil: “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nasib mereka
sendiri.” (QS. 13; 11)
Selanjutnya, Qadariyah bersimbiosa dengan Mu’tazilah. Sesungguhnya Murji’ah itu netral,
tetapi atas dasar dar’ul mafaasid mereka mendukung de facto Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Ia
menggelontori uang dan amalan zikir yang artinya: “Ya Allah, Engkaulah Rajanya seluruh
raja. Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki” (baca=Muawiyah)
…” (QS 3; 26-7).
Pada era dinasti Amawiyah yang menjadikan orang non Arab sebagai warga kelas dua dalam
sektor politik, sosial dan ekonomi. Maka doktrin Aswaja yang dipegangi Al-Amin (Arab)
kemudian digantikan oleh adiknya, Al-Makmun (Ibu dari Iran) yang Mu’tazilah, langsung
didelegitimasi oleh Imam Ahmad bin Hanbal via doktrin Makmun tentang kemakhlukan al-
Quran-nya.
Itulah sebabnya, sisa kaum Nashibi (fanatis Mu’awiyah) di Saudi Wahabi yang sangat anti
Rafidhi (kaum fanatis Sayidina Ali-Syi’ah-Iran), melanjutkan permusuhan itu hingga abad
ke-15 H, yang kini ingin berdamai.

Kaum Salafi-Wahabi yang tidak diakui oleh Muktamar Aswaja Internasional di Chechnya
2016 karena doktrin takfirnya yang neo khawarij, tetap mengklaim sebagai Ahlus-Sunnah
wal-Jama’ah sebagai perang terminologis. Para pendakwah Salafi-Wahabi Indonesia juga tak
malu mengklaim Aswaja, meskipun nomenklatur itu bias dengan Aswaja yang eksis di
Indonesia dan dunia.

x
Dengan adanya klaim dari Ja’far Umar Talib, Dr Firanda Adirja, Yazid Jawas dan lainnya,
maka Aswaja kuno dari Salafus-Shalih yang hidup di seluruh dunia, untuk Indonesia
menamakan diri Aswaja An-Nahdhiyah. Wallahu a’lam bi al-shawab. (*)

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

secara etimologis istilah Ahlusunnah wal jama’ah” atau golongan yang senantiasa mengikuti
jalan hidup Rasulullah SAW dan jalan hidup para sahabatnya atau golongan yang berpegang
teguh pada sunnah rosul dan sunah (tariqah) para sahabat,lebih khusus lagi ( Abu bakar,Umar
bin khatab,Usman bin affan,Ali bin abi thalib). Ahlussunnah wal jamaah sebagai gerakan
pemurnian ajaran islam muncul pada abad ketiga hijriah. Tokoh yang berjasa mempopulerkan
istilah ahlussunnah wal jamaah imam abu hasan al asya’ri dan abu mansur al maturidi. Kini
ada Aswaja An-Nahdliyah yang terdiri dari dua kata.
Aswaja singkatan dari Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, sedang An-Nahdliyah merupakan
penisbatan dari jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU). Jadi, Aswaja An-Nahdhiyah adalah Islam
Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah yang lahir 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya
dengan nama Nahdlatul Ulama.

xi
DAFTAR PUSTAKA

 http : // suarakampusstainu.blogspot.com/2018/02/makalah-
aswaja.html

 https : // www.manfaatke.com /2019/03/pengertian-dan-sejarah-munculnya-


faham.html?m=1
 Rifa’i Ahmad dan Ustadz Munawir.(2013).Pendidikan Aswaja Dan Ke-Nu-
An Kelas Xi.Pw Lp Ma’aarif Provinsi Lampung.Hal:15-17

xii

Anda mungkin juga menyukai