MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja
Dosen Pengampu :
Dr. Muhammad Farid, M.HI
Disusun Oleh :
Moh. Firman Haqiqi NIM: 22.6.8.1921
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis dan kita
semua, tidak lupa juga penulis ucapkan syukur atas petunjuk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Peranan Penting Ulama
(Kyai) terhadap Aswaja” secara maksimal dan dapat diselesaikan dengan waktu
yang sesuai (berdasarkan waktu yang telah ditetapkan).
Pembuatan makalah ini adalah hasil saduran atau evaluasi dari beberapa
literatur serta tentunya beberapa media internet didalam-Nya seperti Website
atau Ebook. Penulis sangat menyadari tanpa rahmat Allah SWT, makalah ini
tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai pada waktunya. Untuk
hal tersebut penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu secara langsung ataupun tidak langsung dalam
proses pengerjaan makalah, terutama kepada literatur yang telah menjadi acuan
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh sebab itu masukan yang sangat membangun sangatlah
diharpakan oleh penulis demi kemajuan dan pembuatan makalah yang lebih baik
lagi dalam hasil-Nya terkait pembuatan makalah kedepan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa Rasulullah SAW. masih hidup, istilah Aswaja sudah pernah ada
tetapi tidak menunjuk pada kelompok tertentu atau aliran tertentu. Yang dimaksud
dengan Ahlus sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang Islam secara keseluruhan.
Ada sebuah hadits yang mungkin perlu dikutipkan telebih dahulu, Rasulullah
SAW bersabda
Ahlus sunnah wal Jama’ah adalah suatu golongan yang menganut syariat
islam yang berdasarkan pada al qur`an dan al hadis dan beri`tikad apabila tidak
ada dasar hukum pada alqur`an dan hadis.1
Inilah kemudian kita sampai pada pengertian Aswaja. Pertama kalau kita
melihat ijtihadnya para ulama-ulama merasionalkan dan memecahkan masalah
jika didalam alqur`an dan hadis tidak menerangkanya. Definisi kedua adalah
(melihat cara berpikir dari berbagai kelompok aliran yang bertentangan); orang-
1
Rumadi, Andi Najmi Fuaidi, Mahbub Ma‟afi (ed), Hasil-Hasil Muktamar Ke-33 Nahdlatul
Ulama, hlm. 97
1
orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup aspek
kehidupan yang berlandaskan atas dasar moderasi menjaga keseimbangan dan
toleransi. Ahlus sunnah wal Jama’ah ini tidak mengecam Jabariyah, Qodariyah
maupun Mu‟tazilah akan tetapi berada di tengah-tengah dengan mengembalikan
pada ma anna alaihi wa ashabihi.
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Ahlu Sunnah wal Jama„ah (Aswaja) dapat dilihat dari dua
aspek penting, pertama dari segi bahasa atau etimologi, kedua dari segi
peristilahan atau terminologi. Secara etimologi, Aswaja berasal dari bahasa Arab
ahl artinya keluarga. Al-sunnah, berarti jalan, tabi„at dan perilaku kehidupan.
Sedangkan al-jama„ah, berarti sekumpulan.2
Aswaja adalah kepanjangan kata dari “Ahlus sunnah wal Jama’ah”. Ahlus sunnah
berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad
SAW, dan Wal Jama’ah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi
Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlus sunnah wal Jama’ah yaitu; “ Orang-orang
yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat (maa ana
alaihi waashhabi), baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun akidah dan
tasawuf.
Definisi Ahlus sunnah Wal Jama’ah ada dua bagian yaitu: definisi secara umum
dan definisi secara khusus:
1. Definisi Aswaja Secara umum adalah satu kelompok atau golongan yang
senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi SAW. Dan Thoriqoh para
shabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik (fiqih) dan hakikat (Tasawwuf
dan Akhlaq).
2. Definisi Aswaja secara khusus adalah Golongan yang mempunyai I’tikad/
keyakinan yang searah dengan keyakinan jamaah Asya‟iroh dan
Maturidiyah.
3
Sedangkan al-jama„ah berarti penganut i„tiqad para sahabat Nabi, yakni apa yang
telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah pada masa khulafaur‟ al-rashidin
(Abu Bakar, Umar bin Khottob, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Tolib ).
Jadi, yang dimaksud dengan Aswaja adalah kaum yang mengikuti amaliah
Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya.
Menurut Imam Asy‟ari, Ahlus sunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang
berpegang teguh kepada al-Qur‟an, hadis, dan apa yang diriwayatkan sahabat,
tabi‟in, imam-imam hadis, dan apa yang disampaikan oleh Abu Abdillah Ahmad
ibn Muhammad ibn Hanbal.3
4
Dengan demikian yang dimaksud dengan Aswaja adalah kaum yang
konsisten mengikuti amaliah Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya, tidak
mendistorsi ajaran Nabi Muhammad saw. dan tidak mendiskreditkan sebagian
sahabat atau seluruh sahabat Nabi. Pengertian ini dapat diperkuat dengan beberapa
hadisth Nabi yang diriwayatkan beberapa perawi dengan redaksi hadisth.
Secara substantif, Ahlus sunnah wal Jama'ah itu meliputi tiga aspek Islam,
yakni aspek akidah, fikih dan akhlak. Meskipun diskursus para ulama sering
hanya membicarakan aspek akidah dan syari'ah (fiqh), hal itu bukan berarti tidak
ada aspek akhlak. Menurut pandangan ini, pengalaman (practice) dari dua aspek
(yang disebut pertama) itu mengandung aspek akhlak atau tashawuf.
Ulama / Kyai memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar, Ulama /
Kyai menjadi tokoh masyarakat dan sangat disegani. Ulama / Kyai menyebarkan
syiar Islam dengan membangun Madrasah / Pondok pesantren. Sebab di madrasah
atau pondok pesantren lah seorang santri atau murid menghabiskan sebagian besar
waktunya. Madrasah / Pondok Pesantren merupakan tempat kedua setelah rumah,
sebagaimana di dalamnya berkumpul dengan berbagai anak dari berbagai latar
belakang lingkungan dan sosial, sehingga mereka membawa berbagai macam
pemikiran, adat kebiasaan dan karakter kepribadian juga menjelaskan dan
mentransformasikan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya Yang
merupakan tugas atau peranan penting yang paling mendasar oleh sebuah
madrasah adalah mengimplementasikan ibadah kepada Allah SWT, juga
meluruskan pemahaman yang salah dari segi akidah maupun ibadahnya serta
untuk menuai akhlaq yang mulia dan terpuji. Serta mengosongkan seorang
pembelajar dari kejahiliyahan dan pembangkangan baik itu dari segi akidah,
ibadah, akhlaq dan pemikirannya, menghiasinya dengan pendidikan yang benar
baik dari segi akidah, ibadah, akhlaq, dan pemikirannya bukan sekedar teori tetapi
dengan implementasi yang nyata.
5
1. Pendidikan Akidah
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman
kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka
berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan
kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.7
2. Pendidikan Pemikiran
7
Ahmad Farid, Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama‟ah (Surabaya: Pustaka
eLBA, 2011), hlm. 116.
8
11Ahmad Farid, Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama‟ah (Surabaya: Pustaka
eLBA, 2011), hlm. 120.
9
Ibid., hlm. 125.
6
Yang dimaksud pendidikan pemikiran di sini ialah mendidik
generasi muda Islam dengan pola pikir Salaf, menanamkan paham-paham
yang benar di dalam jiwa mereka, dan mengingatkan mereka agar waspada
terhadap paham- paham yang salah. Sistem pendidikan pemikiran ini yang
benar ini diharapkan akan membuahkan pemuda-pemuda yang terdidik
dengan pola pikir Salaf dan mengikuti cara Salaf dalam memahami al-
Qur‟an dan Hadits.
a) Islam adalah Din yang abadi dan berlaku dimana saja dan kapan
saja. Komitmen tinggi dan beristiqomah dalam mengamalkan
hukum-hukum Alloh akan meraih kejayaan.
b) Terbongkarnya perencanaan-perencanaan yang dirumuskan oleh
musuh-musuh Islam.
c) Terungkapnya fakta tentang peradabaan Islam yang selama kurun
waktu tertentu dalam sejarah pernah menjadi guru bagi seluruh isi
dunia.
d) Para pembelajar harus mengetahui bahwa kita memasuki panggung
sejarah bukan dengan Abu Jahl dan Ubay bin khalaf. Kita memasuki
panggung sejarah dengan Rosul, Abu Bakar dan Umar.11
3. Pendidikan Iman.
10
Ibid., hlm. 138.
11
Ahmad Farid, Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama‟ah (Surabaya: Pustaka
eLBA, 2011), hlm. 170.
7
Yang dimaksud pendidikan iman ialah upaya untuk menambah
iman kepada Allah SWT dan hari akhir, memperdalam makna iman, dan
meningkatkan kualitas hati sampai pada level dia dapat merasakan
manisnya iman, mencintai keta’atan kepada Allah SWT dan menjauhi
kenakalan dan kemaksiatan.12
4. Pendidikan Akhlak
8
Hal itu adalah akibat dari penyebaran piranti-piranti keji, seperti
televisi yang merusak banyak sekali nilai-nilai ke-islaman dan adab-adab
yang diajarkan Nabi SAW, membunuh rasa cemburu suami,
menghilangkan rasa malu wanita, dan membuat masyarakat muslim tidak
banyak berbeda dengan masyarakat Barat yang kafir.
6. Pendidikan Jasmani
14
Ibid., hlm. 263.
9
menguatkan organ-organ tubuhnya, dan memberrikan kesegaran dan
kebugaran keseluruh tubuhnya.15
Secara umum, ulama dan kyai di Madrasah atau Pesantren memiliki santri
sekaligus sebagai jama’ah yang jumlahnya diakui cukup besar, dengan system
pola hubungan antara santri dan kyai, terutama pada lingkungan masyarakat,
khususnya di jawa. Pola ini mampu mewarnai dan sekaligus membentuk
subkultur tradisionalis Islam di Nusantara. Oleh karenanya, kehadiran organisasi
NU bisa dipandang sebagai upaya mewadahi dan melembagakan langkah kegiatan
serta ikhtiyar para ulama yang telah dilakukan sebelumnya. Para ulama pesantren
tergabung dalam NU secara umum dapat dikatakan memiliki kesamaan wawasan,
pandangan dan tradisi keagamaan yang berlandaskan paham Ahlussunnah Wal
Jama’ah (ASWAJA).
Nahdlatul Ulama dan Madrasah atau Pondok pesantren itu bagaikan dua
sisi mata uang yang sulit dipisahkan. Apabila menyebut NU kita mesti ingat
Madrasah atau Pondok pesantren dan sebaliknya. Mengapa demikian? Karena
yang mendirikan Nahdlatul Ulama adalah para ulama di Madrasah atau Pondok
pesantren. Mereka memiliki kesamaan wawasan, pandangan, sikap, perilaku dan
tata cara pemahaman serta pengamalan ajaran Islam menurut faham ahlussunnah
wal jama’ah. Ibarat sebuah keranjang, kelahiran Nahdlatul Ulama pondok
15
Khâlid Bin Hâmid al-Hâzimî, Ushûl at-Tarbiyah al-Islâmiyah (Madinah Munawwaroh:
Dâr „Âlam al-Kutub, 1420 H/2000 M), hlm. 342.
16
Miftahudin aic, Peranan Aswaja Dalam Melestarikan Nilai Nilai Pendidikan , dalam
http://miftahudinaic.blogspot.co.id/2015/06/peran-aswaja-dalam-melestarikan-nilai.
10
pesantren. Karena itu wajar jika dikatakan bahwa Nahdlatul Ulama itu adalah
organisasinya masyarakat pesantren.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
2. Pada hakikatnya, Ahlus sunnah wal Jama‟ah, adalah ajaran Islam yang
murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw. bersama
para sahabatnya. Dinamika Aswaja, pada akhirnya karena lahirnya ulama
bernama Abu Hasan al Asyari. Ia sebelumnya pengikut Mu'tazilah setelah
itu keluar. Ia memproklamirkan paham dimana rasulullah dan sahabat
berada di dalamnya, dan menyebut paham dengan sebutan Ahlus sunnah
wal Jama‟ah.
3. Aswaja dalam bidang pendidikan islam sangat krusial/ penting sekali
dikembangkan sebagai nilai pendidikan islam di Indonesia, disamping itu
pendidikan aswaja muncul karena kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu
pendidikan agama dan moral.
4. Peranan penting yang paling mendasar oleh sebuah Pendidikan adalah
mengimplementasikan ibadah kepada Allah SWT, juga meluruskan
pemahaman yang salah dari segi akidah maupun ibadahnya serta untuk
menuai akhlaq yang mulia dan terpuji.
12
DAFTAR PUSTAKA
Farid, Ahmad. 2011. Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama‟ah.
Surabaya: Pustaka Elba.
Nasichuddin. Moch. Ari. Aswaja Sejarah Dinamika Umat Islam Dan Analisis
Sosial http://www.kmnu.or.id/konten-291-aswaja-sejarah-dinamika-umat- islam-
dan-analisis-sosial.html, diunggah pada Sabtu, 23 April 2016 pukul
08.47 WIB
Nasir, Sahilun A. 2010, cet. 1. Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran,
dan Perkembangannya. Jakarta: Rajawali Press.
13