Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

SEJARAH & PENGERTIAN ASWAJA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ke-aswaja-an

Dosen Pengampu : Misbahul Munir, M.A

Oleh Kelompok 1 :

Bp. Mahrus 2001110007


Bp. Mulyoko 2001110066
Ahmad Ridwan 2001110003
Isna Rohmawati 2001110071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALHIDAYAT LASEM

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada nabi Muhammad SAW. Dalam Resume Materi Kuliah yang berjudul “Sejarah dan
Pengertian Aswaja”. Penulis bermaksud menjelaskan secara detail tentang materi penalaran.
Adapun tujuan pembuatan resume ini untuk memenuhi tugas mata kuliah KE-ASWAJA-AN.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan resumeini.

Lasem, 07 September 2023

Kelompok I

1|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aswaja sangat perlu dipelajari karena Aswaja termasukajaran orang-orang
Islam secara keseluruhan dan sebagai bekal untuk pedoman hidup dalam sehari-hari.
Aswaja adalah suatu golongan yang menganut syariat islam yang berdasarkan pada al-
quran dan hadis. Aswaja sebagai bagian dari kajian keislaman merupakan upaya yang
mendudukkan aswaja secara proposional, bukannya semata-mata untuk
mempertahankan sebuah aliran atau golongan tertentu yang mungkin secara subyektif
kita anggap baik karena rumusan dan konsep pemikiran teologis yang diformulasikan
oleh suatu aliran, sangat dipengaruhi suatu masalah teori pada masanya dan mempunyai
sikap.

Materi yang akan kita bahas meliputi:

1. Pengertian, Ajaran, Ciri Khas dan Dasar Akidah Aswaja


2. Sejarah Kemunculan Aswaja(FaktorReligius, Sosialdan Politik),
3. Perbedaan Aswaja dan kelompok lain di bidang Aqidah, Fiqh dan Politik
4. Pandangan Aswaja terhadap Hubungan Syara dengan Akal, Ilmu Kalam dan
Filsafat
5. Mengenal Tokoh-Tokoh Aswaja

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian, Ajaran, Ciri Khas dan Dasar Akidah Aswaja
2. Untuk mengetahui Searah Kemunculan Aswaja(FaktorReligius, Sosialdan
Politik),
3. Untuk mengetahui perbedaan Aswaja dan kelompok lain di bidang Aqidah, Fiqh
dan Politik
4. Untuk mengetahui pandangan Aswaja terhadap Hubungan Syara dengan Akal,
Ilmu Kalam dan Filsafat
5. Untuk mengetahui Tokoh-Tokoh Aswaja

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ajaran, Ciri Khas & Dasar Akidah Aswaja
1. Pengertian Aswaja

Pengertian secara bahasa

Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Ada tiga kata yang membentuk
istilah tersebut, yaitu :

a) Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.


b) Al-Sunnah, secara bahasa bermakna al-thariqah-wa-law-ghaira mardhiyah (jalan atau
cara walaupun tidak diridhoi).
c) Al-Jama’ahberasal dari kata jama’a artinya mengumpulkan sesuatu, dengan
mendekatkan sebagian ke sebagian lain.Jama’ahberasaladri kata ijtima’ (perkumpulan),
lawan kata daritafarruq (perceraian) danfurqah(perpecahan). Jama’ah adalah
sekelompok orang banyak dan dikatakan sekelompok manusia yang berkumpul
berdasarkan satu tujuan.

Pengertian secara istilah,

Menurut istilah, “Sunnah” adalah suatu nama untuk cara yang diridloi oleh agama yang
di tempuh oleh Rasullallah selainya dari kalangan orang yang mengerti tentang islam, seperti
para sahabat Rasullallah. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah:

“ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin setelahku”

Menurut Hasyim Asy’ari, dalam istilah syariat (fikih) “Sunnah” artinya sesuatu yang
dianjurkan untuk dilakukakan tetapi tidaak wajib.

Menurut para ulama Ushul Fiqh, kata “Sunnah” berarti apapun yang dilakukan,
dikatakan, atau ditetapkan oleh Nabi Muhammad saw, yang dapat dijadikan sebagai dalil dalam
menetapkan suatu hukum syar’i.

Menurut para ahli kalam (para teolog), “Sunnah” ialah kenyakinan (i’tiqad) yang
didasarkan pada dalil naql (al-quran, hadis, qawl atau ucapan shahabi, bukan semata bersandar
pada pemahaman akal (rasio).

3|Page
Menurut para ahli polotik, “Sunnah” ialah jejak yang ditinggalkan oleh Rasulullah dan
para Khulafa Rasyidin.

Sedangkan jama’ah secara istilah adalah kelompok kaum muslimin dari para dahulu
dari kalangan sahabat, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai
hari kiamat. Mereka berkumpul berdasarkan Al-quran dan Sunnahdan mereka berjalan sesuai
dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah baik secara lahir maupun batin. Definisi lain
berdasarkan hadis Rasullallah jama’ah adalah apa yang telah disepakati oleh sahabat Rosul
pada masa Khulafau Rosidi. Pada hadis Nabi ketika menjawab pertanyaan sahabat tentang
(akan) adanya perpecahan menjadi 71 atau 72 golongan, dan yang selamat hanya satu
golongan,.yaitu al-jama’ah. Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai disurga, maka


hendaklah ia mengikuti al-jama’ah (kelompok yang menjadi kebersamaan).” (HR. Al-Tirmidzi
(2091), dan al-Hakim (1/77-78) yang menilainya shahih dan disetujui oleh al-Hafizh al-
Dzahabi).

Dengan demikian Aswaja adalah golongan pengikut setia Nabi Muhammad SAW dan
sahabatnya,jadi Ahlussunnah wal-jama’ah adalah orang-orang yang selalu berpedoman pada
sunnah Nabi Muhammad SAW dan jalan para sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan,
amalan-amalan lahiriyah serta ahlak baik dan islam murni yang langsung dari Rasullallah
kemudian diteruskan oleh sahabatnya.

KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (1287-1336 H/ 1871-1947) menyebutkan dalam kitabnya


Ziyadat Ta’liqat (hal. 23-24) sebagai berikut:

“Adapun Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli
fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi Muhammad saw
dan sunnah Khufaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-
najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam
madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hambali.”

Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang menjadi pendiri ajaran Ahlussunnah Wal-
Jama’ah. Yang ada hanyalah ulama yang telah merumuskan kembali ajaran Islam tersebut
setelah lahirnya beberapa faham dan aliran keagamaan yang berusaha mengaburkan ajaran
Rasulullah dan para sahabatnyayang murni.

4|Page
2. Ajaran Aswaja

Islam adalah agama Allah yang diturunkan untuk seluruh manusia di dalamnya terdapat
pedoman dan aturan demi kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Ada 3 hal yang
menjadi sendi utama dalam agama Islam itu yaitu iman, islam, dan ihsan. Dalam sebuah hadis
dijelaskan bahwa iman adalah orang yang beriman kepada Allah SWT, malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan qadar (ketentuan)Allah yang baik dan yang buruk.
Islam adalah orang yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah
utusan Allah, mengerjakan sholat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan haji ke
Baitullah. Ihsan adalah orang yang menyembah Allah SWT seolah-olah kamu melihat-Nya.

Dari sisi keilmuan, semula ketiganya merupakan satu-kesatuan yang tidak terbagi-bagi
namun selanjutnya para ulama’ mengadakan pemisahan, sehingga menjadi ilmu tersendiri
bagian-bagian itu mereka gabungkan sehingga menjadi bagian ilmu yang berbeda, iman
memunculkan ilmu tauhid atau ilmu kalam islam menghadirkan ilmu fiqih atau ilmu hukum
islam. Dan ihsan menghadirkan ilmu tasawuf atau ilmu ahlak.

Meskipun telah menjadi ilmu tersendiri, tiga perkara itu harus diterapkan secara bersamaan
tanpa melakukan perbedaan. Misalnya orang yang sedang sholat dia harus mengesakan Allah
disertai kenyakinan bahwa hanya Allah yang wajib disembah (iman), harus memenuhi syarat
dan rukun sholat (islam), dan sholat harus dilakukan dengan khusyu’ den penuh penghayatan
(ihsan).

Dalam perkembangan sejarah umat islam, terdapat aspek lain yang dapat membedakan
ajaran aswaja dengan kelompok lain. Aspek tersebut adalah aspek politik. Aspek politik ini
dengan sendirinya melengkapi inti ajaran aswaja (terutama bila diperbandingkan dengan ajaran
kelompok lainya), selain aspek aqidah atau teologi dan fiqih atau hukum

3. Ciri Khas Aswaja

Ciri khas akidah aswaja antara lain menyakini bahwa Allah itu ada tanpa arah dan tanpa
tempat. Hal ini diantaranya yang membedakan Aswaja dengan aliran lain. Allah SWT
berfirman:

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia” (QS. Al-Syura :11)

Ayat ini adalah ayat yang paling tegas dalam menjelaskan kesucian Allah SWT secra
mutlak tidak menyerupai mahluk-Nya dari aspek apapun.

5|Page
Ulama Aswaja menjelaskan bahwa alam(mahkluk Allah) terbagi atas dua bagian, yaitu:

a. Al-jauhar al-fard, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai
batas terkecil.
b. Jims, yaitu benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian. Benda ini juga
terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu:
 Benda lathif, yaitu sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan seperti cahaya, roh,
angin, dan sebagainya.
 Benda katsif, sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, tanah, benda-
benda padat (jamad) dan sebagainya.

Dalil berikut ini juga menunjukkan bahwa Allah itu tanpa arah dan tanpa tempat, yaitu
hadis shahih:

Imron bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Allah ada
pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya.” (HR. Al-
Bukhari : 2953).

Hadis diatas menjelaskan bahwa Allah SWT itu pada azal belum ada angin, cahaya,
kegelapan, Arsy, lagit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. AllahSWT juga tidak
berubah dari wujud semula yani tetap ada tanpa tempat dan arah. Al-Imam Abu Manshur al-
Baghdadi juga mengatakan:

“Ahlussunnah Wal-Jama’ah juga bersepakat, bahawa Allah itu tidak diliputi oleh tempat dan
tidak dilalui oleh zaman.”

d. Dasar Akidah Aswaja

Pokok-pokok kenyakinan yang berkaitan dengan tauhid dan lain-lain menurut Aswaja
harus dilandasi oleh dalil dan argumentasi yang definitif (qath’i) dari Al- Quran, hadis, ijma’
ulama dan rgumentasi akal yang sehat.

6|Page
Berikut ini rincian dalil-dalil tersebut secara hirarkis.

1. Al-Quran

Al-quran Al-Karim adalah pokok dari semua argumen dan dalil. Al-qur’an adalah dalil
yang membuktikan kebenaran risalah nabi muhammad SAW, dalil yang membuktikan benar
dan tidaknya suatu ajaran. Al-Quran juga merupakan kitab Allah yang terakhir yang
menegaskan pesan-pesan dari kitab-kitab samawi sebelumnya.

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah
(A-Quran) dan Rasul (Sunnahnya).” (QS. Al-Nisa’ :59)

Mengembalikan persoalan kepada Allah SWT, berarti mengembalikan kepada Al-Quran.


Sedangkan mengembalikan kepada Rasul, berarti mengembalikannya kepada sunnah Rasul
yang shahinh.

2. Hadits

Hadits dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah adalah hadits yang perawinya
disepakati dan dapat dipercaya para ulama. Hadits yang dapat dijadikan dasar dalam
menetapkan akidah adalah hadits muttawatir. Hadits muttawatir ialah hadits yang disampaikan
oleh sekelompok orang yang banyak dan berdasarkan penyaksian mereka serta sampai kepada
penerima hadits tersebut, baik penerima kedua maupun ketiga melalui jalur kelompok yang
banyak pula.

Di bawah hadits muttawatir ada hadits mustafidh atau hadits masyhur, dan ada lagi
hadits yang dibawahnya masyhur, hadits masyhur ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga
orang atau lebih dari generasi pertama hingga generasi selanjutnya dan dapat dijadikan
argumen dalam menetapkan akidah.

3. Ijma’ ulama

Ijma’ ulama yang mengikuti ajaran ahlul haqq dapat dijadikan argument dalam
menentukan aqidah. Dalam hal ini seperti dasar yang melandasi penetapan bahwa sifat-sifat
allah itu qaddim (tidak ada pemulaanya) adalah ijma’ ulama yang qath’i.

4. Akal

7|Page
Dalam ayat-ayat al-qur’an allah SWT telah mendorong hamba-hambanya agar
merenungkan semua yang ada di alam jagad raya ini, agar dapat mengantar pada kenyakinan
tentang kemahakuasaan allah, menurut ulama tauhid, akal difungsikan sebagai sarana yang
dapat membuktikan kebenaran syara’, bukan sebagai dasar dalam menetapkan aqidah-aqidah
dalam agama. Meski demikian hasil penalaran akal yang sehat tidak akan keluar dan
bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh syara’.

B. Sejarah Kemunculan Aswaja(Faktor Religius, Sosial dan Politik)

Ketika nabi wafat, kaum muslimin masih bersatu dalam agama yang mereka jalani, kecuali
orang-orang munafik yang luarnya menyatakan islam, sedangkan hatinya menyembunyikan
kemunafikan. Klasifikasi social yang adapadasaatituterdiridaritigagolongan, orang muslim,
orang kafir dan orang munafik. Namun begitu nabi wafat, perselisihan dikalangan mereka
segera terjadi tentang seorang pemimpin yang akan menjadi pengganti nabi. Kaum anshar
menginginkan kepemimpinan berada ditangan pemimpin mereka yaitu sa’ad bin ubadah.
Sedangkan kaum muhajirin menghendaki kepemimpinan berada di tangan abu bakar. Mereka
pada kesepakatan untuk memilih abu bakar al shiddiq sebagai khalifah.

Setelah abu bakar al-shiddiq wafat, khalifah berpindah ketangan umar bin al khaththab,
sahabat nabi terbaik setelah abu bakar. Pada masa pemerintahan umar, islam semakin kuat dan
negri muslim semakin luas berkat proses penyebaran islam yang berjalan dengan efektif
dengan ditaklukanya negeri Persia dan romawi, dua Negara terbesar didunia pada saat itu dan
kemudian ditaklukanya negeri-negeri di sekitarnya kebawah naungan daulah islamiah dalam
proses sejarah yang dikenaldenganistilah al-futuhat al-islamiyyah (penaklukan-
penaklukanislam), hingga akhirnya khalifah umar menemui ajalnya setelah ditikam oleh
seorng budak Persia, yaitu abulu’lu’ah al-majusi.

Setelah umar wafat, khalifah berpindah ketangan utsman bin affan, menantu nabi
Muhammad SAW yang menyandang gelar Dzunnurain (pemilikduacahaya) yaitusatu-satunya
orang yang mempunyai dua seorang putri soeorang nabi, rukiayah dan umukultsum. Dari jalur
nasab, ustman masih termasuk keponakan rasullah, melalui jalur ibunya, Arwah binti Kuraiz
yang masih sepupu rasullallah. Disamping itu ustman juga sahabat rasullallah terbaik setelah
wafatnya ummar.

Setelah 6 tahun dari masa pemerintahan utsman, gejolak politik seputar kebijakan-
kebijakan ustman mulai muncul kepermukaan dan menjadi sasaran kritik sebagian masyarakat

8|Page
ustman dari jabatanya melalui gerakan yang dibungkus dalam kemasan amar ma’ruf dannahi
munkar sehingga halter sebut berakhir dengan terbunuhnya ustman dikaum pembrontak.
Kemudian khalifah berpindah ketangan ali bin abi thalib menantu dan sepupu rasullallah serta
sahabat terbaik setelah wafatnya ustman. Namun beragam kekacauan yang terjadi pada masa
ustman sangat berpengaruh terhadap pemerintahan ali bin abi thalib.

Lahirnya nama ahlisunnah waljama’ah, sebagian kalangan berasumsi bahwa nama aswaja
muncul pada masa imam madzhab yang empat, ada pula yang berasumsi, muncul pada masa
al imam Al Asy`ari dan al mathuridi. Dan ada pula yang berasumsi muncul pada sekitar abad
ketujuh hijriyah.Tentu saja asumsi itu keliru dan tidak memiliki landasan ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan maka pada periode akhir generasi sahabat rasullallah istilah aswaja
mulai diperbincangkan sebagai nama bagi kaum mulimin yang masih setia kepada ajaran islam
yang murni dan tidak terpengaruh pada ajaran-ajaran baru.

Pada beberapa ulama salaf mengatakan bahwa aswaja adalah mereka yang hanya memiliki
hubungan dengan sunnah nabi rasullallah kita tidak akan mampu memastikan sejak kapan titik
permulaan aswaja itu kecuali apabila kita mengakatan permulaan ajaranya adalah titik
permulaan ajaran islam itu sendiri,

Disisi lain istilah aswaja memiliki dua sasaran obyek yang berbeda

a. Aswaja dalam kontek yang bersifat umum yaitu menjadi nama bagi mereka
yang bukan pengikut aliran si’ahs eperti aliran Mu’tazilah, Murjiah,
Karramiyah, Wahhabi dan lain-lain.
b. Aswaja Dalam Konteks yang bersifat khusus yaitu menjadi nama bagi mereka
yang mengikuti ajaran rasullallah dan sahabat secara penuh seperti, Mu’tazilah,
Murjiah, Karramiyah, Wahhabi,Si’ah dan lain-lain

9|Page
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aswaja adalah suatu golongan yang menganut syariat islam yang berdasarkan pada al-
quran dan hadis. Ajaran Aswaja berasal dari Nabi Muhammad saw melalui perantara para
sahabatnya tanpa mengalami perubahan. Aswaja sangat penting untuk kita pelajari karena
Aswaja merupakan suatu pedoman hidup yang baik.

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat menambah sedikit ilmu kita tentang pendidikan inklusif dan
semoga kita dapat mengambil mamfaatnya. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah
berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak
menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi,
maupun penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga makalah ini dapat
memberi manfaat dalam proses evaluasi pendidikan.

10 | P a g e
11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai