Oleh :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
I. Latar Belakang ........................................................................................... 1
II. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
III. Tujuan Penulisan ……………………………………………………........ 2
BAB II Pembahasan
1. Perbedaan antara ideologi Aswaja dengan Syi’ah ………….…………… 7
2. Perbedaan antara ideologi Aswaja dengan Mu’tazilah …….………..…. 10
3. Perbedaan antara ideologi Aswaja dengan Khawarij ............................... 13
4. Perbedaan antara ideologi Aswaja dengan Wahabi ................................. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Ahlusunnah wal jama’ah atau yang lebih sering dikenal dengan Aswaja
memang merupakan satu istilah yang memiliki banyak makna. Menurut
bahasa,Ahl mempunyai arti keluarga-keluarga pengikut dan penduduk. Kata As-
Sunnah yang secara bahasa bermakna jalan,cara,atau perilaku yang tidak diridhai.
Al jama’ah berasal dari kata al jamu’ yang artinya mengumpulkan yang
Bercerai-berai. Menurut istilah sunnah berarti metode Nabi Muhammad,
sedangkan menurut jumhur ulama, sunnah yaitu sebuah jalan yang ditempuh oleh
rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dari pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa Aswaja bukan aliran baru yang muncul sebagai dari beberapa aliran lain
yang menyimpang dari ajaran islam yang hakiki. Ahlusunnah Wal Jama’ah
merupakan islam murni yang langsung dari Rasulullah SAW,lalu diteruskan para
sahabat. Karena itu,tidak ada seorangpun yang menjadi pendiri Ahlusunnah Wal
Jama’ah,yang ada hanya ulama yang telah merumuskan kembali ajaran islam
setelah lahirnya beberapa paham dan aliran keagamaan yang berusaha
mengaburkan kemurnian ajaran Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Pada kali ini akan dibahas mengenai kelompok, aliran, dan sekte yang pernah
ada dalam sejarah umat Islam, serta yang masih bertahan hingga kini. Penjelasan
ini berguna untuk mengetahui perbedaan mendasar Ahlussunnah Wa al-Jama’ah
atau Aswaja, diantara kelompok, aliran, dan sekte tersebut.
Kelompok, aliran, dan sekte yang akan dikaji dalam bab ini adalah kelompok
yang telah muncul dan berkembang sejak lama meliputi:
1. Ahlussunnah Wa al-Jama’ah atau Aswaja
2. Syi’ah
3. Mu’tazilah
4. Khawarij
5. Wahabi
1
II. RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Definisi secara bahasa Ahlussunnah wa al-Jama’ah atau Aswaja terbentuk dari
tiga kata, yakni:
- Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
- Al-Sunnah, bermakna al-thariqah wa law ghaira mardhiyah berabti jalan
atau cara walaupun tidak diridlai.
- Al-Jama’ah, berasal dati kata ijtima’ (perkumpulan), yang merupakan
lawan kata taffaruq (perceraian) dan furqah (perpecahan).
Sedangkan, definisi secara istilah Aswaja terdiri dari dua pengertian, yaitu Sunnah
adalah suatu nama untuk cara yang diridlai dalam agama, yang telah ditempuh
oleh Rasullulah atau selainnya dari kalangan orang yang mengerti tentang Islam,
seperti para sahabat Nabi. Secara umum, Sunnah adalah segala sesuatu yang
diperintahkan, dilarang, dan dianjurkan baik ucapan, perilaku, serta ketetapan oleh
Nabi. Dan Jama’ah adalah kelompok kaum muslimin dari para pendahulu dari
kalangan sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka
sampai hari kiamat. Syaikh Abdullah al-Harari menegaskan pengertian al-Jama’ah
merupakan aliran yang diikuti oleh mayoritas kaum muslimin (al-sawad al-
a’zham).
Dapat disimpulkan, dalam al-Khawakib al-Lamma’ah, Aswaja adalah orang-orang
yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi dan jalan para sahabat dalam masalah
akidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlak hati.
Islam adalah agama Allah yang diturunkan untuk seluruh manusia yang
didalamnya terdapat pedoman dan aturan demi kebahagiaan dan keselamatan
dunia dan akhirat. Ada tiga sendi utama dalam ajaran agama Islam (HR. Muslim:
9):
a. Islam. Implementasi dari 5 rukun Islam, yakni: Shahadat, Shalat, Zakat,
Puasa, dan Haji bila mampu. Islam akan menghadirkan bagian ilmu yaitu
ilmu fiqh atau ilm hukum islam.
b. Iman. Implementasi dari 6 rukun Iman, yakni: iman kepada Allah, kepada
malaikat, kepada kitab-kitab Allah, kepada Rasul, kepada hari kiamat, dan
kepada qada dan qadar. Iman memunculkan ilmu kalam atau tauhid.
4
c. Ihsan. Menyembah Allah seolah-olah meliha-Nya, jika tidak mampu maka
sesungguhnya Allah melihatmu. Ihsan melahirkan bagian ilmu tasawuf
atau akhlak.
Meskipun ketiga aspek tersebut terbagi dalam beberapa ilmu, ketiganya harus
diterapkan secara bersamaan tanpa melakukan pembedaan. Misalnya orang yang
sedang shalat, maka dia hanya menyembah Allah (iman), dengan syarat dan rukun
shalat (islam), serta dengan khusyu’ dan penuh penghayatan (ihsan).
Apabila ditanya cirri khas akidah Aswaja meyakini bahwa Allah itu tanpa arah
dan tanpa tempat. Maksudnya, seperti salah satu sifat Allah mukhalafatuhu lil-
hawaditsi yang berarti Allah tidak menyerupai makhluk-makhluk-Nya.Sehingga
mustahil Allah menyerupai makhluk yang memilki roh dan benda-benda padat
(jamad). Ulama Aswaja menjelaskan bahwa alam (makhluk Allah) terbagi atas
dua bagian:
a. Benda (‘ain), yang tebagi menjadi dua:
Al-jauhar al-fard, benda yang tidak dapat dibagi lagi karena telah
mencapai batas terkecil.
Jism, benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian.
- Lathif, sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan,
seperti cahaya, kegelapan, roh, angin, dan sebagainya.
- Katsif, sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan, seperti
tanah, manusia, benda padat (jamad) dan sebagainya.
b. Sifat benda (‘aradh). Benda mempunyai sifat yang melekat padanya
seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada ditempat dan arah,
duduk, turun, naik, dan sebaginya.
Dari klasifikasi benda diatas, semakin meyakinkan Allah itu tidak mungkin serupa
dengan makhluk-Nya. Arah dan tempat diciptakan oleh Allah, termasuk manusia
yang diciptakan Allah. Dengan demikian berarti Allah itu ada sebelum arah dan
tempat itu ada dan Allah tetap pada tanpa arah dan tempat. Oleh karena itu,
Aswaja sepakat meyakini Allah itu ada tanpa arah dan tempat. Kelompok yang
meyakini Allah ada di Arsy itu bukan Aswaja, akan tetapi kelompok Mujassimah
dan Musyabbihah.
5
B. Dasar Akidah Aswaja
Pokok keyakinan yang berkaitan dengan tauhid dan lainnya menurut Aswaja
harus dilandasi oleh dalil dan argumentasi yang definitif (qath’i) dari Al Quran,
hadits, ijma’ ulama, dan argumentasi akal sehat.
1. Al Quran
Al Quran al Karim adalah pokok dari semua argumentasi dan dalil.Allah
memerintahkan dalam Al Quran agar kaum muslimin senantiasa
mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada Allah dan Rasul.
2. Hadits
Hadits adalah dasar hukum yang kedua dalam penetapan akidah-akidah dalam
Islam. Hadits yang dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah adalah
hadits yang perawinya disepakati dapat dipercaya oleh para ulama. Hadits
tersebut adalah hadits muttawatir ialah hadits yang telah mencapai peringakat
tertinggi dalam keshahihannya.Dan hadits dibawahnya yaitu hadits masyhur,
namun hadits dibawah peringkat hadits masyhur tidak dapat dijadikan
argumnetasi dalam menetapkan sifat Allah. Hadits masyhurdapat dijadikan
argument dalam menetapkan akidah karena dapat menghasilkan keyakinan
sebagaimana halnya hadits muttawatir.
3. Ijma’ Ulama
Ijma’ ulama yang mengikuti ajaran Ahlul Haqq dapat dijadikan argumentasi
dalam menetapkan akidah. Dalam hal ini seperti dasar yang melandasi
penetapan bahwa sifat-sifat Allah yang qadim (tidak ada pemulanya) adalah
ijma’ ulama yang qath’i.
4. Akal
Akal difungsikan sebagai sarana yang dapat membuktikan kebenaran syara’,
bukan sebagai dasar dalam menetapkan akidah-akidah dalam agama.
Meskipun begitu, hasil penalaran akal yang sehat tidak akan keluar dan
bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh syara’.
Di kalangan kaum Muslim, yang berupaya mengkaji akidah-akidah Islam, ada tiga
aliran yang berbeda dalam menyikapi seputar hubungan syara’ dengan akal.
Pertama, aliran Mu’tazilah yang berpandangan bahwa akal didahulukan daripada
syara’.
6
Kedua, aliran Hasyawiyah, Zhahiriyah, dan semacamnya yang hanya mengikuti
dominasi syara’, dan tidak memberikan peran terhadap akal berkaitan dengan
ajaran-ajaran yang dibawa oleh syara’. Dalam ajaran Islam tidak akan tertib dan
disiplin tanpa dibarengi dengan ijitihad.
Ketiga, aliran Aswaja yang mengambil sikap moderat (tawassuth) dan seimbang
(tawazun). Semua kewajiban agama hanya dapat diketahui melalui informasi dari
syara’ sedangkan terkait dengan keyakinan hanya dapat dicapai dengan penalaran
akal. Gabungan dari keduanya dapat mengantar pada hakikat-hakikat yang
dikandung oleh dalil-dalil syara’.
Ketika posisi akal bertentangan dengan naql maka kaedah yang harus diambil
adalah mengingat bahwa akal adalah pokok dari naql dan bukti kebenaran naql.
Oleh karena itu, mengabaikan akal ketika ketetapannya definitif, serta menolak
tuntutan akal berakibat pada runtuhnya dasar naql itu sendiri. Ketika kita
membatalkan otoritas akal yang menjadi bukti kebenaran naql, berarti kita
membatalkan otoritas naql itu sendiri.2
2
Ahmad Sobri ,Ali Zakaria,Dewi Nur Maulidiyah “ Perbedaan Aswaja Dengn Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah,
dan Whabi Dalam Sejarah Umat Islam”https://islamaswajablog.wordpress.com/2016/07/12/perbedaan-
aswaja-dengan-aliran-lain-dalam-sejarah/ (diakses pada 3 Nopember 2021 pukul : 22.30)
7
ucapan,perbuatan, maupun keyakinan.Kelompok Syi’ah sepakat dalam
masalah pengangkatan imam,tetapi mereka berbeda pendapat mengenai
siapa yang berhak menjadi imam.
2. Kitab suci Syi’ah
Rasulullah صلي ا هللا عليه و سلمmendiktikan keterangan kepada Ali yang
di salin ke dalam lembaran-lemabaran yang lebih besar,yang dikenal dengan
nama al-Jami’ah.Konon,Imam Ja’far Shadiq menyebutkan bahwa al-
Jami’ah adalah lembaran yang panjangnya sekitar 70 hasta,yang mencakup
semua persoalan halal dan haram3
Kalangan Syi’ah juga mempercayai adanya:
Shahifah an-Namus yang berisi nama para pengikut sekaligus para
musuh mereka hingga hari kiamat.4
Shahiffah al-‘Abithah yang berisi 60 kabilah Arab yang halal
darahnya.5
Al-Jaafr al-Abydh yang menurut Abu Abdillah berisi Zabur Dawud,
Taurat Musa,Injil Isa,Shuhuf Ibrahim,halal dan haram,serta al-Jafr al-
Ahmar yang berisi senjata yang hanya terbuka karena darah untuk
berperang.6
Mushaf Fatimah yang menurut mereka,tidak ada didalamnya satu ayatpun
dari Kitabullah.7
3. Empat Kitab Hadist Syi’ah
Dalam penulisan hadist, Syi’ah mengklaim penulisan hadist mereka
sudah dimulai sejak zaman nabi Muhammad,seperti halnya dalam keilmuan
Ahlusunnah.Tetapi yang membuat beda adalah,menurut Syi’ah orang
3Majalah Waris,Kedutaan Besar Iran,No 14/Tahun IV/Muharram-Shafar 1419H,disadur dari Majalah al-
Hayat ath-Thabiyyah edisi Ramadhan 1419H dalam Mungkinkah Sunnah-Syiah dalam Ukhuwwah? ,pustaka
Sidorigi,70-75.
5 Ibid,37
6 Ushul al-Kafi,I/24
7 Bihar al-Anwar,XXVI/41
8
pertama yang melakukanya adalah nabi sendiri,yaitu melalui tangan Imam
pertama,Ali bin Abi Thalib.
Jika dalam Ahlu Sunnah wal Jamaah dikenal al-Kutub as-Sittah
sebagai kitab-kitab hadist induk, dan al-Bukhari sebagai kitab hadist
terbaiknya,maka dalam Syi’ah ada al-Kutub al-Arba’ah sebagai acuan
utama mereka, yakni al-Kafi, Man La Yahdhuruhul Faqih, Tahdzib al-
Ahkam, dan al-istibshar.
4. Kelompok-kelompok Syi’ah
Syahrastani membagi kelompok Syi’ah menjadi lima,yaitu
Kaisaniyah,Zaidiyah,Imamiyah,Ghulat,dan Ismailiyah.8Sedangkan
Asy’ariyah membagi menjadi tiga kelompok,yaitu Syi’ah Ghaliyyah yang
terbagi lagi menjadi 15 kelompok, Syi’ah Imamiyah(Rafidhah) yang terbagi
menjadi 14 kelompok,dan Syi’ah Zaidiyyah yang terbagi menjadi 6
kelompok.Kelompok-kelompok Syi’ah itu sepakat dalam beberapa hal,
diantaranya dalam masalah pengangkatan imam pasca Rasulullah.Menurut
mereka pengangkatan Khalifah telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan
hadist,atau dengan kata lain telah ditentukan oleh
Rasulullah9.Namun,beberapa hal,mereka berbeda pendapat.
Ada beberapa alasan juga tentang perbedaan Aswaja dengan Syi’ah
yaitu yang pertama,karena Syi’ah bukan pengikut Imam Abul Hasan Al
Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi dalam masalah akidah.Sedangkan
yang disebut Aswaja adalah yang mengikuti kedua imam tersebut. Yang
kedua Syi’ah menyakini bahwa yang berhak menjadi imam setelah
Rasulullah adalah sayyidina Ali berdasarkan Nash dan hadist yang
dipelajari,namun Aswaja tidak seperti itu.Aswaja menyakini bahwa yang
berhak menjadi imam setelah Rasulullah adalah kesepakatan bersama dari
pada shahabat melalui musyawarah.Karena itulah Aswaja mengakui
kepemimpinan Abu Bakar,Umar bin Khattab, Ustman bin Affan,dan
sayyidina Ali bin Abi Thalib. Ketiga,kaum Syi’ah menyakini kepemimpinan
8 Ibid
9
politik sebagai masalah akidah(ushuliyyah).Sedangkan Aswaja menyakini
kepemimpinan politik adalah masalah ijtihadiyah.
10 Ibid, 19.
10
kehidupan kearah jalan kebahagiaan dunia dan akhirat,dan jalan yang
diridhoi Allah SWT.Dalam doktrin Nubuwwat ini, umat manusia harus
mempercayai dengan seutuhnya jika Muhammad SAW adalah utusan
Allah SWT,yang membawa risalah (Wahyu) untuk umat manusia. Beliau
adalah Rasul paling akhir,yang wajib diikuti oleh tiap manusia.
Pilar yang ketiga ialah al-Ma’ad,sebuah keyakinan jika nanti manusia
dibangkitkan dari kubur,dihari kiamat dan tiap manusia akan mendapatkan
imbalan sesuai amal dan tindakannya (Yaumul jaza’).Dan mereka akan
dihitung(hisab) semua amal tindakan mereka hidup di dunia.Mereka
banyak beramal baik akan masuk surga dan mereka yang banyak beramal
jelek akan masuk neraka.
2. Prinsip Tauhid
Kaum Mu’tazilah tidak mempercayai sifat-sifat Allah.Sebab,dengan
menetapkan sifat-sifat Allah yang juga bersifat qadim, orang dianggap berbuat
syirik.Dengan menganggap Zat Allah punya sifat-sifat qadim, seseorang dianggap
telah menyamakan antara zat Allah dengan sifat-sifat nya,sehingga akan ada
tuhan-tuhan selain Allah.Hal semacam ini,menurut Mu’tazilah termasuk
perbuatan syirik.
Abu Husain al-Khayyath al-Mu’tazil menjelaskan hal ini dalam kitab nya
al-intishar.Penjelasanya sebagaimana berikut:
“Jika Allah SWT mengetahui sesuatu dengan ilmu-Nya atau hadist(baru).Tetapi
tidaklah mungkin ilmu-Nya itu bersifat qadim,karena jika ilmu Allah bersifat
qadim,maka akan ada dua hal yang bersifat qadim,yaitu Zat Allah dan sifat ilmu-
Nya itu,sehingga akan terjadi ta’adud al-alihah(banyak Tuhan).”
11
melarang sesuatu yang Dia benci,Allah mengendalikan setiap kebaikan yang
diperintahkan Nya dan terbebas dari setiap keburukan yang dilarang Nya.
Al-Wa’d wa al-Wa’id
Mu’tazilah berkeyakinan bahwa janji dan ancaman akan datang. Janji
Allah memberikan pahala pasti terjadi,demikian pula sebaliknya,ancaman Allah
untuk memberikan siksa juga bakal terjadi.Sebagaimana janji Allah untuk
menerima taubat nashuha juga akan terjadi,Orang yang berbuat dosa besar tidak
akan diampuni,kecuali dengan bertaubat,sebagaimana orang yang berbuat
kebaikan bakal mendapat pahala.
Al-Manzilah baina al-Manziatain
As-Syahrastani dalam al-Milal wa al-Nihal mengutip pendapat Washil bin
Atha’ bahwa iman itu ibarat poin-poin kebaikan. Jika poin-poin itu
berkumpul,maka seorang dinamakan sebagai mukmin,dan itulah predikat terpuji.
Sedangkan orang fasik tidak mengumpulkan poin-poin kebaikan,juga tidak
mendapat predikat terpuji. Karena itu, ia tidak disebut sebagai mukmin,namun
juga tidak kafir karena syahadat dan kebaikan-kebaikan lain telah ia penuhi. Tapi
jika ia keluar dari dunia dengan membawa dosa besar tanpa bertaubat,maka ia
termasuk ahli neraka selama-lamanya. Karena diakhirat itu hanya ada dua
kelompok,satu disurga,satu dineraka. Namun orang itu siksaanya di neraka
dikurangi.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Prinsip ini berfungsi untuk menyebarkan Islam dan memberikan
pencerahan bagi orang-orang yang tersesat,juga untuk menangkal serangan orang-
orang yang berusaha mencampuradukan antara yang benar dan yang salah.11.
Imam Ibn Abil ‘Izz berkata:
“Terkait amar Ma’ruf Nahi Munkar,maka kaum Mu’tazilah berkata: kita wajib
menyentuh orang selain kita untuk melaksanakan hal yang telah diperintahkan
kepada kita dan mewajibkan mereka dengan apa yang wajib kita kerjakan. Di
11 Tarikh al-Mazahib,hal.121-123.
12
antara kandunganya adalah boleh memberontak dengan senjata melawan
penguasa yang dzalim.”12
13Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja, (Surabaya: Aswaja NU Center PWNU
Jawa Timur), hlm. 330.
13
a) Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam.
b) Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab.
c) Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat.
d) Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika
melakukan kezaliman.
e) Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi
setelah tahun ketujuhdari masa kekhalifahannya, Utsman r.a. dianggap
telah menyeleweng.
f) Khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia dianggap
menyeleweng.
g) Mu’awiyah bin Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir.
h) Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir.
i) Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya harus
dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi muslim
(kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap
kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula.
j) Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
Apabila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar
al harb (Negara musuh), sedangkan golongan mereka di anggap berada
dalam dar al islam (Negara islam).
k) Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
l) Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan
yang jahat harus masuk kedalam neraka).
m) Amar makruf nahi mungkar
n) Memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasyabihat (samar)
o) Al- Qur’an adalah makhluk
p) Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.
14
dan sosial. Doktrin Khawarij dari poin a sampai dengan poin h dapat
dikategorikan sebagai doktrin politik sebab membicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala Negara
(khalifah). Melihat pengertian politik secara praktis-yaitu kemahiran
bernegara, atau kemahiran berupaya menyelidiki manusia dalam memperoleh
kekuasaan, atau kemahiran mengenai latar belakang, motivasi, dan hasrat
manusia ingin memperoleh kekuasaan. Khawarij dapat dikatakan sebagai
sebuah partai politik. Politik ternyata merupakan doktrin sentral khawarij.
Timbulnya doktrin ini merupakan reaksi terhadap keberadaan Mu’awiyah
yang secara teoretis tidak pantas memimpin Negara karena ia seorang tulaqa’.
Kebencian Khawarij terhadap Mu’awiyah ditambah dengan kenyataan bahwa
keislamannya belum lama.14
Kelompok Khawarij menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak
pantas. Jalan pintas yang ditempuh adalah membunuhnya, termasuk orang
yang mengusahakannya menjadi khalifah. Dikumandangkanlah sikap
bergerilnya untuk membunuh mereka. Dibuat pula doktrin teologi tentang
dosa besar swbagaimana tertera pada poin I dan j. Akibat doktrinnya
menentang pemerintah, khawarij harus menanggung akibatnya. Kelompok ini
selalu dikejar-kejar dan ditumpas pemerintah. Lalu, perkembangannya
sebagaimana di
tuturkan Harun Nasution, kelompok ini sebagian besar sudah musnah. Sisa-
sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, dan Arabia Selatan. Doktrin
teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas langsung
doktrin sentralnya, yaitu doktrin politik. Radikalitas itu sangat dipenggaruhi
oleh sisi budaya yang juga radikal. Hal lain yang menyebabkan radikalitas itu
adalah asal-usul mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan
pengembara padang pasir tandus. Hal itu telah membentuk watak dan tata
pikirnya menjadi keras, berani, tidak bergantung kepada orang lain, bebas,
dan tidak gentar hati. Akan tetapi, mereka fanatik dalam menjalankan agama.
Sifat fanatik itu biasanya mendorong seseorang berpikir sangat simplistic;
14Syed Amir Ali, The Spirit Of Islam, Terjemahan H.B. Yasin, Bulan
Bintang, cet III, Jakarta, hlm 228
15
berpengetahuan sederhana;melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi, bukan
berdasarkan data dan konsistensi logis; bersandar lebih banyak pada sumber
pesan (wadah) dari pada isi pesan; mencari informasi tentang kepercayaan
orang lain dari sumber kelompoknya dan bukan dari sumber kepercayaan
orang lain; mempertahankan secara kaku sistem kepercayaannya; dan
menolak mengabaikan dan mendistorsi pesan yang tidak konsisten dengan
sistem kepercayaannya.15Orang-orang yang mempunyai prinsip khawarij
sering menggunakan cara kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Sejarah
mencatat bahwa kekerasan pernah memegang peranan penting. Doktrin-
doktrin ini memperlihatkan kesalahan asli kelompok Khawarij, sehingga
sebagai penggamat menganggap doktrin-doktrin ini lebih mirip dengan
doktrin Mu’tazilah, meskipun kebenaran adanya doktrin ini dalam wacana
kelompok Khawarij masih patut dikaji lebih mendalam. Sebab, dapat
diasumsikan bahwa orang-orang yang keras dalam pelaksanaan ajaran agama,
sebagaimana dilakukan kelompok khawarij, cenderung berwatak
tekstualis/skriptualis, sehingga menjadi fundamentalis.
15 Jalaludin Rahmat, Risiko Keterbukaan, ( Bandung ; Remaja Rosda Karya, 1991), hlm. 3-4
16Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja, (Surabaya: Aswaja NU Center PWNU
Jawa Timur), hlm. 330.
16
penamaan dakwah yang di emban oleh Muhammad dengan nama
Wahhabiyah yang di nisbatkan kepadanya adalah penisbatan yang keliru dari
sisi bahasa, karena ayahnya tidak menyebarkan dakwah ini.
17
3. Mereka Wahabi Menuduh syirik kepada orang yang bermazhab dan taklid.
Sedangkan Aswaja Haram hukumnya Menuduh Orang syirik.
4. Pembagian tauhid menjadi 3 yaitu: tauhid uluhiyah, tauhid ubudiyah, dan
tauhid al-asmd’ wa al-shif’at. Sedangkan Aswaja bermadzab kepada 4
Imam
5. Melarang tawasul dengan nabi SAW sebagaimana kita ketahui bahwa
pemahaman keagamaan dari kalangan wahabi berbeda dari kaum
muslimin yaitu ahlusunah waljamaah.hal ini Nampak misalnya dalam
memandang hukum ber-tawasul dan ber-istighatsah.
6. Persoalan : tentang Abu jahal dan Abu lahab
Pendapat Aswaja : Abu jahal dan Abu lahab bukanlah dari kalangan orang
Islam sebagaimana di jelaskan dalam Alquranul kariim dan tidak bisa
terbantahkan kekuatan firman Allah.
Dalilnya : Firman Allah Ta’ala mengenai Abu lahab:Maksudnya: kelak dia
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala. (Al-Masad ayat: 3)
Pendapat Wahabi : Wahabi mengatakan bahwa Abu jahal lebih mulia dan
mengamalkan serta peng-ESA-an tauhid mereka kepada Allah daripada
orang Islam umumnya yang mengucap dua kalimah syahadah. ( yang
dimaksudkan dengan orang Islam di sini ialah mereka yang bertawassul
dengan wali-wali dan para solihin dimana pengertian tawasul menurut
wahabi seperti menyembah berhala, batu, orang mati atau sejenisnya ).
7. Persoalan : Madzab
Pendapat Aswaja : 4 madzab adalah generasi penerus akidah Ulama Salaf
sebagaimana penjelasn sunnah Rasullullah yang menjadi pembimbing
umat islam kearah yang benar menurut sunnah Rasulullah.dan bukan
syirik
Dalil : ijma kebanyakan ulama sepakat
Pendapat wahabi : “Mengikut mana-mana mazhab adalah syirik.”
Ada banyak sekali perbedaan antara keduanya. terutama memahami
perkara Bid`ah walaupun keduanya sama sama sepakat mengakui adanya
18
Bid`ah dan pada uraian ini hanya sekedar bahan renungan kita atas hujah
hujah para Ulama Ahlsuunnah wal jama`ah dan Wahabi.17
17
Jaya Roza Azzukhrufi, Makalah Salafi Wahabi dan Penyimpangannya, (Mojokerto, 2017)
19
termasuk ahlul bait
A Quran Tetap orisinil Telah dibuah oleh para sahabat
20
membawa keadilan dan kedamaian.
Mut’ah Haram Halal dan dianjurkan
Khamr Najis Najis
Air Air yang telah dipakai Air yang telah dipakai cebok dianggap
istinja’ (cebok) tidak suci suci dan mensucikan
Shalat 1.Meletakkan tangan kanan 1.Meletakkan tangan kanan diatas
diatas tangan kiri hukumnya tangan kiri membatalkan shalat.
sunnah. 2.Mengucapkan 2.Mengucapkan Amin di akhir surat
Amin sunnah. 3.Shalat jama’ al-Fathihah dalam shalat dianggap
diperbolehkan bagi orang tidak sah. 3.Shalat jama’
yang bepergian dan bagi diperbolehkan walaupun tanpa alasan
orang yang mempunyai apapun. 4.Shalat Dhuha tidak
udzur sya’i. 4.Shalat Dhuha dibenarkan
disunnahkan
21
kecuali dosa syirik bertaubat
Al Manzilah Muslim yang berbuat dosa Muslim yang berbuat dosa
baynal dihukumi sebagai fasiq. Ketika dihukumi tidak muslim dan
Manzilatain bertaubat akan diampuni, apabila tidak kafir, menempati dua
belum bertaubat dan mati, keadaan. Ketika mati belum
sepenuhnya diserahkan kepada bertaubat kekal
Allah
22
al- aqdi dan rakyat
Surga diperuntukkan Mengambil fikih Kepemimpinan
bagi orang yang taat dari imam hukumnya wajib karena
kepada Allah dan madzhab empat, dalil syariat. (persamaan
Rasul-Nya. Neraka yaitu Abu dengan Khawarij; harus
diperuntukkan bagi Hanifah, Maliki, ada pemimpin untuk
orang yang tidak taat Syafi’I, dan mengelola dan
kepada Allah dan Ahmad bin mengamankan negara.
Rasul Hanbal Menurut Aswaja karena
dalil, menurut Khawarij,
karena maslahat
Pemimpin harus
memenuhi empat syarat:
1. Berasal dari suku
Quraisy. 2. Baiat. 3.
Syura. 4. Adil
Khawarij Meyakini khlaq al Hanya Menyatakan keluar dari
Quran (penciptaan Al mengambil kepemimpinan Ali (yang
Quran), karena itu Al hadits yang sudah disahkan oleh ahl
Quran tidak suci diriwayatkan hal wa al- aqd dan telah
oleh para dibaiat rakyat) setelah
pemimpin terjadinya peristiwa
mereka tahkim (arbitrase)
Setiap orang dari Meyakini hukum Mengkafirkan Ali,
umat Nabi hanya milik Utsman, Muawiyah,
Muhammad yang tela Allah (la hukma oarng yang terlinat
melakukan dosa ilalillah), karena dalam perang Jamal, dua
dikategorikan sebagai itu mengukumi pihak yang menyepakati
orang kafir dan ia sesuatu dengan perjanjian tahkim, serta
akan kekal di dalam selain hukum orang yang mendukung
neraka Allah menurut kedua pihak
mereka adalah
23
kufur
Mengubah nama dan Semangat Berkeyakinan bahwa jika
sifat Allah membabi buta pemimpin kafir, maka
(hammasah) dan rakyat ikut kafir, karena
hanya berpegang itu wajib keluar dari
teguhpada kepemimpinan imam
lahiriah teks/ yang mereka nilai elah
dalil kafir
Memaknai istiwa Kesalahan dalam Khalifah harus dipilih
(bersemayamnya) ijtihad dapat malului pemilihan yang
Allah di Arsy dengan menjadikan bebas dan bersih,
istila’ (menguasai), seseorang kafir dilakukan oleh mayoritas
sehinga direbut kaum muslimin, bukan
kembali oleh Allah hanya sebagian
golongan, dan
epemimpinan khalifah
terus sah selama ia
menegakkan keadilan
dan syariat, jauh dari
kesalahan dan
kezaliman. Jika ia
berkhianat, wajib dipecat
atau dibunuh
Mayoritas Khawarij Khalifah tidak harus dari
tidak mengimani azab suku Quraisy, juga tidak
kubur harus dari bangsa Arab.
Mereka mengangkat
Abdullah bin Wahab al-
Rasi (bukan dari
Quraisy) sebagai
khalifah dan
menyebutnya amir al-
24
mukminin
Berani mati dan Kelompok Khawarij
menghadapi bahaya bernama najdat
yang mengancam jiwa berpendapat
dan keselamatan, pengangkatan imam
dengan alasan yang wajib karena maslahat
tidak kuat dan kebutuhan, bukan
wajib karena dalil syariat
Kelompok Khawarij
bernama Yazidiyah
meyakini bahwa
Allah mengutus
seorang Rasul dari
kalangan ‘ajam (non
Arab) dan
menurunkan syariat
Nabi
25
Toleransi dalam Furu’iyah/ Tak ada toleransi dalam perbedaan
Khilafiyah
Qunut subuh untuk madzhab Qunut Subuh bid’ah sesat
Syafi’i
Yasinan, tahlilan, dan mauludan Yasinan, Tahlilan, dan Maulidan itu sesat
Ziarah dan doa kubur Menganggap berdoa di kuburan Musyrik dan
Menghancurkan kuburan Ulama
Mengislamkan orang kafir MengKafirkan orang Islam
26
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari masing-masing aliran kalam memiliki pemahaman yang berbeda tentang
berbagai masalah ketuhanan dan lainnya,yang kemudian menimbulkan
argumentasi yang diperdebatkan untuk membela masing-masing golongan. Syi’ah
adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi wafat. Khawarij berarti
orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini
menganggap dirinya sebagai orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk
berjuang dijalan Allah. Meskiun pada awalnya Khawarij muncul karena
penolakan politik, tetapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara
masalah teologis.
Sedangkan aliran Mu’tazilah merupakan salah satu aliran teologi dalam Islam
yang dapat dikelompokkan sebagai kaum rasionalis Islam. Aliran ini muncul
sekitar abad pertama hijriyah, di kota Basrah, yang ketika itu menjadi kota sentra
ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam. Golongan Wahabi adalah pengikut
Muhammad bin Abdul Wahhab, sebuah gerakan separatis yang muncul pada masa
pemerintahan Sultan Salim III (1204-1222 H). Gerakan ini berkedok memurnikan
tauhid dan menjauhkan umat manusia dari kemusyrikan. Gerakan Wahabi muncul
melawan kemampuan umat Islam dalam masalah akidah dan syariah, karenanya
gerakan ini tersebar dengan peperangan dan pertumpahan darah.
Aswaja atau Ahlussunnah wa al-Jama’ah adalah orang-orang yang selalu
berpedoman pada sunnah Nabi dan jalan para sahabat dalam masalah akidah
keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlak hati. Ciri khas akidah Aswaja
meyakini bahwa Allah itu tanpa arah dan tanpa tempat. Aswaja merupakan aliran
yang memiliki dasar akidah berdasarkan Al Quran dan hadits Nabi. Dalam
masalah imamah, Aswaja mengakui keempat Khulafa Roshidi, yaitu Abu Bakar,
Umar, Utsman, dan Ali.
27
DAFTAR PUSTAKA
28