Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

OBJEK PENDIDIKAN

Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen pengampu : Dra. Darrotul Jannah, M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 2/G

1. Ifa Ainun Najikha (1908101257)


2. Neneng Siti Muniroh (1908101255)
3. Respiyayi Nurmala Putri (1908101261)
4. Khansa Izdihar Fadhila (1908101246)
5. Aryanto (1908101270)
6. Siti Nur Jannah (1908101278)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SYEKH NUR JATI CIREBON

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala pujian bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Objek Pendidikan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
terstruktur dari dosen pengampu pada mata kuliah Tafsir Tarbawi yaitu Ibu Dra,
Darrotul Jannah, M.Ag. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bagaimana kajian objek pendidikan dalam mata kuliah tafsir
tarbawi ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah


memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 8 Oktober 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pengertian Objek Pendidikan.............................................................3
B. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Objek Pendidikan................................5
QS. At-Tahrim ayat 6..........................................................................5
QS. Asy-Syu’ara ayat 214..................................................................10
QS. At-Taubah ayat 122.....................................................................12
QS. An-Nisa ayat 170.........................................................................16

BAB III PENUTUP...............................................................................................18


A. Kesimpulan...........................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan tentunya terdapat sebuah subyek, obyek
dan sarana sarana lain yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya
sebuah pendidikan. Subyek pendidikan adalah orang ataupun kelompok
yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi
yang di ajarkan atau disampaikan dapat dipahami oleh obyek pendidikan.
Sedangkan obyek pendidikan adalah orang atau kelompok yang menerima
pendidikan tersebut, sehingga materi yang diajarkan atau disampaikan
dapat dipahami oleh obyek pendidikan. Allah Swt telah memerintahkan
kepada RasulNya yang mulia, di dalam ayat-ayat yang jelas ini, agar dia
memberi peringatan kepada keluarga dan sanak kerabatnya kemudian
kepada seluruh umat manusia agar tidak seorangpun yang berprasangka
jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya.
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam di seluruh dunia.
Bukan hanya sekedar kumpulan lembaran-lembaran yang di baca dan
mendapatkan pahala dengan membacanya. Namun lebih dari itu, Al-
Qur’an merupakan mukjizat yang abadi sampai akhir nanti, bahkan Al-
Qur’an memberikan hujjah dan sebagai penolong di hari perhitungan amal
kelak. Di dalam Al-Qur’an terdapat kandungan pengetahuan yang tiada
tara. Baik yang tersurat ataupun yang masih tersirat.
Untuk mengetahui makna-makna dan hikmah-hikmah yang terdapat dalam
Al-Qur’an, perlu adanya penafsiran-penafsiran tentang ayat-ayatnya dan
semua itu terdapat di dalam ilmu tafsir. Diantara ilmu-ilmu al-Qur’an,
tafsir merupakan ilmu yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Di dalamnya
terhimpun tafsir dari sudut balaghoh, nahwu, sorof, asbabu Nuzul,
munasabah, hadist, tarikh, dan lain sebagainya. Dalam makalah ini kami
akan membahas terkait dengan obyek pendidikan berdasarkan Al-Qur’an
yang terkandung dalam Q.S. At-Tahrim Ayat 6, Asy-Syu’araa Ayat 214,
At-Taubah ayat 122dan Q.S An-Nisaa ayat 170

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian objek pendidikan?
2. Bagaimana tafsiran surat At-Tahrim ayat 6?
3. Bagaimana tafsiran surat Asy-Syu’ara ayat 214?
4. Bagaimana tafsiran surat At-Taubah ayat 122?
5. Bagaimana tafsiran surat An-nisa ayat 170?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian pendidikan
2. Untuk mengetahui tafsiran surat At-Tahrim ayat 6
3. Untuk mengetahui tafsiran surat Asy-Syu’ara ayat 214
4. Untuk mengetahui tafsiran surat At-Taubah ayat 122
5. Untuk mengetahui tafsiran surat An-nisa ayat 170

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Objek Pedidikan


Objek adalah hal, perkara atau orang yang menjadi pokok
pembicaraan. Pendidikan dalam bahasa Inggris adalah education. Kata
bahasa Inggris (education) berasal dari bahasa Latin, yaitu ducare, yang
berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin”. Dengan menambahkan
e, berarti “keluar”. Maka, berdasarkan asal kata, pendidikan berarti
“menuntun, mengarahkan dan memimpin keluar. Dalam buku Tim
Pengembangan Pendidikan FIP-UPI, melihat pengertian pendidikan dari
bahasa Yunani, yaitu Paedagogi, terdiri dari dua kata “paid” artinya anak
dan “agogos” yang artinya membimbing. Sehingga pedagogi dapat
diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of
teaching children)”.1
Menurut John Dewey “Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan fundamental, secara intelektual dan fundamental ke arah alam
sesama manusia” Frederick J. Mc Donald berpendapat bahwa “Pendidkan
adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat”.
Tokoh pendidikan lain yang juga sangat berpengaruh di dunia
pendidikan nasional adalah Ki Hajar Dewantara (1889 – 1959),
mengatakan bahwa “Pendidikan adalah segala daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup danmenghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya”.2
Dari pengertian-pengertian pendidikan yang telah dikemukakan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses
yang dilaksanakan dengan terencana dan secara langsung untuk mendidik,
mendewasakan serta meningkatkan tingkat kehidupan anak secara utuh.
1
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan 1, (Bandung: PT Imperial
Bhakti Utama (IMTAM), 2007).
2
Mohmmad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional, (Bandung, Imperial Bhakti Utama (IMTAM),
t.th), hal. 130.

3
Jadi pendidikan dilaksanakan dimanapun, kapanpun dan kepada semua
usia. Dalam hal ini, pendidikan dapat dikatakan sebagai life-long process
dari manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayat.3
Jadi, objek pendidikan adalah murid atau orang yang menerima
dan menjalani proses pendidikan yang dilangsungkan oleh subjek
pendidikan atau pun yang dialami langsung oleh objek melalui
pengalaman sehari-hari dan relasi objek dengan subjek dan objek lain serta
relasi dengan alam (lingkungan).4
1. Pengertian Objek Pendidikan
Menurut Abdurrahman Mas'ud (20017) dalam bukunya
Paradigma Pendidikan Islam bahwasannya Objek Pendidikan yaitu
orang yang menjadi pokok sasaran pendidikan adalah proses
pencerdasan secara utuh dalam rangka mencapai keseimbangan materi
dan religious spiritual : Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyati (199. 81) bahwa.Objek ilmu pengetahuan dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu objek material dan objek formal" Tujuan
antara objek ilmu pengetahuan dengan ilmu pendidikan adalah sama
yaitu usaha dalam rangka memberikan wawasan keilmuan diberbagai
ranah.
Maka dari kedua pedapat tersebut diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa objek pendidikan adalah sasaran pokok yang
dikenakan dalam praktik pendidikan yaitu peserta didik dan proses
pendidikan yang ditunjukan agar kedua objek tersebut mampu
berlandaskan pemahaman tentang nilai-nilai material dan spiritual
yang baik, dalam menghantarkan kehidupan yang seimbang antara
dunia dengan akhirat.
2. Objek Pendidikan Islam
Membahas mengenai objek pendidikan Islam tentu sasaran
dan tujuannya sama dengan objek pendidikan yang lainnya. Hal ini
seperti yang telah diuatarakan oleh Mudzakkir Ali (2012: 41)

3
Achmat Dardiri, Ilmu Pendidikan, (Modul Kuliah FIP UNY), 2005/2006.
4
Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pnedidikan,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), cet. Ke-2,
hlm. 33-35.

4
bahwasannya "objek dalam ilmu pendidikan Islam ini diartikan sebagai
suatu yang menjadi tujuan (Syai magshud) keilmuan". Maka oleh
karena itu dalam kajian objek pendidikan Islam sebagai sasaran
pendidikannya terdiri dari dua objek yang sama dengan objek keilmua
yaitu objek material dan objek formal.

B. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Objek Pendidikan


Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat ilmu pengetahuan,
adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran dan
tentunya terdapat objek pendidikan pula. Dalam objek pendidikan telah
terserat dalam Al-Quran, yaitu dalam surat At-Tahrim ayat 6, Asy-
Syu’araa ayat 214, At-Taubah ayat 122 dan An-Nisa ayat 170
1. Q.S. At-Tahrim ayat 6

‫وا قُ ٓو ۟ا أَنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا ٱلنَّاسُ َو ْٱل ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰلَٓئِ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل‬
۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ
َ‫يَ ْعصُونَ ٱهَّلل َ َمٓا أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Ayat diatas memberi tuntunan kepada kaum beriman bahwa : Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu, antara lain dengan
meneladani Nabi dan pelihara juga keluarga kamu yakni istri, anak-
anak, dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawab kamu dengan
mendidik dan membimbing mereka agar kamu semua terhindar dari
apineraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang
kafir dan juga batu-batuantara lain yang dijadikan berhala-berhala.Di
atasnya yakni yang menangani neraka itu dan bertugas menyiksa
penghuni-penghuninya adalah malaikat-malaikat yang kasar-kasar hati
dan perlakuannya.

5
Yang keras-keras perlakuannya dalam melaksanakan tugas
penyiksaan, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang Dia
perintahkan kepada mereka sehingga siksa yang mereka jatuhkan –
kendati mereka kasar- tidak kurang dan tidak juga berlebih dari apa
yang diperintahkan Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan
masing-masing penghuni neraka dan mereka juga senantiasa dan diri
saat ke saat mengerjakan dengan mudah apa yang diperintahkan Allah
kepada mereka.
a. Isi Kandungan Surat At Tahrim Ayat 6
Ayat enam diatas menggambarkan bahwa dakwah dan
pendidikan harus bermula di rumah. Ayat di atas walau secara
redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti
hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan
lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya
ayat yang memerintahkan puasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan
perempuan. Ini berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap
anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-
masing bertanggungjawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri
tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh
nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.
Lalu dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan Mengenai firman Allah
subhanahu wa ta’ala,
‫قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا‬
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka”, Mujahid
(komentar Sufyan As-Sauri kepada Mujahid mengatakan, “Apabila
datang kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup
bagimu”) mengatakan : “Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah
kepada keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah”.
Sedangkan Qatadah mengemukakan : “Yakni, hendaklah
engkau menyuruh mereka berbuat taat kepada Allah dan mencegah
mereka durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menjalankan
perintah Allah kepada mereka dan perintahkan mereka untuk

6
menjalankannya, serta membantu mereka dalam menjalankannya. Jika
engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan
dan cegahlah mereka.”
Demikian itu pula yang dikemukakan oleh Adh Dhahhak dan
Muqatil bin Hayyan, dimana mereka mengatakan : “Setiap muslim
berkewajiban mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya,
berbagai hal berkenaan dengan hal-hal yang diwajibkan Allah Ta’ala
kepada mereka dan apa yang dilarang-Nya.”
Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil dari
surat at-tahrim ayat 6:
1) Perintah Taqwa Kepada Allah SWT dan berdakwah
Dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang
yang percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan
supaya mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya
terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan
perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan
patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api
neraka. Api neraka disediakan bagi para kafir / pendurhaka yang tidak
mau taat kepada Allah dan yang selalu berbuat maksiat.
Oleh karena itu kita diwajibkan oleh Allah untuk taat kepada-
Nya supaya selamat daripada siksa-Nya. Caranya membina diri kita
terlebih dahulu dalam mendalami akidah dan adab islam kemudian
setelah kita mampu melaksanakan maka kita wajib mendakwahkan
kepada yang lain yaitu orang-orang terdekat kita / keluarga yaitu orang
tua, istri, anak, adik, kakak dan karib kerabat.
2) Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
Banyak sekali amalan shalih yang menjadikan seseorang
masuk surga dan dijauhkan dari api neraka, misalnya bersedekah,
berdakwah, berakhlaq baik, saling tolong menolong dalam kebaikan
dan sebagainya. Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu
ialah mendirikan shalat dan bersabar.
3) Pentingnya pendidikan islam sejak dini 

7
Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah
anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Banyak orang tua
“salah asuh” kepada anak sehingga perkembangan fisik yang cepat
diera globalisasi ini tidak diiringi dengan perkembangan mental dan
spiritual yang benar kepada anak sehingga banyak prilaku kenakalan-
kenalakan oleh para remaja.
Sebagai orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan
benar hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan sang buah hati,
amanah Allah. Rasulullah juga memeberitahu betapa pentingnya
/Urgensi mendidik anak sejak dini, dalam hadits Rasulullah
SAW :“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka hanya
kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya seorang yahudi atau
seorang nasrani atau seorang majusi”. (HR.Bukhari)
Dari hadits di atas jelaslah bahwa setiap bani adam yang
terlahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah (dalam keadaan islam),
karena sesungguhnya setiap bani adam sebelum ia terlahirkan ke dunia
(masih dalam kandungan), ia sudah berikrar dengan kalimat syahadat
yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah
Subhanallahu wa Ta’ala dan Muhammad adalah hamba dan utusan
Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Sedangkan yang menjadikan anak itu
menjadi seorang yahudi, nasrani, dan majusi melainkan itu semua
karena peranan dari kedua orang tuanya.
Dan untuk lebih menambah pengetahuan kita, saya akan
mengutip pernyataan ilmuwan pendidikan Dorothy Law Nolte yang
pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya.
Lengkapnya adalah sebagai berikut  :
 Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
  Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
 Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
 Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali
diri
 Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri

8
 Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
 Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar
keadilan
 Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh
kepercayaan
 Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi
diri

b. Analisis Ayat Surat At Tahrim Ayat 6


Dari rumah tangga telah dimulai menanamkan iman dan memupuk
Islam. Karena dari rumah tangga itulah akan terbentuk umat. Dan
dalam umat itulah akan tegak masyarakat Islam. Masyarakat Islam
ialah suatu masyarakat yang bersamaan pandangan hidup, bersamaan
penilaian terhadap alam.
Oleh sebab itu, maka orang yang beriman tidak boleh pasif, artinya
berdiam diri menungu saja. Nabi sudah menjelaskan tanggung jawab
dalam menegakkan iman. Yang mula-mula sekali diperintahkan oleh
Nabi ialah supaya memelihara diri sendiri lebih dahulu supaya jangan
masuk neraka. Setelah itu memelihara seluruh isi rumah tangga (istri
dan anak-anak).
Dan tanggung jawab yang terletak diatas pundak tiap-tiap orang
menurut apa yang ditanggungjawabinya akan ditanya tentang
kepemimpinannya terhadap ahlinya, yaitu istri dan anak-anaknya.
Karena yang disebut itu adalah seisi rumah yang terletak dalam
tanggung jawab. Kadang-kadang seseorang memikul tanggung jawab
sampai dua, tiga. Jika ia imam dalam satu masyarakat dan dia pun
sama dalam satu rumah, maka keduanya pun di bawah tanggung
jawabnya.
Supaya diri seseorang mempunyai pengaruh berwibawa dan
disegani, hendaklah perangai dan tingkah lakunya dapat dijadikan
contoh oleh anak dan istrinya. Hendaknya dia jadi kebanggaan bagi
keluarga.

9
2. Q.S. Asy-Syu’ara Ayat 214
َ‫َوأَن ِذرْ َع ِشي َرتَكَ ٱأْل َ ْق َربِين‬

Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang


terdekat.”

a. Asbaabun Nuzul Surah Asy-Syu’ara’ : 214

Ketika ayat ini turun, Rasul SAW naik ke puncak bukit


Shafa, di Mekah, lalu menyeru keluarga dekat beliau dari keluarga
besar 'Ady dan Fihr yang berinduk pada suku Quraisy. Semua
keluarga hadir atau mengirim utusan. Abu Lahab pun datang, Ialu
Nabi SAW bersabda: "bagaimana pendapat kalian, jika aku berkata
bahwa:di belakang lembah ini ada pasukan berkuda bermaksud
menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?" mereka berkata:
"Ya, kami belum pernah mendapatkan darimu kecuali kebenaran".
Lalu Nabi bersabda: "Aku menyampaikan kepada kamu semua sebuah
peringatan, bahwa di hadapan sana (masa datang) ada siksa yang
pedih". Abu Lahab yang mendengar sabda beliau itu, berteriak kepada
Nabi SAW berkata: "celakalah engkau sepanjang hari, apakah untuk
maksud itu engkau mengumpulkan kami? Maka turunlah surah Tabbat
Yada Abi Lahab" (HR.Bukhori, Muslim, ahmad, dan lain-lain melalui
ibn abbas(. Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan
umatnya agar tidak pilih kasih, atau memberi kemudahan kepada
keluarga dalam hal pemberian peringatan. Ini berarti Nabi Muhammad
SAW dan keluarga beliau tidak kebal hukum, tidak juga terbebaskan
dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar
kekerabatan kepada rasul SAW, karena semua adalah hamba Allah,
tidak ada perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila ada
kelebihan yang berhak mereka peroleh, maka itu disebabkan karena
keberhasilan mereka mendekat kepada Allah dan menghiasi diri
dengan ilmu serta akhlak yang mulia.

10
b. Penafsiran Surat Asy-Syu’ara’ : 214

Dalam ayat ini, Allah s.w.t. memerintahkan Nabi


Muhammad s.a.w. untuk member peringatan kepada kaum
kerabantnya yang terdekat dan agar bergaul dengan orang-orang
mukmin dengan lemah lembut. Imam Bukhari dan Imam Muslim
menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas r.a., bahwa ketika Allah
menurunkan ayat di atas, Nabi s.a.w. naik ke bukit Shafa lalu berseru,
“Wahai orang-orang, sudah pagi.” Lalu orang-orang berkumpul
kepadanya, ada yang datang sendiri dan ada yang mengutus
utusannya. Kemudian Rasulullah s.a.w. berpidato, “Wahai Bani Abdul
Muththalib, wahai Bani Fihr, wahai Bani Lu’ay, apa pendapat kalian
jika aku memberitahu kalian bahwa di kaki bukit ini ada seekor kuda
yang hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?”
Mereka menjawab, “Ya, kami mempercayai anda.” Beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan azab yang sangat
keras.” Abu Lahab berkata, “Celakalah kamu untuk selama-lamanya!
Apakah hanya untuk ini kamu memanggil kami?” Maka Allah ta’ala
menurunkan surat Al-Lahab, di antaranya sebagai berikut: “Binasalah
kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.”

Menurut Al-Maraghi, pemberian peringatan dalam surat


Asy-Syu’ara’: 214 di atas, sifatnya adalah pemberian peringatan
secara khusus, dan ini merupakan bagian dari peringatan yang bersifat
umum, yang untuk itulah Rasulullah s.a.w. diutus. Sebagaimana
firman Allah s.w.t.5: “Dan agar kamu member peringatan kepada
(penduduk) Ummul qura (Makkah) dan orang-orang yang berada di
lingkungannya.” (QS. Al-An’am: 92)
Al-Maraghi juga menambahkan, bahwa kedekatan nasab atau
keturunan tidak memberi manfaat sama sekali seandainya jalan
5
Ahmad Munir. Tafsir Tarbawi mengungkap pesan Al-Qur’an tentang pendidikan. 2008. Yogyakarta: Teras.
hlm: 133-137.

11
keimanan yang ditempuh berbeda. Dalam kisah ayat di atas terdapat
dalil pembolehan interaksi antara mukmin dan kafir, serta
memberinya petunjuk dan nasehat.
c. Aspek Kandungan Pendidikan Surat Asy-Syu’ara’ : 214
Alquran Surat Asy-syu’ara:214 berisi perintah menjadikan
keluarga terlebih dahulu dalam arti sebagai objek pendidikan yang
utama. Baru kemudian kerabat jauh dan akhirnya seluruh manusia
seperti yang dijelaskan dalam hadits tadi. Selain itu Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh
karena itu peranan keluarga(orang tua) dalam pengembangan
kesadaran beragama anak sangatlah dominan. Ayat As-syuaraa’ ayat
َ ‰‫ي َرتَكَ اأْل َ ْق‬‰ ‫ ِذرْ ع َِش‬‰‫“ َوأَ ْن‬Dan berilah peringatkan kepada kerabat-
214 ‫ربِين‬‰
kerabatmu yang terdekat”(Q.S As-syuaraa’ ayat 214).
Di sini jelas, perintah menjadikan keluarga terdekat terlebih dahulu
dalam arti sebagai objek pendidikan yang utama. Baru kemudian
kerabat jauh dan akhirnya seluruh manusia.
Dalam QS. Asy Syu’araa Ayat 214 menunjukan yang menjadi obyek
pendidikan dalam ayat ini diutamakan adalah kerabat terdekat dari
kita dan orang-orang yang dekat kepada azab Allah Swt.

3. Q.S. At-Taubah Ayat 122


ْ ‫ِّين َولِيُن ِذر‬
‫ُوا‬ ْ ‫ة لِّيَتَفَقَّه‬ٞ َ‫ُوا َكٓافَّ ٗۚة فَلَ ۡواَل نَفَ َر ِمن ُك ِّل فِ ۡرقَ ٖة ِّم ۡنهُمۡ طَٓائِف‬
ِ ‫ُوا فِي ٱلد‬ ْ ‫َو َما َكانَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ لِيَنفِر‬
١٢٢ َ‫قَ ۡو َمهُمۡ إِ َذا َر َجع ُٓو ْا ِإلَ ۡي ِهمۡ لَ َعلَّهُمۡ يَ ۡح َذرُون‬
Artinya : ‘Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” (Qs. At-Taubah (9) ayat 122)
Melalui ayat ini Allah SWT memperingatkan hamba-hambaNya
yang beriman tentang apa yang semestinya dilakukan, َ‫َو َما َكانَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُون‬

12
ۚ ْ
‫ُوا َكٓافَّ ٗة‬
‫ر‬‰ِ‫“ لِيَنف‬Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang)”. Yakni semuanya untuk memerangi musuh mereka.
Kemudian Allah mengingatkan bahwa menetapnya sebagian dari
mereka dengan tidak berangkat berperang mengandung kemaslahatan
lain yang tidak berwujud jka semua berangkat perang. Kata ‫لِّيَتَفَقَّهُو‬
Berusaha keras untuk memperdalam ilmu pengetahuan yakni agar
mereka belajar ilmu syar’I, mengetahui makna-maknanya, memahami
rahasia-rahasianya, dan mengajarkan kepada selain mereka, dan agar
mereka dapat memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka
kembali kepadanya.
Ayat ini mengandung keterangan tentang keutamaan ilmu,
khususnya pemahaman dalam agama, dan bahwa ia adalah perkara
terpenting bahwa siapa yang mempelajari ilmu, maka dia harus
mengajarkan dan menyebarkannya kepada manusia serta member
nasehat kepada merekan denganya, karena menyebarnya ilmu dari
seorang alim adalah termasuk keberkahannya dan pahalanya yang
berkembang. Dalam ayat diatas juga terdapat dua lafadz fi’il amar, yang
disertai dengan lam amar, yakni ‫( لِّيَتَفَقَّهُو‬supaya mereka memperdalam
ilmu) dan lafadz ‫ ِذرُو‬‰‰‫( لِيُن‬supaya mereka member peringatan), yang
berarti kewajiban untuk belajar mengajar.
Ayat ini juga mengandung dalil, petunjuk, dan arahan yang sangat
halus kepada suatu faedah penting, yaitu bahwa hendaknya kaum
muslimin menyediakan orang-orang khusus yang dapat menunaikan
setiap kepentingan umum mereka, dan agar arah pandang serta target
yang mereka tuju adalah satu, yaitu menegakkan kemaslahatan agama
dan dunia mereka, walaupun jalannya berbeda-beda dan caranya
bermacam-macam. Jadi, perbuatanya beraneka ragam, namun targetnya
adalah satu, dan ini termasuk hikmah yang bersifat umum yang berguna
dalam segala urusan.
Ayat ini juga menerangkan tentang kelengkapan dari hukum-
hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni hukum mencari ilmu dan
mendalami agama. Artinya bahwa pendalaman ilmu agama itu

13
merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan
penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam
menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi Islam. Karena
perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak diisyaratkan
kecuali untuk benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan
dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan
munafik.
a. Munasabah Qs. At-Taubah (9) ayat 122
‫ضيتُم بِ ۡٱل َحيَ ٰو ِة‬
ِ ‫ض أَ َر‬ ‫أۡل‬ ۡ
ِ ۚ ‫ُوا فِي َسبِي ِل ٱهَّلل ِ ٱثَّاقَلتُمۡ إِلَى ٱ َ ۡر‬
ْ ‫يل لَ ُك ُم ٱنفِر‬ َ ِ‫وا َما لَ ُكمۡ إِ َذا ق‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
٣٨ ‫ٱل ُّد ۡنيَا ِمنَ ٱأۡل ٓ ِخ َر ۚ ِة فَ َما َم ٰتَ ُع ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَا فِي ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة إِاَّل قَلِي ٌل‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila
dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan
Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah
kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di
akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan
dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.”
Hubungan antara Qs. At-Taubah ayat 122 dengan Qs. At-
Taubah ayat 38 adalah, melalui kedua ayat ini Allah SWT. Telah
menganjurkan pembagian tugas, seluruh orang yang beriman
diwajibkan berjihad dan diwajibkan pergi berperang menurut
kesanggupan masing-masing, baik secara ringan ataupun secara
berat.
Maka dengan kedua ayat ini Allah pun menuntun,
hendaklah jihad itu dibagi kepada jihad bersenjata dan jihad
memperdalam ilmu pengetahuan dan pengertian tentang agama.
Jika yang pergi ke medan perang itu bertarung nyawa dengan
musuh, maka yang tinggal di garis belakang memperdalam
pengertian agama. Tidak semua orang akan sanggup mempelajari
seluruh agama itu secara ilmiah. Ada pahlawan di medan perang
dengan pedang di tangan, dan ada pula pahlawan digaris belakang
merenung kitab. Keduanya penting dan saling mengisi, apa yang

14
diperjuangkan di garis muka, kalau tidak ada di belakang yang
mengisi rohani.
b. Munasabah Qs. At-Taubah (9) ayat 122 dengan Hadits Nabi
Muhammad SAW Rasulullah SAW bersabda :
َ َّ‫اس ِم ْن َد َر َج ِة النُّبُ َّو ِة اَ ْه ُل ْال ِع ْل ِم َو ْال ِجهَا ِد اَ َّما اَ ْه ُل ْال ِع ْل ِم فَ َدلُّوْ الن‬
ْ ‫اس َعلَى َما َجا َء‬
‫ت بِ ِه‬ ِ َّ‫اَ ْق َربُ الن‬
‫ت بِ ِه الرُّ ُس ُل‬ ْ ‫ال َّر ُس ُل َواَ َّما اَ ْه ُل ْال ِجهَا ِد فَ َجا هَ ُدوْ ا بِا َ ْسيَا فِ ِه ْم َعلَى َما َجا َء‬
Manusia yang paling dekat kepada derajat nubuwat ialah
ahli ilmu dan ahli jihad. Adapun ahli ilmu, merekalah yang
menunjukkan kepada manusia apa yang dibawa oleh rasul-rasul.
Dan adapun ahli jihad, maka merekalah yang berjuang dengan
pedang-pedang mereka, membawa apa yang dibbawa oleh rasul-
rasul itu. (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas).

Hadits ini memberi tuntunan yang jelas sekali tentang


pembagian pekerjaan di dalam melaksanakan seruan perang,
alangkah baiknya keluar dari tiap-tiap golongan itu, yaitu golongan
kaum beriman yang besar bilangannya itu berperang, dan dari
golongan yang besar itu ada sebagian yang tugas mereka
memperdalam ilmu agama.

c. Pendapat para Mufassir tentang Qs. At-Taubah (9) ayat 122


Al-Biqa’I mengatakan bahwasanya ayat ini
menggarisbawahi pentingnya memperdalam ilmu dan
menyebarluaskan informasi yang benar. Ia tidak kurang penting dari
upaya mempertahankan wilayah. Bahkan pertahanan wilayah
berkaitan erat dengan kemampuan informasi serta kehandalan ilmu
pengetahuan atau sumberdaya manusia.
Al-Kalabi mengatakan, melalui riwayat ibnu Abbas, setelah
Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai
Rasul dalam peperangan, maka tidak seorangpun diantara kami
yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang
untuk selama-lamanya. Sehingga tinggallah Rasulullah sendirian,
maka turunlah wahyu Qs. At-Taubah ayat 122.
d. Pelajaran yang dapat diambil dari Qs. At-Taubah (9) ayat 122

15
1) Setiap muslim berkewajiban untuk melaksanakan jihad, baik itu
keluar untuk berjihad di medan perang mempertahankan agama
dan Negara, maupun yang keluar berjihad dalam menuntut ilmu
agama untuk diajarkan kepada kaum kerabat maupun
masyarakat.
2) Setiap muslim harus Menyiapkan diri untuk memusatkan
perhatian dalam mendalami ilmu agama dan maksud tersebut
adalah termasuk kedalam perbuatan yang tergolong
mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah, dan tidak
kalah derajatnya dari orang-orang yang berjihat dengan harta
dan dirinya dalam rangka meninggikan kalimat Allah.

4. Q.S. An-Nisa Ayat 170


Objek pendidikan untuk Seluruh Manusia

۟ ‫وا خَ ْيرًا لَّ ُك ْم ۚ َوإن تَ ْكفُر‬


ِ ‫ُوا فَإ ِ َّن هَّلِل ِ َما فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
‫ت‬ ِ َ ِّ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَ ْد َجٓا َء ُك ُم ٱل َّرسُو ُل بِ ْٱل َح‬
۟ ُ‫ا ِمن‬‰َٔ‫ق ِمن َّربِّ ُك ْم فَٔـ‬

ِ ْ‫َٱأْل َر‬
‫ض ۚ َو َكانَ ٱهَّلل ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬

“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu


kepadamu dengan kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu,
yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak
merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit
dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. ” (QS. Al-Nisa (4): 170)
Setelah Allah swt mengkritik ahlul kitab -Yahudi dan Nashrani-
dan membantah tuduhan-tuduhan terhadap mereka dalam ayat-ayat
sebelumnya, maka dalam ayat 170 ini Allah swt menasihati seluruh
umat manusia dan memerintahkan mereka agar beriman, karena
argumen yang ada telah jelas. Tidak ada alasan lagi untuk berpaling.
Sebagaimana diketahui, bahwa kaum Yahudi dahulu kala
senantiasa menunggu-nunggu datangnya al-masih (Isa) dan seorang
Nabi, yaitu Nabi Muhammad saw Bahkan mereka mengirimkan para
pendeta dan ahli imu mereka untuk bertanya pada Nabi Yahya

16
sebagai, apakah ia merupakan al-masih yang disebut dalam Taurat,
ataukah Nabi akhir zaman. Namun Yahya menjawab “tidak”.
Dengan turunnya ayat di atas, sebenarnya pertanyaan-pertanyaan
kaum Yahudi telah terjawab, bahwa mereka nantikan selama ini arus
dalam Taurat dan Injil, adalah Nabi Muhammad saw yang telah hadir
di hadapan mereka. Oleh, seharusnya mereka beriman padanya,
karena iman yang akan menyucikan mereka dari segala kotoran dan
najis, dan keimanan yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan
abadi.
TAFSIR AYAT
Sebagaimana diketahui, memang ayat tersebut untuk kaum Yahudi
secara asbabun-nuzulnya (sebab turunnya ayat), namun yang menjadi
patokan adalah bahasa yang digunakan Allah s.w.t. yang bersifat
umum, yaitu “wahai sekalian manusia”.
Menurut Quraish Shihab, kehadiran Rasul s.a.w. yang dinyatakan
dengan kata-kata, “datang kepada kamu” dan juga pernyataan bahwa
yang beliau bawa adalah tuntunan dari “Tuhan (Pembimbing dan
Pemelihara) kamu”, itu dimaksudkan sebagai rangsangan kepada mitra
bicara (kamu) agar menerima siapa yang datang dan menerima apa
yang dibawanya. Karenanya, wajib bagi yang didatangi untuk
menyambutnya dengan gembira.
Dengan demikian, sesungguhnya ayat ini berkaitan dengan objek
pendidikan secara global, yaitu seluruh umat manusia, tanpa terkecuali.
Artinya menjadi kewajiban setiap muslim untuk memiliki misi
mendidik seluruh umat manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Allah dalam surat Ali Imran: 110, bahwasanya umat Islam adalah
khaira ummah atau umat yang terbaik.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil
mengenai objek pendidikan menurut QS. At-Tahrim : 6, QS. Asy syu'ara :
214, QS. At-Taubah : 122, dan An-Nisa : 170, yaitu yang dimaksud objek
pendidikan adalah orang yang menjadi pokok pembicaraan untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah
dan berlangsung seumur hidup.
Kemudian inti dari asbabun nuzul diatas, bahwa menjelaskan
tentang perintah untuk beriman kepada Allah. Sedangkan QS. At-Tahrim :
6 menjelaskan tentang perintah untuk menjaga dirinya dan keluarganya
dari siksa api neraka.
Dari penafsiran diatas yang dipaparkan dari berbagai kitab tafsir,
bahwa objek pendidikan yang dapat diambil dari menurut QS. At-Tahrim :
6, QS. Asy syu'ara : 214, QS. At-Taubah : 122, dan An-Nisa : 170, antara
lain; objek pendidikan yaitu manusia, keluarga. Inilah yang menjadi pokok
pembicaraan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam
dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
B. Saran
Demikian penjelasan mengenai objek pendidikan menurut QS. At-
Tahrim : 6, QS. Asy syu'ara : 214, QS. At-Taubah : 122, dan An-Nisa :
170, semoga dapat dipahami dan bermanfaat bagi kehidupan kita semua.
Saran dari kami adalah agar bisa mengaplikasikan esensi dari
pembahasan diatas dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga kami mohon
maaf bila ada kesalahan dalam penuslisan makalah ini, selebihnya saya
ucapkan terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan 1,


(Bandung: PT Imperial Bhakti Utama (IMTAM), 2007).
Mohmmad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional, (Bandung, Imperial
Bhakti Utama (IMTAM), t.th).
Achmat Dardiri, Ilmu Pendidikan, (Modul Kuliah FIP UNY), 2005/2006.
Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pnedidikan,(Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008), cet. Ke-2.
Ahmad Munir. Tafsir Tarbawi mengungkap pesan Al-Qur’an tentang pendidikan.
2008. Yogyakarta: Teras.

19

Anda mungkin juga menyukai