Disusun Oleh:
ZULMIHRAM
NIM : 10156122003
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah Swt., sholawat serta salam tetap
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan
para pengukutnya yang setia hingga akhir zaman. Atasnkarunia-Nya, sehinggaisaya
dapatlmenyelesaikan makalah inistepat waktu. Makalahsini berjudul “Pembaharuan
Pendidikan Islam di Indonesia”.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1
Zaenudin, “Pembaharuan Sistem Pendidikan Islam,” Risalah: Jurnal Pendidikan dan Studi
Islam 1, no. 1 (2015): 2.
2
Azyumardi Azra, Pesantren: Kontiunitas dan Perubahan, dalam Nurcholih Madjid, Bilik-
bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 32.
3
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992), h. 9.
4
Yaya Abdul Wahab, Pemikiran Modern Dalam Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h.
59.
3
tetapi juga bisa berarti mengembalikan isi kurikulum pendidikan Islam ke masa lalu.
Ini disebabkan oleh nilai fungsional pembaharuan yang mencakup pengembangan dan
restorasi.5
5
Moh. Afifur Rahman, “Pembaharuan Pendidikan Menurut Pemikiran Harun Nasution,”
Ahsana Media: Jurnal Pemikiran, Pendidikan, dan Penelitian Keislaman 6, no.1 (2020): 5.
6
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), h. 10.
7
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma'arif,
1980), h. 94.
8
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj. Herry Noer
Ali (Bandung: CV. Diponegoro, 1989), h. 49.
4
Pembaharuan dalam pendidikan Islam merupakan suatu upaya reinterpretasi
yang berkesinambungan terhadap keberagaman masyarakat, dengan tujuan agar
masyarakat lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama
Islam sesuai dengan semangat perkembangan zaman.9 Pembaharuan dalam pendidikan
Islam mencermati ketertinggalaniumat Islamidalam merespons dinamika zaman. Oleh
karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk menyusun kembaliiistruktur-struktur
sosial, politik, pendidikan, dan keilmuan yang sudahymapan agar tidak tertinggal,
termasukistruktur pendidikaniIslam yang merupakan bagian dari pembaharuan dalam
ranah pemikiran kelembagaan Islam.10 Generasi dan sarjana Muslim seharusnya
menginisiasi pembaharuan dalam pendidikan Islam agar dapat mengikuti persaingan
global yang semakin menekankan kecerdasan manusia dalam berpikir dan berinovasi.
Maka dari itu, pembaharuan pendidikan Islam harus dimulai dengan memperbaiki
sistem dan struktur kelembagaannya. Penting juga untuk memastikan bahwa
pembaharuan pendidikan Islam tetap relevan dengan konteks dan kebutuhan zaman
modern, sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip Al-Qur'anldan hadis..11
9
Muchammad Iqbal Chailani, “Pemikiran Harun Nasution tentang Pendidikan dan
Relevansinya dengan Pendidikan di Era Modern,” Manazhim: Jurnal Manajemen dan Ilmu Pendidikan
1, no. 2 (2019): 52.
10
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), xv.
11
Syarifuddin Idris, “Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (Studi Analisis Tokoh,
Organisasi, dan Lembaga Pendidikan),” Kreatif: Jurnal Studi Pemikiran Pendidikan Agama Islam 12,
no. 2 (2015): 5.
12
Muhammad Husnol Hidayat, “Harun Nasution Dan Pembaharuan Pemikiran Pendidikan
Islam,” Tadris: Jurnal Pendidikan Islam Tadris 10, no. 1 (2015): 28.
5
kembali berjaya dan berkembang seperti pada masa lalu. Oleh karena itu, pembaharuan
pendidikan Islam bertujuan untuk memperbarui metode dan pendekatan agar sesuai
dengan kebutuhan zaman tanpa mengabaikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam yang
telah ada.13
Pada dasarnya, para pemikir tersebut percaya bahwa kekuatan dan kemakmuran
yang dinikmati oleh Baratladalah hasilldari kemajuan ilmulpengetahuan danlteknologi
modernlyang merekalcapai. Mereka juga meyakini bahwalapa yang telah dicapailoleh
bangsa Barat saat ini merupakan pengembangan darimilmu pengetahuan dan
kebudayaan yangnpernah berkembang di dunia Islam. Oleh karenanitu, mereka
berkomitmen untuknmengembalikan kekuatan dannkejayaan umatnIslam dengan
merebut kembali sumbernkekuatan dan kemakmuran tersebut. Penguasaan ilmu
pengetahuan dipandang sebagai kunci utama dalam mencapai hal tersebut, dan
pendidikan dianggap sebagai sarana utama untuk mencapai penguasaan tersebut. Oleh
karena itu, mereka menganjurkan adopsi polaipendidikan yangidikembangkan di dunia
Barat, mirip dengan bagaimana bangsa Barat pernah meniru dan mengembangkan
sistem pendidikan yang berasal dari dunia Islam pada masa lalu. Upaya pembaharuan
13
Bobbi Aidi Rahman, “Modernisme Islam dalam Pandangan Muhammad Abduh,” Tsaqofah
& Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam 2, no. 1 (2017): 41
14
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 117.
6
pendidikan Islam mencakup pendirian sekolah-sekolah yang mengadopsi sistem
pendidikan Barat. Selain itu, banyak pemerintah di negara-negara Islam yang
mengirimkan pelajar-pelajar mereka ke dunia Barat untuk mempelajari ilmu
pengetahuanidan teknologiimodern.15
15
Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari Masa Umayyah hingga
Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta: Cakrawala Publishing, 2011), h. 95.
16
Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 92-94.
17
Bahaking Rama, Op.cit., hal. 97.
7
modern, yang pertama kali muncul di Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami
pertumbuhan yang kuat dalam rasa nasionalisme, yang kemudian memberikan
dorongan politik dan kemandirian. Situasi ini mendorong masyarakat Timur, termasuk
dunia Islam, untuk mengembangkan rasa nasionalisme mereka sendiri. Faktor ini
dianggap penting karenalumat Islamlterdiri dari berbagailbangsa dengan latar belakang
dan sejarah kebudayaan yang beragam. Merekashidup bersama dengan menganut
agama-agama lain di dalam satu bangsa. Hal ini juga menjadi faktor pendorong
perkembangan nasionalisme di dunia Islam.18
18
Ibid., hal. 99.
8
pendidikan yang diadopsi oleh lembagalpendidikan, sejalan dengan evolusi tuntutan
masyarakatiyang senantiasa berubahidan sesuai denganikondisi zaman.19
19
Zaenudin, Op.cit., hal. 7—8.
20
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 61.
21
Zaenudin, Op.cit., hal. 9—10.
22
Ibid.
9
3) Pembaharuan dalam Aspek Pendidik
Pendidik merupakan salah satu elemen utama dalam pendidikan yang memiliki
peran krusial dalam membentuk karakter siswanya. Seorangrpendidik bukan hanya
berperan sebagaiipengajar di dalam kelas, tetapi juga harus memiliki kemampuan
untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendukung proses pembelajaran di luar
ruang kelas.23 Pembaharuanldalam aspeklpendidik berfokus pada peningkatanlmutu
pendidik, yangldapat dikenali melalui upaya untuk meningkatkan kompetensilyang
dimiliki oleh pendidik itu sendiri. Dengan kata lain, pembaharuan dalam aspek
pendidik melibatkan upaya untuk mencapai standar kompetensi yang lebih tinggi bagi
para guru di sebuah lembaga pendidikan.24
Peserta didiklmemiliki peran ganda sebagai objek dan subjek dalam konteks
pendidikan. Sebagai objek, mereka menerima berbagai perlakuanntertentu, namun
dalam paradigma pendidikanimodern, peserta didik lebih sering dianggap subjek utama
dalam proses pendidikan. Pembaharuan dalam pendidikan bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan peserta didik, yang dikenal dengan pendekatan "Student
Centered Approach". Pendekatan ini mengarah pada penciptaan sosok peserta didik
yang ideal, yang memiliki kualitas, profesionalisme, kompetensi di bidangnya,
semangat, motivasi, ketabahan, kesabaran, dan ketahanan dalam menghadapi
tantangan. Pembaharuan peserta didik dimulai dengan pembaharuan input, yaitu
melalui seleksi calon peserta didik yang ketat. Selanjutnya, pembaharuan dilakukan
dengan mengembangkan dan memperkuat bidang keilmuan dalam proses belajar
mengajar diisekolah dan lingkungan asrama demi mencapai hasil yang diinginkan.25
23
Ibid.
24
Ibid., hal. 12.
25
Ibid.
10
2.4 Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia
26
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah: Kajian
dari Zaman Pertumbuhan sampai Kebangkitan (Jakarta: Kencana, 2013), h. 39.
27
Syarifuddin Idris, Op.cit., hal. 11—12.
28
Ibid.
11
dan cenderung terisolasi dari pemikiransmodern yang masuk kesdalamnya. Hal ini
terlihat padaipendidikan di pondok pesantrenitradisional yang menekankan pada ilmu-
ilmulagama Islam tanpa memberikanlpengetahuan umum. Sementara itu, corak sintesis
mencoba untuk memadukan unsur-unsur dari pendidikan lama (pondok pesantren)
dengan pendidikan baru yang terinspirasi oleh model kolonial atau Barat, yang
umumnya berbentuk sekolah atau madrasah. Pendekatan ini berusaha menciptakan
kesinambungan antara tradisi Islam dengan pengetahuan modern yang diadopsi dari
Barat.29
29
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2009), h. 16.
30
Syarifuddin Idris, Op.cit., hal. 13.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
3.2 Saran
Semoga hasil makalah ini bisa menambah wawasan kita semua dan bisa
menjadi titik terang khususnya tentang pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia.
Mohon ma’af apabilasada kesalahan ejaansdalam penulisan katasdan kalimat yang
kurangljelas. Saya hanyalah mausia biasalyang tidak pernah luputldari kesalahan. Saya
juga sangatsmengharapkan saransdan kritik dari para pembacasdemi kesempurnaan
makalah ini. Semogandapat diterima di hatindan saya ucapkan terimankasih yang
sebesar-besarnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 1998.
Susanto, A. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2009.
Wahab, Yaya Abdul. Pemikiran Modern Dalam Islam. Bandung: CV Pustaka Setia,
2010.
Zaenudin. “Pembaharuan Sistem Pendidikan Islam.” Risalah: Jurnal Pendidikan dan
Studi Islam 1, no. 1 (2015).
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.
16