Anda di halaman 1dari 19

PEMAHAMAN SUMBER, KARAKTERISTIK DAN

MORALITAS ISLAM
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

- DESI ASNITA SIREGAR (0603203135)

- EDWARD FADLY (0603203096)

- ESA PRASETYO WIRATNO (0603203136)

- MUHAMMAD HABIBIE HASAN (0603203145)

MATA KULIAH : METODOLOGI STUDI ISLAM

DOSEN PENGAMPU : Zafri Zaldi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISUMATERA UTARA

MEDAN

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pemahaman Sumber, Karakteristik Dan Moralitas Islam” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan tugas ini kami buat untuk memenuhi kewajiban yang telah
diberikan oleh dosen mata kuliah Metodologi Studi Islam. Dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang menjadi motivasi
kami untuk terus belajar. Kami menyadari bahwa stugas makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kami mohon bimbingannya demi perbaikan
dimasa mendatang .

Medan, Oktober 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Sumber Ajaran Islam ....................................................................................3
B. Karakteristik Islam ...................................................................................... 7
C. Moralitas Islam dalam Ajaran Islam ......................................................... 10

BAB III PENUTUP..............................................................................................14


A. Kesimpulan...................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
b.

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam lahir sebagai Agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu


yang sudah banyak dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri. Islam
mempunyai sumber ajaran utama yaitu al-Qur’an yang mutlak benarnya karena
bersumber langsung dari Allah SWT, yang kedua yaitu Hadits sebagai sumber
kedua setelah al-Qur’an. Di dalam Islam juga dikenal adanya Ra’yu atau akal
pikiran (ijtihad) yang digunakan sebagai sumber pendukung untuk mendapatkan
hukum bila di dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ditemui. Islam juga mempunyai
berbagai karakteristik yang sangat luwes dan toleran, sehingga Islam menjadi
sangat menarik bagi pemeluknya. Islam juga memiliki moralitas yang tangguh
dan kuat yang di dalamnya mencakup aspek-aspek dalam berbagai segi
kehidupan. Di dalam Islam juga dikenal pembaharuan atau modernisitas yang
semuanya itu adalah untuk mencapai kekuatan dan kemajuan Islam.

Islam merupakan agama yang benar-benar bersumber dari Allah SWT, yang
tidak ada keraguan sedikit pun mengenai keberadaannya.Islam lahir sebagai
agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah banyak
dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri.

Pemahaman terhadap keIslaman selama ini dipahami sebagai dogma yang


baku dan menjadi suatu norma yang tidak dapat dikritik, dan dijadikan sebagai
pedoman mutlak yang tidak saja mengatur tingkah laku manusia, melainkan
sebagai pedoman untuk menilai dogmatika yang dimiliki orang lain, meskipun
demikian dogmatika tersebut tidak dapat dilepaskan dari segi sejarah
pembentukan dogma itu sendiri.

Kecenderungan salah penafsiran terhadap norma mengakibatkan truth claim,


dimana klaim mengasumsikan bahwa tidak ada kebenaran dan keselamatan
manusia kecuali dalam agamanya. Dogmatika yang dipahami secara fanatik

1
2

tersebut disosialisasikan sejak dini dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia.


Sehingga norma dan tingkah laku umat beragama terkotak, di satu sisi ia
menekankan ketertundukan dengan mematikan potensi berfikir, tetapi di sisi yang
lain terjadi pemberhalaan sedemikian rupa yang menyebabkan doktrin tersebut
menjadi pembatas kesatuan antar manusia. Sehingga agama yang sebenarnya pada
esensinya sebagai bentuk ekspresi religiousitas, dimana makna cinta kemanusiaan
menjadi inti dari agama, berubah menjadi sumber konflik atas nama Tuhan.

Dengan fenomena diatas penyusun ingin mengankat permaslahan ini dengan


mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Pemahaman Sumber,
Karakteristik, dan Moralitas Islam”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah :
1. Apa Sumber Ajaran Islam?
2. Bagaimanakah Karakteristik Islam?
3. Bagaimana moralitas Islam dalam ajaran Islam?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Sumber Ajaran Islam
2. Untuk memahami Karakteristik Islam
3. Untuk memahami moralitas Islam dalam ajaran Islam
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber Ajaran Islam

Menurut Harun Nasution Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya


diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW.1
Secara Istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang
datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari
Nabi Muhammad SAW.2 Kemudian kalangan ulama’ sepakat bahwa sumber
ajaran Islam yang utama adalah Al-Qur’an dan Al-Sunnah, sedangkan penalaran
atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal
dari Allah SWT.

1. Sumber Ajaran Islam Primer.

a. Al-Qur’an

Menurut pendapat yang paling kuat, seperti yang dikemukakan oleh Subni
Shalih, Al-Qur’an berarti bacaan. Ia merupakan kata turunan (mashdar)
dari kata qara’a (fi’il madhi) dengan arti ism al-maf’ul, yaitu maqru’ yang
dibaca (alqur’an terjemahannya, 1990: 15). Pegertian ini merujuk pada
sifat Al-Qur’an yang difirmankan-Nya dalam Al-qur’an (Q.S. Alqiyamah
[75]:7-18), dalam ayat tersebut Allah berfirman. Kemudian secara istilah
secara lengkap dikemukakan oleh Abd. Al-Wahhab Al-Khallaf.
Menurutnya Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati
Rasulullah, Muhammad bin Abdullah, melalui jibril dengan
menggunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadikan
hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rosulullah, menjadi undang-

1
Harun Nasution,Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1979),
hlm. 24.

2
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.,Metodologi Studi Islam,(Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998), hlm. 65.

3
4

undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi


sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan
membacanya. Ia terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al-Fatihah
dan diakhiri dengan surat Al-Nas, disampaikan kepada kita secara
mutawatir dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan serta
terjaga dari perubahan dan penggantian.3

b. Al-Hadis

Al-Hadis berkedudukan sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah


Al-qur’an. Selain didasarkan pada keterangan-keterangan ayat-ayat
Alqur’an dan Hadis juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para
sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib
mengikuti hadis, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah
beliau wafat.

Dalam literatur hadis dijumpai beberapa istilah lain yang menunjukkan


penyebutan al-hadits, seperti al-sunnah, al-khabar, dan al-atsar. Dalam
arti terminologi, ketiga istilah tersebut kebanyakan ulama’ hadis adalah
sama dengan terminologi al-hadits  meskipun ulama’ lain ada yang
membedakannya.

2. Sumber Ajaran Islam Sekunder


a. Ijtihad

Ijtihad berasal dari kata ijtihad yang berarti mencurahkan tenaga dan


pikiran atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan Ijtihad sendiri
berarti mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan
hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari
ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan
hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang

3
Abd. Al-Wahab al-Khallaf,Ilmu Ushul al-Fiqh(Jakarta: Al-Majelis al-‘Ala al-Indonesia li
al-Da’wah al-Islamiyah,1972), cet. IX, hlm. 23.
5

hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun Hadist, maka


dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap
mengacu pada Alquran dan hadist.4

Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu

1) Ijma’, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat.


Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat
Nabi Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang
hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah
fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang
berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2) Qiyas, yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan
menyamakannya. Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai
suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan perkara lain
yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa
perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’ kepada orang tua tidak diperbolehkan
karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi sampai memukul
karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
3) Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada
Qiyas lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta
yang dapat diterima untuk mencegah kemudharatan atau dapat
diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut logika
dapat dibenarkan. Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang
mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad.
Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan
atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan system
pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.

4
Muhaimin, Abdul Mujib, Yusuf Muzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,
(Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2007), hal:12
6

4) Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan


umum. Adapun menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu
dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al Quran
maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk
membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh
umat Islam demi kemaslahatan umat.
5) Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan,
sedangkan menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang
mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras
walaupun hanya seteguk, padahal minum seteguk tidak memabukan.
Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai orang tersebut
minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
6) Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan
telah ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah
kedudukan hukum tersebut. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu
apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti ini, ia harus
berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia
harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
7) Urf, yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik
berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual
beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang
yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah
dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.

B. Karakteristik Islam

Karakteristik ajaran islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh
setiap muslim dengan berpedoman pada Al-qur’an dan Hadist. Dari berbagai
7

sumber tentang islam yang ditulis para tokoh, diketahui bahwa islam memiliki
karakteristik yang khas, yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam ajrannya.

Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam


menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting
yang tidak terdapat dalam agama lain dan ini pula yang menjadi salah satu sebab
mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik kepada Islam
sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini pula yang menjadi
sebab mengapa hanya Islam satu-satunya agama yang tidak “takut” dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.Karena itu ketujuh karakteristik ajaran
Islam sangat penting untuk kita pahami.

a. Rabbaniyyah.

Allah Swt merupakan Rabbul alamin disebut juga dengan Rabbun nas dan
banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah
Rabbaniyyah itu artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber
dari Allah Swt bukan dari manusia sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak
membuat agama ini tapi beliau hanya menyampaikannya.

Karena itu ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah


telah menjamin kemurnian Al-Qur’an.

Disamping itu seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah SWT
sebagai Rabb dengan segala konsekuensinya yakni mengabdi hanya
kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang yang rabbani dari arti memiliki
sikap dan prilaku dari nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.

b. Insaniyyah.

Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia karena itu Islam
merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia.Pada
8

dasarnya tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa
manusia.

Prinsipnya manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta
tahta wanita dan segala hal yang bersifat duniawi semua itu tidak dilarang
di dalam Islam namun harus diatur keseimbangannya dengan keni’matan
ukhrawi.

c. Syumuliyah.

 Islam merupakan agama yang lengkap tidak hanya mengutamakan satu


aspek lalu mengabaikan aspek lainnya.Kelengkapan ajaran Islam itu
nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan mulai dari
urusan pribadi keluarga masyarakat sampai pada persoalan-persoalan
berbangsa dan bernegara.

Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan
mudah diamalkan tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan
metodologi yang islami.Karena itu di dalam Islam kita dapati konsep
tentang dakwah jihad dan sebagainya.Dengan demikian segala persoalan
ada petunjuknya di dalam Islam.

d. Al Waqi’iyyah.

Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah ini menunjukkan


bahwa Islam merupakan agama yg dapat diamalkan oleh manusia atau
dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat
diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang kaya
miskin pria wanita dewasa remaja anak-anak berpendidikan tinggi
berpendidikan rendah bangsawan rakyat biasa berbeda suku adat istiadat
dan sebagainya.
9

Disamping itu Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas


perkembangan zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang
mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan
zaman.Ini berarti Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman.

e. Al Wasathiyah.

Di dunia ini ada agama yg hanya menekankan pada persoalan-persoalan


tertentu ada yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani
atau sebaliknya.Ada pula yang lebih menekankan aspek logika daripada
perasaan dan begitulah seterusnya.Allah Swt menyebutkan bahwa umat
Islam adalah ummatan wasathan umat yang seimbang dalam beramal baik
yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal
pikiran maupun kebutuhan rohani.

f. Al Wudhuh.

Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adl konsepnya yang


jelas.Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam
memahami dan mengamalkan ajaran Islam bahkan pertanyaan umat
manusia tentang Islam dapat dijawab dgn jelas apalagi kalau pertanyaan
tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Isla itu sendiri.

Dalam masalah aqidah konsep Islam begitu jelas sehingga dgn aqidah
yang mantap seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan
Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari’ah atau hukumnya juga jelas sehingga
umat Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu
membedakan antara yang haq dengan yang bathil begitulah seterusnya
dalam ajaran Islam yang serba jelas apalagi pelaksanaannya dicontohkan
oleh Rasulullah Saw.

g. Al Jam’u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah.


10

Di dalam Islam tergabung juga ajaran yg permanen dengan yang fleksibel .


Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak bisa
diganggu gugat dia mesti begitu misalnya shalat lima waktu yang mesti
dikerjakan tapi dalam melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel
misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dgn duduk atau
berbaring kalau dalam perjalanan jauh bisa di Jama’ dan di Qashar dan
bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu berwudhu bisa diganti
dengan tayamum. Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa Islam
merupakan satu-satunya agama yang sempurna dan kesempurnaan itu
memang bisa dirasakan oleh penganutnya yang setia.5

C. Moralitas Islam Dalam Ajaran Islam

Moralitas merupakan dimensi nyata yang ada pada kehidupan manusia.


Dalam arti Moralitas tidak terdapat dalam kehidupan binatang. Moralitas
merupakan salah satu ciri yang membedakan antara manusia dan binatang. Hal ini
dapat dilihat pada tahap kesadaran yang ada, manusia memiliki kesadaran
bertindak sedangkan hewan bertindah sesuai dengan hukum alam atau insting.
Moralitas berasal dari kaidah atau adat istiadat yang dijalankan oleh suatu
masyarakat. Kaidah dan adat istiadat ini bersifat eksternal dari individu
masyarakat. Kaidah tersebut yang menjadikan motivasi atau legalitas perbuatan
moral suatu masyarakat.6

Moralitas islam ditinjau dari berbagai bidang :

1. Dalam Bidang Ibadah

5
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia, sumber file al_islam.chm

6
Muhammad A. Shomali, Relativisme Etika, Terj: Zaimul Am. (London: ICAS, 2001),210
11

Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT, karena
didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid.7 Ibadah adalah sebagai upaya
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mentaati segala perintahNya dan
menjauhi semua laranganNya. Ibadah ada yang umum ada yang khusus. Yang
umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah SWT, sedangkan yang
khusus adalah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT akan perincian-
perinciannya, tingkat, dan cara-caranya yang tertentu.8

Ibadah yang akan kita bahas saat ini ialah ibadah yang khusus. Dalam Islam
diterangkan bahwa dalam beribadah dilarang yang namanya "kreatifitas", sebab
mengkreasi atau membentuk suatu ibadah dalam agama Islam dinilai sebagai
bid'ah yang dikutuk Nabi sebagai kesesatan. Bilangan shalat lima waktu beserta
tata cara mengerjakannya atau pun ketentuan ibadah haji dan tata cara
mengerjakannya misalkan adalah ibadah yang sudah ditetapkan oleh Allah
ketentuan-ketentuan dan segalanya, maka sebagai manusia atau  penganutnya
tidak boleh ikut campur bahkan mengubahnya. Ketentuan ajaran Islam yang
begitulah yang membuat akal tidak boleh ikut campur tangan, bahkan hak dan
otoritas Tuhan sepenuhnya. Hal yang demikianlah yang membuat atau
membentuk manusia atau penganut berserah diri, patuh dan tunduk guna
mendapatkan kedamaian dan keselamatan. Dan itulah yang membawa seorang
hamba menjadi hamba yang sholeh, mempunyai jiwa yang tenang, rendah hati,
menyandarkan diri kepada amal sholeh dan ibadah, dan tidak kepada nasab
keturunan, semuanya itu adalah gejala kedamaian dan keamanan sebagai
pengalaman dari ibadah.9 Sedangkan ibadah yang  berarti umum akan dibahas di
selanjutnya, karena lebih mengarah kemu'amalah sebagai sesama makhluk hidup.

2. Dalam Bidang Pendidikan

7
QS. Adz-Dzariyat:56

8
 NasruddinRazak, Dienul Islam, (Bandung: al-ma'arif, 1977) cet. II hlm 44 dan 47.

9
Ahmad Amin, Fajar Islam, (Cirebon: 1967), hlm. 94
12

Sejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Islam juga


memiliki ajaran yang khas dalam pendidikan. Islam memandang bahwa
pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki maupun perempuan, dan
berlangsung sepanjang hayat. Seperti yang terkutip di hadist Rasul. "Menuntut
ilmu itu adalah wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan. Tuntutlah ilmu
mulai dari buaian hingga keliang lahat".

Di dalam Islam banyak diketahui metode-metode pembelajaran seperti:


ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, kary
awisata, cerita, hukuman, nasihat, dan sebagainya.

3. Dalam Bidang Sosial

Ajaran Islam dalam bidang social adalah yang paling menonnjol karena
seluruh bidang ajaran Islam adalah untuk kesejahteraan manusia. Islam
menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan
kesabaran, kesetiakawanan, kerukunan antar tetangga, tenggang rasa dan
kebersamaan. Menurut penelitian yang dilakukan Jalaluddin Rahmat, Islam
ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan
ibadah.10 Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari aspek
kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid,
tempat mengabdi pada Allah SWT. Muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah
(dalam arti khusus).

Dalam hadistnya, Rasulullah SAW mengingatkan imam supaya


memperpendek shalatnya bila di tengah jamaah ada yang sakit, orang lemah,
orang tua, atau orang yang mempunyai keperluan. Istri Rasulullah SAW Siti
Aisyah, mengisahkan: Rasulullah SAW shalat di rumah dan pintu terkunci. Lalu
aku datang (dalam riwayat lain aku minta dibukakan pintu), maka Rasulullah
SAW berjalan membuka pintu, kemudian kembali ke tempat shalatnya. Hadist ini
diriwayatkan oleh lima orang perawi, kecuali Ibnu Majah. Lalu Islam sangat
10
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Metodologi Studi Islam, (Jakarta, PT RajaGrafindo,
2004), hal 89.
13

menilai bahwa ibadah berjamaah atau bersama-bersama dengan orang lain lebih
tinggi dari pada yang dilakukan secara perorangan, dengan perbandingan 27
derajat. Dari sini kita mengetahui betapa Islam dan ajarannya menjunjung tinggi
nilai-nilai sosial

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
14

Sumber ajaran Islam yang utama berasal dari Al-Quran dan Al-Sunnah.
Sumber ajaran Islam primer berupa Al-Quran dan hadist. Al-Quran adalah firman
Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah, melalui
jibril dengan menggunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia
menjadikan hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rosulullah, menjadi undang-
undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana
untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya.
Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam sekunder.

Karakteristik ajaran islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh setiap
muslim dengan berpedoman pada Al-qur’an dan Hadist. Dari berbagai sumber
tentang islam yang ditulis para tokoh, diketahui bahwa islam memiliki
karakteristik yang khas, yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam ajrannya

Moralitas berasal dari kaidah atau adat istiadat yang dijalankan oleh suatu
masyarakat. Kaidah dan adat istiadat ini bersifat eksternal dari individu
masyarakat. Kaidah tersebut yang menjadikan motivasi atau legalitas perbuatan
moral suatu masyarakat

Moralitas islam ditinjau dari berbagai bidang yaitu Dalam Bidang Ibadah;
Dalam Bidang Pendidikan; dan Dalam Bidang Sosial

B. Saran
Saran dari pemakalah kepada pembaca
14 kami mengharapkan agar maklah ini
dapat bermanfatat dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca
mengenai Pemahaman Sumber, Karakteristik dan Moralitas Islam.
15

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh


karena itu, mohon dimaklumi apabila dalam penjelasan materi ini ada yang
kurang tepat.
16

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Al-Wahab al-Khallaf,Ilmu Ushul al-Fiqh(Jakarta: Al-Majelis al-‘Ala al-


Indonesia li al-Da’wah al-Islamiyah,1972), cet. IX,

Abuddin Nata, M.A.,Metodologi Studi Islam,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


1998),

Ahmad Amin, Fajar Islam, (Cirebon: 1967),

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia, sumber file


al_islam.chm

Bachtiar, N, Marwan, Metodologi Studi Islam, Pekanbaru : Cahaya Firdaus, 2016

Harun Nasution,Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,jilid 1, (Jakarta: UI


Press, 1979),

Muhaimin, Abdul Mujib, Yusuf Muzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,


(Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2007),

Muhammad A. Shomali, Relativisme Etika, Terj: Zaimul Am. (London: ICAS,


2001),

NasruddinRazak, Dienul Islam, (Bandung: al-ma'arif, 1977) cet. II hlm 44 dan 47.

Anda mungkin juga menyukai