Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR PERSONAL YANG MEMPENGARUHI PRILAKU

MANUSIA
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

-EDWARD FADLY (0603203096)

-ADELINA PUTRI YASMIN (0603203140)

MATA KULIAH : PSIKOLOGI KOMUNIKASI

DOSEN PENGAMPU : Drs. Dr Muhammad Husni Ritonga, MA

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISUMATERA UTARA

MEDAN

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Faktor
Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan tugas ini kami buat untuk memenuhi kewajiban yang telah
diberikan oleh dosen mata kuliah Psikologi Komunikasi. Dengan adanya makalah
ini diharapkan dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang menjadi motivasi
kami untuk terus belajar. Kami menyadari bahwa stugas makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kami mohon bimbingannya demi perbaikan
dimasa mendatang .

Medan, September 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia ....................2
1. Faktor Biologis ....................................................................................... 2
2. Faktor Sosiopsikologis .............................................................................3
a. Motif ................................................................................................. 4
b. Sikap ..................................................................................................5
c. Emosi .................................................................................................6
d. Kepercayaan ......................................................................................7
e. Kebiasaan ...........................................................................................7
f. Kemauan ............................................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................9


A. Kesimpulan.....................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
b.

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan seorang guru mendidik siswa-siswinya tidak kurang adalah untuk


membentuk perilaku siswa yang baik, manusiawi, dan kecerdasannya terus
berkembang seiring perkembangan fisik mereka. Untuk mewujudkan itu semua
yang tidak boleh dilupakan guru ialah meningkatkan komunikasi yang efektif
terhadap anak didiknya. Sehingga seluruh pesan dalam pembelajaran dapat
diterima. Persoalan yang muncul ialah bagaimana komunikasi dapat berjalan
secara efektif, faktor apa saja yang ada pada murid sehingga dapat mempengaruhi
perilakunya. Jika hal ini bisa diketahui maka guru dapat mulai melangkah
mempengaruhi dan membentuk perilaku siswanya sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan.

Sebenarnya manusia dalam menentukan tindakannya ditentukan oleh dua


factor. Pertama factor personal dan yang kedua factor social (situasional)
Keduanya berpengaruh pada tindakan seseorang. Ada yang menganggap bahwa
factor personallah yang lebih kuat, namun ada juga yang mengatakan factor social
yang paling kuat.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah :
Apa saja faktor-faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

Untuk mengetahui faktor-faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Personal yang Mempengeruhi Perilaku Manusia

1. Faktor Biologis

Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan yang
lain. Ia lapar kalau tidak makan, binatang pun demikian. Ia memerlukan lawan
jenis untuk kegiatan reproduktifnya. Ia melarikan diri kalau melihat musuh yang
menakutkan. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan
berpadu dengan faktor-faktor sosiopisikologis. Bahwa warisan biologis manusia
menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan
seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu
besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang
memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral berasal
dari struktur biologinya. Aliran ini menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologi.1

Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah di


program secara genitis oleh jiwa manusia. Program ini disebut sebagai “epigenetic
rules”, mengatur manusia sejak kecenderungan menghindari incest, kemampuan
memahami ekspresi wajah, sampai kepada persaingan politik. Walaupun banyak
sarjana menolak sosiobiologis sebagai determinisme biologis dalam kehidupan
sosial, tidak seorang pun yang menolak kenyataan bahwa struktur biologis
manusiagenetika, sistem saraf mengatur pekerjaan otak dan proses pengelolaan
informasi dalam jiwa manusia.

Ada beberapa peneliti yang menunjukkan pengaruh motif biologis terhadap


perilaku manusia. Tahun 1950 Keys dan rekan-rekannya menyelidiki pengaruh
rasa lapar. Selama 6 bulan, 32 subjek bersedia menjalani eksperimen setengah
lapar. Selama eksperimen terjadi perubahan kepribadian yang dramatis. Mereka
menjadi mudah tersinggung, sukar bergaul, dan tidak bias konsenrtasi. Pada akhir
1
Wilson E Q, Sociobiologi, (Cambridge: Harvard University Press, 1975) hlm. 34

2
3

minggu ke-25, makanan mendominasi pikiran, percakapan dan mimpi. Laki-laki


lebih senang menempelkan gambar coklat dari pada wanita cantik. Kekurangan
tidur juga telah dibuktikan meningkatkan sifat mudah tersinggung dan
mengganggu cara berfikir, serta menurunkan kemampuan melakukan tugas-tugas
yang kompleks atau memecahkan persoalan. Kebutuhan rasa aman, menghindari
rasa sakit dapat menghambat kebutuhan-kebutuhan yang lain. Akhirnya
kebutuhan seksual bukan saja pada saat-saat tertentu menyita seluruh perhatian
manusia, tetapi setiap saat mempengaruhi fasefase kehidupannya. Kebutuhan
seksual mewarnai sains, teknologi, seni, memperteguh kemesraan dan memelihara
lembaga perkawinan, memperkuat ataun melemahkan konsep diri.2

Walaupun demikian manusia bukan sekedar makhluk biologis karena ia


berbeda dengan binatang. Kura-kura Galapagos yang hidup sejak sekian ribu
tahun yang lalu bertingkah laku yang sama sekarang ini. Tetapi, perilaku orang
jawa di zaman Diponegoro sudah jauh berbeda dengan perilaku mereka di zaman
Susilo Bammabang Yudoyono.

2. Faktor Sosiopsikologis

Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa


karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Kita dapat mengklasifikasinya
kedalam tiga komponen komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen
konatif. Komponen yang pertama, yang merupakan aspek emosional dari faktor
sosiopisikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan
sebelumnya. Komponen kognitif adalah aspek intlektual, yang berkaitan dengan
apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang
berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

a. Motif

2
Coleman .J.C, Abnormal psychology and Modern Life, (Glenview: Scottforesman, and
Company, 1967) hlm, 97-101.
4

Motif dapat diartikan sebagai keinginan yang bersumber dari diri manusia.
Motif di sini dimaksudkan yang berhubungan dengan kondisi lingkungan
social yang dihadapi manusia atau yang disebut motif sosiogenis 3. Secara
singkat motif sosiogenis dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Motif ingin tahu: bisa berupa ingin mengerti, ingin menata dan
ingin menduga-duga.

1) Motif kompetensi. Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu


mengatasi persoalan kehidupan apapun. Perasaan mampu sangat
tergantung pada perkembangan intelektual, social dan emosional.
2) Motif cinta. Setiap orang ingin dicintai dan mencintai adalah hal
esensial manusia. Setiap orang ingin diterima oleh kelompoknya
secara tulus, kasih sayang, hangat. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa kebutuhan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan
menimbulkan perilaku menuasia yang kurang baik; orang akan
menjadi agresif, kesepian, frustasi, bunuh diri.
3) Motif harga diri. Kita menghendaki kehadiri kita tidak hanya
dianggap sebagai bilangan (genep-genep: jawa). Hilangnya motif
harga diri akan menimbulkan tindakan yang patologis (penyakit),
impulsive, gelisah, mudah terpengaruh dan sebagainya.
4) Kebutuhan akan nilai, makna kehidupan. Termasuk dalam motif ini
ialah motif keagamaan. Bila manusia kehilangan nilai tidak tahu apa
tujuan hidup sebenarnya. Ia tidak mempunyai kepastian untuk
bertindak. Dengan demikian ia lekas putus asa dan kehilangan
pegangan. Kebutuhan akan pemenuhan diri. Kita tidak hanya ingin
hanya mempertahankan kehidupan, kita juga ingin meningkatkan
kualitas kehidupan kita; ingin memenuhi potensi-potensi kita4

3
R.F. Bales, Interaction Proces analysis: A. Method for the Study of Smoll group,
Combridge: Addison-Weesley, 1950 hlm. 176

4
Sumadi Suryobroto, Psikologi Kepribadian, Jakarta: CV. Rajawali, 1988, hlm. 374
5

b. Sikap

Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang
paling banyak didefenisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah
sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar.5 Adapula
yang melihat sikap sebagai persiapan saraf sebelum memberikan respons
(Allport, 1924).6 Dari berbagai defenisi kita dapat menyimpulkan
beberapa hal.

Pertama, sikap adalah kecendrungan bertindak, berpresepsi, berfikir dan


merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai.

Kedua, Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan


sekedar rekaman masa lal, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro
atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diaharapkan
dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa
yang harus dihindari . Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Berbagai studi
menunjukkan bahwa sikap politik kelompok cendrung dipertahankan dan
jarang mengalami perubahan. Keempat, sikap mengandung evaluatif
artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Kelima, sikap timbul dari pengalaman tidak dibawa sejak lahi, tetapi
merupakan hasil belajar . Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

c. Emosi

Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-


gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses psiologis. Bila orang yang anda
cintai mencemohkan anda, anda akan bereaksi secara emosional karena

5
Sherief. M.dan C.W Sherif, An Outline of Social Psychology, rev ed. (Newyork: Harper
& Ro, 1956), hlm. 489.

6
Alport, G.H, Social Psychology, Boston: Houghton Mifflin, 1924, hlm 134
6

anda mengetahui makna cemohan itu (kesadaran). Emosi tidak selalu


jelek. Emosi memberikan bumbu kepada kehidupan; tanpa emosi hidup ini
kering dan gersang. Paling tidak ada empat fungsi emosi.

Pertama, emosi adalah pembangkit energi (energizer). Tanpa emosi kita


tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi dan
bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi kita; marah
menggerakkan kita untuk menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari
dan cinta mendorong kita untuk mendekat dan bermesraan.

Kedua, emosi adalah membawa informasi (messenger). Bagaimana


keadaan diri kita dapat kita ketahui dari emosi kita. Jika kita marah, kita
mengetahui kita dihambat atau diserang orang lain, sedih berarti
kehilangan sesuatu yang kita senangi, bagian berarti memperoleh sesuatu
yang kita senangi, atau berhasil menghindari hal yang kita benci.

Ketiga, emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi


intrapersonal tetapi juga membawa pesan dalam komunikasi interpersonal.
emosi dapat memberikan kesan penekanan informasi yang kita sampaikan.
Orang yang berpidato dengan semangat (emosi yang kuat) akan lebih
terkesan lebih hidup.

Keempat, emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan


kita. Kita mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita merasa
sehat wal afiat. Kita mencari keindahan dan mengetahui kita
memperolehnya ketika kita merasakan kenikmatan estetis dalam diri kita.

d. Kepercayaan

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis.


Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib,
7

tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar
bukti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi. Jadi, kepercayaan dapat
bersifat rasional atau irrasional.7 Anda percaya bahwa bumi itu bulat,
bahwa rokok itu penyebab kanker, atau bahwa kemiskinan itu karena
kemalasan. Kepercayaan memberikan prespektif pada manusia dalam
mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi pengambil keputusan
dan menentukan sikap terhadap objek sikap. Kepercayaan dibentuk oleh
pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. Orang yang berpengalaman
dalam bidang kesehatan tidak percaya pada dukun, tetapi orang awam,
karena ada kepentingan untuk sembuh percaya saja pada apapun yang
diucapkan seorang dukun

e. Kebiasaan

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung


secara otomatis tidak direncanakan. Setiap orang mempunyai kebiasaan
yang berlainan dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan inilah
yang memberikan pola perilaku yang dapat diramlkan

Komponen konatif dari faktor sosiopsikologi, seperti telah disebutkan


diatas terdiri dari kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adalah aspek
perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak
direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang
berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi
seseorang berkali-kali. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berlainan
dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan inilah yang memberikan
pola perilaku yang dapat diramalkan.

f. Kemauan

7
E. Stotland, Empathy, Phantasi, and Helping, : Beverly Hills: Sage Publications, 1978,
hlm 98
8

Kemauan erat kaitannya dengan tindakan, Yakni ia merupakan hasil dari


keinginan untuk mencapai tujuan. Orang bilang ada kemauan ada jalan
artinya bila orang ada keinginan untuk mencapi tujuan yang disertai upaya
kuat maka ia akan menemukan jalan untuk tercapai. Kemaua dipengaruhi
oleh kecerdasan, energi yang diperlukan, dan pengalaman. Bahkan ada
yang mendefenisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha
seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Richard Dewey dan W.J.
Humber kemauan merupakan: 1) Hasil keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan
nilai –nilai yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapayan tujuan. 2)
Berdasarkan pengetahuan tentang, cara-cara yang diperlukan untuk
mencapai tujuan. 3) Dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan. 4) Pengeluaran energi yang sebenarnya
dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
9

Perilaku manusia ternyata sebagian besar dipengaruhi oleh faktor pribadi


manusia itu sendiri. Kekuatan tindakan manusia akan semakin positif manakala
faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia itu dapat terpenuhi secara seimbang

Seorang guru dapat mendeteksi fisik dan pola pikir siswa dalam rangka
mengkondisikan pikiran mereka untuk dapat tetap optimis, dinamis, dan semangat
mengejar pengetahuan. Tujuannya ialah agar siswa berani mencoba mengalami
sendiri sesuatu yang penting bagi dirinya. Sehingga dengan pengalaman itu
mereka dapat belajar banyak hal untuk mengambil hikamhnya. Semoga para
pembaca yang kebetulan jadi guru dapat berhasil. Amin..

B. Saran
Saran dari pemakalah kepada pembaca kami mengharapkan agar maklah ini
dapat bermanfatat dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca
mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Kami menyadari
dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, mohon
dimaklumi apabila dalam penjelasan materi ini ada yang kurang tepat.

9
10

DAFTAR PUSTAKA

Wilson E Q, Sociobiologi, (Cambridge: Harvard University Press, 1975)

Coleman .J.C, Abnormal psychology and Modern Life, (Glenview:


Scottforesman, and Company, 1967)

R.F. Bales, Interaction Proces analysis: A. Method for the Study of Smoll group,
Combridge: Addison-Weesley, 1950

Sumadi Suryobroto, Psikologi Kepribadian, Jakarta: CV. Rajawali, 1988

Sherief. M.dan C.W Sherif, An Outline of Social Psychology, rev ed. (Newyork:
Harper & Ro, 1956)

Alport, G.H, Social Psychology, Boston: Houghton Mifflin, 1924

E. Stotland, Empathy, Phantasi, and Helping, : Beverly Hills: Sage Publications,


1978

M. Husni Ritonga, Psikologi Komunikasi, Medan : Perdana Publishing. 2019

Anda mungkin juga menyukai