Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN


MORAL

Kelompok 2

DI susun oleh :

1. Danar Aris Prastyo (4001415015)


2. Atika Khanifah (4001415017)
3. Fellia Febriyanti (4001415029)
4. Intan Dwi Y (2301415018)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TAHUN 2016
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................... ii
KataPengantar................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan.......................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................. 2
BAB II Pembahasan......................................................................... 3
A. Perkembangan Personal dan Sosial...................................... 3
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
5
Sosial....................................................................................
C. Perkembangan Perasaan dan Emosi .................................... 6
1. Pengertian Perasaan dan Emosi............................................ 7
2. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku........................ 8
3. Faktor yang Mempengaruhi perkembangan emosi.............. 8
4. Perubahan Individual dalam Perkembangan Emosi............. 9
D. Perkembangan Moral............................................................ 9
1. Definisi dan Teori Dasar....................................................... 9
2. Pandangan Perkembangan Moral......................................... 12
BAB III Penutup............................................................................... 14
A. Kesimpulan........................................................................... 14
B. Saran .................................................................................... 14
Daftar Isi.......................................................................................... 15

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Perkembangan Psikososial dan Moral ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan terimakasih kepada Ibu Rahmawati Prihastuty selaku dosen mata kuliah
Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenail Perkembangan Psikososial dan Moral. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu,kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat
di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada hakekatnya manusia merupakan makhluk sosial yang hidup ditengah-tengah
masyarakat dimana sekelompok manusia yang selalu berinteraksi satu sama lain
untuk mendukung kehidupan dan sebagai cara mereka dalam pengembangan diri
entah menjadi manusia yang kognitif dan juga untuk mengatur kehidupan mereka
yang selayaknya menjadi manusia yang memiliki moral.
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,keadaan ini disebut dengan
sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk sosial untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan,mereka harus membina hubungan interpersonal positif.
(Mirzal Tawi,2008).
Perkembangan personal merujuk pada perkembangan diri manusia itu sendiri
serta dapat berubah menjadi lebih baik atau justru malah sebaliknya. Sifat seseorang
dapat dibawa dia sejak lahir dan dapat dipengaruhi atau dapat berubah oleh faktor
dirinya sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Mereka yang mempengaruhi itulah
yang dapat menentukan bagaimana seorang manuisa menuju perubahan kearah
mana dan seberapa jauh mereka dapat berkembang dengan baik. Sedangkan
perkembangan sosial merupakan dimana seorang manusia dipengaruhi oleh orang
lain ketika berinteraksi satu dengan yang lainnya, yang tentunya hal tersebut sangat
berpengaruh dalam perubahan diri. Sosial yang berada disekitarnya sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang dapat berkembang dan juga menjadi salah
satui penghambat dalam perkembangan diri mereka.
Jika berbicara mengenai usia seseorang,sejatinya manusia dilahirkan dengan
dibekali dengan akal pikiran mereka. Ketika mereka memasuki masa anak-anak
disitulah mereka mendapat pembekalan cara bersosialisasi kepada lingkungan
sekitar oleh keluarga yang menjadi salah satu pihak yang pertama kali dia
kenal,pada masa ini proses adaptasi sedang berlangsung dan ketikla mereka
menginjak masa remaja mereka cenderung sudah mampu mencari jati dirinya
kemana mereka harus berkembang dan sudah mengetahui bagaimana cara dia untuk
berkembang akan tetapi hal ini tidak semata-mata langsung diserahkan kepada
dirinya sendiri karena mereka juga membutuhkan bimbingan dari seseorang yang
sudah dewasa atau lebih tau mengenai apa yang menjadi masalah pada remaja
tersebut.

1
Manusia sebagai makhluk hidup akan mengalami perkembangan dan
pertumbuhan sepanjang hayatnya. Perkembangan dirtikan sebagai perubahan yang
dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik mengenai
fisik maupun psikis. Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan alami secara
kuantitatif pada segi fiik dan menunjukkan pada fungsi tertentu yang baru dari
suatu organisme atau individu baik fisik maupun psikis. Perkembangan dan
pertumbuhan dialami oleh manusia sebagai makhluk hidup dari masa pranatal
(sebelum lahir) sampai masa dewasa. Perkembangan akan terhenti ketika manusia
sudah mati.
Perkembangan dari satu masa menuju masa lainnya mempunyai karakteristik
yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pembawaan yang bersifat alamiah,
faktor lingkungan dan faktor waktu yaitu saat-saat tibanya masa peka atau
kematangan.
Manusia disamping makhluk pribadi juga merupakan makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia mempunyai kepentingan dengan manusia lain, ingin
berhubungan dengan orang lain, saling berbagi rasa dan pengalaman dengan orang
lain. Sehingga untuk memenuhi kebutuhnnya, manusia tidak bisa lepas dari
lingkungan sosialnya. Hal ini akan terlihat ketika anak mengembangkan salah satu
kecakapan, misalnya kognitif. Kecakapan kognitif secara otomatis akan
mengembangkan konsep diri dengan berinteraksi dengan orang lain. Dengan
demikian, perkembangan individu mencakup beberapa macam yaitu perkembangan
kognitif dan perkembangan bahasa serta perkembangan psikososial dan moral.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diata, dapat dirumuskan :
1. Bagaimana tahap-tahap perkembangan personal dan sosial ?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial ?
3. Bagaimana perkembangan perasaan dan emosi ?
4. Bagaimana perkembangan moral manusia ?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan personal dan sosail.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
3. Menjelaskan perkembangan perasaan dan emosi.
4. Menjelaskan perkembangan moral manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN PERSONAL DAN MORAL


Perkembangan kognitif yang dilakukan seorang anak dapat mengembangkan
konsep diri yaitu bagaimana cara mereka berinteraksi dengan orang lain dan
bersikap terhadap dunia maupun lingkungan sekitarnya. Pemahaman terhadap
perkembangan pribadi dan sosial sangat penting bagi guru karena dapat digunakan
sebagai dasar pemberian motivasi, mengajar dan berinteraksi kepada peserta didik.
Psychososial teori adalah salah satu teori perkembangan kepribadian yang
diciptakan oleh Erick Erikson yang menunjukkan bahwa tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi
dengan suatu organisme atau manusia yang menjadi matang secara fisik maupun
psikologis.
Menurut Erikson, setiap tahap perkembangan terdapat krisis atau isu-isu
kritis yang harus dipecahkan. Tidak banyak rang yang mampu memecahkan suatu
masalah dengan memuaskan sehingga mereka harus memecahkannya kembali pada
tahap perkembangan berikutnya. Erikson memaparkan teorinya melalui konsep
polaritas yang bertahapan. Ada delapan tahapan atau tingkatan yang harus dilalui
manusia. Setiap tingkatan dalam teori ini berhubungan dengan kemampuan dalam
bidang kehidupan. Jika setiap tingkatan dapat tertangani dengan baik, maka orang
tersebut akan meras pandai. Sebaliknya, jika tidak tertangani akan tampil dengan
peraaan tidak selaras.
Teori Erikson mengklasifikasikan delapan tahap perkembangan yang akan
dilalui oleh manusia sepanjang hidupnya. Berikut tahapannya :
1. Tahap kepercayaan versus ketidakpercayaan
Pada tahap ini bayi diasuh dengan rasa nyaman, maka akan timbul
kepercayaan. Jika diasuh dengan rasa tidak nyaman atau mengabaikannya
maka akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan.
2. Tahap otonomi versus malu dan ragu
Tahap ini terjadi pada masa bayi akhir dan masa belajar berjalan. Setelah
mempercayai pengasuhnya, sang bayi mulai menemukan bahwa tindakannya
adalah tindakannya sendiri. Jika bayi dibatasi terlalu banyak atau dihukum
keras, mereka akan mengembangkan rasa malu dan ragu.
3. Tahap inisiatif versus rasa bersalah
Pada tahap ini berhubungan dengan masa kanak-kanak awal yaitu saat usia
3-5 tahun. Saat anak merasakan dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih
banyak mendapatkan tantangan. Anak harus lebih aktif dan mempunyai
tujuan. Orang tua berharap anak lebih bertanggung jawab dan menyuruh
anak mengembang tanggung jawab untuk menjaga tubuh dan milik mereka.
Memunculkan tanggung jawab membutuhkan inisiatif. Anak merasa
bersalah ketika ia tidak bertanggung jawab atau merasa cemas.

3
4. Tahap upaya versus inferioritas
Tahap ini dialami oleh anak di usia 6-11 tahun. Inisiatif ini berhubungan
dengan banyak pengalaman baru. Ketika anak masuk sekolah dasar
menggunakan energinya untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan
inteletual. Masa kanak-kanak akhir menjadikan anak bersemangat untuk
belajar saat imajinasi mereka berkembang. Bahayanya muncul rasa rendah
diri (iferiritas) ketidakproduktivan dan inkompetensi.
5. Tahap identitas versus kebingungan
Tahap ini terjadi pada masa remaja. Remaja berusaha mencari tahu jati
dirinya, apa makna dirinya dan kemana mereka akan menuju. Mereka
berhadapan dengan peran baru dan status dewasa seperti pekerjaan dan
pacaran. Remaja berkesempatan untuk melakukan eksplorasi berbagai cara
untuk memahami identitasnya. Tatkala tidak mempunyai kesempatan
eksplorasi, mereka mengalami kebingungan tentang identitas dirinya.
6. Tahap intimasi versus isolasi
Tahap ii muncul pada usia dewasa awal. Tugas perkembangannya adalah
membentuk hubungan yang positif dengan orang lain. Jika gagal dalam
membentuk hubungan maka akan terisolasi secara sosial.
7. Tahap generativitas versus stagnasi
Tahap ini berada pada usia 40-50 tahun. Generativitas berarti
mentransmisikan sesuatu yang positif kepada generasi selanjutnya. Melalui
peran ini, orang dewasa membantu generasi muda untuk mengembangkan
hidup yang berguna. Sedangkan stagnasi berarti perasaan tidak bisa
melakukan apa-apa untuk membantu generasi muda.
8. Tahap integritas versus putus asa
Tahap ini berhubungan dengan masa dewasa akhir yaiutu usia 60 tahu ke
atas. Orang tua merenungi kembali masa hidupnya, memikirkan kembali hal-
hal yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif positif, yaitu
memandang hidup mereka yang utuh dan positif serta layak dijalani.
Sebaliknya, individu akan putus asa jika renungannya negatif.

Sejak individu dilahirkan ia telah mulai belajar tentang keadaan lingkungan sosial.
Pada awalnya, mereka mempelajari segala yang terjadi dalam lingungan keluarga.
Ia mencoba meniru, mengidentifikasi dan mengamati segala sesuatu yang
ditampilkan orang tua dan anggota keluarga lainnya.

S. W. Bijou dan D. M. Baer, mengkategorikan asal-usul rangsang-rangsang yang


dapat mempengaruhi perkembangan pada anak, yaitu:

1. Fisik

Meliputi keadaan-keadaan alam yang bebas , seperti: pegunungan dan pepohonan,


serta benda-benda buatan manusia, seperti: rumah, jalanan, bangunan, transportasi,
dan sebagainya.

2. Kimiawi

Gas dan larutan yang mempengaruhi jarak tertentu seperti bau parfum, asap, dan
yang langsung mengena pada permukaan tubuh seperti sabun, obat anti septik,
asam belerang.

3. Organismik

Struktur biologis dan fungsi-fungsi kefaalan pada organisme seperti rangsangan


dari alat-alat pernafasan, pencernaan, persyarafan, dan sistem otot-otot.

4. Sosial

Penampilan, perbuatan, dan interaksi antar orang, ibu, ayah, saudara, guru, teman,
dan dirinya sendiri.

Perkembangan sosial lebih diwarnai dengan dua aktivitas yang berlawanan yaitu
otonomi dan keterkaitan. Remaja dapat mengatur sendiri dan mencapai kebebasan
(otonomi), di sisi lain remaja masih terikat hubungan dengan orang tua.
a. Otonomi
Otonomi bagi remaja lebih diartikan dengan mengatur diri sendiri dalam
mencapai kebebasan. Pada tahap ini, remaja mengalami proses pencarian otonomi
dan tanggung jawab. Kondisi ini menimbulkan kebingungan dan koflik bagi
banyak orang tua. Oleh karena itu, terkait dengan remaja untuk mendapatkan
otonomi, orang tua akan memberikan kesempatan ketika remaja mampu membuat
keputusan yang pantas dan memberikan pendamping ketika remaja masih memiliki
pengetahuan yang terbatas. Dengan demikian, remaja secara bertahap akan
memperoleh kemampuan untuk membuat keputusan yang dewasa sendiri.
b. Keterkaitan
Keterkaitan pada remaja dapat dipandang sebagai hubungan antara remaja
dengan orang tua dalam perkembangannya. Keterkaitan dengan orang tua dapat
memfasilitasi kecakapan dan kesejahteraan sosial, seperti harga diri, penyesuaian
emosi dan kesehatan fisik. Keterkaitan pada orang tua selama masa remaja dapat
memiliki fungsi adaptif untuk mendapatkan rasa aman, sehingga mereka dapat
mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru serta dunia sosial yang lebih luas
dengan kondisi psikologi yang lebih sehat.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL


Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beebrapa faktor yaitu: keluarga,
kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan
mental terutama emosi dan enteligeni.
a. Keluarga
5
Keluraga mempunyai 5 fungsi yaitu fungsi efektif, sosialisasi dan penempatan
sosial, perawatan kesehatan reproduksi dan ekonomi. Keluarga berperan dan
menjadi aktor kunci dalam menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah-masalah kesehatan anggota keluarga (Zulaekah, 2014; Setiadi, 2008)
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi
dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak. Dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga.
Dengan demikian, pada dasarnya keluarga merekayasa kehidupan anak. Prose
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan
diarahkan oleh keluarga.
b. Sekolah
Ketika anak-anak memasuki lingkungan sekolah, guru mulai memasukkan
pengaruh terhadap sosialisasi mereka meskipun pengaruh teman sebaya
biasanya lebih kuat dibandigkan pengaruh guru dan orang tua. Pengaruh yang
kuat dari kelompok sebaya pada masa kanak-kanak akhir sampai anak
menginjak usia remaja, sebagian berasal dari keinginan anak untuk dapat
diterima oleh kelompok dan sebagian lagi dari kenyataan bahwa anak
menggunakan waktu lebih banyak dengan teman sebaya.
c. Masyarakat
Penerimaaan dan penghargaan secara baik dari masyarakat terhadap diri anak
mendasari perkembangan sosial yang sehat, citra diri yang positif dan rasa
percaya diri yang mantap. Sebaliknya, perkembangan sosial yang sehat, citra
diri yang positif, dan rasa percaya diri yang mantap bagi anak akan
menimbulkan pandangan positif terhadap masyarakatnya, sehingga anak lebih
berpartisipasi dalam kehidupan sosial.

C. PERKEMBANGAN PERASAAN DAN EMOSI

Perasaan dan emosi merupakan bagian dari integral dari keseluruhan aspek
psikis manusia. Sebagai fungsi psikis, perasaan dan emosi mempunyai pengaruh
terhadap fungsi psikis lainnya, seperti pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan
kemauan. Dalam hal ini, individu akan mengalami pengalaman, pengamatan, dan
tanggapan yang positif. Sebaliknya,jika diseratai emosi yang negatif, individu
akan mengalami pengalaman yang negatif.

1. Pengertian Perasaan dan Emosi


a. Definisi Perasaan
- Menurut Chaplin (1989:163), perasaan yaitu sebagai pengalaman yang disadari

yang diaktifkan oleh perangsang eksternal maupun bermacam-macam keadaan

jasmani.
- Menurut Max Scheber (dalam Efendi, 1990:79) membagi perasaan ke dalam empat

kelompok:
1. Perasaan penginderaan, yaitu yang berhubungan dengan pelnginderaan,

misanya rasa panas,dingin dan sebagainya.


2. Perasaan vital, yaitu perasaan yang dialami seseorang yang berhubungan

dengan keadaan tubuh, misalnya rasa lelah, lesu, segar, dan lain-lainnya.
3. Perasaan psikis, yaitu perasaan ang menyebabkan perubahan-perubahan psikis,

misalnya senang, sedih, dan lain sebagainya.


4. Perasaan pribadi, yaitu perasaan yang dimiliki seseorang secara pribadi,

misalnya perasaan terasing, suka, tidak suka, dan sebagainya.


b. Definisi Emosi
- Menurut Chapli (1989:163), emosi yaitu sebagai suatu keadaan terangsang dari

organism, mencakup pengalaman yang disadari yang bersifat mendalam dan

memungkinkan terjadinya perubahan perilaku.


- Menurut Poerbakawatja (1982:92), emosi adalah suatu respon (reaksi) terhadap

suatu perangsang yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis, disertai dengan


7
perasaan yang kuat, biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.
Berdasarkan paparan di atas, bahwa perasaan erat kaitannya dengan emosi.
Perasaan merupakan bagian emosi, dan tidak terdapat perbedaan antara perasaan
dan emosi. Emosi bersifat lebih intens daripada perasaan, lebih ekspresif, ada
kecenderungan utuk meletus, dan emosi dapat timbul dari kombinasi dari beberapa
perasaan, sehingga emosi mengandung arti yang lebih kompleks dari perasaan.

2. Hubungan antara Emosi dan Tingkah Laku


Beberapa teori yang membahas antara emosi dengan tingkah laku:
a. Teori sentral
Menurut teori ini, gejala kejasmanian timbul sebagai akibat dari emosi yang dialami
oleh individu. Jadi, emosi lebih dahulu baru kemudian tingkah laku.
b. Teori Perifir
Perubahan psikologis yang terjadi dalm emosi disebabkan adanya dari perubahan
fisiologis. Perubahan fisiologis ini menyebabkan perubahan psikologis yang disebut
emosi. Menurut teori ini, orang susah karena menangis, orang senang karena
tertawa bukan tertawa karena senang.
c. Teori Kedaruratan Emosi
Teori ini dikemukakan oleh W.B. Camon yang dipeerkuat oleh P. Bard kemudian
dikenal dengan teori Camon-Bard. Bahwa emosi merupakan reaksi yang diberikan
oleh organism t adrenalin dalam situasi emergensi atau darurat (Walgito, 1990:137);
(Gunarso, dkk, 1992:131-132).
Selain teori di atas, dari kajian sehat, dapat dijelaskan bahwa kedaan marah,
takut, cemas, atu keadaan terangsang lainnya menyebabkan tubuh memproduksi zat
adrenalin. Semakin tinggi itensitas emosi, semakin banyak produksinya, sehingga
dalam waktu yang lama adrenalin akan berlebihan. Hal ini akan mempengaruh
system tubuh. Tekanan darah meningkat, jantung lebih berdetak lebih cepat,
pernafasan terganggu, pencernaan berhenti sementara, dan sebagainya.
Emosi juga berhubungan dengan motif. Emosi dapat berfungsi sebagai motif
yang dapat memotivasi atau menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar
individu dapat berbuat atau bertingkah laku. Tingkah laku yang ditimbulkan oleh
emosi tersebut, bisa bersifat positif maupun negative.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi


Dalam perkembangan emosi seseorang bergantung pada factor pematangan
(maturation) dan factor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah
satunya. Reaksi emosional akan muncul di kemudian hari, dengan adanya
pematangan dan sistem endokrin yang diperlukan untuk menompang reaksi
8
fisiologis terhadap stess dan mematangkan perilaku emosional.

Beberapa kondisi yang bersifat internal maupun bersifat eksternal yang dapat
menyebabkan dominannya dan menguatnya emosi seseorang, yaitu:
a. Kondisi yang ikut memengaruhi emosi dominan
1). Kondisi kesehatan, kesehtan yang baik mendorong emosi yang menyenangkan
menjadi dominan, sedangkan kesehatan yang buruk menyebabkan emosi yang tidak
menyenangkan menjadi dominan.
2). Suasana rumah.
3). Cara mendidik anak.
4). Hubungan dengan para anggota keluarga.
5). Hubungan dengan teman sebaya.
6). Perlindungan yang berlebihan.
7). Aspirasi orang tua.
8). Bimbingan.
b. Kondisi yang menunjang timbulnya emosionalitas yang menguat
1). Kondisi fisik.
2). Kondisi psikologis.
3). Kondisi lingkungan.
4). Suasana otoriter di sekolah.

4. Perubahan Individual dalam Perkembangan Emosi


Perbedaan individu dalam perasaan dan emosi :
a. Kondisi dasar individu.
b. Kondisi psikis individu pada suatu waktu.
c. Kodisi jasmani individu.
5.Upaya Mengembangkan Emosi dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan
Pendidikan.

D. PERKEMBANGAN MORAL

1. Definisi dan Teori Dasar

Moral pada dasarnya memiliki banyak arti sesuai dengan sudut pandang yang
berbeda-beda. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006) , disebutkan bahwa moral
mengacu pada akhlak yang sesuia dengan perturan sosial, atau menyangkut hukum
atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Sementara dalam psokilogi
perkembangan, Hurlock (edisi ke-6, 1990), disebutkan bahwa perilaku moral
adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Moral berarti tata
cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral atau
peraturan perilaku yang telh menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.

Sementara dalam Websters new World dictionary (Wantah, 2005) Moral adalah
sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menetukan
benar salah dan baik buruknya tingkah laku.

Dari tiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu keyakinan
tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang
mendasari tindakan atau pemikiran. Moral berkaitan dengan benar salah, baik
buruk, keyakinan, diri sendiri, dan lingkungan sosial.

Lawrence Kohlberg mengatakan bahwa perkembangan moral seorang anak erat


hubungannya dengan cara berpikir anak. Artinya, bagaimana seorang anak
memiliki kemampan untuk melihat, mengamati, memperkirakan, berpikir,
menduga, mempertimbangkan dan menilai, akan mempengaruhi perkembangan
moral dalam diri anak. Anak yang memiliki perkembangan moral yang baik
diharapkan mampu memahami monsep moral yang baik kemudian berperiaku
sesuai standar tersebut dengan kosisten. Namun, hubungan antara kemapuan
berpikir dan perkembangan moral seorang anak tidak menjamin bahwa anak yang
cerdas akan memiliki perkembangan moral yang baik.

Menurut Erikson, dasar-dasar perkembangan moral pada anak terbagi dalam tiga
tahapan usia, yaitu:

1. Usia 0-2 tahun


Pada tahap ini, seorang anak sepenuhnya bergantung pada ibi atau figur ibu. Ketika
si ibu memenuhi kebutuhan si anak, fisik maupun mental, tumbuhlah kepercayaan
anak pada si ibu. Kepercayaan ini kemudian berkembang tidak saja pada ibunya,
tapi meluas pada lingkungannya. Jadi, jika hubungan kepercayaan antara anak dan
ibu tidak terjadi pada masa ini, maka dapat memengaruhi tahapan berikutnya, yaitu
kepercayaan anak pada lingkungan.
2. Usia 2-4 tahun
Pada tahap ini, anak sudah meyakini adanya hubungan erat dengan ibu atau figur
pengganti ibu. Maka mulailah anak ingin mengembangkan dirinya sendiri. Mulai
belajar untuk mandiri dalam batasan tertentu. Namun mungkin timbul konflik
antara ingin menjadi dirinya sendiri dan kebergantungan pada orang tua. Wajar jik
apada tahap ini anak merasa ragu dan malu jika menjadi perhatian. Apalagi jika ada
penilaian terhadap perbuatannya bahwa tingkah laku atau perkataannya salah atau
buruk. Penilaian ini memungkinkan anak memiliki pemahaman yang keliru tentang
moral. Anak mungkin mengangga keinginannya untuk lepas dari orang tua adalah
salah atau buruk.
3. Usia 4-6 tahun
Pada tahap ini, anak sudah mempunyai kepercayaan diri dan sadar akan eksistensi
dirinya. Anak akan mulai berinisiatif untuk mengatasi konflik. Hal ini didukung
dengan kemampuan fisik anak yang sudah berkembang lebih baik. Poin penting
pada tahap ini adalah jika anak mendapat kecaman atas inisiatif yang ia lakukan,
kemungkinan anak akan merasa bersalah. Adanya inisiatif berarti anak sudah
memiliki kontrol dalam dirinya sendiri atas apa yang ia lakukan. Sementara
inisiatif untuk melakukan sesuatu atau menyelesaikan masaah memungkinkan
berkembangnya konsep tenteng benar salah pada anak.

10
4. Usia 6-8 tahun
Pada tahap ini anak mulai belajar banyak hal di sekolah (juga merupakan usia awal
sekolah). Dari hasil pembelajarannya ini, anak mulai menyadari kesamaan atau
perbedaan dirinya dengan temen-temanya, apakah hasil belajarnya sama dengan
teman-temannya atau tidak. Selain itu, anak pun mulai belajar banyak hal lain
sebagai hasil belajarnya. Termasuk tentang moral. Berbagai nilai dan norma
menjadi acuan tindakan dan perilaku moral anak.

Pendidikan moral penting karena dengan pendidikan moral anak mampu memiliki
pertahanan diri dalam menghindari hal-hal negatif yang mungkin terjadi dalam
perjalanan hidupnya. Berikut adalah cara-cara pembelajaran moral seorang anak:
1. Coba Ralat
Anak belajar tingkah laku yang dapat diterima lingkungan sosialnya dengan cara
mencoba suatu bentuk tingkah laku. Jika reaksi lingkungan tidak menyenangkan,
maka anak akan memperbaikinya dengan mencoba tingkah laku lain. Begitu terus
hingga diperoleh reaksi yang posistif dari lingkungan. Cra ini melelahkan dan
makan waktu. Hasilnya pun kurang memuaskan.
2. Pendidikan langsung
Cara ini mengutamakan proses belajar yang melibatkan anak untuk langsung
bereaksi dengan tepat pada situasi sosial yang ia jalani. Anak dilatih untuk menilai
situasi sosial dan mengantisipasi kemungkinan apa yang akan terjadi. Bentuk
pertama adalah dengan mematuhi perintah dan atau peraturan dari orang tuanya.
Ketepatan aksi dan reaksi menjadi dasar pola perilaku yang dikembangkan anak
selanjutnya.
3. Identifikasi
Bila anak senang atau mengagumi seseorang, biasanya ia akan mengidentifikasi
dirinya dengan orang tersebut, ia meniru tibgkah laku orang tersebut, termasuk
menyerap nilai moral orang tersebut. Pada usia dini, anak hanya akan
mengidentifikasi keluarga inti, terutama orang tuanya. Ketika anak semakin besar,
anak akan mengenal orang lain selain keluarga inti dan pada masa inilah anak akan
mengidentifikasi orang lain selain keluarga intinya. Selama nilai yang diidentifikasi
anak tidak bertentangan dengan nilai keluarganya maka anak tidak akan mengalami
masalah. Namun, jika anak mengalami perbedaan moral antara nilai yang ia adapat
dari rumah dengan nilai yang terdapat dilingkungannya maka nilai moral yang ia
identifikasi ini menjadi penting karena dapat menjadi pegangan bagi anak dalam
menghadapi perbedaan antara nilai moral di rumahnya dengan nilai moral
lingkungannya.
Pendukung Perkembangan Moral
Untuk mendukung perkembangan moral, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh orang tua, yaitu:
1. Mengabaikan
Mengabaikan adalah cara yang digunakan orang tua ketika perilaku anak tidak
disetujui. Biasanya tingkah laku tersebut tidak disetujui karena dipandang tidak
sesuai dilakukan oleh anak.
2. Mencontohkan
Memberikan contoh berarti memberikan model perilaku yang diinginkan
muncul darianak, sejalan dengan pengertian yang diberikan. Pemberian contoh
adalah cara paling efektif dalam pmemberikan pelajaran moral pada seorang
anak.
11
Membiarkan
Membiarkan berarti menerima sikap anak-anak dengan sabar, tenang, tidak
kesal, selama perbuatan tersebut tidak berbahaya dan tidak merusak. Namun
juga bukan berarti membiarkan kegiatan tersebut berkangsung terus-menerus.
Tujuan dari cara ini adalah agar anak berkesempatan mengeksplorasi
perilakunya dengan lingkungan.
3. Mengalihkan perhatian
Orang tua dapat menggunakan cara ini ketika suatu perilaku yang tidak sesuai
dengan konsep moral yang diinginkan terjadi tapi mungkin orang tua tidak
memiliki waktu untuk membahas perilaku tersebut.
4. Tantangan
Tantangan adalah suatu bentuk kondisi yang mendorong anak untuk
mengeluarkan kemampuannya dalam menilai suatu keadaan, membedakan,
memilih, dan memutuskan sesuatu.
5. Memuji
Memuji anak atas sikap dan perilakunya yang positif adalah tindakan yang tepat
untuk menguatkan sikap dan perilaku tersebut. Pujian juga merupakan cara
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan anak akan keinginan untuk dihargai.
Selanjutnya, anak yang merasa dihargai, kepercayaan dirinya akan meningkat.
6. Kooperatif
Cara ini adalah usaha untuk mengajak anak melakukan sesuatu perbuatan
dengan membangkitkan keinginan dari dirinya sendiri. Jadi anak melakukan
sesuatu karena memeng ingin melakukan hal tersebut, bukan karena paksaan.
7. Latihan dan Pembiasaan (Training dan Habituation)
Tahap ini menyatakan bahwa pembelajaran moral pada anak dimulai sejak
berada di dalam kandungan. Nilai moral yang positif dikenalkan kepada anak
sejak anak mulai berada dalam kandungan.

2. Pandangan Perkembangan Moral

a. Pandangan Piaget

Heteromous Otonomous
Penalaran moral disasarkan pada Penalaran moral didasarkan
hubungan keterpaksaan. pada hubungan kerjasama,
pengakuan bersama antar
kesamaan individu, dan setiap
individu dianggap sama.
Penalaran moral didasarkan pada Penalaran moral direfleksikan
realisme moral. Aturan dipandang pada sikap moral yang rasional.
sebagai sesuatu yang kaku, berasal Aturan dipandang sebagai
dari luar dirinya dan dipegang oleh produk dari kesepakatan
orang yang memiliki kekuasaan, bersama, terbuka untuk
tidak terbuka untuk bernegosiasi bernegosiasi ulang, dilegitimasi
dan kebenaran itu berkaitan dengan oleh setiap orang dan kebenaran
ketaatan pada orang dewasa dan itu berkaitan dengan kegiatan
aturan. yang sesuai dengan persyaratan
kerjasama dan saling
menghormati.
Kejahatan dinilai dari konsekuensi Kejahatan dipandang sebagai
atas tindakan, keadilan disamakan perilaku yang bersifat relatif,
dengan isi keputusan orang dewasa, keadilan diperlakukan secara
kesewenang-wenangan dan sama, atau memperhitungkan
hukuman dipandang sebagai kebutuhan individu dan
keadilan. Hukuman dipandang kewajaran hukuman dimaknai
sebagai konsekuensi dari melalui kelayakan terhadap
pertahanan. pertahanan.

b. Pandangan Kolhberg
Preconventional reasoning (Penalaran Prakonvensional), pada tahap ini anak tidak
menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikontrol oleh
hukuman dan ganjaran eksternal.

Conventional reasoning (Penalaran Konvensional), pada tahap ini internalisasi


masih setengah-setengah. Anak patuh secara internal pada standar tertentu, tetapi
standar itu pada dasarnya ditetapkan oleh orang lain, seperti orang tua atau aturan
sosial.

Pascaconventional reasoning (Penalaran pasca konvensional), level tertinggi,


moralitas sudah sepenuhnya diinternalisasi dan tidak didasarkan pada standar
eksternal. Individu mengetahui aturan-aturan moral alternative, mengeksploitasi
opsi dan kemudian memutuskan sendiri kode moral apa yang terbaik untuk dirinya.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori Erikson mengklasifikasikan delapan tahap perkembangan akan
dilalui oleh orang di sepanjang rentang kehidupannya. Masing-masing tahap
terdiri dari tugas perkembangan yang dihadapi oleh individu yang
mengalami krisis antara lain: 1) Tahap kepercayaan VS ketidakpercayaan (0
1 tahun); 2) Tahap otonomi VS malu dan ragu (1 2 tahun); 3) Tahap
inisiatif VS rasa bersalah (3 5 tahun); 4) Tahap upaya VS inferioritas (6
10 tahun), 5) Tahap identitas VS kebingungan (10 20 tahun); 6) Tahap
intimasi VS isolasi (20 40 tahun); 7) Tahap generativitas VS stagnasi (40
60 tahun); 8) Tahap integritas VS putus asa (60 tahun ke atas)
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat.. Perasaan berkaitan dengan emosi.
Emosi dapat timbul dari kombinasi beberapa perasaan. Emosi juga
mempengaruhi tingkah laku.
Perkembangan kognitif dan personal anak anak adalah berbeda
dengan orang dewasa,dan mereka juga berbeda dalam penalaran moralnya.
Piaget membagi dua tahap perkembangan moral yaitu Heteronomous (anak-
anak) dan Otonomous (orang dewasa).Sedangkan Lawrence Kohlberg
membagi menjadi tiga tahap yaitu prakonvensional,konvensional,dan
pascakonvensional

B. SARAN
Dengan demikian , adanya makalah ini penulis berharap supaya pembaca dapat
mengetahui, menambah wawasan tentang perkembangan psikososial dan moral
serta perlu adanya sumber referensi lain supaya pengetahuan semakin luas.

14

DAFTARR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 2008. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.

Ibung, Dian.2009. Mengembangkan Nilai Moral pada Anak. Jakarta: Elex Media
Komputrindo.

Maslihah, Sri.2011. Studi tentang hubungan dukungan sosial, penyesuaian sosial


di lingkungan sekolah dan prestasi akademik siswa SMPIT ASSYFA Boarding
School Subang Jawa Barat..Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2.

Rifai RC, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2015. Psikologi Pendidikan.
Semarang: Universitas Negeri Semarag Press.

15

Anda mungkin juga menyukai