Kelompok 2
DI susun oleh :
Halaman
Halaman Judul ................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................... ii
KataPengantar................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan.......................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................. 2
BAB II Pembahasan......................................................................... 3
A. Perkembangan Personal dan Sosial...................................... 3
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
5
Sosial....................................................................................
C. Perkembangan Perasaan dan Emosi .................................... 6
1. Pengertian Perasaan dan Emosi............................................ 7
2. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku........................ 8
3. Faktor yang Mempengaruhi perkembangan emosi.............. 8
4. Perubahan Individual dalam Perkembangan Emosi............. 9
D. Perkembangan Moral............................................................ 9
1. Definisi dan Teori Dasar....................................................... 9
2. Pandangan Perkembangan Moral......................................... 12
BAB III Penutup............................................................................... 14
A. Kesimpulan........................................................................... 14
B. Saran .................................................................................... 14
Daftar Isi.......................................................................................... 15
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Perkembangan Psikososial dan Moral ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan terimakasih kepada Ibu Rahmawati Prihastuty selaku dosen mata kuliah
Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenail Perkembangan Psikososial dan Moral. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu,kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat
di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada hakekatnya manusia merupakan makhluk sosial yang hidup ditengah-tengah
masyarakat dimana sekelompok manusia yang selalu berinteraksi satu sama lain
untuk mendukung kehidupan dan sebagai cara mereka dalam pengembangan diri
entah menjadi manusia yang kognitif dan juga untuk mengatur kehidupan mereka
yang selayaknya menjadi manusia yang memiliki moral.
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,keadaan ini disebut dengan
sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk sosial untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan,mereka harus membina hubungan interpersonal positif.
(Mirzal Tawi,2008).
Perkembangan personal merujuk pada perkembangan diri manusia itu sendiri
serta dapat berubah menjadi lebih baik atau justru malah sebaliknya. Sifat seseorang
dapat dibawa dia sejak lahir dan dapat dipengaruhi atau dapat berubah oleh faktor
dirinya sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Mereka yang mempengaruhi itulah
yang dapat menentukan bagaimana seorang manuisa menuju perubahan kearah
mana dan seberapa jauh mereka dapat berkembang dengan baik. Sedangkan
perkembangan sosial merupakan dimana seorang manusia dipengaruhi oleh orang
lain ketika berinteraksi satu dengan yang lainnya, yang tentunya hal tersebut sangat
berpengaruh dalam perubahan diri. Sosial yang berada disekitarnya sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang dapat berkembang dan juga menjadi salah
satui penghambat dalam perkembangan diri mereka.
Jika berbicara mengenai usia seseorang,sejatinya manusia dilahirkan dengan
dibekali dengan akal pikiran mereka. Ketika mereka memasuki masa anak-anak
disitulah mereka mendapat pembekalan cara bersosialisasi kepada lingkungan
sekitar oleh keluarga yang menjadi salah satu pihak yang pertama kali dia
kenal,pada masa ini proses adaptasi sedang berlangsung dan ketikla mereka
menginjak masa remaja mereka cenderung sudah mampu mencari jati dirinya
kemana mereka harus berkembang dan sudah mengetahui bagaimana cara dia untuk
berkembang akan tetapi hal ini tidak semata-mata langsung diserahkan kepada
dirinya sendiri karena mereka juga membutuhkan bimbingan dari seseorang yang
sudah dewasa atau lebih tau mengenai apa yang menjadi masalah pada remaja
tersebut.
1
Manusia sebagai makhluk hidup akan mengalami perkembangan dan
pertumbuhan sepanjang hayatnya. Perkembangan dirtikan sebagai perubahan yang
dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik mengenai
fisik maupun psikis. Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan alami secara
kuantitatif pada segi fiik dan menunjukkan pada fungsi tertentu yang baru dari
suatu organisme atau individu baik fisik maupun psikis. Perkembangan dan
pertumbuhan dialami oleh manusia sebagai makhluk hidup dari masa pranatal
(sebelum lahir) sampai masa dewasa. Perkembangan akan terhenti ketika manusia
sudah mati.
Perkembangan dari satu masa menuju masa lainnya mempunyai karakteristik
yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pembawaan yang bersifat alamiah,
faktor lingkungan dan faktor waktu yaitu saat-saat tibanya masa peka atau
kematangan.
Manusia disamping makhluk pribadi juga merupakan makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia mempunyai kepentingan dengan manusia lain, ingin
berhubungan dengan orang lain, saling berbagi rasa dan pengalaman dengan orang
lain. Sehingga untuk memenuhi kebutuhnnya, manusia tidak bisa lepas dari
lingkungan sosialnya. Hal ini akan terlihat ketika anak mengembangkan salah satu
kecakapan, misalnya kognitif. Kecakapan kognitif secara otomatis akan
mengembangkan konsep diri dengan berinteraksi dengan orang lain. Dengan
demikian, perkembangan individu mencakup beberapa macam yaitu perkembangan
kognitif dan perkembangan bahasa serta perkembangan psikososial dan moral.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diata, dapat dirumuskan :
1. Bagaimana tahap-tahap perkembangan personal dan sosial ?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial ?
3. Bagaimana perkembangan perasaan dan emosi ?
4. Bagaimana perkembangan moral manusia ?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan personal dan sosail.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
3. Menjelaskan perkembangan perasaan dan emosi.
4. Menjelaskan perkembangan moral manusia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Tahap upaya versus inferioritas
Tahap ini dialami oleh anak di usia 6-11 tahun. Inisiatif ini berhubungan
dengan banyak pengalaman baru. Ketika anak masuk sekolah dasar
menggunakan energinya untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan
inteletual. Masa kanak-kanak akhir menjadikan anak bersemangat untuk
belajar saat imajinasi mereka berkembang. Bahayanya muncul rasa rendah
diri (iferiritas) ketidakproduktivan dan inkompetensi.
5. Tahap identitas versus kebingungan
Tahap ini terjadi pada masa remaja. Remaja berusaha mencari tahu jati
dirinya, apa makna dirinya dan kemana mereka akan menuju. Mereka
berhadapan dengan peran baru dan status dewasa seperti pekerjaan dan
pacaran. Remaja berkesempatan untuk melakukan eksplorasi berbagai cara
untuk memahami identitasnya. Tatkala tidak mempunyai kesempatan
eksplorasi, mereka mengalami kebingungan tentang identitas dirinya.
6. Tahap intimasi versus isolasi
Tahap ii muncul pada usia dewasa awal. Tugas perkembangannya adalah
membentuk hubungan yang positif dengan orang lain. Jika gagal dalam
membentuk hubungan maka akan terisolasi secara sosial.
7. Tahap generativitas versus stagnasi
Tahap ini berada pada usia 40-50 tahun. Generativitas berarti
mentransmisikan sesuatu yang positif kepada generasi selanjutnya. Melalui
peran ini, orang dewasa membantu generasi muda untuk mengembangkan
hidup yang berguna. Sedangkan stagnasi berarti perasaan tidak bisa
melakukan apa-apa untuk membantu generasi muda.
8. Tahap integritas versus putus asa
Tahap ini berhubungan dengan masa dewasa akhir yaiutu usia 60 tahu ke
atas. Orang tua merenungi kembali masa hidupnya, memikirkan kembali hal-
hal yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif positif, yaitu
memandang hidup mereka yang utuh dan positif serta layak dijalani.
Sebaliknya, individu akan putus asa jika renungannya negatif.
Sejak individu dilahirkan ia telah mulai belajar tentang keadaan lingkungan sosial.
Pada awalnya, mereka mempelajari segala yang terjadi dalam lingungan keluarga.
Ia mencoba meniru, mengidentifikasi dan mengamati segala sesuatu yang
ditampilkan orang tua dan anggota keluarga lainnya.
1. Fisik
2. Kimiawi
Gas dan larutan yang mempengaruhi jarak tertentu seperti bau parfum, asap, dan
yang langsung mengena pada permukaan tubuh seperti sabun, obat anti septik,
asam belerang.
3. Organismik
4. Sosial
Penampilan, perbuatan, dan interaksi antar orang, ibu, ayah, saudara, guru, teman,
dan dirinya sendiri.
Perkembangan sosial lebih diwarnai dengan dua aktivitas yang berlawanan yaitu
otonomi dan keterkaitan. Remaja dapat mengatur sendiri dan mencapai kebebasan
(otonomi), di sisi lain remaja masih terikat hubungan dengan orang tua.
a. Otonomi
Otonomi bagi remaja lebih diartikan dengan mengatur diri sendiri dalam
mencapai kebebasan. Pada tahap ini, remaja mengalami proses pencarian otonomi
dan tanggung jawab. Kondisi ini menimbulkan kebingungan dan koflik bagi
banyak orang tua. Oleh karena itu, terkait dengan remaja untuk mendapatkan
otonomi, orang tua akan memberikan kesempatan ketika remaja mampu membuat
keputusan yang pantas dan memberikan pendamping ketika remaja masih memiliki
pengetahuan yang terbatas. Dengan demikian, remaja secara bertahap akan
memperoleh kemampuan untuk membuat keputusan yang dewasa sendiri.
b. Keterkaitan
Keterkaitan pada remaja dapat dipandang sebagai hubungan antara remaja
dengan orang tua dalam perkembangannya. Keterkaitan dengan orang tua dapat
memfasilitasi kecakapan dan kesejahteraan sosial, seperti harga diri, penyesuaian
emosi dan kesehatan fisik. Keterkaitan pada orang tua selama masa remaja dapat
memiliki fungsi adaptif untuk mendapatkan rasa aman, sehingga mereka dapat
mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru serta dunia sosial yang lebih luas
dengan kondisi psikologi yang lebih sehat.
Perasaan dan emosi merupakan bagian dari integral dari keseluruhan aspek
psikis manusia. Sebagai fungsi psikis, perasaan dan emosi mempunyai pengaruh
terhadap fungsi psikis lainnya, seperti pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan
kemauan. Dalam hal ini, individu akan mengalami pengalaman, pengamatan, dan
tanggapan yang positif. Sebaliknya,jika diseratai emosi yang negatif, individu
akan mengalami pengalaman yang negatif.
jasmani.
- Menurut Max Scheber (dalam Efendi, 1990:79) membagi perasaan ke dalam empat
kelompok:
1. Perasaan penginderaan, yaitu yang berhubungan dengan pelnginderaan,
dengan keadaan tubuh, misalnya rasa lelah, lesu, segar, dan lain-lainnya.
3. Perasaan psikis, yaitu perasaan ang menyebabkan perubahan-perubahan psikis,
Beberapa kondisi yang bersifat internal maupun bersifat eksternal yang dapat
menyebabkan dominannya dan menguatnya emosi seseorang, yaitu:
a. Kondisi yang ikut memengaruhi emosi dominan
1). Kondisi kesehatan, kesehtan yang baik mendorong emosi yang menyenangkan
menjadi dominan, sedangkan kesehatan yang buruk menyebabkan emosi yang tidak
menyenangkan menjadi dominan.
2). Suasana rumah.
3). Cara mendidik anak.
4). Hubungan dengan para anggota keluarga.
5). Hubungan dengan teman sebaya.
6). Perlindungan yang berlebihan.
7). Aspirasi orang tua.
8). Bimbingan.
b. Kondisi yang menunjang timbulnya emosionalitas yang menguat
1). Kondisi fisik.
2). Kondisi psikologis.
3). Kondisi lingkungan.
4). Suasana otoriter di sekolah.
D. PERKEMBANGAN MORAL
Moral pada dasarnya memiliki banyak arti sesuai dengan sudut pandang yang
berbeda-beda. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006) , disebutkan bahwa moral
mengacu pada akhlak yang sesuia dengan perturan sosial, atau menyangkut hukum
atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Sementara dalam psokilogi
perkembangan, Hurlock (edisi ke-6, 1990), disebutkan bahwa perilaku moral
adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Moral berarti tata
cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral atau
peraturan perilaku yang telh menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Sementara dalam Websters new World dictionary (Wantah, 2005) Moral adalah
sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menetukan
benar salah dan baik buruknya tingkah laku.
Dari tiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu keyakinan
tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang
mendasari tindakan atau pemikiran. Moral berkaitan dengan benar salah, baik
buruk, keyakinan, diri sendiri, dan lingkungan sosial.
Menurut Erikson, dasar-dasar perkembangan moral pada anak terbagi dalam tiga
tahapan usia, yaitu:
10
4. Usia 6-8 tahun
Pada tahap ini anak mulai belajar banyak hal di sekolah (juga merupakan usia awal
sekolah). Dari hasil pembelajarannya ini, anak mulai menyadari kesamaan atau
perbedaan dirinya dengan temen-temanya, apakah hasil belajarnya sama dengan
teman-temannya atau tidak. Selain itu, anak pun mulai belajar banyak hal lain
sebagai hasil belajarnya. Termasuk tentang moral. Berbagai nilai dan norma
menjadi acuan tindakan dan perilaku moral anak.
Pendidikan moral penting karena dengan pendidikan moral anak mampu memiliki
pertahanan diri dalam menghindari hal-hal negatif yang mungkin terjadi dalam
perjalanan hidupnya. Berikut adalah cara-cara pembelajaran moral seorang anak:
1. Coba Ralat
Anak belajar tingkah laku yang dapat diterima lingkungan sosialnya dengan cara
mencoba suatu bentuk tingkah laku. Jika reaksi lingkungan tidak menyenangkan,
maka anak akan memperbaikinya dengan mencoba tingkah laku lain. Begitu terus
hingga diperoleh reaksi yang posistif dari lingkungan. Cra ini melelahkan dan
makan waktu. Hasilnya pun kurang memuaskan.
2. Pendidikan langsung
Cara ini mengutamakan proses belajar yang melibatkan anak untuk langsung
bereaksi dengan tepat pada situasi sosial yang ia jalani. Anak dilatih untuk menilai
situasi sosial dan mengantisipasi kemungkinan apa yang akan terjadi. Bentuk
pertama adalah dengan mematuhi perintah dan atau peraturan dari orang tuanya.
Ketepatan aksi dan reaksi menjadi dasar pola perilaku yang dikembangkan anak
selanjutnya.
3. Identifikasi
Bila anak senang atau mengagumi seseorang, biasanya ia akan mengidentifikasi
dirinya dengan orang tersebut, ia meniru tibgkah laku orang tersebut, termasuk
menyerap nilai moral orang tersebut. Pada usia dini, anak hanya akan
mengidentifikasi keluarga inti, terutama orang tuanya. Ketika anak semakin besar,
anak akan mengenal orang lain selain keluarga inti dan pada masa inilah anak akan
mengidentifikasi orang lain selain keluarga intinya. Selama nilai yang diidentifikasi
anak tidak bertentangan dengan nilai keluarganya maka anak tidak akan mengalami
masalah. Namun, jika anak mengalami perbedaan moral antara nilai yang ia adapat
dari rumah dengan nilai yang terdapat dilingkungannya maka nilai moral yang ia
identifikasi ini menjadi penting karena dapat menjadi pegangan bagi anak dalam
menghadapi perbedaan antara nilai moral di rumahnya dengan nilai moral
lingkungannya.
Pendukung Perkembangan Moral
Untuk mendukung perkembangan moral, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh orang tua, yaitu:
1. Mengabaikan
Mengabaikan adalah cara yang digunakan orang tua ketika perilaku anak tidak
disetujui. Biasanya tingkah laku tersebut tidak disetujui karena dipandang tidak
sesuai dilakukan oleh anak.
2. Mencontohkan
Memberikan contoh berarti memberikan model perilaku yang diinginkan
muncul darianak, sejalan dengan pengertian yang diberikan. Pemberian contoh
adalah cara paling efektif dalam pmemberikan pelajaran moral pada seorang
anak.
11
Membiarkan
Membiarkan berarti menerima sikap anak-anak dengan sabar, tenang, tidak
kesal, selama perbuatan tersebut tidak berbahaya dan tidak merusak. Namun
juga bukan berarti membiarkan kegiatan tersebut berkangsung terus-menerus.
Tujuan dari cara ini adalah agar anak berkesempatan mengeksplorasi
perilakunya dengan lingkungan.
3. Mengalihkan perhatian
Orang tua dapat menggunakan cara ini ketika suatu perilaku yang tidak sesuai
dengan konsep moral yang diinginkan terjadi tapi mungkin orang tua tidak
memiliki waktu untuk membahas perilaku tersebut.
4. Tantangan
Tantangan adalah suatu bentuk kondisi yang mendorong anak untuk
mengeluarkan kemampuannya dalam menilai suatu keadaan, membedakan,
memilih, dan memutuskan sesuatu.
5. Memuji
Memuji anak atas sikap dan perilakunya yang positif adalah tindakan yang tepat
untuk menguatkan sikap dan perilaku tersebut. Pujian juga merupakan cara
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan anak akan keinginan untuk dihargai.
Selanjutnya, anak yang merasa dihargai, kepercayaan dirinya akan meningkat.
6. Kooperatif
Cara ini adalah usaha untuk mengajak anak melakukan sesuatu perbuatan
dengan membangkitkan keinginan dari dirinya sendiri. Jadi anak melakukan
sesuatu karena memeng ingin melakukan hal tersebut, bukan karena paksaan.
7. Latihan dan Pembiasaan (Training dan Habituation)
Tahap ini menyatakan bahwa pembelajaran moral pada anak dimulai sejak
berada di dalam kandungan. Nilai moral yang positif dikenalkan kepada anak
sejak anak mulai berada dalam kandungan.
a. Pandangan Piaget
Heteromous Otonomous
Penalaran moral disasarkan pada Penalaran moral didasarkan
hubungan keterpaksaan. pada hubungan kerjasama,
pengakuan bersama antar
kesamaan individu, dan setiap
individu dianggap sama.
Penalaran moral didasarkan pada Penalaran moral direfleksikan
realisme moral. Aturan dipandang pada sikap moral yang rasional.
sebagai sesuatu yang kaku, berasal Aturan dipandang sebagai
dari luar dirinya dan dipegang oleh produk dari kesepakatan
orang yang memiliki kekuasaan, bersama, terbuka untuk
tidak terbuka untuk bernegosiasi bernegosiasi ulang, dilegitimasi
dan kebenaran itu berkaitan dengan oleh setiap orang dan kebenaran
ketaatan pada orang dewasa dan itu berkaitan dengan kegiatan
aturan. yang sesuai dengan persyaratan
kerjasama dan saling
menghormati.
Kejahatan dinilai dari konsekuensi Kejahatan dipandang sebagai
atas tindakan, keadilan disamakan perilaku yang bersifat relatif,
dengan isi keputusan orang dewasa, keadilan diperlakukan secara
kesewenang-wenangan dan sama, atau memperhitungkan
hukuman dipandang sebagai kebutuhan individu dan
keadilan. Hukuman dipandang kewajaran hukuman dimaknai
sebagai konsekuensi dari melalui kelayakan terhadap
pertahanan. pertahanan.
b. Pandangan Kolhberg
Preconventional reasoning (Penalaran Prakonvensional), pada tahap ini anak tidak
menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikontrol oleh
hukuman dan ganjaran eksternal.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori Erikson mengklasifikasikan delapan tahap perkembangan akan
dilalui oleh orang di sepanjang rentang kehidupannya. Masing-masing tahap
terdiri dari tugas perkembangan yang dihadapi oleh individu yang
mengalami krisis antara lain: 1) Tahap kepercayaan VS ketidakpercayaan (0
1 tahun); 2) Tahap otonomi VS malu dan ragu (1 2 tahun); 3) Tahap
inisiatif VS rasa bersalah (3 5 tahun); 4) Tahap upaya VS inferioritas (6
10 tahun), 5) Tahap identitas VS kebingungan (10 20 tahun); 6) Tahap
intimasi VS isolasi (20 40 tahun); 7) Tahap generativitas VS stagnasi (40
60 tahun); 8) Tahap integritas VS putus asa (60 tahun ke atas)
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat.. Perasaan berkaitan dengan emosi.
Emosi dapat timbul dari kombinasi beberapa perasaan. Emosi juga
mempengaruhi tingkah laku.
Perkembangan kognitif dan personal anak anak adalah berbeda
dengan orang dewasa,dan mereka juga berbeda dalam penalaran moralnya.
Piaget membagi dua tahap perkembangan moral yaitu Heteronomous (anak-
anak) dan Otonomous (orang dewasa).Sedangkan Lawrence Kohlberg
membagi menjadi tiga tahap yaitu prakonvensional,konvensional,dan
pascakonvensional
B. SARAN
Dengan demikian , adanya makalah ini penulis berharap supaya pembaca dapat
mengetahui, menambah wawasan tentang perkembangan psikososial dan moral
serta perlu adanya sumber referensi lain supaya pengetahuan semakin luas.
14
DAFTARR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 2008. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
Ibung, Dian.2009. Mengembangkan Nilai Moral pada Anak. Jakarta: Elex Media
Komputrindo.
Rifai RC, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2015. Psikologi Pendidikan.
Semarang: Universitas Negeri Semarag Press.
15