Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


“Perkembangan Sosial”

Dosen Pengampu : Fariz Azhari S.E., M.Pd.


Disusun Oleh : Luthfiah Aminati Rais Junaedi
NIM : 0142S1B020081
Kelas : 2B
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra B.Indonesia

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH BOGOR
2021

1
KATA PENGANTAR
Syukur atas rahmat Allah SWT sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
menjadi suri taulidan umat islam di dunia. Dengan terwujudnya makalah ini yang membahas
tentang “Perkembangan Sosial“. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
informasi, pelajaran dan ilmu yang bermanfaat bagi pembacanya.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 1 Juli 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................... 1
KATAPENGANTAR ....................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Sosial ............................................................................................... 6
2.2 Bentuk-bentuk Tingkah laku Sosial........................................................................................... 6
2.3 Teori Perkembangan Psikososial ............................................................................................... 7
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial ........................................................ 9
2.5 Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Peserta Didik................................................................. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka
jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembangan berarti serangkaian perubahan
progresif yang ter jadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Menurut
keyakinan tradisional sebagian manusia dilahirkan dengan sifat sosial dan sebagian lagi
tidak. Orang yang lebih banyak merenungi diri dan lebih suka menyendiri daripada bersama
sama orang lain, secara alamiah memang sudah bersifat demikian. Mereka yang sudah
bersifat sosial dan pikirannya lebih banyak tertuju pada hal-hal diluar dirinya, juga sudah
bersikap seperti itu karena alamiah yaitu faktor keturunan. Sedangkan orang yang menentang
masyarakat yaitu orang yang antisosial, dan orang yang biasanya menjadi penjahat, diyakini
oleh masyarakat tradisional sebagai warisan daripada salah satu sifat buruk yang di miliki
oleh orang tuanya.

Hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa orang di lahirkan dalam keadaan sudah
bersifat sosial, tidak sosial, dan antisosial, dan banyak bukti sebaliknya yang menunjukkan
bahwa mereka bersifat demikian karena hasil belajar. Akan tetapi, belajar menjadi pribadi
yang sosial tidak dapat di capai dalam waktu sngkat. Anak-anak akan belajar searah dengan
siklus, dengan periode kemajuan yang pesat di ikuti oleh garis mendatar. Pada garis mendatar
ini hanya terdapat sedikit kemajuan dari dalam anak. Periode kemajuan yang pesat bahkan
kadang-kadang di ikuti oleh tahap kemunduran ketingkat perilaku sosial yang rendah.
Seberapa cepat anak dapat meningkatkan kembali dari garis datar itu sebagian besar
bergantung pada kuat lemahnya motivasi mereka untuk bermasyarakat.

Ketika berakhirnya masa kanak-kanak, sebagian besar anak masih sangat kurang merasa
puas dengan kemajuan yang mereka peroleh dalam segi perkembangan sosial. Hal ini benar
sekalipun perkembangan mereka normal. Sejumlah studi tentang sumber ketidakbahagiaan
yang di laporkan oleh para remaja, banyak memberikan perhatian terhadap masalah sosial.
Seperti dalam hal kemampuan bergaul, cara memperlakukan teman agar terhindar dari
pertengkaran dan putusnya persahabatan, cara bersikap yang luwes dalam situasi sosial, dan
cara mengembangkan kemampuan memimpin. Dan para remaja menganggap bahwa mereka
belum menguasai dan memiliki kemampuan yang cukup dalam hal-hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apa Pengertian Perkembangan Sosial?
b. apa saja Bentuk-bentuk Tingkah laku Sosial?
c. Apa yang dimaksud dengan Teori Perkembangan Psikososial?

4
d. Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial?
e. Bagaimana Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Peserta Didik?

1.3 Tujuan
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahuipengertian Perkembangan Sosial
b. Mengetahui apa saja Bentuk-bentuk Tingkah laku Sosial
c. Mengetahuiapa yang dimaksud dengan Teori Perkembangan Psikososial
d. Mengetahuiapa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
e. Mengetahuibagaimana Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Peserta Didik

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkembangan Sosial


Menurut Hurlock perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan perilaku yang
sesuai dengan tuntutan sosial dengan perilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi
tuntutan yang di berikan oleh kelompok sosial, dan memiki sikap yang positif terhadap
kelompok sosialnya.

Syamsul Yusuf menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian


kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula di artikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ;
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.

2.2 Bentuk-bentuk Tingkah laku Sosial


Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-
bentuk interaksi sosial diantaranya :

a. Pembangkangan, bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi
terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai
dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai
puncaknya pada usia 3 tahun dan mulai menurun pada usia empat atau lima tahun. Sikap
orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal,
keras kepala, tolol dan sebagainya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses
perkembangan anak dari sikap dependent menuju ke arah independent.

b. Agresif, yaitu perilaku menyerang balik secara fisik maupun kata-kata. Agresif merupakan
salah satu bentuk reaksi terhadap rasa frustasi. Biasanya bentuk ini di wujudkan dengan
menyerang seperti ; mencubit, menggigit, menendang dsb. Sebaiknya orang tua berusaha
mereduksi, mengurangi agresifitas anak.

c. Berselisih atau bertengkar, terjadi apabila anak merasa terganggu oleh sikap dan perilaku
orang lain. Seperti direbut mainannya.

d. Menggoda, yaitu serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk ejekan atau
cemoohan.

e. Persaingan, yaitu keinginan untuk melebihi orang lain.

f. Kerja sama, yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain.

g. Tingkah laku berkuasa, yaitu sejenis tingkah laku menguasai situasi sosial, seperti
meminta, menyuruh dan mengancam orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya,

6
h. Mementingkan diri sendiri, sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya.

i. Simpati, yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain. Seiring bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sifat
selfish-nya dan mulai mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati
terhadap orang lain.

2.3 Teori Perkembangan Psikososial


Dasar dari teori Erikson adalah sebuah konsep yang mempunyai tingkatan. Ada delapan
tingkatan yang menjadi bagian dari teori psikososial Erikson, yang akan dilalui oleh manusia.
Setiap manusia dapat naik ke tingkat berikutnya walaupun tidak sepenuhnya tuntas
mengalami perkembangan pada tingkat sebelumnya.
Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan semua bidang kehidupan
yang artinya jika setiap tingkatan itu tertangani dengan baik oleh manusia, maka individu
tersebut akan merasa pandai. Sebaliknya jika tingkatan – tingkatan tersebut tidak tertangani
dengan baik, akan muncul perasaan tidak selaras pada orang tersebut.
Erikson percaya bahwa dalam setiap tingkat, seseorang akan mengalami konflik atau
krisis yang akan menjadi titik balik dalam setiap perkembangannya. Menurut pendapatnya,
konflik – konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan dalam
pengembangan kualitas tersebut. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat
sejalan dengan potensi kegagalannya pula.
 Tahapan Perkembangan Psikososial
Teori psikososial Erikson berkaitan dengan prinsip – prinsip dari perkembangan secara
psikologi dan sosial, dan merupakan bentuk pengembangan dari teori psikoseksual dari
Sigmund Freud. Delapan tahapan yang dibuat oleh Erikson yaitu:
1. Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)
Karena ketergantungannya, hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau bayi
dari lingkungannya adalah rasa percaya pada orang di sekitarnya, terutama pada ibu atau
pengasuhnya yang selalu bersama setiap hari. Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi oleh
sang ibu atau pengasuh seperti makanan dan kasih sayang maka anak akan merasakan
keamanan dan kepercayaan.
Akan tetapi, jika ibu atau pengasuh tidak dapat merespon kebutuhan si anak, maka
anak bisa menjadi seorang yang selalu merasa tidak aman dan tidak bisa mempercayai
orang lain, menjadi seorang yang selalu skeptis dan menghindari hubungan yang
berdasarkan saling percaya sepanjang hidupnya.

7
2. Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3 tahun)
Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai
berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan
orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah
bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri.
Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat
membentuk sang anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa
percaya diri, dan juga kurang mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten
sehingga selalu merasa malu dan ragu – ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri.
3. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang lain
seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya secara
fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak.
Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak,
akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk mengambil
tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan juga tidak dapat dibenarkan karena anak tidak
akan memedulikan bimbingan orang tua kepadanya. Sebaliknya, jika anak memiliki
inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat mengembangkan rasa ketidak pedulian.
4. Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)
Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan
suatu perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah
memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk
berinteraksi di luar keluarga.
Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta
percaya diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai
pengalaman baru. Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan
kurangnya dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri,
merasa tidak kompeten dan tidak produktif.
5. Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati
diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan
dengan dirinya untuk melewati hal tersebut.
Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang
tua, maka identitas yang positif juga akan tercapai. Akan tetapi jika anak kurang mendapat
bimbingan dan mendapat banyak penolakan dari orang tua terkait berbagai peranannya,
maka ia bisa jadi akan mengalami kebingungan identitas serta ketidak yakinan terhadap
hasrat serta kepercayaan dirinya.
6. Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)
Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa
dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun hubungan

8
yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat,
seseorang akan mampu merasakan cinta serta kasih sayang.
Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat
menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa
membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.
7. Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)

Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang sudah


mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai
memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika seseorang
merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya, maka biasanya akan muncul penyesalan
akan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merasa hidupnya mengalami stagnasi.
8. Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)
Pada fase ini seseorang akan mengalami penglihatan kembali atau flash back tentang
alur kehidupannya yang telah dijalani. Juga berusaha untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berhasil melewati tahap ini, maka
seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan, namun jika gagal mereka bisa menjadi putus
asa.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial


Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan
anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi
dan inteligensi.

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap


berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata
cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di
dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.

Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak


ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.

2. Kematangan anak

Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu


mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan
berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan

9
baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.

3. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial
keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan
sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh
dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial
anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi
normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam
kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya.
Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat
lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

4. Pedidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan


sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan
sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang
benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan
pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma
lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma
kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi

Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,


memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi,
kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat
menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan
kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan
hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

10
2.5 Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Peserta Didik
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembang-kan sikap sosial
peserta didik antara lain:
a. Melaksanakan pembelajaran kooperatif .
Pembelajaran kooperatif akan mengembangkan sikap kerjasama dan saling
menghargai pada diri peserta didik. Pembelajaran kooperatif akan mendorong peserta
didik untuk menghargai kemampuan orang lain dan bersabar dengan sikap orang lain.
b. Melaksanakan pembelajaran koloboratif .
Pembelajaran kolaboratif akan mengembangkan sikap membantu dan berbagi dalam
pembelajaran. Siswa yang lebih pintar bersedia membantu temannya yang belum
memahami materi pelajaran yang sedang dibahas. Pembelajaran kolaboratif akan
menumbuhkan sikap saling menyayangi di antara peserta didik.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan sosial merupakan proses untuk mencapai kematangan hubungan sosial
baik dalam keluarga ataupun dalam kelompok masyarakat guna untuk proses penyesuaian
diri.
Perkembangan sosial memiliki karakteristik dengan pola tingkah laku yang berbeda
dalam kehidupan keluarga,sekolah maupun di kalangan kelompok masyarakat.
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk
interaksi sosial, yaitu pembangkangan, agresif, bertengkar, menggoda, persaingan, kerja
sama, tingkah laku berkuasa, mementingkan diri sendiri, dan simpati.
Dasar dari teori Erikson adalah sebuah konsep yang mempunyai tingkatan. Ada delapan
tingkatan yang menjadi bagian dari teori psikososial Erikson, yang akan dilalui oleh manusia.
Setiap manusia dapat naik ke tingkat berikutnya walaupun tidak sepenuhnya tuntas
mengalami perkembangan pada tingkat sebelumnya.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu menyangkut aspek lingkungan
keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, kapasitas mental.
Pengaruh perkembangan sosial tingkah laku pada anak dapat melahirkan dirinya dan
orang lain.
Cara mengoptimalkan perkembangan sosial anak kemampuan sosialnya memberikan
dukungan untuk bersosialisasi dan melatih anak agar terampil melakukan interaksi dam
komunikasi.

12
Daftar Pustaka
Dr. Masganti Sit, M.Ag. Dr. Masganti Sit, M.Ag (2012) Ebook “Perkembangan Peserta Didik”
Arbilian, Arbilian (2014) “Perkembangan Sosial Peserta Didik” (tulisan ini dapat diakses di
http://arbilian.blogspot.com/2014/10/perkembangan-sosial-peserta-didik.html)
Devita Retno, Devita Retno “Teori Psikososial Erikson dan Perkembangannya” (tulisan ini dapat
diakses di https://dosenpsikologi.com/teori-psikososial-erikson)
Ahmad Dahlan, Ahmad Dahlan “Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial Remaja” (tulisan ini dapat diakses di
https://eurekapendidikan.com/karakteristik-dan-faktor-faktor-yang)

13

Anda mungkin juga menyukai