1
KATA PENGANTAR
Syukur atas rahmat Allah SWT sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
menjadi suri taulidan umat islam di dunia. Dengan terwujudnya makalah ini yang membahas
tentang “Perkembangan Sosial“. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
informasi, pelajaran dan ilmu yang bermanfaat bagi pembacanya.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................... 1
KATAPENGANTAR ....................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Sosial ............................................................................................... 6
2.2 Bentuk-bentuk Tingkah laku Sosial........................................................................................... 6
2.3 Teori Perkembangan Psikososial ............................................................................................... 7
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial ........................................................ 9
2.5 Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Peserta Didik................................................................. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa orang di lahirkan dalam keadaan sudah
bersifat sosial, tidak sosial, dan antisosial, dan banyak bukti sebaliknya yang menunjukkan
bahwa mereka bersifat demikian karena hasil belajar. Akan tetapi, belajar menjadi pribadi
yang sosial tidak dapat di capai dalam waktu sngkat. Anak-anak akan belajar searah dengan
siklus, dengan periode kemajuan yang pesat di ikuti oleh garis mendatar. Pada garis mendatar
ini hanya terdapat sedikit kemajuan dari dalam anak. Periode kemajuan yang pesat bahkan
kadang-kadang di ikuti oleh tahap kemunduran ketingkat perilaku sosial yang rendah.
Seberapa cepat anak dapat meningkatkan kembali dari garis datar itu sebagian besar
bergantung pada kuat lemahnya motivasi mereka untuk bermasyarakat.
Ketika berakhirnya masa kanak-kanak, sebagian besar anak masih sangat kurang merasa
puas dengan kemajuan yang mereka peroleh dalam segi perkembangan sosial. Hal ini benar
sekalipun perkembangan mereka normal. Sejumlah studi tentang sumber ketidakbahagiaan
yang di laporkan oleh para remaja, banyak memberikan perhatian terhadap masalah sosial.
Seperti dalam hal kemampuan bergaul, cara memperlakukan teman agar terhindar dari
pertengkaran dan putusnya persahabatan, cara bersikap yang luwes dalam situasi sosial, dan
cara mengembangkan kemampuan memimpin. Dan para remaja menganggap bahwa mereka
belum menguasai dan memiliki kemampuan yang cukup dalam hal-hal tersebut.
4
d. Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial?
e. Bagaimana Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Peserta Didik?
1.3 Tujuan
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahuipengertian Perkembangan Sosial
b. Mengetahui apa saja Bentuk-bentuk Tingkah laku Sosial
c. Mengetahuiapa yang dimaksud dengan Teori Perkembangan Psikososial
d. Mengetahuiapa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
e. Mengetahuibagaimana Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Peserta Didik
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pembangkangan, bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi
terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai
dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai
puncaknya pada usia 3 tahun dan mulai menurun pada usia empat atau lima tahun. Sikap
orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal,
keras kepala, tolol dan sebagainya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses
perkembangan anak dari sikap dependent menuju ke arah independent.
b. Agresif, yaitu perilaku menyerang balik secara fisik maupun kata-kata. Agresif merupakan
salah satu bentuk reaksi terhadap rasa frustasi. Biasanya bentuk ini di wujudkan dengan
menyerang seperti ; mencubit, menggigit, menendang dsb. Sebaiknya orang tua berusaha
mereduksi, mengurangi agresifitas anak.
c. Berselisih atau bertengkar, terjadi apabila anak merasa terganggu oleh sikap dan perilaku
orang lain. Seperti direbut mainannya.
d. Menggoda, yaitu serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk ejekan atau
cemoohan.
f. Kerja sama, yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain.
g. Tingkah laku berkuasa, yaitu sejenis tingkah laku menguasai situasi sosial, seperti
meminta, menyuruh dan mengancam orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya,
6
h. Mementingkan diri sendiri, sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya.
i. Simpati, yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain. Seiring bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sifat
selfish-nya dan mulai mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati
terhadap orang lain.
7
2. Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3 tahun)
Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai
berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan
orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah
bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri.
Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat
membentuk sang anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa
percaya diri, dan juga kurang mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten
sehingga selalu merasa malu dan ragu – ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri.
3. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang lain
seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya secara
fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak.
Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak,
akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk mengambil
tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan juga tidak dapat dibenarkan karena anak tidak
akan memedulikan bimbingan orang tua kepadanya. Sebaliknya, jika anak memiliki
inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat mengembangkan rasa ketidak pedulian.
4. Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)
Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan
suatu perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah
memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk
berinteraksi di luar keluarga.
Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta
percaya diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai
pengalaman baru. Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan
kurangnya dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri,
merasa tidak kompeten dan tidak produktif.
5. Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati
diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan
dengan dirinya untuk melewati hal tersebut.
Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang
tua, maka identitas yang positif juga akan tercapai. Akan tetapi jika anak kurang mendapat
bimbingan dan mendapat banyak penolakan dari orang tua terkait berbagai peranannya,
maka ia bisa jadi akan mengalami kebingungan identitas serta ketidak yakinan terhadap
hasrat serta kepercayaan dirinya.
6. Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)
Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa
dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun hubungan
8
yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat,
seseorang akan mampu merasakan cinta serta kasih sayang.
Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat
menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa
membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.
7. Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)
1. Keluarga
2. Kematangan anak
9
baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial
keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan
sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh
dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial
anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi
normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam
kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya.
Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat
lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pedidikan
10
2.5 Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Peserta Didik
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembang-kan sikap sosial
peserta didik antara lain:
a. Melaksanakan pembelajaran kooperatif .
Pembelajaran kooperatif akan mengembangkan sikap kerjasama dan saling
menghargai pada diri peserta didik. Pembelajaran kooperatif akan mendorong peserta
didik untuk menghargai kemampuan orang lain dan bersabar dengan sikap orang lain.
b. Melaksanakan pembelajaran koloboratif .
Pembelajaran kolaboratif akan mengembangkan sikap membantu dan berbagi dalam
pembelajaran. Siswa yang lebih pintar bersedia membantu temannya yang belum
memahami materi pelajaran yang sedang dibahas. Pembelajaran kolaboratif akan
menumbuhkan sikap saling menyayangi di antara peserta didik.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan sosial merupakan proses untuk mencapai kematangan hubungan sosial
baik dalam keluarga ataupun dalam kelompok masyarakat guna untuk proses penyesuaian
diri.
Perkembangan sosial memiliki karakteristik dengan pola tingkah laku yang berbeda
dalam kehidupan keluarga,sekolah maupun di kalangan kelompok masyarakat.
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk
interaksi sosial, yaitu pembangkangan, agresif, bertengkar, menggoda, persaingan, kerja
sama, tingkah laku berkuasa, mementingkan diri sendiri, dan simpati.
Dasar dari teori Erikson adalah sebuah konsep yang mempunyai tingkatan. Ada delapan
tingkatan yang menjadi bagian dari teori psikososial Erikson, yang akan dilalui oleh manusia.
Setiap manusia dapat naik ke tingkat berikutnya walaupun tidak sepenuhnya tuntas
mengalami perkembangan pada tingkat sebelumnya.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu menyangkut aspek lingkungan
keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, kapasitas mental.
Pengaruh perkembangan sosial tingkah laku pada anak dapat melahirkan dirinya dan
orang lain.
Cara mengoptimalkan perkembangan sosial anak kemampuan sosialnya memberikan
dukungan untuk bersosialisasi dan melatih anak agar terampil melakukan interaksi dam
komunikasi.
12
Daftar Pustaka
Dr. Masganti Sit, M.Ag. Dr. Masganti Sit, M.Ag (2012) Ebook “Perkembangan Peserta Didik”
Arbilian, Arbilian (2014) “Perkembangan Sosial Peserta Didik” (tulisan ini dapat diakses di
http://arbilian.blogspot.com/2014/10/perkembangan-sosial-peserta-didik.html)
Devita Retno, Devita Retno “Teori Psikososial Erikson dan Perkembangannya” (tulisan ini dapat
diakses di https://dosenpsikologi.com/teori-psikososial-erikson)
Ahmad Dahlan, Ahmad Dahlan “Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial Remaja” (tulisan ini dapat diakses di
https://eurekapendidikan.com/karakteristik-dan-faktor-faktor-yang)
13