Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang ,Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Perkembanga Sosial Pada Anak
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagi pihak sehigga dapat memperlancarpebuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurang dalam penyusunan dalam kalimat maupun tatabahasanya .Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima saran dan keritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
ataupun terhadap pembaca .
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sosiak pada anak-anak Sekolah Dasar mengalami perluasan
hubungan, selain dengan keluarga, mereka juga memulai suatu hubungan atau
ikatan baru dengan teman sebayanya sehingga ruang gerak sosialnya semakin luas.
Kemampuan bersosialisasi pada anak harus terus diasah karena kemampuan
bersosialisasi pada anak akan membuat anak memiliki banyak relasi sehingga anak
dapat meniti kesuksesannya. Banyaknya teman membuat anak tidak mudah stress
karena anak dapat lebih leluasa untuk bercerita. Bersosialisasi pada dasarnya
merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.
Kemampuan berhubungan sosial, bekerja dalam kelompok teman sebaya dan
belajar menjadi pribadi yang mandiri merupakan salah satu tugas perkembangan
yang harus dicapai oleh anak siswa sekolah dasar (Hurlock, 1997:10).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas ditetapkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud perkembangan sosial?
2. Apa perilaku sosial anak usia Sekolah Dasar?
3. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak?
4. Apa pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui yang dimaksud perkembangan sosial.
2. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku sosial anak.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak.
4. Mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
sesuai dengan kehendak anak. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak
memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan
negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan
anak dari sikap “dependent” (ketergantungan) menuju kearah “independent”
(bersikap mandiri).
2. Agresi (agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata
(verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa
karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini
diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubit, menggigit, menendang dan lain
sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak
dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua
menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
3. Berselisih/bertengkar (quarreling)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau
perilaku anak lain, sepert diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut
mainannya.
4. Menggoda (teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan
serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau
cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang
lain. Sikap persaingan mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan untuk
prestice (merasa ingin menjadi lebih dari orang lain) dan pada usia 6 tahun,
semangat bersaing ini berkembang dengan baik.
6. Kerja sama (cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Anak yang berusia dua atau
tiga tahun belum berkembang sikap bekerja samanya, mereka masih kuat sikap
“self-centered”-nya. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak sudah mulai
menampakan sikap kerja samanya. Pada usia enam atau tujuh tahun sikap ini
berkembang dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau
bersikap “business”. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh,
mengancam dan sebagainya.
3
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak
ingin selalu dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan
menangis, menjerit atau marah-marah.
9. Simpati (Sympathy)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis
mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
2. Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan –
3 tahun)
Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai
berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang
diberikan orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri
dengan dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang
mandiri serta percaya diri.
Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada
anak, dapat membentuk sang anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan
tidak memiliki rasa percaya diri, dan juga kurang mandiri. Anak dapat menjadi
lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa malu dan ragu – ragu terhadap
kemampuan dirinya sendiri.
4
3. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya
yang lain seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi
lingkungannya secara fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk
mulai bertindak.
Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak,
akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk
mengambil tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan juga tidak dapat dibenarkan
karena anak tidak akan memedulikan bimbingan orang tua kepadanya. Sebaliknya,
jika anak memiliki inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat mengembangkan rasa
ketidak pedulian.
5
membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu merasakan cinta serta
kasih sayang.
Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat
menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan
bisa membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.
6
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan danm diarahkan
oleh keluarga.
2. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk manpu
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang
lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu
bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan
sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,
bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
4. Dari pihak anak itu sendiri,
perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial
anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal
tertentu, maksud “menjaga Keluarga
5. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa
yang akan datang. Pendidikan alam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan
anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta
didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat,
tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
6. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu
7
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan
sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan
modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh
remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
Pada kasus tertentu seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan
kelompok sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok
umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa)
tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.
7. Faktor Lingkungan Luar Keluarga
Pengalaman sosial awal diluar rumah melengkapi pengalaman didalam
rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku
anak. Sedangkan menurut Hurlock (1978:44) menambahkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial anak, yaitu faktor pengalaman awal yang
diterima anak. Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku kepribadian
selanjutnya.
8. Faktor teman sebaya
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas
untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman sebayanya, sekalipun
dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar tidak menjadi
sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan dalam suasana
bermain.
9. Keragaman budaya
Bagi perkembangan anak didik keragaman budaya sangat besar pengaruhnya
bagi mental dan moral mereka. Ini terbukti dengan sikap dan prilaku anak didik
selalu dipengaruhi oleh budaya-budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal
mereka. Pada masa-masa perkembangan, seorang anak didik sangat mudah
dipengaruhi oleh budaya-budaya yang berkembanga di masyarakat, baik budaya
yang membawa ke arah prilaku yang positif maupun budaya yang akan membawa
ke arah prilaku yang negatif.
10. Media Massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau mempengaruhi
prilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa juga sangat besar
pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan adanya media massa, seorang
anak dapat mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat. Media
massa dapat merubah prilaku seseorang ke arah positif dan negatif.
8
11. Sekolah
Sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan sikap
sosial anak, karena selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, Anak-anak
menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suatu masyarakat
kecil yang harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang
menegaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka
Di sekolah, guru membimbing perkembangan kemampuan sikap, dan hubungan
sosial yang wajar pada peserta didiknya. Hubungan sosial yang sehat dalam sekolah
dan kelas seyogyanya diprogram, dikreasikan, dan dipelihara bersama-sama dalam
belajar, bermain dan berkompetisi sehat. Sekolah mengupayakan layanan
bimbingan kepada peserta didik. Bimbingan selain untuk belajar adalah untuk
penyesuaian diri ke dalam lingkungan atau juga penyerasian terhadap
lingkungannya. Kepada siswa diajarkan tentang disiplin dan aturan melalui
keteraturan atau conformity yang disiratkan dalam tiap pelajaran.
9
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang
lain daalm penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi
pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja
sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik
(Sunarto dan Hartono, 2006:133-135).
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan sosial diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Perilaku sosial anak usia sekolah dasar diantaranya yaitu pembangkangan
(negativisme), agresi (agression), berselisih/bertengkar (quarreling), menggoda
(teasing), persaingan (Rivaly), kerja sama (cooperation), tingkah laku berkuasa
(ascendant behavior), mementingkan diri sendiri (selffishness), dan simpati
(Sympathy)
Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu keluarga,
kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, dan kapasitas mental, emosi, dan
intelegensi serta lingkungan luar keluarga.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B., Alih Bahasa : Med Meitasari T dan Muslichah Z.,
2000. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Budiamin, Amin, dkk. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI PRESS.
Sunarto dan Hartono, A. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
12