Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODE PENGEMBANGAN MORAL AGAMA AUD


( PEMBIASAAN, BERCERITA, BERNYANYI, BERSYAIR, KARYA
WISATA )
DOSEN PENGAMPUH : DR. NURRHASANAH BAKHTIAR, M.Ag &
NURKAMELIA MUKHTAR, AH.,M.Pd
SEMESTER II/ GENAP

Di Susun Oleh :
1. Aini (201509)
2. Hany Faizah (201468)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


STAIN SULTAN ABDURRAHMAN
KEPULAUAN RIAU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya
sehingga kami dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Metode pengembangan moral
agama anak usia dini (pembiasaan brcerita, bernyanyi, bersyair, karya wisata)” ini tepat pada
waktu nya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Dr.
Nurrhasanah Bakhtiar, M.Ag dan ibu Nurkamelia Mukhtar, AH., M.Pd pada mata kuliah
Metode pengembangan nilai agama dan moral anak usia dini. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Metode pengembangan moral agama anak usia
dini (pembiasaan brcerita, bernyanyi, bersyair, karya wisata)” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Nurrhasanah Bakhtiar, M.Ag dan
ibu Nurkamelia Mukhtar, AH., M.Pd selaku dosen mata kuliah Metode pengembangan nilai
agama dan moral anak usia dini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang memebangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

BINTAN, 30 MARET 2021

[ii]
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………………………. i


Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….…… iii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………………………………………………………………......... 4
2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………. 5
3. Tujuan ………………………………………………………………………………… 6

BAB II PEMBAHASAN
A. Metode Pembiasaan …………………………………………………………………………….. 7
B. Metode Bercerita …………………………………………………………………………….. 8
C. Metode Bernyanyi …………………………………………………………………………….. 10
D. Metode Bersyair …………………………………………………………………………….. 11
E. Meotode Karya WIsata …………………………………………………………………………….. 11

BAB III PENUTUPAN


Kesimpulan ……………………………………………………………………………… 14
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………… 15

[iii]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa, perlu mendapat pendidikan yang baik
sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang dengan pesat, sehingga akan tumbuh menjadi
manusia yang memiliki kepribadiian yang tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan
dan ketrampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi keluarga, lembaga-lembaga
pendidikan berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai macam stimulasi dan
bimbingan yang tepat sehingga akan tercipta generasi penerus yang tangguh.

Akhir-akhir ini, banyak fenomena perilaku negatif sering terlihat dalam kehidupan sehari-
hari pada anak-anak. Melalui surat kabar atau televisi dijumpai kasus anak usia dini yang
berbicara kurang sopan, senang meniru adegan kekerasan, juga meniru perilaku orang dewasa
yang belum semestinya dilakukan anak-anak, bahkan perilaku bunuh diri pun sudah mulai ditiru
anak-anak. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat dunia anak seharusnya merupakan
dunia yang penuh dengan kesenangan untuk mengembangkan diri, yang sebagian besar waktunya
diisi dengan belajar melalui berbagai macam permainan dilingkungan sekitarnya.

Diantara penyebab mengapa anak yang tidak melakukan hal-hal yang positif dalam
keterkaitan interaksi dengan orang lain adalah kurangnya pendidikan dari orang tua atau orang
dewasa lain di sekitarnya. Anak-anak juga sering melakukan peniruan atau imitasi yang tidak
tepat sehingga memunculkan perilaku yang kurang sesuai dengan norma dan aturan setempat.

Anak usia dini memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Secara
fisik pertumbuhan anak usia dini sangat pesat, Tinggi badan dan berat badan anak bertambah
cukup pesat, dibanding dengan pertumbuhan pada usia diatasnya. Begitu pula pertumbuhan otak
anak, otak sebagai pusat koordinasi berbagai kemampuan manusia tumpuh sangat pesat pada
anak usia dini. Pada usia 4 tahun pertumbuhan otak anak sudah mendekati 80 % sempurna. Pada
usia 4 – 12 tahun pertumbuhan otak tersebut mencapai kesempurnaan. Pemberian stimulasi
pendidikan pada saat pertumbuhan fisik anak yang pesat dan otak sedang tumbuh dan mengalami
kelenturan atau pada usia kematangannya akan mendapat hasil yang maksimal disbandingkan
pada usia sebelum dan sesudahnya. Dengan demikian sebagai pendidik perlu memahami kapan
munculnya masa peka atau usia kematangan anak tersebut.

Menurut Kohlberg perkembangan moral anak usia prasekolah (PAUD) berada pada tingkatan
yang paling dasar yang dinamakan dengan penalaran moral prakonvensional. Pada tingkatan ini
anak belum menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral (secara kokoh). Namun sebagian anak
usia PAUD ada yang sudah memiliki kepekaan atau sensitivitas yang tinggi dalam merespon
lingkungannya (positif dan negatif). Misalkan ketika guru/orang tua mentradisikan atau
membiasakan anak-anaknya untuk berperilaku sopan seperti mencium tangan orang tua ketika

[4]
berjabat tangan, mengucapkan salam ketika akan berangkat dan pulang sekolah, dan contoh-
contoh positif lainnya maka dengan sendirinya perilaku seperti itu akan terinternalisasi dalam diri
anak sehingga menjadi suatu kebiasaan mereka sehari-hari. Demikian pula sebaliknya kalau
kebiasaan negatif itu dibiasakan kepada anak maka perilaku negatif itu akan terinternalisasi pula
dalam dirinya.

Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program PAUD merupakan pondasi yang
kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan
baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak
bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai moral dan keagamaan. Nilai-nilai luhur ini pun dikehendaki menjadi motivasi spiritual
bagi bangsa ini dalam rangka melaksanakan sila-sila lainnya dalam pancasila (Hidayat, 2007 :
7.9).

Dunia rohani ialah kenyataan yang tidak dapat dipersepsi pancaindera, tidak dapat dibuktikan
secara empirik, dan tidak dapat ditemukan hubungan sebab akibat dari gagasan yang dipercayai
sebagai ajaran sang pencipta yang disampaikan melalui lisan para Nabi. Ajaran Allah tersebut
mengandung nilai-nilai moral. Nilai moral adalah apa yang harus dilakukan oleh seseorang,
karena jika tidak dilakukan ia akan memperoleh kerugian secara permanen. Nilai moral tersebut
diantaranya adalah hak hidup dan kebebasan, baik bebas dari ancaman orang lain, bebas dari
perbudakan, bebas dari penganiayaan maupun bebas untukberkarya, setara di hadapan hukum
dan prasangka tidak bersalah sebelum terbukti bersalah di pengadilan, bebas berkeyakinan dan
beragama, bebas berekspresi (pribadi, keluarga, dan berkorespondensi), bebas berorganisasi,
pendidikan, dan standar minimum kelayakan hidup dari aspek kesehatan dan kebutuhan pokok
material hidupnya. Metode mengenalkan nilai nilai keagamaan dan moral dalam kehidupan dapat
melalui metode indoktrinasi. Tujuan dari metode ini adalah agar anak menjadi manusia yang
berdisiplin diri dalam pergaulan sosialnya. Selain itu dapat juga melalui metode klarifikasi nilai.
Tujuan dari metode ini adalah anak dilatih untuk membuat pendapat moral yang sederhana atas
peristiwa yang dialaminya. Juga melalui Teladan. Tujuan dari metode ini ialah anak diberi
contoh perilaku baik secara terus menerus oleh orang dewasa agar anak mau meniru. Terakhir
melalui metode pembiasaan perilaku. Tujuan dari metode ini ialah anak dibiasakan melakukan
perbuatan rutin dan ajeg dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Membahas metode pembiasaan dalam pengembangan moral agama AUD
2. Membahas metode bercerita dalam pengembangan moral agama AUD
3. Membahas metode bernyanyi dalam pengembangan moral agama AUD
4. Membahas metode bersyair dalam pengembangan moral agama AUD
5. Membahas metode karya wisata dalam pengembangan moral agama AUD

[5]
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui metode pembiasaan dalam pengembangan moral agama AUD
2. Mengetahui metode bercerita dalam pengembangan moral agama AUD
3. Mengetahui metode bernyanyi dalam pengembangan moral agama AUD
4. Mengetahui metode bersyair dalam pengembangan moral agama AUD
5. Mengetahui metode karya wisata dalam pengembangan moral agama AUD

[6]
BAB I
PEMBAHASAN
A. Metode Pembiasan
Metode pembiasaan merupakan upaya pembentukan terhadap anak dalam
mempersiapkan dirinya dalam menjalani proses kehidupan yang mendukung karirnya, serta
segi praktisnya dapat dilakukan dengan melatih anak menaati Allah dan menjauhi
larangannya. Peran pembiasaan dalam memberikan pengajaran terhadap anak dapat berfungsi
dalam menumbuhkan serta mengembangkan kecerdasan jiwanya dalam menemukan nilai-
nilai tauhid bagi anak yang murni, rohani yang luhur, budi pekerti yang mulia, dan etika
relegius yang lurus.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan metode pembiasaan merupakan upaya praktis dan
pembentukan (pembinaan) dan persiapan. Karenanya setelah diketahui bahwa kecenderungan
dan naluri anak-anak dalam pengajaran dan pembiasaan adalah sangat besar dibanding usia
lainnya, maka hendaklah para pendidik, ayah, ibu dan pengajar, untuk memusatkan perhatian
pada pengajaran anak-anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya sejak ia mulai
memahami realita kehidupan ini.
Metode pembiasaan digunakan dalam menanamkan perilaku belajar anak, untuk
mengetahuinya maka penulis tertarik mengadakan penelitian di Raudhatul Athfal Al-
Mutaqqin. RA Al-Mutaqqin merupakan lembaga pendidikan prasekolah yang
menyelenggarakan pendidikan dengan kurikulum 2013, yang sudah berdiri pada tahun 2009,
yang memiliki visi, misi, dan tujuan disekolah agar terciptanya anak yang berakhlak mulia
dengan menggunakan metode pembiasaan yang sering diulang-ulang kesehariannya.
Visi Raudhatul Athfal Al-Mutaqin ialah mewujudkan RA yang berkualitas dan
menjadikan peserta didik berakhlak mulia, serta generasi yang Qur’ani dan Rabbani.
Sedangkan Misi RA Al-Mutaqqin ialah meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan,
penataran, dan workshop dalam menerapkan kurikulum pendidikan. Dan menghasilkan
peserta didik yang beriman, bertaqwa dan berakhlak melalui pendidikan ke Islaman dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bekerjasama antara guru, orang tua, dan
masyarakat. Dan adapun tujuan RA Al-Mutaqqin ialah menghasilkan guru dan anak didik
yang beriman, berakhlak mulia yang berilmu agama, bangsa dan negara.
Dipilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian ini, karena proses pembelajaran
menggunakan metode yang dapat menunjang dalam menanamkan perilaku belajar anak

[7]
dalam perkembangan moral dan nilai-nilai agama dengan menggunakan metode pembiasaan.
Diantarannya anak diwajibkan shalat berjamaah. Kegiatan shalat berjamaah berlangsung
dengan baik dan dilihat dari perilaku akhlak sehari-hari menunjukan bahwa mereka dapat
mempraktekkan kebiasaan baik dengan orang lain yaitu selalu bersalaman. Oleh karena itu,
bagaimana metode pembiasaan dapat dijadikan metode untuk menanamkan perilaku akhlak
yang baik, maka perlu diadakan penelitian lebih mendalam.

B. Metode Bercerita
Metode bercerita dapat mengubah etika anak-anak karena sebuah cerita mampu
menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikan, serta merekam peristiwa dan
imajinasi yang ada dalam cerita. Selain itu bercerita dapat pula memberikan pengalaman dan
pembelajaran moral melalui sikap-sikap dari tokoh yang ada dalam cerita.
Untuk mengetahui adanya peranan metode bercerita dalam mengembangkan
nilai-nilai moral pada anak TK dan SD maka telah diperoleh hasil pengamatan dari kajian
tulisan jurnal. Ada tiga aspek yang diamati dalam mengembangkan nilai-nilai moral
pada anak melalui metode bercerita, sebagai berikut:
a. Menghargai Teman
“Menghargai mempunyai arti bermacam-macam, diantaranya memberi, menentukan,
menilai, membubuhi harga, menaksir harga, memandang penting (bermanfaat, berguna),
menghormati”. Menghargai merupakan sebuah ungkapan yang terdengar sederhana, tetapi
banyak orang yang lalai dalam mengaplikasikannya. Saling menghargai dapat diaplikasikan
dengan mudah. Hal ini dapat dimulai dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Seperti halnya menghargai teman di TK dan SD yang dapat dinilai dari beberapa
pencapaian indikator, yaitu apabila anak sudah mampu mengucapkan terima kasih jika
memperoleh sesuatu dari teman, misalnya bantuan maupun pemberian berupa barang, apakah
anak mau meminjamkan barang miliknya kepada temannya, apakah anak dapat menolong
temannya yang dalam kesulitan, misalnya menolong teman ketika terjatuh, apakah anak tidak
memilih-milih teman atau berteman sama siapa saja, apakah anak tidak mengganggu teman
yang masih belajar atau suka mengolok-olok temannya, dan apakah anak dapat berbagi
makanan bersama temannya.
Melalui aspek menghargai teman, masih ada beberapa anak yang belum masuk dalam
kategori berkembang sangat baik. Hal ini disebabkan, pada anak usia TK dan masih sangat

[8]
dominan dengan sikapegosentrisnya sehingga masih ada anak yang sulit bergaul, tidak mau
kalah, dan mau menang sendiri, tetapi dilihat dari hasil pengamatan selama penelitian
berlangsung menunjukkan penanaman nilai-nilai moral melalui metode bercerita.
b. Sopan Santun
Pentingnya nilai moral ditunjukkan melalui sikap sopan santun yang dimiliki oleh
setiap individu. Oleh karena itu, agar anak dapat belajar sopan santun di TK dan di SD maka
aspek sopan santun dianggap bisa menanamkan nilai-nilai moral melalui metode bercerita di
TK dan anak SD selanjutnya. Penilaian aspek sopan santun, dilihat dari beberapa indikator,
yaitu Jika anak mampu menunjukan sikap berdoa yang baik, anak tertib saat belajar, anak
dapat memakai pakaian yang rapi, anak mampu berbicara sopan atau tidak berteriak, anak
mampu bersikap baik dan sopan pada saat makan, dan bersikap ramah pada siapa saja,
misalnya mencium tangan ibu guru.
c. Tanggung Jawab
Aspek tanggung jawab penilaiannya, dilihat dalam pencapaian beberapa indikator,
yaitu jika anak mampu mengurus dirinya sendiri (misalnya memakai sepatu sendiri), anak
mampu menyelesaikan tugas yang diberikan, (misalnya mewarnai gambar dengan baik
hingga selesai), Meminta maaf jika sudah berbuat salah, dapat menyimpan kembali buku dan
alat tulis yang sudah dipakai ketempatnya, membuang sampah pada tempatnya, dan Anak
dapat merapikan peralatan makan dan minum sendiri. Aspek tanggung jawab meningkat
cukup baik, meskipun masih saja terdapat beberapa kendala, seperti anak belum terlalu
memahami arti tanggung jawab apabila tidak mengalaminya. Oleh karena itu, perlu
penjelasan dan pengajaran setiap harinya tentang pentingnya bertanggung jawab.
d. Nilai Religius
Anak mempunyai keyakinan beragama, yang diperoleh dari lingkungan rumah
ataupun sekolahnya misalnya anakanak diajarkan memikirkan tuhan sebagai seseorang yang
akan marah dan menghukumnya jika dia melakukan tindakan tidak terpuji. Upaya
peningkatan nilai religius anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya,
memperkenalkan kepada anak anjuran salam-salaman untuk saling memaafkan,
memperkenalkan pada anak mengenai berbagai tempat ibadah, dan memperkenalkan ajaran
agama dan tindakan terpuji kepada anak melalui mata pelajaran agama dan PPKn. Dengan
demikian, pengenalan konsep moral dan agama akan mencegah anak dari perbuatan buruk
dan meningkatkan perbuatan baiknya. Anak akan mempunyai keyakinan bahwa dengan

[9]
berbuat baik ia akan masuk surga. Demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini anak berpikir
tentang konsep tuhan, surga, neraka, malaikat ataupun dosa.

C. Metode Bernyanyi
Metode bernyanyi adalah suatu metode pengajaran yang dilakukan dengan cara
berdendang atau bernyanyi, dengan menggunakan suara yang merdu, nada yang enak
didengar dan kata-kata yang tidak rumit mudah diingat. Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa metode bernyanyi adalah metode yang menggunakan suara yang
membuat anak merasa senang dan gembira menyanyikannya, karena pada masa anak-anak
pembelajaran akan lebih menyenangkan, membuat anak bahagia dan lebih bersemangat lagi
dalam belajar.
Metode sebagai alat dalam proses suatu pembelajaran yang dapat menyalurkan
suatu pesan sehingga mengasah pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa agar anak
terbantu dalam proses pembelajaran berlangsung. Diketahui bahwa metode bernyanyi
adalah suatu metode yang mudah untuk diberikan kepada anak agar anak dapat cepat
menyerap dalam proses pembelajaran disekolah, karena pada masa kanak-kanak anak lebih
menyukai
bernyanyi dari pada hanya mendengarkan.
Menurut teori yang diungkapkan oleh Fathur dalam Risaldy (2014 hal. 92) pikiran
dan perasaan merupakan sumber komunikasi yang dapat dilakukan melaluibernyanyi dari
bagian musik.Bagi guru bernyanyi adalah suatu alat komunikasi untuk anak agar guru lebih
mudah dalam memberi pelajaran kepada anak. Menurut masitoh dalam risaldy Rasional
strategi pembelajaran melalui bernyanyi honig menyatakan bahwa bernyanyi memiliki
banyak sekali manfaat untuk praktik dalam pendidikan anak dan pengembangan secara luas
karena:
 Bernyanyi bersifat menyenangkanbagi anak.
 Bernyanyi dapat digunakan untuk ketika anak merasa cemas.
 Bernyanyi merupakan suatu media untuk mengekspresikan perasaan anak,
 Bernyanyi akan membantu membangkitan rasa percaya diripada anak,
 Bernyanyi dapat membantu daya ingat anak ketika anak lupa,
 Bernyanyi bisa mengembangkan rasa humor anak

[10]
 Bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan kemampuan
anak, dan
 Bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompokyang bentuk oleh
pendidik.
Dengan 8 manfaat dari bernyanyi ini berarti metode bernyanyi untuk praktik
pendidikan anak dan pengembangan khususnya perkembangan moral maka dari itu metode
bernyanyi sangat baik digunakan dalam pembelajaran terutama untuk anak-anak pendidikan
anak usia dini (paud), karena apabila metode bernyanyi diberikan kepada anak yang lebih
dewasa, biasanya anak akan merasa malu untuk mengikuti gurunya bernyanyi dan itu
termasuk kekurangan dari metode bernyanyi

D. Metode Bersyair
Metode bersyair adalah Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak
merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia
pada diri anak. Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan
rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melaku- kan sesuatu yang belum
pernah dialami atau dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilainilai
moral kepada anak. Sajak merupakan metode yang juga dapat membuat anak merasa senang,
gembira dan bahagia.
Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin
tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami
atau dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada
anak. Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan
bahagia. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti
sebuah seni. Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian
kalimat yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak anak akan memiliki
kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian untuk mengungkap sesuatu
melalui sajak sederhana

E. Metode Karya Wisata


Metode karyawisata bisa diterapkan di mana saja sesuai dengan tema yang berkaitan
pada hari itu. Misalnya tema tumbuhtumbuhan anak-anak bisa di ajak oleh guru untuk

[11]
berkaryawisata di taman sekolah, atau halaman sekolah yang dijadikan kebun sekolah yang
ditanami tumbuh-tumbuhan. Metode karyawisata merupakan salah satu metode yang
melaksanakan kegiatan pembelajaran dilembaga PAUD dengan cara mengamati dunia sesuai
dengan kenyataan yang ada secara langsung, yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan
benda-benda lainnya. Dengan mengamati secara langsung anak memperoleh kesan yang
sesuai dengan pengamatannya. Pengamatan ini diperoleh melalui panca indrayakni mata,
telinga, lidah, hidung, kulit.
Faktor pematangan dan faktor belajar mempengaruhi perkembangan moral anak
prasekolah. Terdapat berbagai cara tindakan pembelajaran untuk mengendalikan lingkungan
yang dapat menjamin pembinaan moral yang diinginkan, dan dengan bantuan ahli untuk
menghilangkan prilaku moral yang tidak diinginkan sebelum berkembang menjadi kebiasaan
yang tertanam kuat. Agar setiap anak dapat mengembangkan kecerdasan moral secara lebih
matang, harus dilakukan stimulasi secara terencana. Karyawisata kaya akan nilai pendidikan
karena hal itu juga dapat meningkatkan pengembangan kemampuan sosial, sikap, dan nilai-
nilai kemasyarakatan pada anak.
Bila dirancang secara seksama karyawisata dapat membantu mengembangkan aspek
perkembangan sosial anak, misalnya mengembangkan kemampuan menggalang kerjasama
dalam suatu kelompok dan tugas terlaksana dengan baikbila anak-anak dibantu untuk
menyadari pentingnya hak dan kewajiban masing-masing dalam kegiatan kelompok.
Karyawisata dapat mengoptimalkan penanaman sikap atau nilai-nilai kemasyarakatan
yang dapat dikembangkan melalui karyawisata antara lain sikap mencintai lingkungan,
kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda lainnya. Karyawisata membantu
anak memperoleh pemahaman penuh tentang kehidupan manusia dengan bermacam
pekerjaan dan kegiatan yang menghasilkan suatu karya atau jasa, misalnya anak yang diajak
kepabrik roti akan memperoleh pemahaman penuh tentang kehidupan tukang roti, membuat
adonan, mencetak, membakar, sehingga menghasilkan bermacam-macam roti yang siap
dimakan. Pemahaman anak tentang kehidupan tukang roti tersebut dapat menimbulkan sikap
menghargai pekerjaan yang dilakukan tukang roti. Demikian juga kalau anak dibawa
kekantor pos dan memperoleh pemahaman penuh tentang pekerjaan tukang pos dikantor pos,
kemudian mengantarkan surat kiriman sampai ke alamat penerima surat. Manfaat
pengalaman itu adalah menimbulkan sikap menghargai pekerjaan pak posdan menghargai
layanan jasa orang lain.
Dari paparan di atas jelas bahwa penerapan metode karyawisata berpengaruh terhadap

[12]
perkembangan nilai moral anak usia dini terlihat pada saat anak memiliki pemahaman setelah
berkaryawisata dan menghargai karya dan jasa orang lain. Untuk itu maka peneliti melakukan
penelitian mengenai adakah pengaruh penerapan metode karyawisata terhadap aspek
perkembangannilai moral anak.

[13]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak adalah generasi penerus keluarga dan bangsa yang perlu mendapat pendidikan
yang baik sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang dengan pesat, sehingga
akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang tangguh dan cakap
serta terampil. Oleh karena itu penting bagi lembaga dan keluarga untuk berperan dan
bertanggungjawab dalam memberikan berbagai macam stimulasi dan bimbingan yang
tepat sehingga akan tercipta gereasi penerus yang berakhlak dan bertingkah laku yang
sesuai dengan norma. Pengembangan nilai-nilai moral dan agama anak usia 5-6 tahun
bias dilakukan dengan berbagai macam metode antara lain : pembiasaan brcerita, bernyanyi,
bersyair dan karya wisata

[14]
3.2 Daftar Pustaka
Kemdikbud, 2019 “Perkembangan Nilai Moral dan Agama Anak Usia Dini”
https://bppauddikmaslampung.kemdikbud.go.id/berita/read/perkembangan-nilai-moral-dan-
agama-anak-usia-dini
Farida, 2006, “PENDIDIKAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA PADA ANAK
USIA DINI: BUKAN SEKEDAR RUTINITAS” Yogyakarta
Asti Inawati. 2017. Strategi Pengembangan Moral dan Nilai Agama Untu Anak Usia
Dini, Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 3 No. 1
Erna Purba. 2013. Peningkatan Nilai-Nilai Agama Dan Moral Melalui Metode
Bercerita Pada Anak Usia 4-6 Tahun, Pg-Paud Fkip Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Amiruddin, “Internalisasi Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini Di Raudhatul
Athfal Perwanida 1 Lipu Kabupaten Majene”, Jurnal Al-Qalam, Vol, 20, Nomor 1 Juni,
2014.
Latifah Nurul Safitri, “Pengembangan Nilai Agama dan Moral melalui Metode
Bercerita pada Anak”, Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, Vol. 4 Nomor 1
Maret, 2019.
Sa’dun Akbar, Pengembangan Nilai Agama dan Moral bagi Anak Usia Dini,
Bandung: PT Refika Aditama, 2019.
Satibi, Otib Hidayat, (2014).Metode Pengembangan Moral Dan Nilai-Nilai
Agama.Universitas Terbuka.
Wayan Koyan. (2000). Pendidikan Moral Pendekatan Lintas Budaya. Jakarta: Depdiknas
Borba, Michele. 2008. Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebijakan Utama Agar
Anak Bermoral Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal Kependidikan, Mukhamad Murdiono (2018) “METODE PENANAMAN
NILAI MORAL UNTUK ANAK USIA DINI”
Jurnal, Listyani Anggari (2016) “Penerapan Metode Bernyanyi Untuk Meningkatkan
Perkembangan Moral Anak Di TK Puspita Pandeglang”

[15]

Anda mungkin juga menyukai