Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGEMBANGAN SENI AUD

Kreativitas Anak Usia Dini dalam Bermain Plastisin

Dosen Pengampu:
Drs. Nasaruddin, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Ratnasari 210409500024
Nur Syafika Amelia 210409501010
Danisya Alzura 210409501016
Aisyah Salsabila 210409501022
Adibah Syahrani 210409501028
Andi Rochmi Rauf 210409501031
Jihan Fathiyah Nurdin 210409501043
21-C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah Pengembangan Seni
AUD.
Adapun tujuan dari penulisan makalah Kami untuk memenuhi tugas dari Bapak
Drs. Nasaruddin, S.Pd., M.Pd,. sebagai dosen Pengampu pada Mata Kuliah
Pengembangan Seni AUD. Sementara itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai Kreativitas Anak Usia Dini dalam Bermain Plastisin
bagi para pembaca maupun penulis.
Kami juga berterima kasih kepada Bapak Drs. Nasaruddin, S.Pd., M.Pd,. selaku
Dosen Pengampu dari Mata Kuliah Pengembangan Seni AUD, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai
dengan mata kuliah yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kami akan
sangat menerima kritik dan saran yang membagun demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
A. Pengertian Plastisin ........................................................................... 4
B. Macam-Macam Plastisin ................................................................... 5
C. Efektifitas Penggunaan Media Plastisin dalam Perkembangan Seni
Anak Usia Dini............................................................................. 7
D. Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Media Plastisin ................... 8
E. Manfaat Bermain Plastisin ................................................................. 10
F. Kelebihan dan Kelemahannya Bermain Plastisin ............................... 10
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12
A. Kesimpulan ....................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kreativitas merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam
kehidupan. Melalui kreativitas, anak dapat berkreasi sesuai dengan bakat
ataupun kemampuannya dan dapat memecahkan suatu permasalahan serta dapat
meningkatkan kualitas hidupnya di masa yang akan datang. Hurlock (1987: 6)
mengungkapkan bahwa kreativitas dapat memberi anak kesenangan dan
kepuasan pribadi yang sangat besar, penghargaan yang mempunyai pengaruh
nyata terhadap perkembangan kepribadiannya.
Pada dasarnya anak telah mempunyai potensi kreatif dalam dirinya sejak
lahir. Namun perlu adanya stimulus kembali lewat lingkungan sehingga
perkembangan kreativitas dapat meningkat. Devito (Supriadi, 1994: 15)
menyatakan bahwa setiap orang lahir dengan potensi kreatif walaupun
tingkatnya berbeda-beda, dan dapat dikembangkan dan dipupuk. Kreativitas
seorang anak berawal dari rasa ingin tahunya yang besar. Bakat kreatif tersebut
dimiliki oleh semua orang tanpa terkecuali dan bakat tersebut dapat ditingkatkan
jika diasah sejak dini. Namun jika bakat kreatif tersebut tidak diasah maka bakat
itu tidak akan dapat berkembang bahkan akan menjadi bakat terpendam yang
tidak dapat diwujudkan.
Masa anak adalah masa belajar yang potensial. Usia dini merupakan masa
yang sering disebut “golden age”. Dikatakan golden age sebab pada usia ini
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak sangat cepat. Dengan demikian
pada saat inilah anak membutuhkan stimulus yang baik agar pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Namun, pengembangan kemampuan kreativitas anak di Indonesia masih belum
optimal. Hal tersebut terbukti dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jellen
dan Urban (Supriadi, 1994: 84; Rachmawati dan Kurniati, 2005: 6) yang
menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi terendah dibandingkan 8

1
negara lainnya yaitu jauh dibawah Filipina, Amerika Serikat, Inggris dan
Jerman, India, Kamerun dan Zulu.
Perkembangan kreativitas pada anak akan berkembang secara optimal jika
diberikan stimulus yang tepat. Setiap kegiatan anak harus dibuat menyenangkan,
menarik perhatian anak, dan membuat nyaman anak agar setiap proses menjadi
lebih efektif. Salah satu metode yang dapat memberikan kesenangan anak dan
membuatnya menjadi kreatif adalah dengan bermain.
Bermain merupakan metode efektif untuk mengembangkan kreativitas anak
(Rachmawati dan Kurniati, 2005: 55). Moeslichateon (2004: 32)
mengungkapkan bahwa melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan
kreativitasnya yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan,
memanfaatkan imajinasi dan ekspresi diri, kegiatan-kegiatan pemecahan
masalah dan lain-lain. Namun sayangnya, di zaman serba modern saat ini, anak
lebih sering bermain permainan yang ada di dalam gadgetnya dibandingkan
permainan membentuk sesuatu yang dapat melatih motorik anak seperti bermain
lego dan lilin plastisin. Menurut sebagian anak, bermain gadget lebih menarik
dan menyenangkan dibandingkan bermain lego dan lilin plastisin yang mereka
anggap kuno. Padahal menurut Rachmawati dan Kurniati (2005: 90),
pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui menciptakan produk (hasta
karya) salah satunya adalah dengan media playdough.
Media playdough merupakan salah satu alat permainan edukatif karena dapat
mendorong imajinasi anak (Dwirosanty, 2008). Media playdough akan membuat
anak lebih suka berkreasi untuk membuat atau menciptakan benda sesuai dengan
imajinasinya sehingga dapat mengembangkan kreativitasnya.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Slamet (2009) diketahui bahwa media plastisin dapat
meningkatkan kreativitas anak di TK. Sejalan dengan Slamet, Rohmah (2001)
menyatakan bahwa ternyata dengan permainan edukatif (plastisin) dapat
meningkatkan kreativitas anak usia dini. Plastisin merupakan media yang
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan playdough. Hanya saja tingkat

2
elastisitas playdough sedikit berbeda dengan plastisin. Plastisin mempunyai
karakter cepat mengeras dibandingkan playdough.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti memiliki
ketertarikan untuk memilih fokus penelitian pada “Kreativitas Anak Usia Dini
dalam Bermain Plastisin”
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Plastisin?
2. Apa Saja Macam-Macam Plastisin?
3. Bagaimana Efektifitas Penggunaan Media Plastisin dalam Perkembangan
Seni Anak Usia Dini?
4. Bagaimana Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Media Plastisin?
5. Apa Saja Manfaat Bermain Plastisin?
6. Apa Saja Kelebihan dan Kelemahannya Bermain Plastisin?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah agar pembaca lebih
memahami mengenai Kreativitas Anak Usia Dini dalam Bermain Plastisin yang
akan dibahas pada bab berikutnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Plastisin
Plastisin adalah adonan lunak dengan berbagai warna yang dapat dibuat
menjadi bentuk yang lain (Sari, 2013: 221). Membuat plastisin adalah aktivitas
yang dapat melatih keterampilan motorik dan sensorik halus anak-anak (Charner
dan Murphy, 2014: 42). Plastisin merupakan bahan yang bentuknya hampir sama
dengan tanah lempung, bersifat liat, sehingga dapat dibentuk sesuai dengan
keinginan. Perbedaannya, plastisin memiliki kandungan minyak, sehingga tidak
lengket di tangan. Sebagian orang menyebut bahan ini dengan sebutan malam
warna atau malam mainan. Plastisin berfungsi untuk membuat model atau
bentuk kerajinan yang bakal dibuat cetakan (Sanggarang, 2012: 11).

Gambar 1.1 plastisin


Menurut Putri (2014: 34) dengan bermain plastisin, anak belajar meremas,
menggilik, menipiskan dan merampingkannya, anak membangun konsep
tentang benda, perubahannya dan sebab akibat yang ditimbulkannya. Anak
melibatkan indra tubuhnya dalam dunianya, mengembangkan koordinasi tangan
dan mata, mengenali kekekalan benda, dan mengeksplorasi konsep ruang dan
waktu.
Kartini (2014: 201) mengatakan bahwa media plastisin dapat melatih
sekaligus mengembangkan kreativitas anak. Sebab, dengannya anak dapat
melakukan aktivitas eksplorasi dalam membuat berbagai bentuk model secara
bebas dan spontan Media plastisin merupakan bahan pokok untuk bermain anak
usia dini selain itu, plastisin juga memberikan pengalaman yang menyenangkan

4
dan memuaskan bagi anak. Kegiatan bermain plastisin ini dilakukan dengan cara
membentuk, mewarnai dan mewarna sehingga menimbulkan bentuk. Media
plastisin ini membuat anak suka berkreasi sehingga dapat mengembangkan
kreativitasnya. Anak dilatih untuk menggunakan imajinasi untuk membuat atau
menciptakan suatu bangunan atau benda sesuai dengan khayalannya seperti
angka, abjad, binatang dan lain-lain.
B. Macam-Macam Plastisin
Macam-Macam Plastisin diantaranya yaitu:
1. Lilin Malam
Ini juga termasuk "keluarga" Clay, biasanya untuk mainan anakanak,
banyak dijual di toko-toko buku bermacam-macam warna dan mudah
dibentuk. Bentuk akhirnya tetap lunak tidak akan mengeras dan dapat diolah
kembali.
2. Paper Clay
Terbuat dari bubur kertas, kebanyakan dijual dengan warna putih dan ada
juga dengan campuran gips (seperti kapur). Hasil akhirnya keras dengan cara
diangin-anginkan dan di cat diberi warna (dapat juga sewaktu diulenin
langsung ditambah warna). Paper Clay dapat dibuat sendiri dengan cara
merendam kertas.
3. Plastisin Clay (Clay Tepung)
Hampir sama dengan Lilin malam hanya saja tidak selunak lilin malam
dan lebih mantap bentuknya (lebih keras dibandingkan lilin malam). Plastisin
Clay dapat dibuat sendiri dan cukup mudah dikerjakan bersama anak-anak.
Bahan yang diperlukan seperti: Tepung terigu, tepung tapioka, tepung beras
dengan perbandingan 1:1:1.
4. Clay Roti
Jenis Clay Ini terbuat dari sisa-sisa roti.
5. Polymer Clay
Clay yang paling mahal, masih langka di Indonesia. Proses
pengeringannya dengan cara di oven (bukan pakai oven kompor). Hasil
akhirnya tergantung jenis clay nya, mau seperti kayu, batu alam, metal atau

5
plastik. Berbagai macam merek polimer clay dijual diberbagai toko kerajinan
tangan, setiap merek mempunyai kelebihan dan kekurangan, diantaranya
yang amat dikenal dikalangan pecinta polimer clay seperti: sculpey III, premo
sculpey, premo soft, fimo, fimo soft, cernit, kato clay dan berbagai macam
liquid clay (cair).
6. Jumping Clay
Clay ini jika diangin-anginkan akan kering dan tidak dapat diolah lagi,
hanya saja jadinya ringan seperti gabus. Dijual dengan berbagai macam
warna didalam kantung alumunium foil (biasanya). Cocok untuk dibuat
menjadi boneka-boneka hewan atau manusia kecil.
7. Air Dry Clay/Clay Jepang/Clay Korea:
Hampir sama dengan jumping clay, hanya saja bentuk akhirnya lebih
padat. Dijual dengan berbagai macam warna dan dibungkus dengan plastik
kedap udara (biasanya). Cocok untuk membuat miniatur buah-buahan,
sayuran, makanan atau lainnya.
8. Clay Asli (Tanah Liat/Keramik)
Clay asli dari alam untuk membuat tembikar. Cara pengeringannya setelah
diangin-angin dibakar kedalam tungku.
9. Clay Imitasi
Tidak semua tahu perihal tentang clay ini. Yang pasti clay ini biasanya
digunakan di pabrik-pabrik mobil, atau industri besar lainnya untuk dijadikan
model produk. Warnanya coklat tua dengan cara dipanaskan dahulu, agar
dapat dibentuk. Hasil akhirnya lumayan kokoh, tapi masih bisa diolah lagi
kalau dipanaskan.
10. Gips
Terbuat dari bahan kapur yang dikeraskan. Cara pembuatannya, adonan
yang encer dicetak (menjadi pot, hiasan kulkas, pajangan, dll), diangin-
angin kan lalu di cat. Atau dapat juga dipadatkan berbentuk balok, lalu di
ukir menjadi patung, abstrak atau lainnya.

6
C. Efektifitas Penggunaan Media Plastisin dalam Perkembangan Seni Anak Usia
Dini
Plastisin dapat meningkatkan kecerdasan ruang dan gambar karena plastisin
bisa membuat bentuk sesuai khayalan anak- anak. Menurut Teori Primary
Mental Abilities yang dikemukakan oleh Thurstone dalam Yuliani Nurani
Sujiono,dkk (2008: 1-7), berpendapat bahwa kognitif merupakan penjelmaan
dari kemampuan primer yang salah satunya adalah pemahaman ruang (spatial
factors). Berdasarkan penelitian Howard-Jones: (2002: 14), yang dilakukan pada
52 anak usia 6 tahun. Sebagian anak diberikan plastisin kemudian dibiarkan
untuk bermain plastisin selama 25 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa anak
yang bermain plastisin memiliki nilai kreativitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan anak yang tidak bermain plastisin. Hal ini juga sama seperti
penelitian yang dilakukan oleh Rochayah (2012: 13), yang menemukan bahwa
terdapat peningkatan kreativitas anak TK yang bermain plastisin. Media
pembelajaran plastisin menjadi sebuah media pembelajaran yang dapat
memberikan sumbangsihnya sebagai media pembelajaran yang membantu
dalam pembelajaran dengan tujuan kreativitas. Oleh karena itu, penggunaan
media pembelajaran plastisin dapat dijadikan pilihan utama dalam meningkatkan
kreativitas seni anak usia dini.

Gambar 1.2 Anak-anak bermain plastisin bersama-sama


Menurut Kak Romy (2007: 28-29), dengan memiliki kecerdasan ruang anak
mampu menikmati dan menghargai suatu hasil karya seni. Anak juga mampu
memahami gambar berupa denah atau peta. Kecerdasan ini dapat

7
mengembangkan kreatifitas anak untuk menciptakan pola-pola gambar yang
baru. Apabila kecerdasan ruang dan gambar ini dikembangkan dan terasah
dengan baik maka akan dapat membantu individu untuk menekuni berbagai
profesi kerja di masa yang akan datang. Berbagai profesi kerja yang dapat
ditekuni antara lain: arsitek, pemahat, pelukis, sutradara, perancang busana,
perencanaan tata kota, insinyur tehnik sipil atau insinyur tehnik mesin, pilot,
nahkoda, dll. Setiap hasil karya bermain dengan plastisin akan berbeda dari satu
anak dan lainnya, sama halnya dengan perbedaan dalam penampilan maupun
kepribadiannya masing-masing anak.
Selain itu kreativitas dapat ditingkatkan dengan bermain plastisin membuat
berbagai macam bentuk, karena cara berfikir anak TK atau usia 5-6 tahun
menurut piaget 1972 dalam Suyanto (2008: 5), perkembangan kognitifnya
sedang beralih dari fase praoperasional ke fase konkret operasional. Cara berfikir
konkrit berpijak pada pengalaman akan benda-benda konkrit, bukan berdas
arkan pengetahuan atau konsep-konsep abstrak.
D. Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Media Plastisin
Plastisin merupakan mainan sejenis lilin yang dapat dibentuk macam-macam.
Plastisin bisa digunakan dengan cara ditekan-tekan dan dibentuk menjadi bentuk
lain. Plastisin dapat dirol, dipotong, lalu dicetak dengan cetakan mainan plastisin
atau cetakan kue. Dengan demikian anak mampu berkreasi bebas dengan
membentuk boneka, kucing, dinosaurus dan sebagainya.
Kreativitas anak bisa dikembangkan melalui kegiatan bermain, pada kegiatan
bermain anak dapat mengoptimalkan segala kemampuannya. Munandar
(2012:40) mengatakan, “bermain yang mampu melatih kreativitas anak adalah
dengan cara membangun atau menyusun”. Dimana dengan bermain plastisin
anak dapat membangun, menyusun ataupun membentuk macam-macam bentuk
sesuai dengan kreativitas anak. Plastisin merupakan suatu media yang terbuat
dari tepung, minyak, garam, pewarna makanan dan air sehingga sangat mudah
digunakan karena plastisin ialah benda lunak yang dapat diremas-remas,
dipipihkan, ditarik-tarik, ditekan-tekan, gulung-gulung dan bisa dibentuk sesuai
dengan imajinasi dan keinginan anak.

8
Selain itu juga plastisin ini sangat mudah didapatkan dan jika
membuatnyapun tidak memerlukan biaya yang besar, dengan demikian anak
dapat berkreasi bebas dengan membuat binatang, buah-buahan, membangun
rumah-rumahan, gedung dan sebagainya. Sehingga dapat dipahami bahwa
bermain plastisin dapat mengembangkan aspek perkembangan anak, salah satu
yaitu aspek kreativitas. Supriadi (Rachmawati dan Euis, 2010:15) mengutarakan
bahwa “kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada” ). Dalam meningkatkan kreativitas anak guru selalu memberikan
motivasi dan pujian. Guru juga menyediakan plastisin lebih banyak lagi dan
banyaknya variasi warna sehingga anak dapat membentuk bermacam-macam
bentuk, warna yang plastisin yang bervariasi menjadikan anak lebih aktif dalam
membentuk macam-macam bentuk buah.

Gambar 1.3 Anak membentuk plastisin sesuai dengan kreativitasnya

Kemampuan kreativitas anak meningkat karena guru menyediakan plastisin


dengan warna yang mencolok, berwarna-warni, dan berbau sedap, sehingga anak
lebih kreatif membentuk plastisin menjadi mainan yang beragam bentuk.
Kemudian guru memberikan penghargaan yang semula hanya diberikan pujian.
Namun sekedar pujian saja dirasa belum cukup maka dilakukan pemberian
penghargaan yang berwujud, misalkan dengan pemberian kalung bintang, anak-
anak menjadi lebih termotivasi dan semangat untuk bermain plastisin. Selain itu
guru memberikan intruksi yang jelas dengan suara yang keras. Maka dapat

9
disimpulkan bahwa melalui bermain plastisin dapat meningkatkan kemampuan
kreativitas.
E. Manfaat Bermain Plastisin
Manfaat penggunaan plastisin dapat membantu dan mengembangkan
imajinasi anak, membentuk dan mengembangkan daya bereksplorasi anak serta
melatih keterampilan motorik halus anak.Kelenturan dan kelembutan bahan
plastisin melatih anak mengatur kekuatan otot jari.Anak belajar memperlakukan
media ini yaitu hanya perlu menekan lembut dan hati-hati. Melalui bermain
plastisin bisa melatih motorik halus, membangun kekuatan otot tangan anak,
Anak belajar memperlakukan media ini yaitu hanya perlu menekan lembut dan
hati-hati. Melalui bermain play dough bisa melatih motorik halus, membangun
kekuatan otot tangan anak.
Berkreasi dengan play dough dapat mencerdaskan anak, selain mengasah
imajinasi, keterampilan motorik halus, berfikir logis dan sistematis, juga dapat
merangsang indera perabanya.Menurut peneliti permainan plastisin selain dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus anak permainan plastisin juga
membuat anak mampu mengenal konsep warna dan bisa mengembangkan
imajnasi dan fantasi anak yang dituangkan dalam bentuk plastisin yang ia
inginkan.
F. Kelebihan dan Kelemahannya Bermain Plastisin
1. Kelebihan Media Plastisin
Kelebihan media plastisin yang merupakan salah satu media yang
digunakan dalam kegiatan belajar atau membentuk suatu gagasan atau benda
sesuai dengan imajinasi anak. Kelebihan dari media plastisin yang dilakukan
dalam proses pembelajaran di sekolah adalah:
a. Mudah dibentuk
b. Tidak menyisakan kotoran pada lengan atau pakaian
c. Memberikan pengalaman secara langsung
d. Konkrit
e. Tidak adanya verbalisme

10
f. Objek dapat ditunjukkan secara utuh baik kostruksinya maupun cara
kerjanya.

Dapat kita lihat bahwa media plastisin ini dapat membantu guru dalam
pembelajaran di sekolah apa lagi dalam pengembangan kreativitas anak.
Melalui media plastisin, anak dapat berimajinasi meluangkan pemikirannya
sendiri secara mudah dan konkrit untuk membentuk gagasan atau benda.
2. Kelemahan Media Plastisin
Media plastisin sangat tepat diterapkan dalam proses belajar mengajar
anak usia dini karena media plastisisn dapat menimbulkan kreatif dan
imajinasi anak. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media plastisin
memiliki kelemahan antara lain:
a. Tidak dapat membuat bentuk yang besar karena membutuhkan ruang besar
dan perawatannya rumit
b. Jika sudah digunakan berkali-kali menjadi kehitaman (kotor) oleh tangan
dan debu

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Plastisin merupakan bahan yang bentuknya hampir sama dengan tanah
lempung, bersifat liat, sehingga dapat dibentuk sesuai dengan keinginan. Media
plastisin ini membuat anak suka berkreasi sehingga dapat mengembangkan
kreativitasnya. Anak dilatih untuk menggunakan imajinasi untuk membuat atau
menciptakan suatu bangunan atau benda sesuai dengan khayalannya seperti
angka, abjad, binatang dan lain-lain. Ada beberapa macam platisin yang sering
dijumpai seperti Plastisin Mainan, Plastisin Clay dan Plastisin Malam.
Selain untuk mainan anak, plastisin juga dapat digunakan untuk menghias
berbagai benda di rumah seperti tempelan, bingkai, foto, dan masih banyak lagi.
Sesuai dengan tujuannya, plastisin adalah bahan lunak yang digunakan pada
anak.
B. Saran
Kami selaku penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini.
Maka dari itu pula, kami akan sangat berterima kasih apabila teman-teman
pembaca memberikan saran dan kritik yang membangun guna kepentingan
penyusunan makalah dimasa yang mendatang agar bisa lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Charner, Kathy dan Murphy, Maureen. 2014. Brain Power Aktivitas Pintar untuk
Prasekolah. Jakarta: Erlangga

Sanggarang, D.I. 2006. Membuat Kerajinan Berbahan Fiberglass. Jakarta: Kawan


Pustaka

Ismail, A. 2006. Education games menjadi cerdas dan ceria dengan permainan
edukatif. Yogyakarta: Pilar Media

Hajar, P. & Sukardi, E. 2010. Seni Keterampilan Anak, Jakarta: Universitas


Terbuka

Sariyem. 2019. Efektifitas bermain plastisin untuk Meningkatkan kreativitas anak.


Magelang: Universitas Muhammadiyah

Kartini, Sujarwo. 2014. “Penggunaan Media Pembelajaran Plastisin Untuk


Meningkatkan Kreativitas Anak Usia”. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Volume 1 – Nomor 2, November 2014

Putri, Eri. 2014. “Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Permainan


Plastisin Warna di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Pertiwi Curup
Kabupaten Rejang Lebong”. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu

Sari, Dynna Wahyu Perwita. 2013. “Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap


Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Ditinjau dari Bermain Secara Individu dan
Kelompok”. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Vol. 2 No. 03

Gusnita, N. 2012. Menggunakan permainan plastisin pada anak. Jurnal ilmiah


pendidikan khusus, Vol 1 No. 2 (59-67)

13
Isrowiyah, N. 2017. Hubungan Aktivitas Bermain Play Dough dengan Kemampuan
Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun

Arlinah, Siti. (2014). Meningkatkan kreativitas anak melalu bermain plastisin pada
kelompok A di paud. Jombang: Universitas Negeri Surabaya.
Khusainialbaraq@gmail.com

14

Anda mungkin juga menyukai