Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KAPITA SELEKTA

Tokoh dan Pemikiran Pendidikan Bagi Anak Usia Dini

Siti Walidah Dahlan Dan Ki Hajar Dewantara

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Ayu Ardila (1820210041)

2. Istin Novalia Khotima (1820210052)

3. Nurhanifa (1820210065)

Dosen Pengampu : Ali Murtopo, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang , kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya , yang telah

melimpahkan rahmat , dan hidayah – Nya kepada kami , sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah Mata Kuliah Kapita Selekta yang Bejudul Tokoh dan

Pemikiran Pendidikan Bagi Anak Usia Dini Siti Walidah Dahlan Dan Ki Hajar

Dewantara .

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini . Untuk

itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini .

Terlepas dari semua itu , kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan hati terbuka kami menerima sagala saran dan kritik dari pembaca agar kami

dapat memperbaiki makalah ini .

Akhir kata ,kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

maupun inspirasi terhadap pembaca.

Palembang, 27 April 2021

Penyusun

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................4

C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5

A. Pemikiran Siti Walidah Dahlan tentang Pendidikan Anak Usia Dini...........5

B. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Anak Usia Dini..........12

BAB III PENUTUP...............................................................................................................28

A. KESIMPULAN..........................................................................................................28

B. SARAN.......................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pelaksanaan pendidikan anak usia dini tidak terlepas dari teori-teori dari

beberapa ahli, baik ahli psikologi, filsuf dan juga pemerhati atau tokoh- tokoh

pendidikan. Begitu tokoh-tokoh pemikiran pendidikan anak usia dini diantaranya

seperti Siti walidah Dahlan yang merupakan salah satu tokoh pemikiran pendidikan

merupakan salah seorang Pahlawan Nasional yang telah memberikan asasnya

sangat besar untuk Indonesia.Siti Walidah Dahlan pantas dikategorikan sebagai

Pahlawan perlindungan Anak Indonesia. Ada juga tokoh pemikiran lain seperti Ki

Hajar Dewantara yang mrupakan seorang Pelopor Pendidikan bagi Kaum Pribumi

Indonesia.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pemikiran Siti Walidah Dahlan tentang Pendidikan Anak Usia

Dini ?

2. Bagaimana Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Anak Usia

Dini ?

3. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui bagaimana Pemikiran Siti Walidah Dahlan tentang

Pendidikan Anak Usia Dini

2. Untuk mengetahui bagaimana Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang

Pendidikan Anak Usia Dini

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran Siti Walidah Dahlan tentang Pendidikan Anak Usia Dini

1. Biografi Siti Walidah Dahlan

Siti Walidah lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta pada tahun 1872.

Siti Walidah adalah putri dari Kyai Penghulu Haji Muhammad Fadli bin

Penghulu Haji Ibrahim bin Kyai MuhammaFadli, ayah Siti Walidah, adalah

Kyai Penghulu. Aktivitas kesehariannya, antara lain, dihabiskan untuk

mengurusi seputar perkawinan. Di luar jam kerjanya sebagai penghulu,

ayah Siti Walidah mencari nafkah dengan berwiraswasta, di antaranya,

dengan berjualan pakaian batik.

Kampung Kauman boleh dibilang kampung santri. Beragam

pendidikan keagamaan yang bersifat ilmu-ilmu Islam, wawasan keislaman,

dan bahasa Arab sudah dipelajari Siti Walidah. Siti Walidah sejak usia

mudanya menghabiskan banyak waktu guna menuntut ilmu agama. Bahasa

yang digunakan untuk belajar mengajar ini, antara lain, dengan memakai

bahasa Arab Pegon. Hurufnya huruf Arab, tetapi bahasanya bahasa Jawa.

Naskah Jawi merupakan ilmu yang diberikan oleh para pengajar di

lingkungan Kauman, Yogyakarta. Siti Walidah sampai usia remaja belum

pernah menikmati pendidikan umum. Pendidikan umum yang dimaksud

adalah pendidikan formal yang diselenggarakan Pemerintah Kolonial

Belanda.1

Siti Walidah menikah dengan seseorang yang sudah ia kenal

sebelumnya, masih keluarga Keraton Yogya juga. Dulu suaminya itu dikenal

dengan nama Muhammad Darwis. Pernikahan antara K.H. Ahmad Dahlan

dan Siti Walidah berlangsung pada tahun 1903. Mereka dikaruniai enam

1
Lilis Nihwan, Siti Walidah Ibu Bangsa Indonesia, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, 2018), hal. 1-3.

5
anak, yaitu Johanah (1890), Siraj Dahlan (1898), Siti Busyra Islam (1903), Siti

Aisyah Hilal (1905), Irfan Dahlan (1907), dan Siti Zuharah (1908).

Pernikahan antara K.H. Ahmad Dahlan dan Siti Walidah tentunya

tidak saja menambah keilmuan dan wawasan Siti Walidah, tetapi juga kian

menopang dakwah K.H. Ahmad Dahlan dalam berdakwah. 2

Siti Walidah atau yang sekarang lebih dikenal dengan Nyai Ahmad

Dahlan merupakan salahseorang Pahlawan Nasional yang telah memberikan

asanya sangat besar untuk Indonesia. Siti Walidah mendirikan Sekolah

‘Aisyiah, sebuah perkumpulan wanita dari organisasi Muhammadiyah yang

didirikan suaminya, yakni K.H. Ahmad Dahlan. Presiden Soekarno dan

Jenderal Sudirman adalah dua dari sekian tokoh yang banyak mengambil

pelajaran dari keteladanan Siti Walidah. Buku ini memaparkan kisah

perjuangan Siti Walidah dalam bidang pendidikan, keterampilan,kesehatan,

saling menghormati antarumat beragama, dan nasionalisme dalam melawan

penjajahan Belanda adan Jepang.

Siti Walidah sering dimintai saran oleh sejumlah tokoh itu. Walau

hanya mengenyam pendidikan di Kauman atau lingkungan keraton, tetapi

perhatiannya yang terjun langsung ke medan perjuangan bersama

masyarakat luas semakin tertempa. Siti Walidah tidak sempat bersekolah

formal, tetapi tidak berarti ia menolak keberadaan sekolah. Namun, murni

karena memang belum ada kesempatan. Berangkat dari kenyataan itu, ia

ingin membaktikan dirinya untuk mengabdi di dunia pendidikan dengan

mendirikan sekolah formal. Siti Walidah juga bertekad akan melengkapi

kurikulum yang sudah ada agar lebih sesuai dengan kepribadian bangsa.

Hati, pikiran, dan tindakan Siti Walidah selalu mengarah pada pembelaan

terhadap rakyat kecil. Kebijakannya tertuju pada pemberdayaan masyarakat

luas. Membangun rasa nasionalisme dalam persatuan dan kesatuan anak-

anak bangsa.Saat itu rakyat Indonesia hidup dalam ketertindasan,


2
Ibid, hal. 4.

6
keterbelakangan, dan umat Islam Indonesia dihadapkan pada banyak

masalah.3

2. Pemikiran Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan) dalam Pendidikan

Perempuan

Pemikiran Siti Walidah atau lebih dikenal dengan Nyai Ahmad

Dahlan dalam soal pendidikan dikenal dengan konsep “catur pusat” yakni,

suatu formula pendidikan yang menyatukan empat komponen: pendidikan

di lingkungan keluarga, pendidikan di dalam lingkungan sekolah,

pendidikan di dalam lingkungan masyarakat dan pendidikan di dalam

lingkungan tempat ibadah.

Nyai Ahmad Dahlan termasuk dalam kelompok perempuan pertama

yang berjuang dalam pergerakan perempuan. Nyai Ahmad Dahlan tercatat

dalam sejarah ketika mendirikan organisasi “ Sopo Tresno” pada tahun

1914, sebuah pergerakan perempuan pertama di Indonesia yang dipimpin

oleh Nyai Ahmad Dahlan, dibawah bimbingan Kyai Haji Ahmad Dahlan

secara langsung.

Perjuangan Nyai Ahmad Dahlan dalam menggangkat harkat

perempuan tidaklah mudah, karena beliau berhadapan dengan generasi tua

yang masih memegang prinsip “ wanita adalah konco wingking” (teman di

‘belakang, di dalam rumah). Tentu saja hal ini banyak mendapat tantangan,

namun Nyai Ahmad Dahlan tetap teguh dan sabar dalam mengembangkan

‘Aisyiyah dan kaum perempuan.

Nyai Ahmad Dahlan telah ikut menanam benih dan menjadi pelapor

kaum perempuan untuk meninggalkan keyakinan dan kebiasaan yang kolot

dengan melakukan pergerakan untuk maju dan berjuang supaya tidak

tertinggal dari kaum laki-laki. Besarnya pengorbanan beliau pada waktu itu,

jika mengingat akan rintangan dan celaaan yang dihadapi dari pihak “ kaum
3
Lilis Nihwan. Siti Walidah Ibu Bangsa Indonesia.(Jakarta:Luh Anik Mayani.2018)hlm 5

7
tua” yang menganggap bahwa sepak terjang beliau sebagai “melanggar

kesusilaan dan keutamaan kaum perempuan”.

Kecerdasan pemikiran Nyai Ahmad Dahlan tidak lepas dari

pergaulannya yang luas dengan tokoh-tokoh yang biasa bergaul dengan

suaminya, seperti Jendral Sudirman, Bung Tomo, Bung Karno, K.H. Mas

Mansyur, dimana beliau tidak pernah merasa rendah diri bahkan beliau

banyak memberikan nasehat-nasehat kepada meraka.

Diantara pemikiran Nyai Ahmad Dahlan yang sangat fenomenal

adalah penentangan beliau terhadap praktik-praktik kawin paksa dan kawin

di usia muda, sebagaimana biasa terjadi di masyarakat. Pemikiran ini pada

awalnya ditentang, namun pengalaman beliau terhadap anak-anak suaminya

yang berasal dari isteri-isteri lainnya yang relatif sangat muda ketika

dinikahi dan akhirnya tidak memiliki konsep matang dalam mendidik

anaknya kelak, maka dari itulah Nyai Ahmad Dahlan sangat menentang

konsep-konsep tersebut.4

Siti Walidah merupakan salah satu tokoh perempuan muslimah yang

memperjuangkan kesetaraan hak-hak perempuan. Beliau tidak hanya aktif

dalam dunia pendidikan, keagamaan, sosial, namun juga memiliki peranan

yang sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Beliau

memiliki jejak perjalanan hidup yang amat sulit, beliau mengorbankan

segala pemikiran, harta benda untuk kepentingan pendidikan khususnya

bagi kaum perempuan. Siti Walidah merupakan salah satu tokoh perempuan

yang memiliki peran penting dalam mengembangkan dan memajukan kaum

perempuan, khususnya perempuan yang terlibat dalam organisasi ‘Aisyiyah

dan perempuan yang ada dikampung Kauman, Yogyakarta. Beliau bisa

4
Halimatussa’diyah Nasution, Syamsu Nahar, Ali Imran Sinaga, “Studi Analisis Pemikiran Siti Walidah
(Nyai Ahmad Dahlan) dalam Pendidikan Perempuan “.Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, hal.
132-134.

8
disebut juga sebagai tokoh pertama gerakan perempuan muslimah

Indonesia.

Asyiyah resmi berdiri pada tanggal 22 April 1917. Gerakan ‘Aisyiyah

menjadi wadah ketercerahan kaum perempuan. Pada tahun 1922, organisasi

ini secara resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah. Dalam bidang

pendidikan, tahun 1919 ‘Aisyiyah mendirikan Taman Kanak-kanak (TK)

yang bernama frobelschool.

Pada perkembangan selanjutnya, taman kanak-kanak ini berubah

nama menjadi taman kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal atau yang lebih

dikenal dengna singkatan TK-ABA. TK-ABA inilah yang pada

perkembangannya menjadi pelapor bagi berdirinya TK di Indonesia yang

juga merupakan suatu pemikiran yang dipelapori oleh Siti Walidah.5

Banyak hal yang telah dilakukan Siti Walidah bersama ‘Aisyiah, di

antaranya, meliputi sejumlah aktivitas berikut.

1. Tahun 1919 ‘Aisyiah mendirikan sekolah taman anak-anak pertama di

Indonesia dengan nama FROBEL;

2. Tahun 1923 ‘Aisyiah membuat program memberantasan buta huruf

pertama di Indonesia, baik huruf Arab maupun huruf Latin;

3. Tahun 1926 menerbitkan majalah dengan nama Suara ‘Aisyiah ;

4. Tahun 1928 bersama perkumpulan kaum wanita lainnya, ‘Aisyiah

memelopori Kongres Wanita Pertama di Indonesia;

5. Mendirikan musala perempuan;

6. Mendirikan sekolah dasar untuk perempuan dengan nama Volk School

(sekolah dasar tiga tahun);

7. Mendirikan asrama putri/perempuan;

8. Menyantuni fakir miskin dan yatim piatu untuk kaum perempuan;

9. Memberikan pendidikan keagamaan bagi para buruh batik;

5
Ibid, hal. 131.

9
10. Meningkatkan pengetahuan dan mendorong partisipasi perempuan

dalam dunia publik.6

3. Keberlangsungan Gagasan Nyai Walidah dalam Pendidikan AUD

Nyai Walida sangat memperhatikan anak-anak balita pada saat itu

sehingga beliau bersikuku mendirikan Taman Siswa yakni Taman Kanak-

Kanak Aisyiyah. Pendidikan anak usia dini yang dirintis Nyai walida ini

diberi nama Froebel Kindergarten Aisyiyah. Muhammadiyah Friedrich

Froebel adalah nama tokoh pendidik Jerman yang menggagas pendidikan

anak usia dini. Dalam kaitan ini tampak keterbukaan wawasan Nyai Walida

yang berlatar belakang kaum santri namun mampu menjangkau dan

menerima pemikiran tokoh asing dan mengadopsi pemikirannya. Nyai

Walida mampu menggagas pendidikan anak usia dini dengan mengadopsi

gagasan-gagasan pendidikan anak usia dini dari tokoh yang pada zamannya

belum disimak tokoh pendidikan nasional yang lain. Kemudian nama

tersebut berubah menjadi TK Busthanul Athfal yang artinya Taman bermain

anak Aisyiyah, atau yang disingkat menjadi TK ABA. TK ABA adalah

Pendidikan Taman Kanak-Kanak pertama yang dibangun Aisyiyah. Taman

Kanak-Kanak ini sebenarnya merupakan cikal bakal perjuangan Nyai walida,

dan sudah tersebar luas hingga keluar negeri bahkan sampai pada luar

negeri. TK ABA ini sudah berkiprah seabad atas perjuangan dari sosok Nyai

walida.7

Melalui TK ABA yang dirintis oleh beliau, bangsa Indonesia telah

berhasil menyiapkan generasi balitanya untuk menyongsong masa depan

yang jauh lebih baik lagi. Pendidikan anak usia dini seperti TK ABA ini

6
Op, Cit. Lilis Nihwan, hal. 14.
7
Candra Rizki Dwi Safitri, Budi Haryanto, “Nyai Walida Sebagai Tokoh Pendidikan Nasional”. Journal of
Islamic and Muhammadiyah Studies. Vol. 1 No. 1, february 2020, hal. 4.

10
menjadi salah satu pondasi yang terpenting bagi pembangunan sumber daya

manusia Indonesia serta mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas. Saat

ini, Aisyiyah telah memiliki Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal

(TK ABA), Taman Pendidikan Al- Qur’an, dan pendidikan sejenis yang

berjumlah puluhan ribu yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Keberadaan TK ABA telah menginspirasi organisasi lainnya untuk

mendirikan pendidikan sekolah yang sejenis seperti: NU memiliki

pendidikan RA (Rodhotul Athfal), Organisasi Taman Siswa mendirikan

Taman Indria, dan dimasyarakat umum didirikan taman kanak-kanak.

Keberadaan TK ABA saat ini berkembang dengan baik dan bahkan mampu

mengikuti perkembangan zaman serta mampu memenuhi tuntutan

kebutuan masyarakat pada aspek pendidikan dini anak. Hampir semua

orang tua di Indonesia yang memiliki anak usia dini selalu menitipkan

anaknya untuk dididik disana.8

Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa Perjuangan Nyai Walida pantas

untuk dikategorikan sebagai Pahlawan perlindungan Anak Indonesia. Peran

Nyai Walida sangat besar dalam menjadikan anak Indonesia menjadi

pribadi yang mandiri dan berkepribadian mulia, serta memiliki Intelektual

yang tinggi.

B. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Anak Usia Dini

8
Ibid, hal. 5.

11
1 Biografi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara bernama Raden mas Soewardi soerjaningratyang

merupakan seorang Pelopor Pendidikan bagi Kaum Pribumi Indonesia lahir pada

tanggal 2 mei 1889. Pada saat beliau lahir pada tanggal 2 mei 1889 diyogyakarta

dengan nama Soewardi soerjaningrat.9 Setelah berumur 40 Tahun tepatnya 25

februari 1928 beliau berganti nama dengan sebutan Ki Hajar Dewantara. 10 Ayahnya

bernama Kanjeng Pangeran Harjo Surjaningrat, putra Kanjeng Gusti Pangeran

Hadipati Hardjo Surjosasraningrat yang bergelar Sri Paku Alam III. Ki Hajar

Dewantara berasal dari lingkungan keluarga keraton daerah Yogyakarta. Perjalanan

hidupnya diwarnai oleh perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya.

Setelah kemerdekaan, beliau menjabat sebagai Mentri Pendidikan. Sebagai menteri

pembelajaran dan kebudayaan yang pertama.

Pendidikan dasar Suwardi atau Kihajar Dewantara ditempuh di ELS

(Europeesche Largee School) yang merupakan sekolah dasar pada masa

pemerintahan Belanda di Indonesia. Setelah tamat, beliau melanjutkan pelajaranya

ke Kweekschool dan kemudian pindah ke STOVIA (sekolah Dasar Bumiputera)

selama lima tahun. Namun Ia tidak sampai lulus dikarenakan sakit. Setelah keluar

dari STOVIA, Suwardi bekerja sebagai Wartawan dibeberapa surat kabar. Surat

kabar yang ditulisnya antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Expres Oetoesan

Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timur, dan Poesara. Beliau juga menerbitkan koran

Goentoer dan Hindia Bergerak.

Adapun tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah Als Ik Eens

Nederlander Was (Andai Aku Seorang Belanda). Tulisan ini berbunyi, “Sekiranya

aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan

di negri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaanya. Sejajar dengan jalan

pikiran itu, bukan saja tidak adil, melainkan juga tidak pantas menyuruh si inlander

9
Yuliani Nuraini Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ( Jakarta : Indeks, 2011), hal. 124
10
Soejono, Aliran Baru dalam Pendidikan Bagian Ke-1 ( Bandung : CV Ilmu,1988) hal. 103

12
memberikan sumbangan untuk memberikan dana perayaan itu. Pikiran untuk

menyelenggarakan perayaan itu saja sudah dapat menghina mereka dan sekarang

kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku

seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan sebangsaku

terutama kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu

pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentinganya sedikitpun” 11.

Pada tahun 1913, Ki Hajar Dewantara menjadi sorotan karena keberanianya

memberontak Belanda. Sehingga beliau dibuang ke Belanda atas kemauanya sendiri,

dan berkesempatan belajar tentang pendidikan dan pengajaran. Tahun 1919 beliau

pulang ke Indonesia dan meneruskan perjuangan politiknya bersama temanya

(Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo).12

Pada tanggal 3 juli 1922, Ki Hajar bersama rekan-rekan seperjuanganya

mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, yaitu National Onderwijs

Instituut Taman siswa (Perguruan Nasional Taman siswa). Pada tanggal 23 Februari

1928, tepatnya usia 40 tahun, nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat berganti nama

menjadi Ki Hajar Dewantara. Karena menurut teman-temanya beliau sangat mahir

dalam tema pendidikan, keguruan dan pengajaran.13

Pada tanggal 26 april 1959, Ki Hajar Dewantara wafat, karena sakit yang

dideritanya. Sepeninggal Ki Hajar, Nyi Hajar Dewantara selaku istrinya diangkat

sebagai pemimpin umum taman siswa. Rumahnya pun dijadikan museum

Dewantara sesuai dengan keinginan beliau. Pada pagar rumah, ditulis sebagai

padepokan. Dan dinding pintu ditulis pemilik rumah dengan tulisan jawa.

Ki Hajar Dewantara merupakan bangsawan yang melepaskan atributnya

untuk menjadi Bapak Bangsa. Didalam pandanganya, tujuan pendidikan adalah

11
Ibid, hal. 14
12
Suyadi dan Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, (Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2013), hal. 141

13
Raharjo Suparto, Ki Hajar Dewantara Biografi singkat 1889-1959. (Yogyakarta: Garasi, 2014), hal.9-22

13
untuk memajukan bangsa secara menyeluruh tanpa membedakan agama, suku,

budaya, adat, kebiasaan, maupun nilai kemerdekaan. Oleh karena itu, Ki Hajar

disebut sebagai figur utama dalam perjuangan membebaskan manusia Indonesia. 14

2 Pengertian Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa pendidikan adalah tuntunan yang ada

dalam tumbuhnya anak-anak. Maksudnya, segala kekuatan kodrat yang dimiliki

anak, dituntun supaya mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-

tingginya. Kekuatan kodrat merupakan semua kekuatan yang ada pada diri anak

secaralahir maupun batin. Tumbuhnya anak-anak terjadi diluar kehendak pendidik.

Karena mereka tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. Tugas pendidik adalah

meperbaiki lakunya (bukan dasarnya). Seperti halnya hidup tumbuh-tumbuhan.

Seorang petani menanam padinya, hanya dengan pantauan. Ia hanya dapat

memperbaiki tanahnya, memberikan pupuk dan air, membersihkan hama-hama,

namun tidak dapat mengubah kodratnya padi, menjadi tumbuhan jagung.

Demikian dengan pendidikan, walaupun hanya dapat menuntun, akan tetapi

bermanfaat bagi tumbuh kembangnya seorang anak. Pendidikan juga dapat

memperbaiki dasar jiwa anak yang tidak baik.15

Ki Hajar Dewantara mengatakan dalam buku Rulam Ahmadi bahwa

pendidikan adalah suatu usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan

dalam hidup anak agar kodrat pribadi dan lingkunganya memperoleh kemajuan

lahir dan batin menuju kearah tingkat tertinggi. Dalam pelaksanaan pendidikan, Ki

hajar Dewantara menggunakan “sistem among” sebagai perwujudan konsepsinya

14
Ibid, hal.14
15
Ki Hajar Dewantara, Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977), hal. 20-21

14
dalam menempatkan anak sebagai sentral proses pendidikan. Artinya bahwa

potensi dan cita-cita hidup anak paling utama, sehingga pendidikan bermanfaat

bagi masa depan anak.16

Terdapat tiga aliran pendidikan, yaitu

1) Pertama, Aliran teori rasa Anak yang lahir kedunia seperti sehelai kertas

yang belum ditulis. Pendidik boleh mengisi kertas kosong itu sesuai

keinginannya. Artinya pendidik memiliki kuasa penuh dalam membentuk

watak atau budi pekerti yang diinginkan.

2) Kedua, Aliran negatif. Anak lahir seperti sehelai kertas yang sudah ditulis

sepenuhnya, sehingga siapapun tidak dapat merubah karakter anak.

Pendidik hanya dapat mengawasi agar pengaruh jahat tidak mendekati diri

anak.

3) ketiga, Aliran konvergentik-theorie. Anak yang dilahirkan seperti sehelai

kertas yang sudah ditulisi penuh, namun tulisan itu suram. Pendidikan

berkewajiban untuk menebalkan semua tulisan itu, yang berisi baik agar

kelak terlihat budi pekerti yang baik. Sedangkan yang mengandung

kejahatan, dibiarkan supaya tidak menjadi tebal dan semakin suram. 17

Pendidikan berarti berlakunya pengaruh orang terhadap orang lain dengan

tujuan memberi kemajuan dalam hal apapun. Setiap orang tua berhak mendidik

anak-anaknya karena, adanya insting pedagogis. Insting adalah kecakapan makhluk

hidup sesuai kodratnya untuk melakukan segala perbuatan yang diperlukan dalam

kehidupanya. Misalnya anak bayi yang baru lahir pandai mengisap air susu untuk

kebutuhan hidup. Begitupun orang tua yang memiliki insting atau naluri untuk

16
Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan Asas dan Filsafat Pendidikan,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2016), hal.169-170

17
Ki Hajar Dewantara, Menuju Manusia Merdeka, (Yogyakarta: Leutika, 2009), hal. 5-6

15
memelihara anak-anak, lahir dan batin, agar menjadi manusia yang berbudi, gagah,

sehat dan sebagainya.18

3 Ciri khas Pemikiran pendidikan AUD Ki Hajar Dewantara

Ciri khas pemikiran pendidikan bagi anak usia dini menurut ki hajar dewantara

diantaranya :

1. Budi Pekerti

Materi yang paling penting diberikan pada anak usia dini adalah pendidikan

budi pekerti. Bentuknya bukan mata pelajaran budi pekerti, tetapi menanamkan

nilai, harkat dan martabat kemanusiaan, nilai moral watak dan pada akhirnya

pembentukan manusia yang berkepribadian. Budi pekerti bertujuan untuk

mengatur kehidupan manusia. Budi pekerti sama dengan moralitas yang berisi adat

istiadat, sopan santun dan perilaku yang dapat membentuk sikap terhadap manusia,

Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan alam sekitar.

Pendekatan yang baik dan tepat dalam menanamkan budi pekerti pada PAUD

adalah dengan memberikan contoh teladan, cerita dan permainan. Denagn

pendekatan tersebut kita dapat mendidik anak tentang budi pekerti sedangkan anak

tidak merasa bahwa sikapnya sedang dibentuk. Kreativitas dan inovasi Guru

dituntut dalam proses pembelajaran untuk mendidik, khususnya pembentukan

sikap melalui pelajaran yang sedang diberikan. Yang mana Pembentukan sikap ini

akan berjalan lancar jika orang tua juga ikut serta dalam mendukung dan membantu

dengan memberi contoh yang baik.

Ki Hajar Dewantara membagi perkembangan manusia dengan menggunakan

interval tujuh tahunan usia kronologis, yaitu:

a. Usia 1-7 tahun, dipandang sebagai masa kanak-kanak, pendidikan yang

cocok pada fase ini yaitu dengan cara memberi contoh dan pembiasaan.

18
Ibid, hal.27-28

16
b. Usia 7-14 tahun, dipandang sebagai masa pertumbuhan jiwa pikiran,

pendidikan yang cocok pada fase ini yaitu dengan cara pembelajaran,

perintah dan hukuman

c. Usia 14-21, tahun dipandang sebagai masa terbentuknya budi pekerti atau

periode sosial, pendidikan yang cocok pada fase ini yaitu dengan cara

mendisiplinkan diri sendiri dan melakukan atau merasakannya secara

langsung.Kegiatan menanamkan budi pekerti melalui metode pembiasaan

dan pemberian contoh ini juga dapat digunakan untuk mengenalkan dan

membelanjakan anak akan prinsip-prinsip, nilai-nilai agama dan cara

beribadah sehari-hari.

2. Sistem Among

Sistem among adalah metode pembelajaran dan pendidikan yang berdasarkan

pada asih, asah dan asuh. Selain itu, pembelajaran yang diberikan kepada anak

didik tidak bersifat terpaksa, para pendidik harus bersifat ngemong atau among.

Pendidik memberi dorongan untuk maju dan secara halus mengarahkan ke jalan

yang benar. Inti dari sistem among yang dikemukan oleh Ki Hajar Dewantara dalam

Napitupulu adalah:

a. Ing ngarso sing tulodo, artinya jika pendidik berada di depan wajib

memberikan teladan bagi anak didik. Posisi ini sebaliknya lebih baik

diberikan kepada anak usia dini, tidak perlu banyak nasehat, petuah dan

ceramah.

b. Ing madya mangun karso,artinya jika pendidik berada di tengah-tengah

harus lebih banyak membangun dan membangkitkan kemauan sehingga

anak mempunyai kesempatan untuk mencoba berbuat sendiri. Anak usia dini

sudah dapat mengerjakan, namun lebih tepat setelah taman kanak-kanak

teladan pendidik masih diperlukan.

17
c. Tut wuri handayani, artinya jika pendidik di belakang wajib memberi

dorongan dan mamantau agar anak mampu bekerja sendiri.

3. Teori Trikon

Isi teori Trikon Ini adalah:

a. Kontinu

Pendidikan wajib berlangsung terus menerus sebagai suatu rantai yang

makin lama makin bertambah panjang. Pendidikan setiap angkatan

merupakan mata rantai penyambung mata rantai yang terdahulu dengan

mata rantai yang akan datang. Begitulah pendidikan wajib berjalan tidak

terputuskan atau harus kontinu, maju dan berkelanjutan.

b. Konsentris

Kebudayaan bukan suatu hal yang statis maupun tradisional. Unsur-unsur

kebudayaan asing diperhatikan untuk memilih unsur-unsur yang dapat

dimasukkan ke dalam kebudayaan Indonesia secara selektif. Dalam menilai

kebudayaan asing Ki Hajar Dewantara berpusat atau berkonsentris pada

kebudayaan Indonesia.

c. Konvergensi

Kebudayaan Indonesia bersama dengan bangsa yang lain di seluruh dunia

membina kebudayaan umat manusia. Begitulah kebudayaan dunia terjadi

dari perpaduan atau konvergensi kebudayaan bangsa-bangsa.

4. Tri Pusat Pendidikan

Berorientasi pada tempat terlaksananya pendidikan, Ki Hajar Dewantara

telah memilih komponen lingkungan yang berperan dalam pendidikan anak

sehingga pendidikan terdapat di dalam 3 lingkungan, pertama keluarga, ini

merupakan pusat pendidikan yang pertama dan sangat penting. Kedua

sekolah, pendidiknya adalah guru. Ketiga, Masyarakat, di sini pemimpin

18
pemuda dalam perkumpulan atau organisasi pemuda merupakan pamong

atau panutannya.

4 Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan dimaksudkan sebagai suatu masalah sentral dalam

pendidikan, karena tanpa adanya tujuan yang jelas maka kegiatan pendidikan

menjadi tidak terarah. Oleh sebab itu, perumusan tujuan pendidikan dengan jelas

menjadi bagian penying untuk dilaksanakan.

Ki Hajar Dewantara berkata bahwa pendidikan adalah sebagai tuntunan

didalam tumbuhnya kodrat anak, maksudnya bahwa pendidikan bertujuan untuk

menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak-anak, supaya mereka sebagai

manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai suatu keselamatan dan

kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya. Pendidikan dijadikan tuntunan tidak

hanya dapat dijadikan seorang anak untuk mendapatkan kecerdasan yang lebih

tinggi, akan tetapi juga dapat menjauhkan dirinya dari perbuatan jahat.

Dapat disimpulkan bahwa Tujuan dari pendidikan itu ialah menjadikan

manusia merdeka, baik itu secara fisik mental dan kerohanian. Suasana yang

dibutuhkan dalam pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan,

kebaikan, empati, dan cinta kasih terhadap anggotanya. Untuk itu pendidikan dapat

membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen, memperkuat

percaya diri, mengembangkan harga diri, dan kebahagiaan peserta didik. Peserta

didik yang dihasilkan dari proses pendidikan adalah mereka yang berkepribadian

merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, dan bertanggung jawab. Tujuan

pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan menghasilkan

pribadi yang berguna untuk masyarakat, bertanggung jawab untuk dirinya dan

orang lain, berwatak luhur, dan berketerampilan.19


19
Suprato Raharjo, Op.Cit hal. 70

19
Pendidikan yang ditanamkan Ki Hajar Dewantara menekankan pada aspek

humanisme, yang berarti daya upaya untuk memajukan, bertumbuhnya budi

pekerti (kekuatan batin, karakter), fikiran, dan tubuh anak. Agar terbentuknya

kesempurnaan hidup yang selaras dan serasi dengan dunianya.20

5 Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Prinsip merupakan asas yang menjadi pokok dasar orang berfikir dan

bertindak. Didalam pembelajaran, prinsip pembelajaran dapat membantu pendidik

dalam memilih tindakan untuk tercapainya keberhasilan belajar.

Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip dalam buku Muchamad Tauchid

bahwa ketika melaksanakan proses pendidikan harus berlandaskan pada lima

prinsip, yang dapat disingkat dengan “panca dharma”. Panca dharma berisi tentang

perincian dari asas yang dipakai oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:

1) Prinsip kemerdekaan

Kemerdekaan bertujuan untuk mengembangkan cipta, rasa dan karsa peserta didik

dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan semboyan “Tutwuri Handayani”

yang artinya mengikuti dari belakang dan memberikan pengaruh kepada anak.

Mengikuti dari belakang berarti membebaskan dengan tetap diawasi. Sehingga anak

tidak merasa terkengkang atau terhambat dalam pertumbuhan dan perkembangan

sebagai manusia yang merdeka.21 Untuk mendapatkan kemampuan yang mandiri

seperti ini, perlu dilakukan dengan cara pemberian pendidikan yang berkualitas

untuk anak.

2) Prinsip kebangsaan

Proses pembelajaran juga harus sesuai dengan prinsip kebangsaan. Karena anak

akan hidup dan berinteraksi dengan masyarakat luas. Prinsip kebangsaan


20
Ibid, hal. 89
21
Muchamad Tauchid, Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta : Persatuan
Taman Siswa,2011), hal.38-39

20
mengandung rasa satu, dalam suka dan duka, dan kebahagiaan lahir dan batin

bangsa. Mencintai bangsa sendiri mampu mendorong kita untuk melakukan yang

terbaik untuk bangsa. melalui mutu pendidikan yang baik, tentu akan dapat

menaikan martabat bangsa.22

3) Prinsip kebudayaan

Prisip kebudayaan digunakan untuk membimbing anak agar tetap

menghargai dan mengembangkan kebudayaan sendiri. Apabila terdapat

kebudayaan yang indah, baik dan berkualitas untuk hidup bisa diambil. Begitupun

sebaliknya apabila kebudayaan itu buruk hendaknya ditolak. Didalam pendidikan,

kebudayaan merupakan memelihara dan memajukan hidup manusia kearah

keadaban. Kultur memiliki makna mengusahakan, memelihara, dan menjunjung

tinggi sesuatu yang lahir maupun batin. Kultur memiliki maksud tiga macam yaitu;

pertama, mengenai moral (agama, sosial, adat istiadat). Kedua, kemajuan angan-

angan (pengajaran, bahasa, pengetahuan lainya) dan ketiga, mengenai kepandaian

(industri, bercocok tanam, kesenian, dan lain-lain).23

4) kemanusiaan

Seorang anak didik dituntut untuk tidak melanggar hak asasi manusia. Dasar

kemanusiaan adalah berusaha untuk mengembangkan sifat luhur manusia, saling

bergotong royong, dan saling mengasihi serta membimbing untuk menjadi pribadi

yang baik. Untuk itu dalam pembelajaranya diutamakan untuk kepentingan

bersama. Pendidikan yang baik tidak akan menimbulkan kesenjangan sosial. 24

5) Prinsip kodrat alam

22
Ki Hajar Dewantara, Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977), h. 325

23
Muhammad Tauchid, Op.Cit, hal 38
24
Ibid,hal.37-38

21
Prinsip kodrat alam bertujuan untuk melatih anak didik tidak melalaikan

kewajibanya, baik kepada Tuhan, lingkungan, maupun diri sendiri. Kodrat alam

yang ada pada diri seorang anak, merupakan salah satu bentuk ciptaan Allah yang

bisa bersatu dan mengalami kemajuan. Kodrat alam menjadi petunjuk untuk hidup

sempurna. Petunjuk dalam kodrat alam dijadikan sebagai pedoman hidup baik

sebagai individu maupun masyarakat.25

6 Metode Pembelajaran Anak Usia Dini

Ki Hajar Dewantara menjelaskan metode pembelajaran dengan “peralatan”.

Dimana cara-cara dalam mendidik anak yaitu, memberi contoh (voorbeelt),

pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming), pengajaran (wulang-wuruk), perintah,

paksaan dan hukuman (regeering en tucht), laku (zelfbeheersching), serta

pengalaman lahir dan batin (Nglakoni, ngrasa, beleving). Semua metode itu dapat

dilaksanakan oleh para pendidik, sesuai dengan keadaan dan usia anak. 26

Metode pembelajaran anak usia dini dapat dilakukan melalui sistem among.

Menurut Ki Hajar Dewantara, dikutip dari buku Suparto Raharjo bahwa Sistem

among merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara

menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang. Orang yang

melaksanakan sistem among disebut dengan pamong.27

Metode ini biasa disebut dengan tiga mong, yaitu momong, among dan

ngemong. Momong artinya merawat dengan tulus dan penuh kasih sayang serta

menstransformasi kebiasaan/ membiasakan hal baik dengan harapan menjadi

individu yang baik pula. Among berarti memberi contoh tentang baik buruk tanpa

harus mengambil hak anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai

dasarnya dengan merdeka. Sedangkan ngemong artinya proses untuk mengamati,


25
Ibid, hal.48
26
Ki Hajar Dewantara, Op.Cit, hal. 28
27
Suprato Raharjo, Op.Cit, hal.72

22
merawat, dan menjaga agar anak mampu mengembangkan dirinya, bertanggung

jawab serta disiplin berdasarkan pada nilai-nilai sesuai kodratnya. Tujuan sistem

among adalah untuk mengembangkan anak didik menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa, cerdas dan berketrampilan serta sehat jasmani dan rohani guna

menjadikan individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

Menurut Ki Hajar Dewantara, anak harus tumbuh menurut kodrat (natuur like

guru) yang diperlukan untuk kemajuan. Alat pembelajaran yang harus dipakai

adalah pemeliharaan dengan perhatian untuk mendapat tumbuhnya hidup anak,

lahir dan batin menurut kodratnya.

Metode sistem among dalam mengembangkan kegiatan belajar menyajikan

Kinder spellen (permainan anak). Dengan bermain sifat kodrati anak tersalurkan

serta melatih ketajaman panca inderanya. Bermain juga dapat melatih interaksi

sensoris dan motoris, yaitu koordinasi otak-mata-tangan, otak-mulut-tangan. 28 Ki

Hajar Dewantara mengingatkan bahwa nilai edukatif yang terkandung dalam

permainan selalu diterima anak tanpa paksaan atau perintah, melainkan karena

kesenangan dan kemauan anak itu sendiri.

7 Lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini tidak hanya disandarkan pada sikap dan tenaga

pendidikan, tetapi harus disertai suasana yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Oleh karena itu, terdapat tiga pusat pendidikan atau yang sering kita kenal dengan

Tri Pusat pendidikan yaitu:

1. Keluarga

Keluarga adalah pusat pendidikan pertama dan terpenting yang dapat

mempengaruhi budi pekerti dan tumbuhnya tiap manusia. Setiap keluarga selalu

28
Ibid, Suyadi dan Maulidya Ulfah, hal 145

23
berusaha mendidik anak-anaknya secara sempurna baik jasmani maupun rohani.

Kasih sayang bermanfaat bagi berlangsungnya pendidikan budi pekerti dan juga

sosial. Tolong menolong, saling menjaga kebersihan merupakan salah satu bentuk

pendidikan yang bisa diajarkan kepada anak didalam keluarga. Pendidikan tidak

hanya dapat mengembangkan pendidikan individual dan sosial saja, melainkan

dapat menanamkan segala kebaikan didalam jiwa anak-anak.

2. Perguruan (sekolah)

Sekolah merupakan pusat pendidikan istimewa, karena didalamnya dapat

mengembangkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan. Sekolah disebut dengan balai

wiyata. Guru menjadi penasehat dan pengajar ilmu disekolah. Perguruan harus

memiliki hubungan dengan alam keluarga, karena pengaruh yang diberikan sekolah

berpengaruh terhadap budi pekerti dan kemasyarakatan. Perguruan menjadi titik

pusat atau perantara antara alam keluarga dan masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara, sekolah yang baik adalah yang menggunakan

sistem asrama atau pondok. Karena didalamnya terdapat pendidikan dengan pusat

keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sistem sekolah umum, dapat menjauhkan

anak-anak dari alam keluarga dan alam masyarakatnya. Hal ini karena pengaruh

sekolah sangat kuat mengasah inteleknya hingga menimbulkan intelektualisme.

3. Masyarakat (alam pemuda)

Alam pemuda adalah pergerakan pemuda diluar sekolah dan keluarga

umtuk menyongkong pendidikan. Anak usia dini mendapat pendidikan dari

masyarakat dengan bersosialisasi dengan lingkungan. Pendidikan diri sendiri

didalam masyarakat dapat dikembangkan dengan mengamati, jika ada bahaya bisa

ditolak, dan lain sebagainya. Lingkungan masyarakat dapat menyongkong

kecerdasan budi pekerti maupun sosial, dan pembentukan watak.29

29
Ibid, hal.73

24
8. Implementasi dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Pemikiran anak usia dini berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Didasarkan pada pola pengasuhan yang berasal dari kata “asuh” artinya pemimpin

dan pengelola. Maka pengasuh adalah orang yang melaksanakan tugas

membimbing, memimpin dan mengelola. Dalam hal ini mengasuh anak maksudnya

adalah memelihara dan mendidiknya dengan penuh pengertian. Pembelajaran pada

anak dilakukan terus menerus dari zaman nenek moyang sampai sekarang masih

tetep diterapkan. Contohnya pembiasaan pengucapan salam kepada orang yang

lebih tua, berdoa sebelum makan dan sesudah melaksanakan kegiatan,

mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantunya dan lain-lain.

Pembinaan akhlak tidak sekedar pembelajaran mengetahui tentang yang baik

dan buruk, tentang yang benar dan salah, tetapi merupakan pelatihan membiasaan

terus menerus tentang sikap, benar dan baik, sehingga akhirnya menjadi suatu

kebiasaan. Pada saat usia dini anak merupakan “peniru ulung” dan sekaligus

membelajar ulet maka pembiasaan dan pembinaan akhlak perlu dimulai sejak dini. 30

Ki Hajar Dewantara mempunyai konsep belajar sambil bermain, karena

melalui bermain anak dapat melakukan minatnya sendiri tanpa dipengaruhi faktor

luar dan dapat mengembangkan pengetahuan melalui permainan yang

dilakukannya. Konsep tersebut sangat cocok untuk diterapkan dalam pendidikan di

kelompok belajar dan taman kanak-kanak.

Selain konsep belajar sambil bermain, Beliau juga menerapkan konsep belajar

dengan cara pemberian contoh atau teladan dengan metode bercerita atau

mendongeng. Metode ini juga cocok untuk digunakan dalam pendidikan di

kelompok belajar dan taman kanak kanak, karena disamping menciptakan situasi

menyenangkan bercerita juga dapat merangsang kognitif anak, perkembangan

30
Dwi Hariyanti dan Sukiram, Strategi Pengembangan Moral Anak Usia Dini. (Salatiga: Widyasari Press,
2001), hal. 83.

25
bahasa anak dan sebagainya. Melakukan pengenalan dan pengalaman prinsip

norma agama dengan memberikan bimbingan dan praktek keagamaan. Tujuannya

yaitu membentuk sikap dan kesadaran akan pentingnya kegiatan keagamaan bagi

keluarga. Pada kelompok bermain pengenalan yang paling tepat adalah di”area

agama atau sentra imtaq” dengan sarana tempat ibadah berbentuk mini dan

gambar-gambar yang bernafaskan agama, manfaatnya adalah menanamkan nilai

agama dan bertaqwa terhadap Tuhan YME.

Sedangkan sistem among yang dikemukan oleh Beliau sangat cocok untuk

diterapkan pada anak-anak yang sudah masuk dalam pendidikan sekolah dasar

antara kelas satu sampai dengan kelas tiga. Karena pada tahapan ini anak harus

diberikan motivasi dan membangkitkan kemauan sehingga anak terpacu untuk

mandiri. Konsep ini juga dapat digunakan dalam membangun rasa percaya diri dan

pembentukan karakter anak. Jika dilihat dari tujuan pendidikan anak usia dini maka

konsep yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara sangat sesuai dengan empat pilar

yang dirancangkan oleh UNESCO, yaitu Learning to know, Learning to do,

Learning to be, Learning to leave together karena implementasi dari konsep belajar

beliau adalah Learning by playing, joyfull learning dan menumbuh kembangkan

ketrampilan hidup (Life Skills).

Ki Hajar Dewantara mengutarakan tentang alat pendidikan yang dapat

digunakan dalam mendorong keberhasilan proses pendidikan:

1). Motivasi (dorongan) yaitu Memberikan dorongan kepada anak baik dari luar

maupun dalam agar anak memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan baik

verbal maupun non verbal

2). Reinforcement (penguatan)yaitu Memberikan penguatan kepada anak baik dari

luar maupun dalam agar anak mengetahui dan memahami tentang suatu yang

diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran.

26
3). Reward (Penghargaan) yaitu Ketika anak sudah mampu menyesaikan tugas lebih

dulu dengan baik, maka pendidik memberikan penghargaan kepada anak dengan

memberikan acungan jempol atau memberikan tanda bintang dan lingkaran penuh.

4. Punishment (sangsi sosial) yaitu Ketika anak membuang sampah sembarangan

sebagai sangsinya anak disuruh mengambil sampah dan membuangnya ke tempat

sampah.Selain itu, atas dasar keluhuran budi, tugas pendidik yang utama adalah :

Mengembangkan cipta, yaitu pengembangan kognitif atau daya pikir,

Mengembangkan rasa, yaitu pengembangan sikap perilaku atau afektif,

Mengembangkan karsa, yaitu pengembangan psikomotorik atau ketrampilan. 31

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Siti walidah Dahlan yang merupakan salah satu tokoh pemikiran pendidikan

merupakan salah seorang Pahlawan Nasional yang telah memberikan asasnya

sangat besar untuk Indonesia. Siti Walidah Dahlan pantas dikategorikan sebagai

Pahlawan perlindungan Anak Indonesia.

31
Yulian Nuraini Sujiono, Ibid,hal. 128-129

27
Ki Hajar Dewantara merupakan seorang Pelopor Pendidikan bagi Kaum

Pribumi Indonesia.Kihajar Dewantara juga salah satu tokoh pemikiran Pendidikan

bagi Anak Usia Dini. Ciri khas Ki Hajar Dewantara Mengenai Pemikiran Pendidikan

Anak Usia Dini Diantaranya budi pekerti, sistem among, dan Teori Trikson dan tri

Pusat pendidikan. Tujuan dari pendidikan pemikiran Ki Hajar Dewantara ialah

menjadikan manusia merdeka, baik itu secara fisik mental dan kerohanian

B. Saran

Kami menyadari jika dalam penulisan, isi materi maupun penyampaian makalah

masih bayak terdapat kekurangan ataupun kesalahan. Maka dari itu dengan hati

terbuka kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca

guna kesempurnaan makalah

DAFTAR PUSTAKA

Lilis Nihwan.2018 . Siti Walidah Ibu Bangsa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan

dan Pembinaan Bahasa.

Nihwan Lilis. 2018. Siti Walidah Ibu Bangsa Indonesia. Jakarta: Luh Anik Mayani

Nasution Halimatussa’diyah. Dkk. Studi Analisis Pemikiran Siti Walidah Dalam

Pendidikan Perempuan. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab.

Safitri Candra Rizki dwi, Budi Haryanto. 2020. Nyai Walidah Sebagai Tokoh

Pendidikan. Jurnal of islamic and muhammadiyah studies. Vol. 1 No.1, February

28
Nuraini Sujiono ,Yuliani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :

Indeks, 2011.

Soejono. 1988. Aliran Baru dalam Pendidikan Bagian Ke-1. Bandung : CV Ilmu,1988.

Suyadi dan Ulfah Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT Remaja

Rodaskarya.

Raharjo,Suparto. 2014. Ki Hajar Dewantara Biografi singkat 1889-1959. Yogyakarta:

Garasi

Hajar Dewantara, Ki .1977. Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama Pendidikan.

Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Ahmadi, Rulam. 2016. Pengantar Pendidikan Asas dan Filsafat Pendidikan.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hajar Dewantara, Ki. 2009. Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika, 2009.

Tauchid, Muchamad. 2011. Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantara.

Yogyakarta :Persatuan Taman Siswa.

Hariyanti ,Dwi dan Sukiram. 2001. strategi Pengembangan Moral Anak Usia Dini.

Salatiga: Widyasari Press.

29

Anda mungkin juga menyukai