Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjalanan hidup manusia tak pernah bisa terlepas dari pendidikan bahkanpendidikan sendiri
berlangsung kepada siapapun, dimanapun, dan kapanpun waktunya. Menurut Undang-Undang
sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003 “Pendidikan formal merupakan suatu proses
secara sadar dalam upaya menjadikan sosok manusia yang lebih baik sebagai upaya
peningkatan kualitas hidup untuk mengetahui apa yang sebelumnya tak diketahui baik secara
kognitif, spiritual, softskill, bahkan yang tak kalah penting pembentukan karakter dan
akhlak”.Dengan kegiatan belajar ini ditunjukkan dalam pemerolehan pembaharuan
pengetahuan sehingga tidak akan menjadi terasingkan dengan para generasi muda karena
mampu mengikuti perkembangan zaman. Belajar tidak hanya terpaku pada suatu tempat,
waktu maupun usia namun bersifat continuing. Sejalan dengan perkembangan fase-fase
perkembangan pada manusia, belajar semenjak dari buaian hingga akhir hayat (Long Life
Education) oleh karena itu setiap individu harus dilalui dengan proses belajar.
Pendidikan adalah investasi masa depan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Para pakar umumnya berpandangan bahwa pendidikan merupakan proses
perkembangan potensi individu, pewarisan budaya dan interaksi antara potensi individu
dengan budaya lingkungannya. Tujuan esensial pendidikan adalah demi pengembangan
potensi serta kemampuan peserta didik dalam rangka memelihara dan meningkatkan martabat
manusia (human dignity) yaitu manusia yang memiliki kecerdasan (intelegence, spiritual,
emosional) untuk menjalani kehidupannya dengan bertanggung jawab baik secara pribadi,
sosial maupun professional. Upaya untuk menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas,
maka pendidikan harus harus dilaksanakan sejak usia dini dan berlangsung sepanjang hayat
(long life education). Usia dini (early cildhood) merupakan masa dimana anak tumbuh dan
berkembang dengan sangat pesat. Begitu pesatnya, usia 0-6 tahun ini disebut usia emas
(Golden Age) oleh para ahli. Di masa usia emas (Golden Age) ini anak memiliki banyak potensi
yang dapat dikembangkan secara optimal, dan untuk mengembangkan potensi anak secara
efektif maka anak perlu mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang baik akan membuat anak
tumbuh dan berkembang dengan baik.
Asesmen merupakan suatu penerapan dan pengunaan berbagai cara dan alat untuk
mendapatkan serangkaian informasi tentang hasil belajar dan pencapaian kompetensi dari
peserta didik. Sejalan dengan itu, asesmen pendidikan anak usia dini merupakan suatu proses
kegiatan yang dilaksanakan bertujuan mengumpulkan data atau bukti-bukti tentang
perkembangan dan hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan anak usia dini. (Yuliani,
2009).
Perkembangan sosial emosional pada anak-anak yaitu kemampuan untuk berinteraksi serta
memberikan respon terhadap sesuatu dan bertingkah laku mengikuti norma masyarakat.
Perkembangan ini berjalan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak. Perkembangan
sosial emosional adalah salah satu dominan perkembangan yang sangat penting bagi anak-
anak tanpa melihat ketidakmampuannya. (Hayati dkk, 2014). Dalam konteks ini perkembangan
sosial meliputi dua aspek penting, yaitu kompetensi dan tangung jawab sosial. Kompetensi
sosial yaitu mengambarkan JAMBURA Early Childhood Education Journal, Vol. ( 1) (2), (Juli)
(2019), (Halaman)(37-45)| 58 kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya secara efektif. Misalnya, ketika temannya menginginkan sesuatu, ia mau bergantian.
Sementara tangung jawab sosial yaitu antara lain ditunjukan oleh komitmen anak terhadap
tugastugasnya, menghargai perbedaan individual, dan memperhatikan apa yang ada
dilingkungannya. Sedangkan pada umumnya anak kecil lebih emosional dari pada orang
dewasa karena pada usia ini anak masih relative muda dan belum dapat mengendalikan
emosinya. Ekspresi pada anak mudah berubah dengan cepat dari satu bentuk ekspresi
kebentuk ekspresi emosi yang lain. Rangsangan yang sering membangkitkan emosi anak adalah
keinginan yang tidak terpenuhi, dengn cara mengungkapkan ekspresi yang tidak terkendali.
Fakta yang peneliti temukan di lapangan tentang implementasi asesmen perkembangan yang
telah diterapkan selama ini masih sebatas hanya sebagai kelengkapan dokumen penilaian saja,
karena asesmen yang diimplementasikan terkesan asal jadi terutama pada catatan anekdot
dan time sampling karena kedua teknik tersebut menggunakan format yang disusun sendiri
oleh sekolah dan tidak setiap hari digunakan untuk mendeskripsikan perkembangan anak
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Mengingat pentingnya setiap bagian perkembangan
anak, peneliti berharap asesmen perkembangan anak benar-benar diimplementasikan sesuai
ketentuan dalam pedoman pelaksanaan kurikulum 2013

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Assesmen ?
2. Apa yang dimaksud perkembangan sosial emosional ?
3. Bagaimana asesmen perkembangan sosial emosional anak usia dini?
4. Bagaimana tahap perkembangan sosial emosional anak usia dini?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian assesmen
2. Untuk mengetahui perkembangan sosial emosioanl
3. Untuk mengetahui asesmen perkembangan sosial emosional anak usia dini.
4. Untuk mengetahui tahap perkembangan sosial emosional anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asesmen
Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam
bentuk apapun yang digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang
menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-
kebijakan sekolah. Keputusan tentang ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran
di kelas, bagaimana guru menempatkan siswa pada program-program pembelajaran yang
berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut. Asesmen secara
sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh
data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu.
pengertian asesmen menurut beberapa ahli yaitu :
1. Edwin Wandt dan Gerald W. Brown (dalam Sudjiono, 2011:1), evaluation refer to the act or
process to determining the value of something. Dari definisi tersebut, maka istilah evaluasi ini
menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.
2. Stufflebeam, et al (dalam Daryanto, 2008: 2), evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

B. Perkembangan Sosial- emosioanal


Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar menyesuaikan diri untuk memahami
keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan baik orang tua,
saudara, teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan sosial emosional erat
kaitannya dengan interaksi, baik dengan sesama atau benda-benda lainnya. Jika interaksinya
tidak baik, maka pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi tidak optimal.
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri manusia baik senang atau sedih, maupun baik atau
buruk. Menurut E. Mulyasa (2012) dalam Ginawati (2017) emosi adalah suatu keadaan atau
perasaan yang bergejolak dalam diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah
atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap
lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Menurut Shapiro (1999)
dalam Putra dan Dwilestari (2013: 50) kecerdasan emosional perlu diajarkan sejak dini agar
anak tumbuh menjadi seseorang yang dewasa, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Selain itu, anak yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi akan
terlihat lebih bahagia, lebih percaya diri dan lebih berprestasi di sekolah.
Anak-anak memiliki beberapa aspek perkembangan, salah satunya adalah aspek sosial-
emosional. Meski sosial dan emosional adalah dua kata yang memiliki makna yang berbeda,
tetapi sebenarnya aspek sosial emosional ini tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan kedua
aspek ini saling bersinggungan satu sama lain (Mulyani, 2014: 145). Perkembangan sosial
emosional ini bertujuan agar anak memiliki keprcayaan diri, kemampuan bersosialisasi dan
kemampuan mengendalikan emosi (Musringati, 2017:1). Optimalisasi perkembangan sosial
emosional ini ditentukan oleh kualitas kerjasama antara orangtua, guru, dan lingkungan
(Wahyuni, Syukri, & Miranda, 2015:2).
Perkembangan sosial emosional merupakan salah satu aspek perkembangan yang sangat
penting bagi setiap anak karena merupakan salah satu faktor penentu kesuksesannya di masa
depan. Masa usia dini merupakan masa keemasan untuk setiap aspek perkembangan,
termasuk aspek sosial emosional. Maka dari itu, proses tumbuh kembang anak harus selalu
diperhatikan agar berjalan dengan optimal. Masa usia dini disebut juga sebagai periode sensitif
(critical period), dimana pada periode ini kematangan fungsi fisik dan psikis anak sudah siap
untuk merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan (Musringati, 2017:1). Oleh karena
itu, seluruh kebutuhan tumbuh kembang anak harus dipenuhi dengan baik agar tumbuh
kembang anak berlangsung dengan optimal. Kebutuhan tumbuh kembang itu meliputi asupan
gizi, pemberian stimulasi dan intervensi, serta lingkungan yang mendukung. Jika salah satu
atau sebagian kebutuhan itu tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan terganggu atau kurang
optimalnya tumbuh kembang anak.

C. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini


Perkembangan sosial dan emosi pada anak merupakan kondisi emosi dan kemampuan anak
merespon lingkungannya di usia sebelumnya. Para ahli juga sepakat bahwa perkembangan
sosial-emosional anak bertujuan untuk mengetahui bagaimana dirinya, bagaimana cara
berhubungan dengan orang lain yaitu teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya.
Bertanggung jawab akan diri sendiri maupun orang lain dan berperilaku sesuai dengan pro
sosial.
Hurlock mengungkapkan bahwa perkembangan sosial merupakan kemampuan berperilaku
sesuai dengan tuntutan sosial dan menjadi individu yang mampu bermasyarakat. Untuk
menjalani kehidupan bermasyarakat diperlukan 3 proses yaitu:
1. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima di dalam bermasyarakat.
2. Belajar bagaimana memainkan peran sosial dalam bermasyarakat.
3. Mengembangkan sikap dan tingkah laku terhadap individu lain dan aktivitas sosial
bermasyarakat.
Setiap individu pada hakikatnya akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan
nonfisik yang meliputi aspek-aspek intelek, emosi, sosial, bahasa, bakat khusus, dan
sebagainya. Kehidupan seseorang pada umumya penuh dorongan dan minat untuk mencapai
sesuatu. Perjalanan hidup masing-masing individu tentu berbeda-beda.
Keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian anak dalam
perkembangannya. Ketika keluarga tersebut bersifat otoriter maka perkembangan sosial dan
emosional anak juga akan berpengaruh. Contohnya, ketika disekolah anak suka menyendiri,
ragu-ragu di dalam semua tindakan dan sebaginya. Hal ini tentu akan menghambat
perkembangan sosial dan emosional anak. untuk itu, selain lingkungan bermain, kelarga juga
merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi perkembangan anak.
D. Asesmen Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Asesmen untuk anak usia dini sangatlah berbeda karakteristiknya dengan asesmen untuk anak
berusia di atasnya. Strategi asesmen untuk anak usia dini harus sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Perkembangan anak usia dini bersifat cepat sehingga dibutuhan suatu
asesmen untuk melihat apakah anak berkembang secara wajar atauhkah tidak. Ini
menunjukkan bahwa sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis,
melainkan senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan
berkesinambungan.
Dalam melakukan asesmen perlu adanya perencanaan. Adapun perencanaan dalam asesmen
adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan yang spesifik, bersifat reliable dan valid.
2. Mempersiapkan berbagai sumber atau informasi yang beragam.
3. Melibatkan keluarga dalam mendapatkan informasi anak.
4. Fair dan sesuai dengan kebutuhan anak.
5. Merencanakan asesmen yang otentik.

Banyak metode yang dilakukan dalam mengasesmen perkembangan sosial dan emosional
anak, yakni sebagai berikut:
1.      Observasi
Contoh jenis hasil observasi:
Subjektif Objektif Kurang lengkap
Siti adalah seorang anak
Siti adalah anak
perempuan yang berusia Siti adalah seorang anak
perempuan yang berusia
4 tahun yang ceria dan perempuan.
4 tahun keturunan Jambi.
berambut panjang.

2.      Catatan anekdot.
Contohnya:
Pengamatan terhadap Ahmad
Perkembangan fisik Perkembangan sosial
Pengamat/tanggal: Pengamat/tanggal:
Keterangan pengamat: Keterangan pengamat:
Perkembangan emosional Kreativitas
Pengamat/tanggal: Pengamat/tanggal:
Keterangan pengamat:
Keterangan pengamat:
Perkembangan bahasa: Penemuan dan pemikiran
Pengamat/tanggal: Pengamat/tanggal:
Keterangan pengamat: Keterangan pengamat:

3.       Running record


Contohnya:
Nama anak : Aisyah
Tanggal: 11 November 2018
Lokasi: taman bermain
Waktu kejadian komentar
Aisyah memperhatikan Tertarik untuk ikut main
8.20 teman-temannya main kejar-kejaran dengan
kejar-kejaran teman
Aisyah memanggil
temannya Isa “Sedang
main apa?” Isa menjawab,
Aisyah senang berlari
8.25 “sedang merebut bola.
cepat.
Aku tadi bias mengambil
bola dibawa lari Siti” aku
juga bias lari cepat.

Contoh Instrumen Assesmen kemampuan sosial emosional anak usia dini


(4-5 tahun)
Nama :

Umur :
Kelas :
Sekolah :

Aspe Indikator Deskripsi Pertanyaan Penilaian


k Mampu/Tdk
mampu
Sosial Mengenal Pengenalan 1. Apakah anak
identitas diri diri sendiri, mampu
dan membantu diri menyebutkan
lingkungan sendiri dan identitas diri
sekitar orang lain, seperti : nama,
serta umur, alamat,
mengungkapk sekolah, cita-cita.
an keinginan 2. Apakah anak
mampu
menyebutkan
nama anggota
keluarga seperti :
ayah, ibu,
kaka/adik,
kakek/nenek/pam
an/bibi
3. Apakah anak
mampu
membersihkan
diri tanpa
bantuan seperti :
mencuci tangan,
berkumur,
mencuci muka,
mengelap
tangan, mencuci
kaki.
4. Apakah anak
mampu makan,
minum tanpa
bantuan?, seperti:
mengambil piring
sendiri,
mengambil
sendok sendiri,
mengambil nasi
sendiri,
mengambil
lauknya sendiri,
mengambil
minum sendiri..
5. Apakah anak
mampu bergaul
dengan banyak
teman sebayanya?
Kema Mampu
mpuan berkomunikasi dan
berkel bekerja dengan
ompok kelompok
✔ Apakah anak
mampu
menunggu
giliran bermain
tanpa
pengawasan
✔ Apakah anak
mematuhi
perintah
sederhana
✔ Apakah anak
mampu
menceritakan
pengalaman
sendiri
✔ Apakah anak
mampu
menerima cerita
orang lain
✔ Apakah mampu
bekerja sama
dengan orang lain
✔ Apakah mampu
meminjam benda
milik teman
kelasnya tanpa
bantuan
✔ Apakah anak
mampu
mengembalikan
benda milik
temanya tanpa
bantuan
✔ Apakah anak
mengerti
instruksi dari
orang lain.
✔ Apakah anak mau
menunggu giliran
saat melakukan
antrian.
✔ Apakah anak
mengajak
temannya
bermain.
✔ Apakah mampu
mengikuti
instruksi dalam
kelompok.
✔ Apakah anak
mampu
memberikan
informasi dalam
kelompok.
✔ Apakah anak
menjawab ketika
dipanggil
saat dalam
kelompok.
✔ Apakah anak
mengangkat
tangan ketika
dipanggil dalam
kelompok
✔ Apakah anak
mau
mendengarkan
cerita dan
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan
tentang cerita..
✔ Apakah anak
mampu
menunjukkan
sesuatu atau
memperagakan
sambil
menjelaskan.
✔ Apakah anak
mampu
menyatakan
keinginannya
atau tidak dengan
Ya/Tidak.
Emosi Regulasi diri Pulih dari 1. Apakah anak
dan minat kondisi tidak mampu
terhadap menyenangka menghilangkan
lingkungan n rasa tidak
menyenangkan
dengan bujukan
orang lain,
seperti: senyum,
senang, rasa
ingin tahu.
2. Apakah anak
mampu
menunjukkan rasa
tidak suka ketika di
diamkan/tidak di
respon saat
bermain, seperti :
protes, marah.
E. Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Adapun beberapa tahapan perkembangan sosial anak usia dini sesuai tingkatan usianya
yaitu:
1. Tahap 0-18 Bulan
Ini merupakan masa perkembangan awal, bayi memperlihatkan rasa aman dalam
keluarganya apabila kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungan. Untuk membangun dasar
kepercayaan tersebut maka pemenuhan kebutuhan bayi perlu dilakukan secara teratur.
Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan terhadap makanan, kebersihan (mandi dan
sebagainya). Di samping itu diperlukan juga cara-cara penanganan dalam merawat bayi.
2. Tahap 18 Bulan Sampai 3 Tahun
Pada tahun pertama kehidupan manusia sangat penting bagi perkembangan anak. Anak
mulai mengembangkan kemampuan motorik panca indra, visual dan auditori yang
distimulasikan melalui lingkungan sekitarnya. Perkembangan sosial merupakan
perkembangan tingkah laku pada anak dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri
dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan
sosial merupakan proses belajar anak dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan
tradisi dalam sebuah kelompok.
Pada tahapan ini juga akan timbul rasa percaya diikuti dengan perkembangan fisik, kognitif
dan bahasa. Anak akan mulai bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya dan pada tahapan
ini juga mereka akan merasakan kebebasannya.
Pada tahapan ini biasanya anak akan mulai peka dengan sesuatu yang benar dan yang salah
dan diperlihatkan dalam bentuk rasa malu. Andil orang tua sangat diperlukan dalam
mengarahkan dan mengawasi perkembangan psikososial anak dalam tahapan ini. Kontrol
yang terlalu ketat akan menyebabkan anak tidak berkembang sedangkan kontrol yang
terlalu longgar juga akan membuat anak kurang peka terhadap mana yang benar dan mana
yang salah.
3. Tahap 3-6 Tahun
Perkembangan sosial mulai agak kompleks ketika anak menginjak usia 3 tahun dimana anak
mulai memasuki ranah pendidikan yang paling dasar yaitu taman kanak-kanak. Pada masa
ini anak belajar bersama teman-teman di luar rumah. Anak sudah mulai bermain bersama
teman sebaya. Tahap ini bisa disebut juga dengan tahap belajar sosial melalui
perkembangan kognitif.
Pada anak usia taman kanak-kanak (4-6 tahun) perkembangan sosial sudah mulai berjalan.
Hal ini tampak dari kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan secara berkelompok.
Kegiatan bersama berbentuk seperti sebuah permainan. Tanda-tanda perkembangan pada
tahap ini adalah:
a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungan bermain.
b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c. Anak mulai mengetahui hak atau kepentingan orang lain.
d. Anak mulai terbiasa bermain bersama anak-anak lain atau teman sebaya.
Emosi sebagai perasaan timbul ketika seseorang berada dalam suatu keadaan yang
dianggap penting oleh individu tersebut. Emosi diwakili oleh perilaku yang mengekspresikan
kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami.
Emosi dapat berbentuk rasa senang, takut, marah, dan sebagainya.
Karakteristik emosi pada anak berbeda dengan karakteristik yang terjadi pada orang
dewasa, dimana karakteristik emosi pada anak itu antara lain:
a. Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba.
b. Terlihat lebih hebat atau kuat.
c. Bersifat sementara atau dangkal.
d. Lebih sering terjadi.
e. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.
f. Reaksi mencerminkan individualitas.
Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal ditandai dengan munculnya emosi yang
disadari rasa bangga, malu, dan rasa bersalah, dimana munculnya emosi ini menunjukkan
bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk
menilai perilaku mereka. Berikut penjelasan dari 3 emosi tersebut:
1. Rasa bangga
Perasaan ini akan muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan
perilaku tertentu. Rasa bangga sering digambarkan dengan pencapaian suatu tujuan
tertentu.
2. Malu
Perasaan ini muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau
target tertentu. Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau
menghilang dari situasi tersebut. Secara fisik anak seolah ingin menghindar dari tatapan
orang lain. Biasanya rasa malu lebih disebabkan oleh interpretasi individu terhadap kejadian
tertentu.
3. Rasa bersalah
Rasa ini akan muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan. Dan dalam
mengekspresikan perasaan ini biasa anak terlihat seperti melakukan gerakan-gerakan
tertentu seakan berusaha menggambarkan perasaan tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asesmen perkembangan pada anak usia dini sangatlah berbeda dengan asesmen
perkembangan pada anak yang berusia di atasnya. Karena, perkembangan pada anak usia 0-
6 tahun memiliki karakteristik yang berbeda. Perkembangan pada anak usia dini juga
mengalami perubahan yang cepat.
Dalam mengasesmen perkembangan anak usia dini khususnya perkembangan sosial dan
emosionalnya, kita harus memiliki perencanaan yang matang. Adapun cara atau metode
yang digunakan dalam mengasesmen perkembangan sosial emosional anak usia dini bias
dilakukan dengan berbagai cara, baik metode ceklist, catatan anekdot, observasi, survey dan
sebagainya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini disusun. Penulis menyadari akan kekurangan dalam penulisan ini.
Untuk itu, penulis mengharapkan supaya adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna perbaikan dari makalah ini. Sehingga makalah ini akan menjadi sumber
belajar yang tepat dalam mengasesmen perkembangan sosial emosional anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta


Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta


Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya

https://dosenpsikologi.com, diakses pada 11 November 2018 pukul 10.00 WIB

http://repository.ut.ac.id, diakses pada 11 November 2018 pukul 10.00 WIB


Sunarto dan agung hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Yusuf Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Anwar, dan Ahmad, Arsyad. 2016. Pendidikan Anak Dini Usia: Panduan Bagi Ibu dan calon
Ibu. Bandung: CV Alfabeta.
Aqib, Zainal. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Bandung: CV. Yrama
Widya.
Desiningrum, Dinie Ratri. 2012. Psikologi Perkembangan I. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Efendi, Anwar. 2006. Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak melalui Kebiasaan
Bercerita (Dongeng). Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan (Insania). Vol. 11 (3), hlm
328-336.

Anda mungkin juga menyukai