Disusun Oleh :
Kelompok 1
Silpa Nurjanah NIM (1930210050)
Ade Merly Anggraini NIM (1930210076)
Nurjihan Rohadatul Aisy NIM (1930210109)
Indah Tri Anggini NIM (1930210086)
Afief Clara Riana NIM (1930210063)
Sukmawati NIM (1930210119)
Dosen Pengampu:
Yecha Febrieanitha Putri, M.Pd.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................1
C. Tujuan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran..............................................................4
B. Pegertian Angka............................................................................4
C. Pengertian Matematika.................................................................5
D. Implementasi Dalam Pembelajaran Angka Bagi AUD..................6
E. Media Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Angka AUD..........9
F. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Mengenal Angka......11
G. Tujuan Pembelajaran Angka Dalam Matematika AUD...............13
H. Indikator Dan Tahapan Mengenal Angka Pada AUD.................14
I. Kendala Dan Cara Mengatasinya...............................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kenyataannya, di Indonesia proses pembelajaran anak TK
masih menjadi permasalahan dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal
ini dikarenakan pola pembelajaran cenderung berorientasi akademik dan
menganggap bahwa konsep-konsep yang ada pada diri anak tidak
berkembang secara spontan melainkan harus ditanamkan dan diserap
oleh anak melalui perlakuan orang dewasa, dimana guru adalah subjek
dan anak adalah objek dari proses pembelajaran.
Ace Suryadi mengemukakan bahwa pembelajaran memahami
konsep penjumlahan dan pengurangan, menulis dan berhitung pada
anak usia dini/TK merupakan salah satu kesalahan terbesar dan
berdampak negatif pada perkembangan anak.
Dengan demikian yang lebih dikehendaki adalah suatu pendekatan
dan strategi pendidikan bagi anak yang lebih integratif dan komprehensif
serta sesuai dengan dunia dan kebutuhannya. Semiawan mengemukakan
bahwa proses pembelajaran pada anak usia dini dilakukan dengan tujuan
memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki makna bagi anak
melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukkan
aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal. Menurut Seldin
menyatakan bahwa pada rentang usia lahir sampai 6 tahun
anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan
masa di mana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan.
Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju
pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa ini
merupakan masa pertama dalam mengembangkan kemampuan kognitif,
bahasa, gerak-motorik, dan sosio- emosional pada anak usia dini. Tujuan
pengembangan kognitif adalah mengembangkan kemampuan berpikir
anak, dapat menemukan bermacam- macam alternatif pemecahan
1
masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika
matematis dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta
meningkatkan kemampuan anak usia dini dalam mengenal konsep
bilangan sehingga anak mempunyai kemampuan untuk memilah-milah,
mengelompokkan, serta mempersiapkan kemampuan berpikir secara
teliti. Menurut Coopley dan Wortham Perkembangan kognitif anak usia 5-
8 tahun mulai bergerak dari tahap pra-operasional menuju tahap
operasional konkrit atau disebut juga dengan masa transisi. Proses
berpikir pada anak usia 5-8 tahun merupakan masa peralihan dari
pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana
benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya,
oleh karena itu pada usia ini merupakan usia yang paling tepat untuk
menstimulasi berbagai hal, termasuk menstimulasi perkembangan
kemampuan matematika.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu ilmu pengetahuan
dan teknologi tidak bisa lepas dari matematika. Oleh karena itu
matematika perlu diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak di Taman
Kanak-kanak agar mereka lebih terampil dalam memecahkan persoalan
dalam kehidupan sehari-hari. Matematika adalah sesuatu yang berkaitan
dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis
melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan matematika di
PAUD adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika melalui
aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan angka?
3. Apa yang dimaksud dengan matematika?
4. Bagaimana implementasi dalam pembelajaran angka bagi AUD?
2
5. Apa saja media yang digunakan dalam pembelajaran angka pada
AUD?
6. Apa tujuan dari pembelajaran angka dalam matematika AUD?
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal angka
AUD?
8. Apa saja indikator dan tahapan mengenal angka pada AUD?
9. Kendala apa saja yang bisa dialami anak saat mengenal angka dan
cara mengatasinya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari pembelajaran.
2. Untuk mengetahui definisi dari angka.
3. Untuk mengetahui definisi dari matematika.
4. Untuk mengetahui implementasi dalam pembelajaran angka bagi
AUD.
5. Untuk mengetahui media apa saja yang digunakan dalam
pembelajaran angka pada AUD.
6. Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran angka dalam matematika
AUD.
7. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal
angka AUD.
8. Untuk mengetahui indikator serta tahapan dalam mengenal angka
bangi AUD.
9. Untuk mengetahui kendala yang dialami anak pada saat mengenal
angka dan cara mengatasinya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar peserta didik
hingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan
proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan
bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses
belajar.1
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta
didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan
belajar. 2
Dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran adalah interaksi yang
dilakukan oleh dua arah seperti dari pendidik dan peserta didik, dimana
diantara keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada tujuan
yang telah ditetapkan.
B. Pengertian Angka
Menurut Hariwijaya angka merupakan interpretasi manusia dalam
menyatakan himpunan. Angka adalah suatu ide yang sifatnya abstrak
atau lambang namun memberikan keterangan mengetahui banyaknya
anggota himpunan.3 Angka adalah lambang atau symbol yang merupakan
suatu objek yang terdiri dari bilangan-bilangan. Sebagai contoh angka 10,
dapat ditulis dengan 2 buah angka (double digits) yaitu angka 1 dan angka
0. Dalam pengenalan konsep angka ini tidak terlepas konsep tentang
angka-angka. Pengenalan konsep angka melibatkan pemikiran tentang
1
Muhammad Darwis Dasopang. 2017. Jurnal.“Belajar dan Pembelajaran”
2
Republik Indonesia, “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional”, hlm 6.
3
Hariwijaya. “Meningkatkan Kecerdasan Matematika”. (Yogyakarta:Tugu
Publiser,2009), hlm 29-32
4
beberapa jumlah suatu benda atau beberapa banyak benda. Pengenalan
konsep angka ini pada akhirnya akan memberikan bekal awal kepada
anak untuk mempelajari berhitung dan operasi penjumlahan.4
C. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika yang awalnya
dari kata Yunani mathematike yang memiliki mempelajari, yang juga dari
kata mathema dengan arti pengetahuan atau ilmu (knowledge, sciece).
Kata mathematike berhubungan dengan kata lain yaitu
mathein/mathenein dengan arti belajar (berpikir).
Matematika bagi anak usia dini merupakan cara untuk melihat dunia
dan pengalaman mereka di dalamnya. Sebuah cara untuk memecahkan
suatu masalah, sebuah pemahaman mengenai angka dan operasinya,
fungsi dan hubungan, probablitas dan pengukuran.
Trasformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep atau prinsip
baru. Transformasi tersebut dapat mudah terjadi bila terjadi pemahaman
karena terbentuknya skemata dalam benak anak. Belajar matematika
tidak cukup hanya dihafal namun juga perlu untuk memahami konsepnya,
karena hafal bukan indikator mampu menyelesaikan permasalahan dalam
matematika. Matematika pada hakikatnya merupakan proses berpikir yang
menekankan pada penalaran karena pikiran manusia, yang dimana
pembelajaran matematika memiliki tujuan membangun konsep
matematika dengan kemampuan yang terbentuknya pemahaman
berdasarkan pengalaman.5
Matematika merupakan salah satu jenis pengetahuan yang
dibutuhkan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari
Sehingga dapat disimpulkan bahwa matematika ialah ilmu
pengetahuan yang didapat melalui berpikir (bernalar). Matematika lebih
4
Anisa Anuz.2015.Jurnal.”Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Dengan
Menggunakan Kartu Remi Pada Anak”.
5
Ajeng Rizki Safira dkk, “Pembelajaran Sains dan Matematika AUD” (Jawa Timur :
Caremedia Communication, 2020), hlm 4-5
5
menekankan kegiatan dalam penalaran, bukan hasil eksperimen atau
observasi matematika yang terbentuk dari pikiran manusia, yang memiliki
hubungan dengan ide, proses, serta penalaran.
6
dari dunia dan mengatur informasi, seperti klasifikasi, penghitungan, dan
membandingkan. Di sisi lain lev vygotsky mengatakan bahwa
keterampilan dan pemahaman anak berada diambang kepemilikan, yang
dikenal sebagai zona perkembangan proksima. Zona perkembangan ini
berkaitan dengan perkembangan kognitif anak di mana anak
membutuhkan bantuan ahli jika mereka dirasa sulit memahami, dan tidak
membutuhkan bantuan jika mereka telah mampu melakukan sesuatu.
Pada bab kecerdasan majemuk sebelumnya, Howard Gardner juga
menjelaskan mengenai kemampuan logika matematika. Anak yang
memiliki kemampuan logika matematika memiliki kekuatan pada
pemecahan masalah, keterampilan untuk bernalar serta mengajukan
pertanyaan secara logis. Matematika pada anak dilakukan dengan cara
menyenangkan, begitu pula dengan materi yang ada perlu untuk
disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak. Terdapat beberapa standar
isi dan standar proses matematika bagi anak prasekolah. Berikut tandar
yang disebutkan The National Council of Teachers of Mathematics
Standards :
Standar Isi Standar Proses
1. Angka dan operasi 1. Pemecahan masalah
2. Geometri dan kemampuan special 2. Alasan dan bukti
3. Pengukuran 3. Komunikasi
4. Pola, fungsi, dan aljabar. 4. Hubungan
5. Analisa data statistic, dan probalitas 5. Representasi/
penggambaran
7
suatu diskriminasi. Pada usia empat tahun dapat membedakan antara
ukuran kecil dengan dapat mengenal angka dengan benar Angka dan
operasi ini terbagi menjadi beberapa kemampuan, yaitu:
a. Hitungan
Dapat berupa hitungan hafalan atau hitung rasional. Hitungan
hafalan merupakan menyebutan angka berurutan tanpa membuat
koneksi anatara angka dan set objek. Pada hitungan hafalan
biasanya didorong oleh orang tua dan guru, mereka tidak benar-
benar terhubung dengan pemahaman matematika. Hitungan
rasional ialah kemampuan untuk menyebutkan dan menghitung
objek dalam set. Belajar berhitung merupakan hasil dari beberapa
tahap. Anak mengetahui bahwa setiap benda memiliki kata hitung,
mereka ukuran sedang, serta angka kecil dan angka besar. Namun,
mereka sulit membedakan sedang dan besar. Pada usia lima tahun
mengetahui setiap daftar kata hitung tersebut memiliki urutan
tertentu, dan mereka membuat hubungan antara hitungan dan
angka. Pada usia dua tahun anak sudah mulai mengenal angka,
namun masih memiliki kesalahan, namun hal ini akan terjadi lebih
baik seiring waktu.
b. Koresponden Satu Lawan Satu
Koresponden satu lawan satu merupakan konsep bahwa setiap
benda dapat berhubungan dengan benda yang lain. Cara yang
tepat untuk mengenalkan koresponden pada anak ialah melalui
kegitan. Anak membuat set dan berpikir tentang hubungan yang di
antara set. Ketika membuat set membantu mereka memahami
koresponden satu lawan satu, contohnya dengan mereka
meletakkan piring kertas disetiap kursi saat membantu acara ulang
tahun. Peran orang tua dan guru adalah membimbing refleksi
dengan menanyai jumlah benda yang mereka miliki.
c. Letak Nilai
8
Anak-anak tidak mengetahui betul bahwa 12 dan 21 merupakan
angka representasi angka yang berbeda. Anak perlu memahami
letak nilai ini dari kurikulum awal sebelum mereka belajar angka
dua digit. Pengenalan ini penting sehingga saat anak belajar
dengan semakin banyak digit maka tidak terjadi kebingungan.
d. Operasi Pada Bilangan
Bagian anak usia tiga dan empat sudah mulai membangun konsep
yang dibutuhkan untuk penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, walaupun mereka secara simbolis atau formal. Anak-
anak dapat mengobservasi banyak hal dari lingkungan mereka. 6
Langkah-langkah penerapan dalam penggunaan media kartu remi
sebagai berikut :
1) Guru memegang bagian kartu yang berisi banyaknya gambar.
2) Guru memperkenalkan siswa pada lambang bilangan yang berwarna.
3) Setelah anak mengetahui jumlah benda, anak diminta untuk
mencari/menunjuk angka yang sesuai dengan jumlah benda yang
terdapat pada bagian kartu. Hal tersebut dilakukan secara berulang-
ulang yang disesuaikan dengan kemampuan anak, sampai anak
mampu membilang angka.
9
keterampilan, dan sesungguhnya kartu remi digunakan untuk
pengenalan konsep dan pemahaman konsep. Menurut Arritia, kartu
remi merupakan suatu media yang berbentuk gambar yang
diperlihatkan kepada anak. Dengan kartu remi anak dapat mengetahui
atau mengenal suatu bilangan serta dapat membilang bahkan menulis
suatu bilangan berdasarkan gambar yang ditampilkan. Selain itu
dengan menggunakan kartu remi ada keasyikkan tersendiri dalam
belajar sehingga anak akan tertarik dan mudah untuk menerima,
mengerti, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan
mencermati beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa permainan kartu remi adalah suatu kegiatan yang
menyenangkan dengan menggunakan kartu remi yang berbentuk
persegi panjang untuk berlatih dan memperkuat kemampuan
mengenal dan membilang bilangan khususnya angka 1 sampai 10
pada anak TK.
2. Media gambar asosiatif adalah media gambar dari kertas karton yang
diberi gambar sesuai dengan angka yang diasosiasikan, misalnya
gambar telur atau bola untuk angka 0, gambar pensil atau spidol untuk
angka 1, gambar itik atau angsa untuk angka2, gambar burung
terbang untuk angka 3, gambar bendera segitiga untuk angka 4,
gambar sabit atau gantungan sangkar burung untuk angka 5, gambar
tunas kelapa atau sendok sayur untuk angka 6, gambar tongkat kakek
untuk angka 7, gambar boneka panda atau bola bertumpuk untuk
angka 8 dan gambar balon bertali atau raket untuk angka 9.
Gambar asosiatif adalah suatu gambar yang dapat menimbulkan
asosiasi. Menurut Buzan, perlu dirancang suatu bentuk gambar
yang dapat menciptakan asosiasi dengan bentuk angka agar
mudah diingat. Sistem terbaik bagi seseorang adalah yang
diciptakannya sendiri dan bukan yang diberikan oleh orang lain
karena pikiran manusia pada dasarnya berbeda beda. Gambar
10
asosiatif yang dibentuk akan lebih bertahan lama jika dihasilkan oleh
orang tersebut.7
=0 =6
=1 7
=2 =
=8
=3 =9
=4 = 10
=5
F. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Mengenal Angka AUD
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam belajar
matematika termasuk dalam kemampuan dalam membilang angka,
sebagaimana dikemukakan Chomsky, Piaget, Lenneberg dan Slobin
berikut ini:
1. Faktor Alamiah
7
Fitriyanti. 2015. Jurnal.”Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Dengan
Media Gambar Asosiatif di Kelompok B TK Budi Rahayu”.
11
Faktor alamiah yang dimaksudkan disini adalah setiap anak lahir
dengan seperangkat potensi. Potensi dasar itu akan berkembang
secara maksimal setelah mendapat stimulus dari lingkungan. Proses
pemerolehan melalui piranti ini 9 sifatnya alamiah. Karena sifatnya
alamiah, maka kendatipun anak tidak dirangsang untuk belajar, anak
tersebut akan mampu menerima apa yang terjadi di sekitarnya.
2. Faktor Perkembangan Kognitif
Perkembangan membilang angka pada seorang anak seiring dengan
perkembangan kognitifnya. Keduanya memiliki hubungan yang
komplementer. Pemerolehan kemampuannya membilang angka
dalam prosesnya dibantu oleh perkembangan kognitif.
3. Faktor Latar Belakang Sosial
Latar belakang sosial mencakup struktur keluarga, afiliasi kelompok
sosial, dan lingkungan budaya memungkinkan terjadinya perbedaan
serius dalam belajar. Hal lain yang turut berpengaruh adalah status
social.
4. Faktor Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
keefektifan pembelajaran dalam membilang angka pada anak usia
dini, motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
5. Faktor Kemampuan Guru
Guru dapat diartikan orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan sasaran anak didik, dengan
memberikan bimbingan kepada anak didik dalam perkembangan
jasmani maupun rohaninya, agar mencapai tingkat perkembangan
yang optimal.
6. Faktor Sarana Prasarana
Pengadaan sarana dan alat belajar merupakan langkah guru atau
pihak sekolah mewujudkan perencanaan pembelajaran yang telah
dibuat. Sebaik apapun perencanaan tersebut dibuat sebagai sumber
12
belajar, jika guru tidak mewujudkan dalam bentuk pengadaan, tidak
akan mencapai hasil yang optimal.8
8
Anisa Anuz.2015.Jurnal.”Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Dengan
Menggunakan Kartu Remi Pada Anak”.
13
2) Untuk memecahkan masalah sehari-hari,
3) Mengenal pola hubungan dan generalisasi,
4) Wadah untuk mengembangkan kreativitas, dan
5) Wadah untuk mengembangkan kesadaran perubahan budaya.
Menurut baharman menyatakan "tujuan pembelajaran matematika
untuk anak terdapat dua hal yang utama yaitu pembentukan sifat berpikir
kritis dan juga kreatif pengembangan kedua hal tersebut ialah dengan
memperhatikan imajinasi dan curiousty peserta didik yang dimana perlu
untuk dikembangkan sejak dini.9
9
Ajeng Rizki Safira dkk, “Pembelajaran Sains dan Matematika AUD” (Jawa Timur: :
Caremedia Communication, 2020), hlm 8-9
14
One to one correspondence atau hubungan satu kesatuan
merupakan kemampuan yang dimiliki anak mengururutkan,
menyesuaikan jumlah angka dengan benda. Misalnya jika jumlah
angka dengan benda. Misalnya jika jumlah angka yang ada 10.
c. Quantity
Quantity atau kuantitas merupakan kemampuan yang dimiliki anak
untuk mengetahui jumlah benda yang ada dihadapannya dengan
cara menghitung secara urut benda tersebut. 10
10
Anisa Anuz.2015.Jurnal.”Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Dengan
Menggunakan Kartu Remi Pada Anak”.
15
dasar nantinya. Melalui pengenalan ini banyak hal yang akan direkam si
anak. Mulai dari warna, bentuk geometri sederhana, bilangan dan angka.
Permasalahan yang sering terjadi di suatu lembaga yaitu
kesalahpahaman orangtua wali dan pendidik. Ketika pendidik memberikan
pembelajaran yang sesuai standar kompetensi dan usia anak, orangtua
selalu menuntut untuk mengajari lebih dari yang sudah di ajarkan. Para
orangtua mengetahui bahwa anak mereka sudah bisa berhitung dan
sangat cerdas dalam membedakan warna dan mereka dituntut untuk bisa
lebih. Dari sinilah masalahnya timbul. Orangtua tidak menyadari jika nanti
anak akan bosan dengan pembelajaran tersebut karena merasa sudah
bisa dan anak akan menyimpang menjadi seoarang anak yang sulit
menerima pembelajaran.
Matematika untuk anak usia dini hanya berkisar tentang
pengkelompokan warna, berhitung minimal 1-10, mengenal bentuk
geometri (persegi, persegi panjang, dan segitiga), menghitung benda dan
gambar.
Berikut kendala yang sering terjadi di sebuah lembaga:
1. Perasaan takut para pendidik karena aturan yang berlaku tidak
memperbolehkan anak usia dini di ajarkan calistung.
2. Masih banyak pendidik yang hanya menerapkan pelajaran yang ada
di buku.
3. Kurang kreatifitasnya pendidik dalam menciptakan APE.
4. Sulitnya menerapkan logika matematika pada anak usia dini.
5. Tidak semua anak mau mengikiti pelajaran yang di berikan
6. Tuntutan orangtua wali dapat membumbungkan optimisme guru untuk
mengajar calistung pada anak usia dini.
7. Kognitif anak yang belum optimal dapat menghambat proses
pembelajaran.
8. Lemahnya kerjasama antar teman saat di adakan permainan
kelompok.
Solusi untuk menerapkan pembelajaran matematika pada lembaga PAUD
16
1. Pendidik harus menerapkan prinsip bermain seraya belajar, dan
menyelipkan materi matematika dalam permainan tersebut.
2. Pendidik harus lebih inovatif mencari sumber referensi pembelajaran
yang lebih kreatif.
3. Memperbanyak referensi permaianan melalui media sosial dan
bertukar pengetahuan antar pendidik saat ada perkumpulan pendidik.
4. Menerapkan prinsip matematika saat hendak memberikan
pembelajaran matematika permulaan.
5. Meneliti tentang apa yang di sukai anak-anak untuk menggunakan
media beajar sesuai kesukaan anak.
6. Anak yang sulit menerima pembelajaran, harus lebih di perhatikan
secara fokus.
7. Memperbanyak pertemuan antara pendidik dan wali murid guna
mendapat satu pemikiran yang seimbang dan sejalan. Selain itu wali
murid juga akan tau sejauh mana perkembangan anak dan beberapa
kebijakan pemerintah yang harus diterapkan.
8. Memperbanyak permainan pada anak yang melibatkan kognitif,
sehingga anak lama-kelamaan akan menjadi bisa.
9. Sering membentuk kelompok secara acak agar anak bisa saling
memahami satu sama lain. menerapkan jiwa kerja sama dan tidak
boleh membeda-bedakan teman.11
Metode yang dapat diterapkan yaitu sebagai berikut :
a. Metode Bercerita
Adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan
penerangan kepada anak secara lisan baik menggunakan alat peraga,
gambar dan lain sebagainya.
b. Metode Bercakap-cakap
11
Anisa Anuz.2015.Jurnal.”Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Dengan
Menggunakan Kartu Remi Pada Anak”.
17
Adalah salah satu penyampaian bahan pengembangan yang
dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab.
c. Metode Tanya Jawab
Dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
memberikan rangsangan agar anak aktif berpikir.
d. Metode Pemberian Tugas
Adalah pemberian kegiatan belajar dengan memberikan kesempatan
kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan guru.
e. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan atau memperagakan suatu
objek atau proses suatu kegiatan atau peristiwa.
f. Metode Eksperimen
Adalah metode kegiatan dengan melakukan suatu percobaan dengan
cara mengamati proses dan hasil percobaan tersebut. Berbagai
metode yang lain pada dasarnya dapat digunakan di dalam permainan
berhitung atau mengenalkan anak tentang angka. Hal ini disesuaikan
dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan serta tergantung kepada
kreativitas guru.12
BAB III
12
Departemen Pendidikan Nasional. “Permainan Berhitung Permulaan”.
(Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm13-14
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran adalah interaksi yang dilakukan oleh dua arah seperti
dari pendidik dan peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi
komunikasi yang terarah menuju kepada tujuan yang telah ditetapkan.
Angka adalah lambang atau symbol yang merupakan suatu objek yang
terdiri dari bilangan-bilangan. Matematika ialah ilmu pengetahuan yang
didapat melalui berpikir (bernalar), matematika lebih menekankan
kegiatan dalam penalaran, bukan hasil eksperimen atau observasi
matematika yang terbentuk dari pikiran manusia, yang memiliki hubungan
dengan ide, proses, serta penalaran. Langkah-langkah penerapan dalam
penggunaan media kartu remi sebagai berikut :
1. Guru memegang bagian kartu yang berisi banyaknya gambar.
2. Guru memperkenalkan siswa pada lambang bilangan yang berwarna.
3. Setelah anak mengetahui jumlah benda, anak diminta untuk
mencari/menunjuk angka yang sesuai dengan jumlah benda yang
terdapat pada bagian kartu. Hal tersebut dilakukan secara berulang-
ulang yang disesuaikan dengan kemampuan anak, sampai anak
mampu membilang angka.
Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran angka pada anak
usia dini yaitu dengan menggunakan kartu remi dan media gambar
asosiatif. Tujuan pembelajaran matematika untuk anak terdapat dua hal
yang utama yaitu pembentukan sifat berpikir kritis dan juga kreatif
pengembangan kedua hal tersebut ialah dengan memperhatikan imajinasi
dan curiousty peserta didik yang dimana perlu untuk dikembangkan sejak
dini. Adapun faktor mempengaruhi kemampuan AUD yaitu : faktor
alamiah, faktor perkembangan kognitif, faktor latar belakang sosial, faktor
motivasi belajar, faktor kemampuan guru, dan faktor sarana dan
prasarana.
19
Ada tiga tahapan mengenal angka yaitu enactive, econic, dan
symbolic. Sedangkan indikatornya yaitu counting, one to one
correspondence, dan quality.
Berikut kendala yang sering terjadi di sebuah lembaga:
1. Perasaan takut para pendidik karena aturan yang berlaku tidak
memperbolehkan anak usia dini di ajarkan calistung.
2. Masih banyak pendidik yang hanya menerapkan pelajaran yang ada
di buku.
3. Kurang kreatifitasnya pendidik dalam menciptakan APE.
Solusi untuk menerapkan pembelajaran matematika pada lembaga PAUD
1. Pendidik harus menerapkan prinsip bermain seraya belajar, dan
menyelipkan materi matematika dalam permainan tersebut.
2. Pendidik harus lebih inovatif mencari sumber referensi pembelajaran
yang lebih kreatif.
3. Memperbanyak referensi permaianan melalui media sosial dan
bertukar pengetahuan antar pendidik saat ada perkumpulan pendidik.
20
DAFTAR PUSTAKA