Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGINTEGRASIAN SAINS DENGAN ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF,


DAN PSIKOMOTORIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Metode Pengembangan Sains

Dosen Pembimbing: Feronica Eka Putri, S.T, M.Pd

Di susun oleh:

Eva Fauziah 1810631130035

Mita Dewi Purnamasari 1810631130035

Intan Fadillah 1810631130040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pengintegrasian Sains dengan Aspek Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan saya juga berterimakasih Kepada Ibu Feronica Eka Putri,
S.T, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah “Metode Pengembangan Sains”
yang telah memberikan tugas makalah ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini sangat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Pengintegrasian
Sains dengan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik” saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa
yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya pembahasan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi saya maupun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan saya
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Karawang, 21 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………..... 2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………. 3
2.1 Pengintegrasian Sains Aspek Kognitif, Afektif, Dan Psikomotorik…. 3
2.2 Nilai Sains Bagi Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak……….. 4
2.3 Nilai Sains Bagi Pengembangan Afektif Anak………………………. 8
2.4 Nilai Sains Bagi Pengembangan Psikomotorik Anak………………... 11
BAB III PENUTUP………………………………………………………. 15
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam taksonomi Bloom (Trianto, 2010: 142), dijelaskan bahwa, tujuan
pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif) yaitu
pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat dalam kehiduan
sehari-hari. Selain itu, pembelajaran sains juga diharapkan dapat memberikan
keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman,
kebiasaan dan apresiasi. Anak adalah ilmuan, dimana anak dilahirkan
membawa sesuatu keajaiban dan dorongan rasa ingin tahu untuk menyelidiki
dan mencari tahu tentang apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan
dilingkungan sekitarnya.
Nilai Sains terhadap perkembangan anak, jika dilihat berdasarkan
taksonomi Bloom, dkk (Ibrahim, 1996) secara hirarkis berada pada level yang
lebih tinggi. Sumbangan pengembangan pembelajaran sains menjadikan anak
berada pada suatu pembentukan karakter yang lebih manusiawi dan dihargai
sebagai individu yang harus berkembang di dunia dan lingkungannya. Sifat-
sifat sains yang empiris, objektif, logis, dan ilmiah akan memberikan nilai
yang sangat berharga bagi anak untuk dapat menjadi pribadi yang rasional dan
dapat mengendalikan diri secara lebih jujur, terbuka serta berpegang pada
realitas yang ada.
Pengajaran sains bukanlah tentang menguasai teori dan rumus-rumus yang
digunakan untuk mempelajari sains. Aspek terpenting di dalam pengajaran
sains untuk anak-anak yang penting adalah tumbuhnya keingintahuan,
kesenangan untuk mengamati dan mengeksplorasi alam sekitarnya, serta
ketrampilan yang terkait dengan sikap seorang peneliti (saintis) yang baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Aspek Pengembangan Kognitif, Apektif, dan
Psikomotorik pada Anak?
2. Apa yang dimaksud dari Nilai pengembangan Kognitif yang Mengarah
pada 2 Dimensi?
3. Coba Jelaskan Contoh Kegiatan dari Afektif?
4. Coba jelaskan Contoh Kegiatan dari Psikomotorik?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dari Aspek Pengembangan kognitif, Apektif
dan Psikomotorik.
2. Untuk Mengetahui Nilai Pengembangan Kognitif yang Mengarah pada 2
Dimensi.
3. Untuk Mengetahui Contoh Kegiatan dari Afektif.
4. Untuk Mengetahui Contoh Kegiatan dari Psikomotorik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengintegrasian Sains dengan Aspek Kognitif, Afektif, Dan
Psikomotorik.
Telah dikemukakan bahwa pengembangan pembelajaran sains
pada anak yang dikembangkan dengan kondusif akan memberikan
nilai belajar yang tinggi bagi mereka yang melaksanakannya. Uraian
pada bagian ini akan meneropong nilai sains secara lebih jauh. Sains
tidak hanya berpengaruh terhadap tiga kemampuan utama anak saja
(Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik).
Di atas telah diuraikan bahwa aspek (domain) yang diharapkan
tercapai dan dikuasai anak pada pengembangan pembelajaran sains
akan menentukan terwujudnya tujuan sekolah secara umum. Namun,
demikian perlu dilakukan identifikasi dan analisis secara lebih dalam,
sehingga sumbangan dari pembelajaran sains terhadap pembentukan
intelektual, kepribadian dan keterampilan anak menjadi lebih tinggi.
Dengan kata lain nilai sains bagi kehidupan anak sebagai insan sekolah
maupun insan pribadi menjadi lebih meningkat baik secara kualitas
maupun kuantitas.
Nilai Sains terhadap perkembangan anak, jika dilihat berdasarkan
taksonomi Bloom, dkk (Ibrahim, 1996) secara hirarkis berada pada
level yang lebih tinggi. Sumbangan pengembangan pembelajaran sains
menjadikan anak berada pada suatu pembentukan karakter yang lebih
manusiawi dan dihargai sebagai individu yang harus berkembang di
dunia dan lingkungannya. Sifat-sifat sains yang empiris, objektif, logis,
dan ilmiah akan memberikan nilai yang sangat berharga bagi anak
untuk dapat menjadi pribadi yang rasional dan dapat mengendalikan
diri secara lebih jujur, terbuka serta berpegang pada realitas yang ada.

3
Pengajaran sains bukanlah tentang menguasai teori dan rumus-
rumus yang digunakan untuk mempelajari sains. Aspek terpenting di
dalam pengajaran sains untuk anak-anak yang penting adalah
tumbuhnya keingintahuan, kesenangan untuk mengamati dan
mengeksplorasi alam sekitarnya, serta ketrampilan yang terkait dengan
sikap seorang peneliti (saintis) yang baik.
2.2 Nilai Sains Bagi Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak.
Menurut Abruvasto (1982) Menilai bahwa kegiatan sekolah
seringkali dihabiskan untuk mengasah daya pikir dan menyerap
pengetahuan semata-mata, itu adalah keliru. Mengacu pada teori
perkembangan kognitif, yang terpenting adalah bukan anak
menyerap sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah
bagaimana anak dapat mengingat dan mengendapkan yang
diperolehnya, serta bagaimana ia dapat menggunakan konsep dan
prinsip yang dipelajarinya itu dalam kehidupannya atau belajarnya.
Jadi, nilai yang sesungguhnya dan sifat pengembangan kognitif
harus mengarah pada dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi
proses hendaklah dalam mengarahkan anak untuk menguasai isi
pengetahuan dilakukan melalui proses atau aktivitas bermakna.
Jika anak diharapkan menguasai konsep-konsep terkait
dengan sains baik berupa fakta, konsep, maupun teori, fasilitaslah
mereka dalam menguasainya melalui kegiatan yang bisa mencakup
dimensi isi maupun proses tersebut. Misalnya: Melalui observasi,
membaca, diskusi, eksperimen atau media yang relevan. Semangat
dari pendidik atau pengajar, janganlah kearah menjejali (feeding),
meskipun cara tersebut dianggap lebih efisien.

4
Bawalah anak untuk menemukan, giringlah mereka kearah
perkembangan kognitif yang benar, yaitu menguasai konsep yang
sekaligus memahami cara mengaplikasikannya. Sehingga produk
dan perkembangan sains menjadi sesuatu yang lebih bermakna dan
fungsional dalam kehidupan anak.
Dalam dimensi pengembangan pembelajaran sains pada
anak, hendaklah cara-cara dan tindakan guru pada pendekatan-
pendekatan yang mengarah pada tindakan yang benar tersebut.
Kegagalan dalam mengorganisasikan pembelajaran akan
membekas pada produk pembelajaran yaitu siswa sebagai sasaran.
Tetapi sebaliknya ketepatan guru dalam melaksanakan tindakan-
tindakan dalam pembelajaran akan berdampak positif pada anak,
jangka pendek maupun jangka panjang. Pengalaman-pengalaman
masa kecil merupakan indikator kehidupan seseorang dimasa
depannya. Kegiatan-kegiatan masa kecil seseorang merupakan
stimulasi bagi kehidupan seseorang.

5
Contoh Tabel Perkembangan Kognitif

Usia Perkembangan Kognitif

2 – 2,5 thn  Bisa mengingat dan menyebutkan nama yang pernah


dikenal. Misalnya seperti “ama nenek” (mana nenek)
 Setiap bangun selalu menanyakan orang-orang yang
dikenal.
 Bisa meniru gerakan, misalnya gerakan sholat.
 Mulai tertarik dengan benda-benda dirumah, seperti telepon
dan televisi.
 Senang bereksplorasi.
 Bisa menghafal 4-6 lagu, iramanya benar, tetapi syairnya
ada yang tepat da nada yang tidak.
 Hafal beberapa lagu.
2,5 – 3 thn  Bisa berfantasi jadi buaya-buayaan.
 Bisa menyebut satu persatu nama anak disekitar rumah.
Termasuk nama adik, kakak, dan orangtua mereka.
 Bisa menyebut benda dengan warnanya (merah, kuning,
hijau).
 Tertarik bersama lasy (alat permainan konstruktik dengan
tingkat kesulitan lebih tinggi).
 Bisa menceritakan isi gambar.
 Bisa berfantasi. Contoh: bonekanya mau muntah, anak
langsung membawa boneka ke toilet dan menepuk-nepuk
punggung boneka.
 Rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru.
3 – 4 thn  Fantasi menjadi dokter-dokteran.
 Bisa berimajinasi tentang kejadian di foto, buku bergambar.
 Bisa menunjukkan benda atau sesuatu dirumah secara lebih
detai, seperti kacamata milik ayah, jam tangan, tas, buku

6
kakak, acara televise seperti film kartun, ular, sepak bola,
dan seterusnya.
 Bisa menceritakan dengn benar isi buku gambar meski
belum diajari membaca dan menulis.
4 – 5 thn  Mulai beralih ke permainan menyusun atau membentuk
(lasy, lego, balok, pasir-air, mengecat) dari pada menimang
boneka.
 Bermain dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, seperti
bermain kartu, hitungan jari.

7
2.3 Nilai Sains Bagi Pengembangan Afektif Anak
Afektif adalah berkenaan dengan perasaan (seperti takut,
cinta, senang, suka dan lain-lain. Setiap anak sejak dini perlu
diberikan dan dilibatkan pada suasana atau situasi yang dapat
memberikan pengalaman afeksi yang membekas.
Domain afeksi akan melekat dan menjadi suatu karakter
yang mempribadi atau mengindifidualisasi pada jati diri anak, jika
dalam pengambangannya disesuaikan dengan tuntutan perilaku
yang terjadi secara nayata dalam kehidupan anak. Dimensi afeksi
tidak dapat melekat kuat sebagai suatu dampak pembelajaran, jika
diperkenalkan dan ditanamkan pada anak melalui sajian verbal
semata.
Tetapi hendaklah diperkenalkan dan disajikan melalui
keterlibatan anak dalam perilaku nyata, sehingga nilai afeksi yang
dikembangkan merupakan suatu pola perilaku yang benar-benar
diwujudkan dalam perbuatan. Dengan frekuensi, intensitas, dan
proporsi yang tepat maka nilai-nilai afeksi akan menjadi suatu
bagian perilaku dan ekspresi anak.
Pembelajaran sains, sesuai dengan karakteristiknya banyak
memberikan kesempatan pada anak untuk dapat mengekspresikan
emosi pada dunianya. Ketika guru membimbing kegiatan sains,
perasaan anak berkembang tentang yang dipelajarinya dan ini
merupakan pengalaman yang teramat penting, karena akan
membangun sikap positif pada sains, terhadap sekolah, serta
membangun hubungan dengan orang lain dan alam sekitarnya.

8
Dalam konteks belajar, kejadian-kejadian tersebut lazim
disebut dengan anak belajar dan berkembang dari lingkungannya,
atau dalam bahasa Dorothi Law Nolte anak belajar dari
kehidupannya. Sebagaimana yang disampaikan Dorothi Law Nolte
yaitu : Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika
anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika
anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak
dibesarkan dengan penghinaan ia belajar menyesali diri. Jika anak
dibesarkan drengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak
dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak
dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan. Jika
anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh
kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan rasa dukungan, ia
belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih
sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupan.
Pengaruh kehidupan dan lingkungan anak yang sangat
besar terhadap pembentukan nilai afeksi pada diri anak, maka tugas
guru yang terpenting dalam pembelajaran sains adalah
menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna
menyentuh anak sehingga dapat menumbuhkembangkan afeksi
anak secara positif (Abrucasto, 1982). Sehingga hal ini dapat
membentuk anak yang memiliki jatidiri dan sikap-sikap sebagai
ilmuan.

9
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Afektif atau Emosi

Emosi Primer

3 Bulan (Joy)
2 Sampai 6 Bulan Sedih (Sadness)
6 Bulan Pertama Jijik (Disgust)
6 Sampai 8 Bulan Marah (Angry)
Terkejut (Surprise)
Takut (Fear) Mencapai puncaknya
pada usia 18 bulan.

Emosi yang disadari

1,5 Sampai 2 tahun Empati


2,5 tahun Cemburu (Jealousy)
Kebingungan (Embarrasement)
Kebanggaan ( Pridge)
Malu (Shame)
Rasa Bersalah ( Guilt)

10
2.4 Nilai Sains Bagi Pengembangan Psikomotorik Anak
Disamping nilai pengembangan pembelajaran sains
berkontribusi positif pada kemajuan kognitif dan afeksi anak,
pengembangan pembelajaran sains yang melibatkan anak secara
optimal akan mampu membantu perkembangan psikomotorik anak.
Dengan demikian irama dimensi perkembangan anak menjadi
seimbang. Terkait dengan sifat perkembangan psikomotorik,
biasanya mengarah pada tuntutan anak memiliki kesanggupan
untuk menggerakan anggota tubuh dan bagian-bagiannya.
Kemampuan ini diperuntukkan agar anak dapat
memanipulasi lingkungannya. Dalam memanipulasi lingkungan
diperlukan koordinasi antara pikiran (mind) dan kesanggupan
tubuh untuk melakukannya (baik dengan motorik kasar maupun
motoric halusnya) dan pada anak perlu dikembangkan kedua-
duanya.
Pengembangan pembelajaran sains, dengan sifat-sifatnya
yang melekat dapat membantu meningkatkan keterampilan
psikomotorik anak. Motorik kasar anak dapat berkembang melalui
aktivitas sains sebagai pengganti, misalnya: dengan cara
membentuk bangunan dari pasir, tanah, bercocok tanam bunga, dan
lain-lain; yang semuanya merupakan bagian dari aktivitas sains.

11
Sedangkan keterampilan motorik halus dapat dilakukan
melalui aktivitas menggaris dengan pensil dan penggaris,
mengukur, memilah benda-benda (kasar, halus, dan lain-lain),
menggunting dan sebagainya. Dengan kata lain, pengalaman
motorik akan banyak diperoleh anak melalui kegiatan sains, dan
sebaliknya kegiatan bersifat motoris dapat menjadi aktivitas sains
yang bernilai kognitif maupun afektif. Artinya aktivitas motorik
akan berkontribusi positif terhadap pembentukan kognitif dan
afektif anak dalam pengenalan dan penguasaan sains.

Tabel 7.3 Perkembangan Fisik Motorik 0-2 tahun.

Usia Perkembangan Fisik Motorik

1 – 2 bulan Fisik:
Berat dan tinggi terus bertambah.
Motorik:
Tangan dan kaki bergerak bersamaan.
Kepala bergerak mengikuti arah suara.
3 bulan Memasukkan jari ke mulut.
Gerakan kepala lebih bervariasi.

4 bulan Belajar telungkup dan bisa mengangkat


kepala.

5 bulan Kepala sudah tegak saat telungkup.


Jari tangan anak mulai lebih luwes
menggenggam mainan.
Kegiatan memegang kaki kea rah mulut
masih berlangsung.

12
6 bulan Gerakan tangan lebih luwes dan
terarah.
Kemampuan menggenggam lebih
sempurna, ketika dicoba memegang
botol kecil.
Anak minta digendong dengan isyarat
mengangkat kedua tangannya.
8 bulan Bisa duduk sendiri.
Tangan kanan-kiri sama-sama aktif.
Jari memungut benda-benda kecil.

9 – 10 bulan Berjalan dengan berpegangan tangan.

11 – 12 bulan Berjalan lancer dengan berjatuh


bangun.

S.d 16 bulan Mulai gemar corat-coret.

16 – 18 bulan Belajar lancer naik-turun tangga.

18 – 24 bulan Bisa pegang pencil.


Bisa menyusun puzzle bentuk.
Bisa meniru gerak.

13
Tabel 7.4 Perkembangan Fisik Motorik 2 – 6 tahun.

Usia Perkembangan Fisik-Motorik

Antara 2 sampai 2,5 tahun  Bisa menari sambil mendengar


kaset, menggunakan selendang.
Anak bisa mengingat kalau tarian
A menggunakan alat A. tarian B
menggunakan alat B, dan
seterusnya.
 Gemar mengupas buah-buahan,
permen, bungkusan biskuit, tetapi
tidak dimakan.
 Suka menyusun balok menjadi
tinggi.
 Aktif bermain puzzle, kotak pos,
binatang.
 Bisa meniru gerakan teriakan.
 Bisa meniru gerakan tarian.
 Gemar mencoret-coret tembok.
Antara 2,5 tahun sampai 3 tahun  Bisa meniru gerakan di televi.
 Mulai gemar menggunting.

Antara 3 sampai 4 tahun Mulai tertarik memungut benda-benda


kecil, seperti kelereng, butir
beras/kacang.
Usia 4 lebih sampai 6 tahun Semua gerakan telah dikuasai anak,
berguling, memanjat, dan menulis.

14
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Nilai Sains terhadap perkembangan anak, jika dilihat
berdasarkan taksonomi Bloom, dkk (Ibrahim, 1996) secara hirarkis
berada pada level yang lebih tinggi. Sumbangan pengembangan
pembelajaran sains menjadikan anak berada pada suatu
pembentukan karakter yang lebih manusiawi dan dihargai sebagai
individu yang harus berkembang di dunia dan lingkungannya.
Sifat-sifat sains yang empiris, objektif, logis, dan ilmiah akan
memberikan nilai yang sangat berharga bagi anak untuk dapat
menjadi pribadi yang rasional dan dapat mengendalikan diri secara
lebih jujur, terbuka serta berpegang pada realitas yang ada.
Pengajaran sains bukanlah tentang menguasai teori dan
rumus-rumus yang digunakan untuk mempelajari sains. Aspek
terpenting di dalam pengajaran sains untuk anak-anak yang penting
adalah tumbuhnya keingintahuan, kesenangan untuk mengamati
dan mengeksplorasi alam sekitarnya, serta ketrampilan yang terkait
dengan sikap seorang peneliti (saintis) yang baik.
Adapun Pengertian Defini Pengembangan Sains ada 3
Nilai:
1. Nilai Sains Bagi Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak.
2. Nilai Sains Bagi Pengembangan Afektif Anak
3. Nilai Sains Bagi Pengembangan Psikomotorik Anak

15
DAFTAR PUSTAKA

Samatowa, Usman. Metodelogi Pembelajaran Sains. (Tangerang: Tira Smart).


2018

Nilai Sains Bagi Pengembangan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik [Online]


Tersedia: https//repository.fkip.unja.ac.id

Mansipal. (2018). Menjadi Guru PAUD Profesional. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA.

16

Anda mungkin juga menyukai