Di susun oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Aspek Pengembangan Kognitif, Apektif, dan
Psikomotorik pada Anak?
2. Apa yang dimaksud dari Nilai pengembangan Kognitif yang Mengarah
pada 2 Dimensi?
3. Coba Jelaskan Contoh Kegiatan dari Afektif?
4. Coba jelaskan Contoh Kegiatan dari Psikomotorik?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dari Aspek Pengembangan kognitif, Apektif
dan Psikomotorik.
2. Untuk Mengetahui Nilai Pengembangan Kognitif yang Mengarah pada 2
Dimensi.
3. Untuk Mengetahui Contoh Kegiatan dari Afektif.
4. Untuk Mengetahui Contoh Kegiatan dari Psikomotorik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengintegrasian Sains dengan Aspek Kognitif, Afektif, Dan
Psikomotorik.
Telah dikemukakan bahwa pengembangan pembelajaran sains
pada anak yang dikembangkan dengan kondusif akan memberikan
nilai belajar yang tinggi bagi mereka yang melaksanakannya. Uraian
pada bagian ini akan meneropong nilai sains secara lebih jauh. Sains
tidak hanya berpengaruh terhadap tiga kemampuan utama anak saja
(Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik).
Di atas telah diuraikan bahwa aspek (domain) yang diharapkan
tercapai dan dikuasai anak pada pengembangan pembelajaran sains
akan menentukan terwujudnya tujuan sekolah secara umum. Namun,
demikian perlu dilakukan identifikasi dan analisis secara lebih dalam,
sehingga sumbangan dari pembelajaran sains terhadap pembentukan
intelektual, kepribadian dan keterampilan anak menjadi lebih tinggi.
Dengan kata lain nilai sains bagi kehidupan anak sebagai insan sekolah
maupun insan pribadi menjadi lebih meningkat baik secara kualitas
maupun kuantitas.
Nilai Sains terhadap perkembangan anak, jika dilihat berdasarkan
taksonomi Bloom, dkk (Ibrahim, 1996) secara hirarkis berada pada
level yang lebih tinggi. Sumbangan pengembangan pembelajaran sains
menjadikan anak berada pada suatu pembentukan karakter yang lebih
manusiawi dan dihargai sebagai individu yang harus berkembang di
dunia dan lingkungannya. Sifat-sifat sains yang empiris, objektif, logis,
dan ilmiah akan memberikan nilai yang sangat berharga bagi anak
untuk dapat menjadi pribadi yang rasional dan dapat mengendalikan
diri secara lebih jujur, terbuka serta berpegang pada realitas yang ada.
3
Pengajaran sains bukanlah tentang menguasai teori dan rumus-
rumus yang digunakan untuk mempelajari sains. Aspek terpenting di
dalam pengajaran sains untuk anak-anak yang penting adalah
tumbuhnya keingintahuan, kesenangan untuk mengamati dan
mengeksplorasi alam sekitarnya, serta ketrampilan yang terkait dengan
sikap seorang peneliti (saintis) yang baik.
2.2 Nilai Sains Bagi Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak.
Menurut Abruvasto (1982) Menilai bahwa kegiatan sekolah
seringkali dihabiskan untuk mengasah daya pikir dan menyerap
pengetahuan semata-mata, itu adalah keliru. Mengacu pada teori
perkembangan kognitif, yang terpenting adalah bukan anak
menyerap sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah
bagaimana anak dapat mengingat dan mengendapkan yang
diperolehnya, serta bagaimana ia dapat menggunakan konsep dan
prinsip yang dipelajarinya itu dalam kehidupannya atau belajarnya.
Jadi, nilai yang sesungguhnya dan sifat pengembangan kognitif
harus mengarah pada dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi
proses hendaklah dalam mengarahkan anak untuk menguasai isi
pengetahuan dilakukan melalui proses atau aktivitas bermakna.
Jika anak diharapkan menguasai konsep-konsep terkait
dengan sains baik berupa fakta, konsep, maupun teori, fasilitaslah
mereka dalam menguasainya melalui kegiatan yang bisa mencakup
dimensi isi maupun proses tersebut. Misalnya: Melalui observasi,
membaca, diskusi, eksperimen atau media yang relevan. Semangat
dari pendidik atau pengajar, janganlah kearah menjejali (feeding),
meskipun cara tersebut dianggap lebih efisien.
4
Bawalah anak untuk menemukan, giringlah mereka kearah
perkembangan kognitif yang benar, yaitu menguasai konsep yang
sekaligus memahami cara mengaplikasikannya. Sehingga produk
dan perkembangan sains menjadi sesuatu yang lebih bermakna dan
fungsional dalam kehidupan anak.
Dalam dimensi pengembangan pembelajaran sains pada
anak, hendaklah cara-cara dan tindakan guru pada pendekatan-
pendekatan yang mengarah pada tindakan yang benar tersebut.
Kegagalan dalam mengorganisasikan pembelajaran akan
membekas pada produk pembelajaran yaitu siswa sebagai sasaran.
Tetapi sebaliknya ketepatan guru dalam melaksanakan tindakan-
tindakan dalam pembelajaran akan berdampak positif pada anak,
jangka pendek maupun jangka panjang. Pengalaman-pengalaman
masa kecil merupakan indikator kehidupan seseorang dimasa
depannya. Kegiatan-kegiatan masa kecil seseorang merupakan
stimulasi bagi kehidupan seseorang.
5
Contoh Tabel Perkembangan Kognitif
6
kakak, acara televise seperti film kartun, ular, sepak bola,
dan seterusnya.
Bisa menceritakan dengn benar isi buku gambar meski
belum diajari membaca dan menulis.
4 – 5 thn Mulai beralih ke permainan menyusun atau membentuk
(lasy, lego, balok, pasir-air, mengecat) dari pada menimang
boneka.
Bermain dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, seperti
bermain kartu, hitungan jari.
7
2.3 Nilai Sains Bagi Pengembangan Afektif Anak
Afektif adalah berkenaan dengan perasaan (seperti takut,
cinta, senang, suka dan lain-lain. Setiap anak sejak dini perlu
diberikan dan dilibatkan pada suasana atau situasi yang dapat
memberikan pengalaman afeksi yang membekas.
Domain afeksi akan melekat dan menjadi suatu karakter
yang mempribadi atau mengindifidualisasi pada jati diri anak, jika
dalam pengambangannya disesuaikan dengan tuntutan perilaku
yang terjadi secara nayata dalam kehidupan anak. Dimensi afeksi
tidak dapat melekat kuat sebagai suatu dampak pembelajaran, jika
diperkenalkan dan ditanamkan pada anak melalui sajian verbal
semata.
Tetapi hendaklah diperkenalkan dan disajikan melalui
keterlibatan anak dalam perilaku nyata, sehingga nilai afeksi yang
dikembangkan merupakan suatu pola perilaku yang benar-benar
diwujudkan dalam perbuatan. Dengan frekuensi, intensitas, dan
proporsi yang tepat maka nilai-nilai afeksi akan menjadi suatu
bagian perilaku dan ekspresi anak.
Pembelajaran sains, sesuai dengan karakteristiknya banyak
memberikan kesempatan pada anak untuk dapat mengekspresikan
emosi pada dunianya. Ketika guru membimbing kegiatan sains,
perasaan anak berkembang tentang yang dipelajarinya dan ini
merupakan pengalaman yang teramat penting, karena akan
membangun sikap positif pada sains, terhadap sekolah, serta
membangun hubungan dengan orang lain dan alam sekitarnya.
8
Dalam konteks belajar, kejadian-kejadian tersebut lazim
disebut dengan anak belajar dan berkembang dari lingkungannya,
atau dalam bahasa Dorothi Law Nolte anak belajar dari
kehidupannya. Sebagaimana yang disampaikan Dorothi Law Nolte
yaitu : Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika
anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika
anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak
dibesarkan dengan penghinaan ia belajar menyesali diri. Jika anak
dibesarkan drengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak
dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak
dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan. Jika
anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh
kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan rasa dukungan, ia
belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih
sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupan.
Pengaruh kehidupan dan lingkungan anak yang sangat
besar terhadap pembentukan nilai afeksi pada diri anak, maka tugas
guru yang terpenting dalam pembelajaran sains adalah
menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna
menyentuh anak sehingga dapat menumbuhkembangkan afeksi
anak secara positif (Abrucasto, 1982). Sehingga hal ini dapat
membentuk anak yang memiliki jatidiri dan sikap-sikap sebagai
ilmuan.
9
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Afektif atau Emosi
Emosi Primer
3 Bulan (Joy)
2 Sampai 6 Bulan Sedih (Sadness)
6 Bulan Pertama Jijik (Disgust)
6 Sampai 8 Bulan Marah (Angry)
Terkejut (Surprise)
Takut (Fear) Mencapai puncaknya
pada usia 18 bulan.
10
2.4 Nilai Sains Bagi Pengembangan Psikomotorik Anak
Disamping nilai pengembangan pembelajaran sains
berkontribusi positif pada kemajuan kognitif dan afeksi anak,
pengembangan pembelajaran sains yang melibatkan anak secara
optimal akan mampu membantu perkembangan psikomotorik anak.
Dengan demikian irama dimensi perkembangan anak menjadi
seimbang. Terkait dengan sifat perkembangan psikomotorik,
biasanya mengarah pada tuntutan anak memiliki kesanggupan
untuk menggerakan anggota tubuh dan bagian-bagiannya.
Kemampuan ini diperuntukkan agar anak dapat
memanipulasi lingkungannya. Dalam memanipulasi lingkungan
diperlukan koordinasi antara pikiran (mind) dan kesanggupan
tubuh untuk melakukannya (baik dengan motorik kasar maupun
motoric halusnya) dan pada anak perlu dikembangkan kedua-
duanya.
Pengembangan pembelajaran sains, dengan sifat-sifatnya
yang melekat dapat membantu meningkatkan keterampilan
psikomotorik anak. Motorik kasar anak dapat berkembang melalui
aktivitas sains sebagai pengganti, misalnya: dengan cara
membentuk bangunan dari pasir, tanah, bercocok tanam bunga, dan
lain-lain; yang semuanya merupakan bagian dari aktivitas sains.
11
Sedangkan keterampilan motorik halus dapat dilakukan
melalui aktivitas menggaris dengan pensil dan penggaris,
mengukur, memilah benda-benda (kasar, halus, dan lain-lain),
menggunting dan sebagainya. Dengan kata lain, pengalaman
motorik akan banyak diperoleh anak melalui kegiatan sains, dan
sebaliknya kegiatan bersifat motoris dapat menjadi aktivitas sains
yang bernilai kognitif maupun afektif. Artinya aktivitas motorik
akan berkontribusi positif terhadap pembentukan kognitif dan
afektif anak dalam pengenalan dan penguasaan sains.
1 – 2 bulan Fisik:
Berat dan tinggi terus bertambah.
Motorik:
Tangan dan kaki bergerak bersamaan.
Kepala bergerak mengikuti arah suara.
3 bulan Memasukkan jari ke mulut.
Gerakan kepala lebih bervariasi.
12
6 bulan Gerakan tangan lebih luwes dan
terarah.
Kemampuan menggenggam lebih
sempurna, ketika dicoba memegang
botol kecil.
Anak minta digendong dengan isyarat
mengangkat kedua tangannya.
8 bulan Bisa duduk sendiri.
Tangan kanan-kiri sama-sama aktif.
Jari memungut benda-benda kecil.
13
Tabel 7.4 Perkembangan Fisik Motorik 2 – 6 tahun.
14
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Nilai Sains terhadap perkembangan anak, jika dilihat
berdasarkan taksonomi Bloom, dkk (Ibrahim, 1996) secara hirarkis
berada pada level yang lebih tinggi. Sumbangan pengembangan
pembelajaran sains menjadikan anak berada pada suatu
pembentukan karakter yang lebih manusiawi dan dihargai sebagai
individu yang harus berkembang di dunia dan lingkungannya.
Sifat-sifat sains yang empiris, objektif, logis, dan ilmiah akan
memberikan nilai yang sangat berharga bagi anak untuk dapat
menjadi pribadi yang rasional dan dapat mengendalikan diri secara
lebih jujur, terbuka serta berpegang pada realitas yang ada.
Pengajaran sains bukanlah tentang menguasai teori dan
rumus-rumus yang digunakan untuk mempelajari sains. Aspek
terpenting di dalam pengajaran sains untuk anak-anak yang penting
adalah tumbuhnya keingintahuan, kesenangan untuk mengamati
dan mengeksplorasi alam sekitarnya, serta ketrampilan yang terkait
dengan sikap seorang peneliti (saintis) yang baik.
Adapun Pengertian Defini Pengembangan Sains ada 3
Nilai:
1. Nilai Sains Bagi Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak.
2. Nilai Sains Bagi Pengembangan Afektif Anak
3. Nilai Sains Bagi Pengembangan Psikomotorik Anak
15
DAFTAR PUSTAKA
16