Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU KALAM

TENTANG ALIRAN MURJI’AH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam


Dosen Pengampu H. Abdul Kosim, Lc. M.Pd.

Disusun oleh :
Uar Wartini : 1810631130029
Sri Mulyati : 1810631130003
Candra Hikayat : 1810631130002

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA
KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima
kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan


para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Karawang, 0ktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i

Daftar isi .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah ........................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Lahirnya Aliran Murji’ah......................... 3

2.2 Aliran-aliran Murji’ah....................................................................... 7

2.3 Pengaruh Aliran Murji’ah................................................................ 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 13

3.2 Saran ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kalam secara terminologi adalah suatu ilmu yang membahas


berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika
dan filsafat. Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang membahas dzat dan sifat
Allah beserta eksistensi semua yang memungkinkan, mulai yang
berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang
berlandasan doktrin islam. Stressing akhirnya artinya memproduksi ilmu
ketuhanan secara Fil.

Dalam ilmu kalam ini terdapat aliran atau ajaran salah satunya yaitu
aliran murji’ah. Murji’ah dengan arti memberi harapan, maksudnya adalah
bahwa orang-orang islam yang berbuat dosa besar tidak menyebabkan
mereka menjadi kafir. Mereka tetap mukmin dan tetap mendapatkan rahmat
Allah meskipun mereka harus masuk lebih dahulu dalam neraka karena
perbuatan dosanya. Namun murji’ah diberikan untuk golongan ini karena
mereka memberi pengharapan bagi orang yang berdosa besar untuk
masuk surga.

Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang sejarah


lahirnya aliran murji’ah, perkembangan dan aliran-aliran yang terdapat
dalam ajaran murji’ah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan aliran murji’ah ?
2. Bagaimana sejarah perkembanganlahirnya aliran murji’ah ?
3. Aliran-aliran apa sajakah yang terdapat dalam ajaran murji’ah ?
4. Apa saja pengaruh-pengaruh dari aliran murji”ah ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui pengertian murji’ah
2. Untuk dapat mengetahui sejarah perkembangan lahirnya aliran
murji’ah
3. Untuk mengetahui alira-aliran yang terdapat dalam ajaran murji’ah
4. Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh dari aliran murji’ah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah dan Perkembangan Aliran Murji’ah


Aliran Murji'ah adalah golongan yang terdapat dalam Islam yang
muncul dari golongan yang tak sepaham dengan Khawaij. Ini tercermin dari
ajarannya yang bertolak belakang dengan Khawarij.
Pengertian Murji'ah sendiri berasal dari kata arja'a yaitu menunda ataupun
menangguhkan atau juga penangguhan keputusan atas perbuatan
seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak.

Kata murji’ah berasal dari kata Arab arja’a yang artinya bisa
bermacam-macam yaitu:

1. Menunda (menangguhkan),

2. Memberi harapan

3. Mengesampingkan.

Murji’ah dalam arti menunda (menangguhkan) maksudnya adalah


bahwa dalam menghadapi sahabat-sahabat yang bertentangan, mereka
tidak mengeluarkan pendapat siapa yang bersalah, tetapi mereka menunda
dan menangguhkan penyelesaian persoalan tersebut di hari akhirat kelak
di hadapan Allah Swt.

Murji’ah dengan arti memberi harapan, maksudnya adalah bahwa


orang-orang islam yang berbuat dosa besar tidak menyebabkan mereka
menjadi kafir. Mereka tetap mukmin dan tetap mendapatkan rahmat Allah
meskipun mereka harus masuk lebih dahulu dalam neraka karena
perbuatan dosanya. Namun murji’ah diberikan untuk golongan ini karena
mereka memberi pengharapan bagi orang yang berdosa besar untuk
masuk surga.

3
Sedangkan murji’ah dalam pengertian mengesampingkan
maksudnya adalah bahwa golongan ini menganggap yang penting dan di
utamakan adalah iman, sedangkan amal perbuatan hanya merupakan soal
kedua, yang menentukan mukmin atau kafirnya seseorang adalah imannya
bukan perbuatannya. Dengan demikian, iman lebih penting dibandinkan
perbuatan, sedangkan perbuatan dikesampingkan.

Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji'ah adalah:

1. Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini
tak dituntut membuktikan keimanan dalam perbuatan sehari-hari. Ini
merupakan sesuatu yang janggal dan sulit diterima
kalangan Murji'ah itu sendiri, karena iman dan amal perbuatan
dalam Islam merupakan satu kesatuan yang harus selaras dan
berkesinambungan.
2. Selama meyakini 2 kalimah syahadat, seorang Muslim yang berdosa
besar tak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia
ditangguhkan, artinya hanya Allah yang berhak menjatuhkannya di
akhirat.

Tokoh utama golongan ini ialah Hasan Bin Bilal Muzni, Abu Sallat
Samman dan Dirar Bin Umar. Dalam perkembangan selanjutnya, golongan
ini terbagi menjadi kelompok moderat dipelopori Hasan Bin Muhammad Bin
Ali Bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa para ahli hadits
sementara kelompok ekstrem dipelopori Jahm Bin Shafwan.

Murji'ah pada awalnya muncul disebabkan persoalan-persoalan


politik terutama masalah Khilafah yaitu siapa yang paling berhak mengganti
posisi Utsman Bin Affan sebagai Khalifah setelah beliau terbunuh.
Persoalan Khilafah ini telah menyebabkan timbulnya pertentangan dan
perpecahan dalam Islam. Golongan yang bertentangan itu
diantaranya Khawarij yang pada mulanya merupakan pendukung Ali Bin Abi
Thalib, tetapi kemudian jadi memusuhi Ali Bin Abi Thalib dikarenakan

4
menurut kaum Khawarij bahwa Ali Bin Abi Thalib telah melakukan
kesalahan yang teramat fatal. Sikap permusuhan ini membuat para
pendukung fanatik Ali Bin Abi Thalib bertambah keras dan kuat untuk
membelanya, golongan ini dikenal dengan nama Syiah, kedua kelompok ini
saling kafir mengkafirkan satu sama lain. Dengan demikian
persoalan Khilafah akhirnya beralih pada persoalan teologi, karena sudah
menyangkut persoalan dosa besar dan kafir. Menurut Murji'ah, orang Islam
yang melakukan dosa besar tetap diakui keimanannya dan tidak dikatakan
kafir karena menurut mereka yang menentukan mu'min atau kafirnya
seseorang adalah keyakinan dan keimanannya bukanlah perbuatannya.

Aliran ini menyatakan bahwa orang yang berdosa tetap mukmin


selama masih beriman kepada Allah SWT dan Rasul Nya. Sedangkan
orang yang melakukan dosa besar, orang tersebut di akhirat baru
ditentukan hukuman nya.

Aliran ini muncul dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal


khilafah (kekhalifahan). Setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan,
umat islam pada masa itu terpecah kedalam tiga kelompok yaitu golongan
Khawarij, Syiʻah dan Muawiyah. Dalam merebut kekuasaan, kelompok
muawiyyah membentuk Dinasti Umayyah. Syiʻah dan Khawarij sama-sama
menentang kekuasaannya. Syiʻah menentang Muawiyyah karena menuduh
Muawiyyah merebut kekuasaan yang seharusnya milik Ali dan
keturunannya. Sementara itu Khawarij tidak mendukung muawiyyah karena
ia dinilai menyimpang dari ajaran islam. Dalam pertikaian antara ketiga
golongan tersebutlah terjadi saling mengkafirkan, sampai akhirnya muncul
sekelompok orang yang menyatakan diri tidak ingin terlibat dalam
pertentangan politik yang terjadi. Kelompok inilah yang kemudian
berkembang menjadi golongan Murji’ah.

5
Seperti arti dari murji’ah yang ketiga adalah mengesampingkan, jadi
golongan murji’ah berpendapat bahwa yang terpenting dalam kehidupan
beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Walaupun seseorang
telah melakukan dosa besar, selama masih meyakini bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad utusanNya, maka ia tetap dianggap mukmin
bukan kafir, adapun mengenai dosa yang dilakukannya terserah Allah akan
diampuni atau tidak, pendapat ini menjadi doktrin ajaran murjiah, dan
pendapat ini berlawanan dengan pendapat kaum khawarij yang
menyatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir.

Pendapat yang seperti ini dapat disimpulkan bahwa yang terpenting


dan yang paling diutamakan bagi golongan murji’ah adalah iman,
sedangkan perbuatan merupakan soal kedua. Jadi, yang menentukan
seseorang itu mukmin atau kafir adalah kepercayaan atau keimanannya
saja, dan bukan perbuatan dan amalannya. Akibat dari pendapat yang
demikian yang menganggap bahwa perbuatan itu tidak penting membawa
golongan murjiah ini kedalam beberapa paham-paham yang ekstrim.

Adapun kaum Murji'ah terbagi menjadi dua golongan yaitu;

1. Murji'ah Moderat berpendapat bahwasanya orang yang


melakukan dosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal di neraka
melainkan akan dihukum di neraka sesuai dengan besarnya dosa
yang telah dilakukan. dan ada kemungkinan bahwa Allah akan
mengampuni seluruh dosanya tersebut.perihal Iman Murji'ah
Moderat berpendapat iman adalah pengetahuan dan pengakuan
akan segala yang datang dari Allah,bahkan iman tidak memiliki
sifat bertambah ataupun berkurang dan tidak ada perbedaan
diantara manusia dalam hal keimanan.
2. Murji'ah Ekstrem berpendapat setiap muslim yang beriman kepada
Allah dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan dia tidak
dikatakan kafir, karena iman dan kafir tempatnya didalam hati bukan

6
pada bagian lain dari tubuh manusia, sekalipun seseorang itu
menyembah berhala bagi Allah orang itu tetap seorang yang
sempurna keimanannya.

Seiring berjalan waktu Golongan Murji'ah Moderat sendiri telah hilang


dalam sejarah. Ajaran-ajaran mereka tentang iman, kafir dan dosa besar
sebahagian telah menyatu kedalam Golongan Ahlussunnah Wal Jama'ah.
begitupula dengan Murji'ah Ekstrem sendiri namun dalam kenyataanya
masih ada penganut Islam yang menjalankan ajaran-ajaran ekstrem
walaupun tidak menamakan diri sebagai golongan Murji'ah.

2.2 Aliran-alian dalam Murji’ah dan Pemikirannya


Dalam perjalanan sejarahnya, aliran ini terpecah menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Golongan
moderat ini adalah yang berpegang pada pendapat yang telah dijelaskan
sebelumnya, tokoh-tokoh nya adalah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi
Thalib, Abu Hanifah, Abu yusuf dan beberapa ahli hadist. Kelompok
moderat adalah kelompok yang tetap teguh berpegang pada doktrin
murji’ah yang telah dijelaskan diatas. Sedangkan golongan ekstrim terbagi
kedalam beberapa kelompok diantaranya adalah:

1. Yunusiyyah

Yunusiyyah adalah kelompok yang dipelopori oleh Yunus ibn


‘Aun an-Numairi. Menurut kelompok ini iman adalah mengenal Allah
dengan mentaati semua perintahNya dan menyerahkan segala urusan
kepada Allah dan mencintai Allah dengan sepenuh hati, bersikap rendah
hati dan tidak kufur. Sedangkan kufur adalah kebalikan dari itu. Iblis
dikatakan kafir bukan karena tidak percaya kepada Allah Swt,
melainkan karena ketakaburannya kepada Allah. Sebagaimana fiman
Allah Swt.

7
‫ابى واستكبر و كان من الكافرين‬

Artinya: … ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk


golongan orang-orang yang kafir” (Q.S. Al-Baqarah 34).

Menurut Yunus barang siapa yang menanamkan rasa kepatuhan


hanya kepada Allah semata dan mencintai Allah dengan sepenuh hati,
sekalipun ia melakukan maksiat, tidaklah hal itu mengurangi nilai iman
dan keikhlasannya kepada Allah, karena mereka meyakini bahwa
perbuatan jahat dan maksiat tidak merusak iman seseorang.

Dari uraian diatas kita telah mengetahui bahwa menurut


kelompok ini selama seseorang itu masih mencintai Allah dengan
sepenuh hati, walaupun berbuat maksiat tetap akan masuk surga,
karena yang menyebabkan seseorang itu masuk surga adalah keiklasan
dan kecintaan nya kepada Allah.

2. ‘Ubaidiyyah

Kelompok ini dipelopori oleh Ubaid al-Muktaib, menurut dia


semua dosa selain syirik pasti akan diampuni. Apabila ada yang
meninggal sebagai seorang yang mengesakan (muwahhid), katanya
tidak ada dosa yang telah ia lakukan atau kejahatan yang telah ia
kerjakan akan menghancurkannya.

Jadi dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok


‘ubaidiyah ini berpendapat hampir sama dengan pendapat Yunusiyyah.
Akan tetapi mereka mempunyai pendapat yang lain yang bahwa
seseorang yang meninggal dalam keadaan masih memiliki ketauhidan
tidak akan merugikannya, karena perbuatan jahat tidak merusak iman.
Begitupun sebaliknya perbuatan baik yang dilakukan oleh orang-orang
kafir tidak akan memperbaiki posisi orang kafir.

8
3. Ghassaniyyah

Kelompok Al- Ghassaniyyah adalah mereka yang mengikuti


ajaran Ghassan Al-Kafi. Menurut Ghassan, iman adalah pengetahuan (
ma’rifat) kepada Allah dan Rasul. Jika seseorang mengatakan, saya
tahu bahwa Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah
babi yang diharamkan itu adalah kambing ini, orang yang demikian tetap
mukmin dan bukan kafir. Dan jika seseorang mengatakan, saya tahu
Tuhan mewajibkan naik haji ke ka’bah tetapi saya tidak tau apakah
Ka’bah di india atau tempat lain, orang demikian juga tetap mukmin.
Artinya keyakinan-kayakinan seperti itu berada diluar persoalan
keimanan, tidak ada hubungannya dengan iman. Jadi orang tersebut
pada dasarnya tidak meragukan hal-hal tadi, karena setiap orang yang
berakal pasti tidak meragukan dimana ka’bah dan pasti tahu perbedaan
antara kambing dan babi.

4. Tsaubaniyyah

Tsaubaniyyah dipelopori oleh Abu Tsauban yang berpendapat


bahwa iman adalah pengenalan dan pengakuan lidah kepada Allah,
mereka juga menambahkan bahwa yang termasuk iman adalah
mengetahui dan mengakui sesuatu yang menurut akal wajib dikerjakan.
Singkatnya kelompok ini mengakui adanya kewajiban-kewajiban yang
dapat diketahui akal sebelum datangnya syari’at.

Golongan ini juga berpendapat bahwa jika Allah mengampuni


seorang pendosa pada hari kiamat, Ia akan mengampuni setiap
pendosa yang beriman yang berada pada posisi yang sama. sekali lagi,
jika Ia mengeluarkan seseorang dari neraka, Ia juga akan mengeluarkan
setiap orang lainnya yang berada pada posisi yang sama.

9
5. Shalihiyyah

Shalihiyyah diambil dari nama tokohnya Shalih ibn Umar Al-


Shalihi. Menurut paham ini, iman adalah semata-mata pengenalan
kepada Allah sebagai sang pencipta, sedangkan kekafiran adalah
ketidaktahuan terhadap Allah, menurutnya shalat bukan ibadah, kecuali
dari orang yang beriman kepada-Nya, karena ia telah mengenal-Nya.
Iman meliputi pengenalan akan Allah. Ini merupakan kualitas yang tidak
terbagi, yang tidak bertambah dan berkurang, demikian juga kekafiran
merupakan kualitas yang tidak terbagi, yang tidak bertambah dan tidak
berkurang.

6. Marisiyyah

Marisiyyah dipelopori oleh Bisyar Al- Marisy. Paham ini meyakini


iman adalah selain meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan Muhammad itu Rasul-Nya juga harus di ucapkan secara lisan, maka
tidak dikatakan iman jika tidak diyakini dalam hati dan di ucapkan secara
lisan.

7. Karamiyyah

Karamiyyah, di rintis oleh Muhammad bin Karram yang


mempunyai pendapat bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan
kufur adalah pengingkaran secara lisan. Mukmin dan kafirnya
seseorang dapat diketahui melalui pengakuannya secara lisan.

Sebagai aliran yang berdiri sendiri, kelompok Murji’ah ekstrem


sudah tidak didapati lagi sekarang, walaupun demikian, ajaran-
ajarannya dan pengaruh-pengaruhnya masih didapati pada sebagian
umat Islam. Adapun ajaran-ajaran dari kelompok Murjiah moderat,
terutama mengenai pelaku dosa besar serta pengertian iman dan kufur,
menjadi ajaran yang umum disepakati oleh umat Islam.

10
2.3 Pengaruh Aliran Murji’ah
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa paham Murjiah banyak
yang tidak ditemukan lagi sebagaimana aliran lain. Bahkan keberadaannya
seakan hilang ditelan masa dan hanya tinggal sejarah. Namun praktik-
praktik ajarannya masih banyak kita temukan dikalangan masyarakat
dewasa ini. Hanya saja tidak dinamakan lagi dengan aliran murji’ah, tetapi
dinamakan dengan aliran lain. Walaupun hal ini tidak bisa dipastikan
sebagai pengaruh ajaranya, karena tidak mungkin sesuatu yang tidak saling
berinteraksi akan saling mempengaruhi. Namun apa yang tampak tetap
tidak bisa dipungkiri sebagai pengaruh dari ajaran Murji’ah.

Diantara pengaruh-pengaruh yang masih berkembang dewasa ini


adalah:

1. Taklid

Menjadi hal yang biasa ketika ada anak yang lahir dari orang tua
muslim juga dikatakan seorang muslim. Padahal mereka belum tahu
tentang apa itu Islam bahkan kadang sampai masa dewasanya. Khususnya
mereka yang dari kecil sangat sedikit mengenyam pendidikan keagamaan.
Mereka Islam hanya ikut-ikutan atau bisa dibilang turunan. Ketika ditanya
tentang agama, mereka begitu antusias menjawab “Islam” bahkan ada yang
memberi embel-embel Ahlu Sunnah Wa Jama’ah tanpa lebih dulu tau akan
semuanya. Pada hal dalam aliran Ahlu Sunnah Wa Al-Jama’ah sendiri tidak
diperbolehkan taklid dalam akidah. Kebolehan taklid dalam akidah hanya
ditemukan dalam ajaran murji’ah sebagaimana sebagian pendapat di atas.
Secara tidak sadar sebenarnya mereka bukan Ahlu Sunnah Wa Jama’ah.

2. Penundaan dan penangguhan

Menunda - nunda baik dalam urusan dunia maupun akhirat sudah


menjadi kebiasaan dan hal yang lumrah dan masyarakat sekarang ini.

11
Dalam hal pekerjaan, menunda menyelesaikan sebuah tugas sudah
menjadi biasa. Apalagi dalam hal taubat, begitu banyak dosa dan maksiat
yang dilakukan dan menunggu masa tua untuk bertaubat.

3. Iman dan Kufur

Sudah diketahui sebelumnya bahwa termasuk salah satu ajaran


Murji’ah adalah tidak berpengaruhnya amal akan keimanan seseorang.
Meskipun mereka yang beriman tidak menjalankan syari’at bahkan
menentangnya, mereka tetap tidak kufur dan bisa masuk surga. Hal ini
sudah menjadi pegangan masyarakat dan dalih mereka ketika melakukan
dosa atau bahkan menentang agama. Tidak ada yang berhak memberikan
hukuman atau menentukan iman dan tidak imannya seseorang selain
Tuhan sendiri. Dan mereka tetap memiliki bagian di surga dengan secuil
iman meskipun tanpa amal sebagai penghargaan.

4. Pengampunan Tuhan

Di zaman sekarang, banyak ditemukan orang yang berlebihan dan


keterlaluan khususnya dalam maksiat. Bahkan mereka tidak merasa bahwa
apa yang dikerjakan adalah dosa. Mereka terlalu berlebihan memahami
sifat Ghaffar-Nya Allah atau bisa saja dibilang salah paham. Mereka yang
bergelut dengan maksiat ketika ditanya tentang apa yang dilakukannya,
akan menjawab bahwa pengampunan Allah begitu luas dan tidak terbatas.
Hal ini bisa saja merupakan pengaruh Murji’ah ekstrem yang mewajibkan
pengampunan Allah terhadap segala dosa dengan konsep
penangguhannya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan diatas bahwa aliran


Murji’ah yang terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman
dan kemudian amal. Jika seseorang masih beriman, berarti dia tetap
mukmin, bukan kafir walaupun ia melakukan dosa besar. Adapun hukuman
bagi dosa besar itu terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak.
Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau
terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan
dosa besar, sebagaimana hal yang dilakukan oleh aliran khawarij.

Aliran murji’ah terpecah menjadi dua kelompok yaitu kelompok


moderat dan kelompok ekstrim. Kelompok ekstrem terbagi lagi kedalam
beberapa kelompok, diantaranya:

1. Yunusiyyah

2. Ubaidiyyah

3. Ghassaniyyah

4. Tsaubaniyyah

5. Shalihiyyah

6. Marisiyyah

7. Karamiyyah

13
Pengaruh aliran murji’ah adalah sebagai berikut:

1. Taklid

2. Penundaan dan penangguhan

3. Iman dan kufur

4. Pengampunan Tuhan.

3.2 Saran

Kami menyadari makalah yang kami susun masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari para
pembaca

13
DAFTAR PUSTAKA

Khazanah Keislaman. 2015. Sejarah Lahirnya Aliran Murji’ah


[Online]

Wikipedia. 2020. Murji’ah [Online]

Anda mungkin juga menyukai