Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGELOLAAN SENTRA MAIN PERAN DAN SENTRA SAINS DI


TAMAN PENITIPAN ANAK (TPA)

Disusun Oleh :
Kelompok 7

Silpa Nurjanah NIM (1930210050)


Sri Wahyuni Oktaria NIM (1930210055)
(1930210055
Rahma Tuzahra NIM (1930210096)
Adistiani NIM (1930210126)

Dosen Pengampu:
Fahmi, M.Pd. I.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang Pengelolaan Sentra Main Peran dan Sentra Sains di Taman
Penitipan Anak (TPA) dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pengelolaan Sentra Main Peran dan Sentra
Sains di Taman Penitipan Anak (TPA). Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah dibuat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Palembang, 13 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bermain Peran.................................................................................3
B. Pentingnya Sentra Main Peran Bagi AUD........................................................3
C. Tahapan dan Jenis Main Peran Berdasarkan Pendekatan BCCT.....................4
D. Pijakan Sentra Main Peran Berdasarkan Pendekatan BCCT ............................7
E. Penataan Ruang dan Media Sentra Main Peran ................................................9
F. Pengertian Sentra Sains ...................................................................................12
G. Pentingnya Sentra Sains Bagi AUD ...............................................................13
H. Pijakan Sentra Sains ........................................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain di pandang sebagai kerja otak sehingga anak di beri
kesempatan untuk memulai dari mengembangkan ide hingga tuntas
menyelesaikan hasil karyanya “Start and finish”. Dukungan guru
memfasilitasi anak mengembangkan kecakapan berpikir aktif dan anak
diberi keleleuasaan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk
mendapatkan pengalaman tentang dunia sekelilingnya. Dalam model sentra
anak bebas memilih bermain yang disiapkan dalam satu sentra. Di dalam
sentra dilengkapi dengan 3 jenis kegiatan bermain, yaitu bermain
sensorimotorik, main peran, dan main pembangunan. Keragaman main atau
disebut juga densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih mainan sesuai
dengan minatnya. Kelompok anak berpindah bermain dari sentra ke sentra
lainnya setiap hari. Tiap sentra dikelola oleh seorang guru. Proses
pembelajarannya dengan menggunakan 4 pijakan, yaitu pijakan penataan
alat (pijakan lingkungan), pijakan sebelum main, pijakan selama main,
dan pijakan setelah bermain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bermain peran?
2. Apa pentingnya sentra main peran bagi AUD?
3. Bagaimana tahapan dan jenis main peran berdasarkan pendekatan
BCCT?
4. Bagaimana pijakan sentra main peran berdasarkan pendekatan BCCT?
5. Bagaimana penataan ruang dan media sentra main peran?
6. Apa pengertian dari sentra sains?
7. Apa pentingnya sentra sains bagi AUD?
8. Apa saja pijakan sentra sains?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bermain peran.
2. Untuk mengetahui pentingnya sentra main peran bagi AUD.
3. Untuk mengetahui tahapan dan jenis main peran berdasarkan pendekatan
BCCT.
4. Untuk mengetahui sentra main peran berdasarkan pendekatan BCCT.
5. Untuk mengetahui penataan ruang dan media sentra main peran.
6. Untuk mengetahui pengertian dari sentra sains.
7. Untuk mengetahui pentingnya sentra sains bagi AUD.
8. Untuk mengetahui pijakan sentra sains.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bermain Peran


Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan
dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah
salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan unutk
menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk
menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain.1
Dalam Kamus Bahasa Indonesia bermain peran adalah mengambil bagian
dalam melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan baik dengan
menggunakan alat atau tanpa alat.2 Bermain peran merupakan suatu
pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri
(jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok.
Artinya melalui bermain peran siswa dapat belajar menggunakan konsep
pean, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku
dirinya dan perilaku orang lain.3
Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya bermain peran adalah suatu kgiatan
bermain, dimana anak melakukan kegiatan merinu perilaku. Dalam
pengenalan perilaku sendiri dimana dapat berupa perilaku manusia,
hewan, tumbuhan dan suatu kejadian.

B. Pentingnya Main Peran Bagi AUD


Adapun bermain peran pada anak usia dini yaitu sebagai berikut :
1. Mempelajari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya.
2. Belajar untuk menilai dan memilih berbagai informasi. Anak dapat
belajar untuk mengolah informasi tentang peran yang dilihat dan diamati

1
Depdikbud, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Depdikbud, 1999), hlm.171
2
Zalim Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1996), hlm 86
3
Hamzah B Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), hlm.26

3
dari kehidupan sehari-hari dan mencoba untuk membuat hubungan dan
memunculkan kembali dalam kegiatan main peran.
3. Anak dapat belajar untuk saling berinteraksi dengan orang lain.
4. Anak dapat belajar menjawab dan memberikan pertanyaan.
5. Belajar membangun kerjasama.
6. Membangun kemampuan berkonsentrasi.
7. Mempelajari keterampilan hidup (file skill).
8. Belajar untuk mengatasi rasa takut.
9. Membantu anak mengembangkan berbagai macam aspek
perkembangan.4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sangat penting sekali bermain peran
bagi anak usia dini dimana anak akan mudah untuk berinteraksi dengan orang
lain, dapat membangun kerjasama antar sesama teman, anak akan menjadi
pemberani, dan dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangannya.

C. Tahapan dan Jenis Main Peran Berdasarkan Pendekatan BCCT


Adapun tahapan main peran berdasarkan pendekataan BCCT :
a. Permainan Meniru
Proses peniruan anak terhadap segala sesuatu yang ada di
sekitarnya tampak semakin meningkat. Peniruan ini tidak saja pada
perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang di sekitarnya tetapi juga
terhadap tokohtokoh khayal yang sering ditampilkan di televisi, koran,
majalah maupun media lainnya.
b. Permainan Khayalan
Permainan imajinatif berbeda dengan aktif. Permainan yang
bersifat aktif berhubungan dengan gerak tubuh, sedangkan imajinatif
melibatkan khayalan dan imajinasi.
c. Permainan Sosial Drama
Sosiodrama adalah permainan peran yang ditujukan untuk
memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan anatar

4
Ibid, hlm. 27

4
manusia. Jadi teknik sosiodrama adalah teknik bermain peran dalam
rangka untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan
interpesonal (rasa cemburu, dilema dan lain-lain) yang dilakukan dalam
kelompok.
Main peran disebut dengan main simbolik, role play, pura-pura, make
believe, fantasi, imajinasi, atau main drama. Anak bermain dengan benda
membantu mnghadirkan konsep yang mereka miliki. Fungsi main peran
menunjukkan kemampuan berfikir anak yang lebih tinggi. Sebab anak
mampu menahan pengalaman yang didapatnya melalui panca indra dan
menampilkannya kembali dalam bentuk perilaku berpura-pura. Manusia
membangun kemampuan untuk menghadapi pengalaman dengan membuat
suatu keadaan yang semestinya dan menguasai kenyataan melalui uji coba
dan perencanaan di dalamnya.
Menurt Erikson, anak menyususn hal ini melalui kegiatan bermain.
Dalam keadaan yang ia buat sendiri, anak memperbaiki kesalahannya dan
memperkuat harapan harapannya. Anak mengantisipasi keadaan-keadaan
masa depan melalui uji coba ini. Erikson menjelaskan 2 jenis main peran
kepada peserta didik yaitu pertama main peran mikro, dan kedua main
peran makro. Selama tahap awal main peran anak melakukan percobaan
dengan bahan dan peran. Sebagai contoh, mereka memakai baju dan
melepaskannya, mendorong ketika barang dan menarik gerobak, membawa
boneka bayi mengelilingi ruangan dengan hak tinggi, membuka dan
menutup lamari dapur rumah mainan dan menggosongkan/mengisi rak
mainan. Saat anak berkembang melalui pengalaman main peran, merek juga
“memeriksa egonya ” belajar menghadapi pertentangan emosi, memperkuat
dirinya sendiri untuk masa depan, menciptakan kembali masa lalu dan
mengembangkan ketrampilan khayalan. Tujuan akhir dari main peran adalah
belajar bermain dan bekerja dengan orang lain. Hal ini merupakan latihan
untuk pengalaman-pengalaman di dunia nyata.5

5
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Departemen Pendidikan Nasional, jilid 1-3

5
Main peran memboleh anak memproyeksikan diri ke masa depan,
menciptakan kembali masa lalu, dan mengembangkan ketrampilan
khayalan. Main peran diyakini menjadi terapi bagi anak yang mengalami
traumatik. Pada main peran mikro anak memainkan peran melalui tokoh
yang diwakili benda-benda berukuran kecil. Main peran mikro bahan main
berukuran kecil. Contoh:
1) Rumah boneka dengan perabot dan orang-orangan
2) Rangkaian kereta dengan jalan dan kereta mobil
3) Lapangan udara dengan pesawat dan mobil-mobil truk
4) Kebun binatang dengan binatang-binatang liar.
5) Jalan kota dengan orang-orang dan mobil-mobilan
Ada enam unsur yang merupakan ciri dari main peran. Enam unsur tersebut
adalah:
a) Main peran meniru, anak memainkan sebuah peran pura-pura dan
mengekspresikannya dengan cara meniru atau secar lisan.
b) Main peran dengan obyek, gerakan atau pernyataan lisan yang
menggantikan obyek sesungguhnya
c) Main peran menunjukkan tindakan dan keadaan penjelasan secara lisan
menggatikan kegiatan dan keadaan
d) Ketekunan dalam adegan main (untuk beberapa waktu main) paling
sedikit 10 menit.
e) Hubungan sedikitnya dua pemain berhubungan dalam adegan main.
f) Komunikasi lisan, ada beberapa komunikasi lisan yang berhubungan
dengan adegan main.
Empat unsur pertama yang ada dalam penjelasan di atas,
kemungkinan ada dalam main sendiri. Sedangkan dua yang terakhir
sesuai dengan definisi, hanya ditemukan dalam main peran sosial.
Sedangkan main peran makro anak diajak memainkan tokoh dengan
mengunakan alat berukuran besar (ukuran sesungguhnya).6

6
Ibid, hlm 76

6
Jadi, dapat disimpulkan tahapan dan jenis main peran berdasarkan
pendekatan BCCT dimana Erikson menjelaskan 2 jenis main peran
kepada peserta didik yaitu pertama main peran mikro, dan kedua main
peran makro. Tahapan main peran yaitu permainan meniru, permainan
khayalan, dan permainan sosio drama.

D. Pijakan Sentra Main Peran Berdasarkan Pendekatan BCCT


Pijakan sentra main peran berdasarkan pendekatan BCCT
pembelajaran dengan model BCCT mengunakan empat langkah pijakan
untuk mencapai mutu pengalaman main yaitu pijakan lingkungan main,
pijakan pengalaman sebelum main, pijakan pengalaman saat main, pijakan
pengalaman setelah main.
a. Pijakan Lingkungan
Secara sederhana pijakan lingkungan adalah aktivitas guru
mempersiapkan kondisi, tempat, peralatan, administrasi dan lain-lain
sebelum dilakukan permainan pada sentra. Lingkungan bermain
disiapkan dengan mengelar karpet atau kursi untuk kegiatan bermain.
Kegiatan ini dapat dilakukan diluar atau di dalam ruangan. Secara
teoritik lingkungan bermain yang bermutu adalah lingkungan main
mendukung tiga jenis main yakni sensorimotor atau main fungsional,
main peran (makro/mikro) dan main pembangunan (sifat cair bahan
alam dan terstruktur). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada
langkah awal pendekatan BCCT, beberapa hal yang dilakukan oleh
guru yaitu guru menyiapkan tempat dan alat permainan sesuai dengan
tema, memilih jenis permainan, cerita, lagu dan gerak serta
merencanakan waktu pembelajaran. Adapun persiapan administratif
yang dilakukan guru yakni menyiapkan catatan obsevasi, catatan
perkembangan anak (bahasa, sosial-emosional, kognitif, nilai moral
spiritual).

7
b. Pijakan Pengalaman Sebelum Main
Kegiatan pijakan sebelum bermain dapat juga disebut sebagai
kegiatan pembukaan. Tujuan dari kegiatan ini adalah menyiapkan
kondisi awal baik mental maupun fisik anak sebelum masuk pada
kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan pembukaan dilakukan dengan
cara membentuk l ingkaran kecil antara pendidik dan anak. Jumlah
satu rombongan belajar paling maksimal 20 anak. Sebagaimana halnya
kegiatan pembukaan pada pembelajaran disekolah yaitu mengucapkan
salam, doa, mengabsen kehadiran siswa, menyampaikan tema
pembelajaran, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memberikan motivasi awal, dalam kegiatan
pembukaan di taman kanak-kanak juga demikian.
c. Pijakan Saat Bermain
Kegiatan pijakan saat bermain adalah kegiatan inti pembelajaran.
Pada kegiatan ini anak memainkan peran sesuai dengan sentra yang ia
masuki. Mereka berbagi peran dalam permainan dan saling bergantian
saat permainan.. Jika misalnya satu permainan hanya untuk 5-10 orang,
maka sisa anak bermain pada tema lain pada satu sentra yang sama.
Setelah selesai satu permainan, maka anak digilir untuk memainkan
peran baru. Pada pijakan ini, posisi guru hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan dan mengatur permainan. Waktu yang diperlukan untuk
kegiatan ini paling sedikit 60 Menit. Ada banyak manfaat kegiatan ini
diantaranya memberikan pengalaman baru, mengembangkan
kemampuan komunikasi, meningkatkan penguasaan kosakata,
mengembangkan daya imaginasi, memperkaya daya kreatif dan yang
paling penting adalah menumbuhkan kemampuan bersosialisasi.
d. Pijakan Setelah Bermain
Pijakan setelah bermain adalah kegiatan yang dilakukan oleh
guru dan anak sesaat ketika selesai bermain. Anak dan guru kembali
duduk melingkar. Dalam kegiatan ini meminta anak menceritakan

8
kembali terhadap apa yang telah mereka lakukan, menanyakan
perasaan, memajang hasil karya dan melakukan penguatan positif. 7
Jadi, dapat disimpulkan pijakan sentra main peran dimana ada pijakan
lingkungan, pijakan pengaman sebelum main, pijakan saat main, dan
pijakan setelah bermain.

E. Penataan Ruang dan Media Sentra Main Peran


Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam
pembelajaran anak usia dini membutuhkan penataan lingkungan fisik baik di
dalam atau di luar ruangan. Penataan lingkungan termasuk seluruh asesoris
yang digunakan di dalam maupun di luar ruangan, seperti: bentuk, warna dan
hiasan dinding, bentuk, warna, ukuran, jumlah, dan bahan berbagai alat main
yang digunakan sesuai dengan perencanaan. Penataan lingkungan yang
menarik dan didesain sesuai perencanaan akan membuat anak merasa
aman, nyaman dan dapat mendorong anak untuk dapat bereksplorasi.
Penataan ruangan memperhatikan kebebasan anak bergerak, dengan
memperhatikan:8
1. Kelompok usia anak (bayi, batita, atau prasekolah).
2. Jumlah anak yang akan dilayani, kebutuhan gerak setiap anak 3 m2 di luar
yang terpakai loker, dan furnitur lainnya.
3. Lamanya anak dilayani di lembaga PAUD.
4. Dapat digunakan oleh berbagai kegiatan.
5. Antar ruang kegiatan dibatasi oleh loker setinggi anak saat berdiri agar
dapat diobservasi oleh guru secara menyeluruh.
6. Penataan ruangan memfasilitasi anak bermain sendiri, kelompok kecil,
dan kelompok besar aman, bersih, nyaman, dan mudah diakses oleh anak
yang berkebutuhan khusus
7
Nur Hamzah. “Pelaksanaan Pembelajaran BCCT Bagi Anak Usia Dini:Study
Pelaksanaan BCCT di TK Islam Muhajidin Pontianak.”, Jurnal Pemikiran Pendidikan
Islam, 1 (2). (2016), hlm. 126-129
8
Helmawati. Mengenal dan Memahami PAUD, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2018), hlm. 23

9
7. Mudah untuk dikontrol (dapat dipantau secara keseluruhan)
8. Sentra balok dan sentra main peran saling berdekatan
9. Sentra senu dengan sentra main bahan alam berdekatan
10. Buku ditempatkan di setiap sentra atau di tempat tertentu yang mudah
dijangkau semua anak.
11. Sentra music dan gerak lagu di tempat pijakan sebelum main di mana
semua anak berkumpul.
12. Sentra disusun lebih fleksibel agar dapat dirubah sesuai dengan
kebutuhan.
13. Cahaya, sirkulasi udara, sanitari, lantai/karpet bebas dari kutu, jamur, dan
debu.
14. Penggunaan cat tembok dan kayu tidak mudah luntur saat dipegang anak.
15. Lantai tidak berbahan licin dan harusnya mudah dibersihkan.
16. Stop kontak tidak mudah dijangkau anak.
17. Pegangan pintu setinggi jangkauan anak, kecuali pintu pagar setinggi
jangkauan orang dewasa.
18. Dinding sebaiknya tidak dilukis permanen. Warna perabot dan dinding
menggunakan warna natural.
19. Bebas dari asap rokok, bahan pestisida, dan toxin (bersifat racun).
20. Bebas dari bahan yang mudah terbakar atau rapuh.

Gambar 1 : Penataan Ruang

10
Menurut Erik Ericson ada dua jenis bermain peran, dimana media yang
9
dapat digunakan yaitu bermain peran mikro, adalah saat anak memegang
atau menggerakgerakkan benda-benda berukuran kecil untuk menyusun
adegan. Mereka belajar untuk menghubungkan dan mengambil sudut
pandang dari orang lain. Anak memainkan peran melaui tokoh yang
diwakilkan oleh benda-benda berukuran kecil, contoh kandang dengan
binatangbinatangan dan orang-orangan kecil. Sejumlah alat permainan
edukatif simbolik yang biasa digunakan untuk bermain peran mikr
diantaranya :
1) Rumah boneka: perabotan, ruang
2) Kereta api : rel, lokomotif, dan gerbong-gerbongan
3) Bandar udara : pesawat dan truk-truk
4) Kebun binatang : boneka bermacam-macam binatang
5) Jalan kota : jalan, orang, mobil
6) Panggung boneka
7) Boneka jari
Bermain peran makro, adalah mengembangkan daya pikir dan
kemampuan imajinasi (daya cipta) sehingga anak dapat menuangkan
pengalaman inderanya dalam bermain simbolik (bermain fantasi). Anak
bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang digunakan
anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh memakai
baju, menggunakan kotak kardus dibuat menjadi mobil. Sejumlah alat
permainan edukatif yang digunakan anak untuk bermain peran makro adalah:
1) Dokter, perawat
2) Polisi, tentara
3) Pemadam kebakaran
4) Pak pos
5) Sekretaris
6) petani

9
Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan, Dan Permainan Untuk Pendidikan
Anak Usia Dini, (Jakarta: Gramedia, 2012), hlm. 20

11
7) Pedagang
8) Penjual bunga
9) Pesta ulang tahun
10) Kegiatan di restoran
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis bermain peran
sangat beraneka ragam, bisa menyeluruh daam memaksimakan
perkembangan anak. Karena dalam sentra bermain peran ini memang
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai sehingga anak bisa
menggunakan alat permainan edukatif tersebut untuk membantu mereka
memaksimalkan seluruh aspek perkembangan anak khususnya dalam sosial
dan emosional anak. Dalam penataan ruang juga harus sangat diperhatikan
sebagai penujang didalam suatu pembelajaran. Dengan penataan yang baik
dan rapi maka akan menjadikan pembelajaran lebih kondusif, serta nyaman.

F. Pengertian Sentra Sains


Sentra sains adalah tempat yang dirancang untuk mengundang rasa
ingin tahu anak dan tempat dimana anak dapat menemukan berbagai
macam jawaban (Discovey Area).10 Sentra sains memberikan kesempatan
kepada anak untuk melakukan eksplorasi tentang kejadian-kejadian yang
terjadi sehari-hari di sekitar anak dengan menggunakan panca indra.
Misalnya, mengapa tanaman menjadi tinggi? Dalam sentra sains anak diajak
untuk melakukan percobaan dan melakukan pengamatan dan merangsang
rasa ingin tahu anak terhadap lingkungan sekitar, seperti “apa yang terjadi
jika…?”. Pendidik dalam sentra sains berperan untuk merangsang rasa
ingin tahu anak dengan cara memberikan berbagai macam pertanyaan pada
anak yang berhubungan dengan kegiatan sains atau yang berkaitan
dengan alam. Ketika anak merespon pernyataan pendidik, anak mulai
menggunakan keterampilan berpikir untuk melakukan pengamatan dan
percobaan. Sentra sains adalah sentra yang memberikan kesempatan

10
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori dan
Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.132

12
kepada anak untuk berinteraksi langsung dengan berbagai macam bahan
untuk mendukung sensori motor, selft control, dan sains.
Jadi, dapat disimpulkan sentra sains merupakan suatu sentra yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terjun langsung dengan
berbagai macam bahan untuk mendukung motorik, selft control, dan sains.

G. Pentingnya Sentra Sains Bagi AUD


Menurut penelitian Eshach dan Fried menyatakan bahwa pembelajaran
sains pada anak usia dini sangat penting untuk aspek perkembangannya dan
pendidikan anak usia dini merupakan awal bagi mereka untuk belajar
sains. Menurut Dodge, Colker, & Heroman sains adalah sebuah kombinasi
diantara proses kecil (Bagaimanakah anak belajar) dan konten kurang buka
apa yang anak pelajari). Dari pendapat tersebut mengungkapkan pentingnya
perkembangan sains bagi anak usia dini yang merupakan bagian dari
lingkup perkembangan kognitif yang mengkaji bagaimana anak belajar, apa
yang dipelajari dan memungkinkan anak untuk memproses informasi baru
melalui pengalaman konkret, mengeksplorasi, mengklarifikasi, merangsang
rasa ingin tahu, menemukan berbagai hal, menjelaskan, mengelaborasi, dan
mengevaluasi sehingga anak dapat belajar tentang dunia di sekitar mereka.
Dalam pembelajaran di Sentra sains anak belajar untuk memanfaatkan
berbagai macam alat dan media. Ini sesuai dengan teori belajar
konstruktivisme salah satu penerapan dalam pembelajaran adalah dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar di mana anak didorong
untuk bereksplorasi dengan jelas menemukan suatu penemuan dan
memecahkan hasil penemuan itu.
Sentra sains sangat penting untuk anak usia dini karena di sentra sains ini
memiliki tujuan untuk memberikan pengalaman pada anak untuk
bereksplorasi dengan berbagai materi. Disentra ini, anak bermain sambil
belajar untuk dapat menunjukkan kemampuan, mengenali,
membandingkan, menghubungkan dan juga membedakan. Dengan
bereksplorasi dan bereksperimen anak akan memiliki ide dan kepekaan

13
terhadap pengetahuan dan alam sekitar sehingga tumbuh motivasi dan
kepercayaan diri dalam belajar. Anak memiliki kesempatan untuk
menggunakan bahan lain dengan berbagai cara sesuai pikiran dan
gagasan masing-masing dengan hasil yang berbeda. Bahan dan alat juga
perhatikan keamanannya, bahan dan alat yang digunakan harus bebas dari
bahan beracun atau binatang kecil yang membahayakan. Anak
berkesempatan mengenal sifat-sifat benda, mengamati, menyentuh,
memegang, merasakan teksturnya, juga menemukan pengalaman-
pengalaman konkret tentang kejadian dan hubungan sebab-akibat melalui
interaksi dengan bahan-bahan dan alat-alat. Memang disediakan untuk
memfasilitasi dorongan ingin tahu (curiouscity) anak pada benda-benda.
Anak usia dini sejak masa paling awal kehidupannya sebenarnya adalah
peneliti. Anak usia dini selalu ingin tahu, terus meneliti dan membutuhkan
pengalaman-pengalaman konkret. Sentra sains memfasilitasinya melalui
bermacam-macam kegiatan main. Anak bisa bermain isi tuang air ke dari
gen baik dengan gelas corak maupun dengan handpump, gelembung busa
sabun dengan alat pengocok, atau memindahkan air dengan spons. Anak
juga bisa bermain finger painting dengan bahan dari tepung maizena, main
ublek, bereksperimen bentuk-bentuk geometri atau bentuk apapun dalam
imajinasinya dengan playdough, melukis dengan kuas, bermain pasir dengan
eksperimen alat-alat ukur dan lain-lain.11
Jadi dapat disimpulkan bahwa sentra sains sangat penting untuk anak usia
dini karena sentra sains ini dapat membantu anak dalam mengenal
lingkungan serta ia dapat mengeksplorasi hal hal yang dia ingin tahu seperti
mengamati, menyentuh, memegang, merasakan tesktur suatu benda,
mengenal sifat sifat dan juga anak akan menemukan pengalaman
pengalaman konkret tentang kejadian dan sebab akibat melalui interaksi
dengan hal-hal yang ia temui. Dengan sentra ini juga anak menemukan hal
yang sebelumnya mereka tidak tau dan dengan sentra ini juga kita bisa
11
Ajeng Putri Pratiwi, dkk. “Pengaruh Model Pembelajaran Sentra Bahan Alam
Terhadap Kemampuan Sains Dan Berbicara Anak Dikelompok B Di Taman Kanak Kanak”.
Jurnal Pendidikan Usia Dini, (2) . (2017), hlm. 26

14
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar karena belajar dengan
sentra sains ini dapat membuat anak menemukan suatu penemuan dan
juga dapat memecahkan hasil penemuan yang ada disekitarnya.

H. Pijakan Sentra Sains


Salah satu elemen utama dalam pembelajaran dengan metode sentra
adalah pemberian pijakan oleh guru atas setiap aktivitas atau
pengalaman yang dijalani anak, atau biasa dikenal dengan istilah
scaffolding. Dengan scaffolding, kegiatan-kegiatan konkret yang sederhana
memiliki makna yang penting dan kuat dalam proses belajar anak. Ada 4
pijakan sains yaitu :
1. Pijakan Lingkungan Main
Pijakan lingkungan main atau juga disebut penataan lingkungan
bermain, dalam hal in i guru menempatkan alat dan bahan bermain
yang akan digunakan yang mencerminkan rencana pembelajaran yang
telah dibuat sehingga tujuan anak selama bermain dengan alat tersebut
dapat dicapai.
2. Pijakan Pengalaman Sebelum Main
Guru dan anak duduk melingkar, guru memberi salam pada anak–anak,
menanyakan kabar, dan dilanjutkan dengan kegiatan :
a) Meminta anak untuk memperhatikan siapa teman mereka yang tidak
hadir.
b) Berdo’a bersama, anak secara bergilir memimpin doa.
c) Menyampaikan tema, dikaitkan dengan kehidupan anak.
d) Menyampaikan kegiatan bermain yang akan dilakukan.
e) Mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah disiapkan.
f) Memberi pijakan sesuai dengan rencana pembelajaran dan
kemampuan yang diharapkan muncul pada anak.
g) Menyampaikan aturan bermain (digali dari anak) memilih tema,
memilih alat, cara menggunakan alat-alat, kapan memulai dan

15
mengakhiri bermain, serta merapikan kembali alat yang sudah
dimainkan.
h) Mengatur tema lain dengan memberi kesempatan kepada anak untuk
memilih teman mainnya.
i) Setelah semua anak siap, guru mempersilahkan anak untuk mulai
bermain.
3. Pijakan Pengalaman Main Setiap Anak
Selama kegiatan bermain, guru melakukan hal-hal berikut:
a) Mengamati dan memastikan semua anak melakukan kegiatan bermain.
b) Memberi contoh cara bermain pada anak yang belum bisa
menggunakan alat.
c) Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang
dilakukan.
d) Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara
bermain anak, pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup
dengan dijawab satu saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang
diberikan.
e) Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.
f) Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain sehingga mereka
memiliki berbagi pengalaman bermain.
g) Mencatat yang dilakukan anak (jenis bermain, tahap perkembangan,
tahap sosial).
h) Mengumpulkan hasil kerja anak.
i) Menjelang waktu habis, guru memberi tahu anak-anak untk bersiap-
siap menyelesaikan kegiatan bermainnya.
4. Pijakan Pengalaman Setelah Main
Sebelum pulang, guru juga sanggup mengajak anka membereskan
bahan-bahan dan alat-alat main dan meminta untuk menatanya kembali ke
tempat-tempatnya. Ketika waktu bermain selesai, guru mengajak anak
membereskan bahan-bahan dan alat-alat main dan meminta untuk
menatanya kembali ke tempat-tempatnya, tanya bagaimana perasaannya

16
selama bermain, selanjutnya setelah selesai kegiatan ajak anak membaca
doa sesudah bermain dan belajar.12
Jadi, dapat disimpulkan pijakan dalam sentra sains ada 4 yaitu pijakan
lingkungan main, pijakan pengalaman sebelum main, pijakan pengalaman
main setiap anak, dan pijakan pengalaman setelah main.

12
Ismawati Putri dan Nurul Farihah, “Penerapan Pembelajaran Sentra Bahan
Alam/Sains Terhadap Perkembangan Kreativitas Anak Kelompok B Di RA Salafiyah Syafi’iyah
Klinterejo Sooko Mojokeorto”. Jurnal Al Hikmah, 2(1), (2018), hlm. 91-112

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain peran adalah suatu kgiatan bermain, dimana anak melakukan
kegiatan merinu perilaku. Dalam pengenalan perilaku sendiri dimana dapat
berupa perilaku manusia, hewan, tumbuhan dan suatu kejadian. Sangat
penting sekali bermain peran bagi anak usia dini dimana anak akan mudah
untuk berinteraksi dengan orang lain, dapat membangun kerjasama antar
sesama teman, anak akan menjadi pemberani, dan dapat mengembangkan
berbagai aspek perkembangannya. Tahapan dan jenis main peran
berdasarkan pendekatan BCCT dimana Erikson menjelaskan 2 jenis main
peran kepada peserta didik yaitu pertama main peran mikro, dan kedua
main peran makro.
Tahapan main peran yaitu permainan meniru, permainan khayalan, dan
permainan sosio drama. Pijakan sentra main peran dimana ada pijakan
lingkungan, pijakan pengaman sebelum main, pijakan saat main, dan
pijakan setelah bermain. Adapun jenis-jenis bermain peran sangat beraneka
ragam, bisa menyeluruh daam memaksimakan perkembangan anak. Karena
dalam sentra bermain peran ini memang diperlukan sarana dan prasarana
yang memadai sehingga anak bisa menggunakan alat permainan edukatif
tersebut untuk membantu mereka memaksimalkan seluruh aspek
perkembangan anak khususnya dalam sosial dan emosional anak. Dalam
penataan ruang juga harus sangat diperhatikan sebagai penujang didalam
suatu pembelajaran.
Dengan penataan yang baik dan rapi maka akan menjadikan pembelajaran
lebih kondusif, serta nyaman. Sentra sains merupakan suatu sentra yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terjun langsung dengan
berbagai macam bahan untuk mendukung motorik, selft control, dan sains.
Sentra sains sangat penting untuk anak usia dini karena sentra sains ini
dapat membantu anak dalam mengenal lingkungan serta ia dapat

18
mengeksplorasi hal hal yang dia ingin tahu seperti mengamati, menyentuh,
memegang, merasakan tesktur suatu benda, mengenal sifat sifat dan juga
anak akan menemukan pengalaman pengalaman konkret tentang kejadian
dan sebab akibat melalui interaksi dengan hal-hal yang ia temui. Dengan
sentra ini juga anak menemukan hal yang sebelumnya mereka tidak tau dan
dengan sentra ini juga kita bisa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar karena belajar dengan sentra sains ini dapat membuat anak
menemukan suatu penemuan dan juga dapat memecahkan hasil penemuan
yang ada disekitarnya. Pijakan dalam sentra sains ada 4 yaitu pijakan
lingkungan main, pijakan pengalaman sebelum main, pijakan pengalaman
main setiap anak, dan pijakan pengalaman setelah main.

19
DAFTAR PUSTAKA

Badudu, Zalim. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan
Depdikbud,. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Departemen Pendidikan Nasional, Jilid
1-3
Hamzah, Nur. (2016). Pelaksanaan Pembelajaran BCCT Bagi Anak Usia Dini:
Study Pelaksanaan BCCT di TK Islam Muhajidin Pontianak., Jurnal
Pemikiran Pendidikan Islam. 1 (2)
Helmawati. (2018). Mengenal dan Memahami PAUD. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Latif, Mukhtar, dkk. (2013). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Kencana
Pratiwi, Ajeng Putri, dkk. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Sentra Bahan
Alam Terhadap Kemampuan Sains Dan Berbicara Anak Dikelompok
B Di Taman Kanak Kanak. Jurnal Pendidikan Usia Dini. (2)
Putri, Ismawati dan Nurul Farihah. (2018). Penerapan Pembelajaran Sentra
Bahan Alam/Sains Terhadap Perkembangan Kreativitas Anak Kelompok
B Di RA Salafiyah Syafi’iyah Klinterejo Sooko Mojokeorto. Jurnal Al
Hikmah. 2(1)
Tedjasaputra, Mayke S. (2012). Bermain, Mainan, Dan Permainan Untuk
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Gramedia
Uno, Hamzah B. (2012). Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai