Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PENDIDIKAN KELUARGA SAUDARA

Dosen Pengampu : Izza Fitri, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Riska Aulia (2220210036)

2. Andina Amelianda Wiguna (2220210069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Karna dengan berkat
rahmat dan hidayah-nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan
salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami ucapkan
Terima kasih kepada Ibu Izza Fitri, M.Pd. yang telah memberikan tugas kepada
kami. Alhamdulillah makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan. Dengan judul Hubungan Dengan Saudara. Kami memohon maaf
kepada dosen dan para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan
dalam penulisan makalah ini, baik dan segi bahasanya maupun isinya. Kami
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca demi
baiknya makalah ini. Terimakasih.

Palembang, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

B. Tujuan Masalah................................................................................................ 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Hubungan Dengan Saudara ................................................................................ 3

B. Pengaruh Saudara ............................................................................................. 9

C .Perbedaan dalam keluarga .............................................................................. 10

D. Keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak ................................................. 11

E. Pola Asuh .......................................................................................................... 25

BAB III ................................................................................................................. 30

PENUTUP ............................................................................................................. 30

Kesimpulan ........................................................................................................... 30

Saran ...................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan


utama dalam kehidupan manusia, kedua orang tua berperan sebagai gurunya dan
anaknya berperan sebagai . Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang
pertama dan utama bagi setiap Individu. Keluarga merupakan wahana yang mampu
menyediakan kebutuhan biologis anak, dan sekaligus memberikan pendidikannya
sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang dapat hidup dalam masyarakat sambil
menerima dan mengolah serta mewariskan kebudayaannya. Keluarga merupakan
pendidikan pertama dan bersifat alamiah yang dipersiapkan untuk menjalani
tingkatan-tingkatan perkembangan untuk memasuki dunia orang dewasa.
Pendidikan keluarga adalah usaha sadar yang dilakukan orang tua, karena mereka
pada umumnya merasa terpanggil (secara naluriah) untuk membimbing,
mengarahkan, membekali dan mengembangkan pengetahuan nilai dan
keterampilan bagi putra putri mereka sehingga mampu menghadapi tantangan
hidup di masa yang akan datang ada tiga pendekatan cara keluarga dalam
mendorong atau mendukung pendidikan anak-anaknya. Pendekatan pertama adalah
ketika anak-anak masih kecil. Dalam hal ini, orang tua berperan sebagai pemimpin
bagi si anak. Tindak dan tutur orang tua akan sepenuhnya ditiru oleh sang anak.
Oleh karenanya, fase ini substansial dalam membentuk kepribadian anak di awal.

Fase kedua adalah di mana anak-anak menginjak remaja. Di fase ini,


keluarga berperan sebagai “teman” bagi si anak. Orang tua harus sadar bahwa si
anak sudah memiliki sedikit otoritas untuk membuat keputusan-keputusan, walau
tidak semua dalam hidupnya. Di fase ini, kedekatan keluarga terhadap anak sangat
penting.

Fase terakhir adalah ketika anak sudah menginjak dewasa, di mana orang
tua bertindak sebagai “observer” dalam kehidupan si anak. Keluarga di fase ini
berperan sebagai pusat konsultatif atau ruang bertanya ketika
diperlukan. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan adalah faktor pendorong dan
penentu dalam perkembangan pendidikan inklusif. Hal itu dimulai dari

1
pengambilan keputusan mengenai tempat sekolah juga kolaborasi dengan pihak
sekolah dan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Orang tua
merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anaknya. Peran orang tua
menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan dan kegagalan anak dalam proses
pendidikan. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dan mendukung
proses pendidikan anaknya. Pendidikan dari orang tua merupakan pendidikan dasar
bagi anak.

A. Rumusan Masalah

1. Apa saja pengaruh saudara bagi Keluarga?

2. Bagaimana keterlibatan keluarga dalam Pendidikan anak ?

3. Bagaiamana peran orang tua dalam menghadapi ABK ?

B. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengaruh saudara bagi keluarga

2. Untuk mengetahui peran orang tua dalam Pendidikan anak

3. Untuk mengetahui peran orang tua dalam menghadapi ABK

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Dengan Saudara

Istilah saudara kandung didefinisikan sebagai individu yang memiliki


hubungan saudara dari orangtua biologis yang sama. Dalam penelitian ini
penggunaan istilah saudara kandung diartikan sebagai individu yang memiliki
pengalaman dan tumbuh dalam keluarga yang sama (Wilcox, 1997). Corsini
(1994, dalam Permatasari) mendefinisikan saudara kandung sebagai suatu
hubungan antara saudara laki-laki atau saudara perempuan yang terdapat di
dalam keluarga inti dan merupakan hubungan yang terjadi begitu adanya.
Berdasarkan ensiklopedi psikologi, definisi hubungan saudara sekandung
adalah hubungan yang non-volunter dan terdiri dari saudara laki-laki atau
saudara perempuan (T.I. Moon dalam Ambarini, 2006). Hubungan saudara
sekandung merupakan hubungan yang bertahan paling lama dan paling
berpengaruh dalam kehidupan seseorang (Hurlock, 1980).1

Hubungan saudara sekandung memberikan kesempatan bagi dua orang


manusia untuk melakukan sebuah kontak fisik dan emosional yang terus
menerus pada tahap-tahap kritis sepanjang kehidupan mereka. Hubungan yang
permanen ini memberi kesempatan bagi saudara sekandung untuk memiliki
pengaruh yang amat besar satu sama lain melalui adanya interaksi longitudinal
(Hapsari dalam Ambarini, 2006). Proses pembelajaran sosial mungkin yang
paling umum merupakan seperangkat mekanisme yang digunakan untuk
menjelaskan dinamika hubungan saudara, khususnya dinamika anak dan
saudara kandung remaja. Menurut teori pembelajaran sosial Bandura, individu
memperoleh perilaku baru, termasuk perilaku kognitif seperti sikap dan

1
Muhammad Rifki, Analisis Model Bisnis Pembayaran Digital di Indonesia, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 2023. 13.

3
keyakinan, melalui dua mekanisme kunci, penguatan dan observasi perilaku
orang lain (Mukhlis & Hirmaningsih, 2010).2

Definisi hubungan antar saudara kandung atau sibling relationship


menurut Cicirelli (dalam Wilcox, 1997) adalah "...the total of the interactions
(physical, verbal and nonverbal communication) of two or more individuals
who have common biological parents as well as their knowledge, attitudes,
beliefs and feelings regarding each other from time to time when one sibling
first becomes aware of the other". Berdasarkan "attachment theory" yang
dikemukakan oleh Bowlby (dalam Whiteman, McHale & Soli, 2011), kelekatan
antar saudara kandung dan hubungan antar saudara kandung yang kuat akan
memberikan sumbangan dalam kesuksesan perkembangan sosial dan
penyesuaian diri yang sehat. Perubahan mental terutama individu yang berbeda
dalam hubungan sosial dimana sifat hubungan keterikatan paling sering terjadi
dengan ibu. Namun, implikasi jangka panjang untuk kualitas hubungan sosial
lebih menitikberatkan pada hubungan antar saudara kandung. Kebutuhan rasa
aman yang diperlukan anak autisme dari saudara kandungnya yang normal
menjadi objek keterikatan. Interaksi saudara yang autisme mungkin tidak selalu
menunjukkan hubungan keterikatan tetapi dengan membentuk hubungan saling
timbal balik dan respon masing-masing saudara akan memenuhi kebutuhan
sosial dan emosional keduanya (Whiteman, McHale & Soli, 2011).3

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antar saudara
kandung adalah keseluruhan interaksi total dari dua atau lebih individu yang
mempunyai orangtua biologis yang sama dimana mereka memiliki keterikatan
dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan perasaan sepanjang masa
sejak seorang saudara kandung menyadari kehadiran saudaranya yang lain dimana
hubungan yang terjalin saling mempengaruhi perkembangan satu sama lain.

2
Ibid, 14.
3
Ibid.

4
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hubungan Persaudaraan Menurut Furman
dan Buhrmester (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antar
saudara kandung secara umum adalah sebagai berikut:

1. Konstelasi Keluarga

Konstelasi keluarga merupakan hubungan hierarki dari posisi saudara


dalam keluarga yang mengidentifikasikan status setiap saudara dibandingkan
anak lainnya (Furman & Buhrmester, 1985) yang terdiri atas:

2. Jarak usia antara saudara

Bentuk hubungan persaudaraan sangat dekat diasosiasikan dengan


jarak usia diantara kedua anak (Buhrmester & Furman, 1990). Jarak usia yang
terlalu jauh kemungkinan akan membuat hubungan yang lebih kompetitif dan
menekan.

3. Urutan kelahiran

Urutan kelahiran berdampak besar pada sifat, ciri-ciri dan


kemampuan pribadinya yang mengarah pada karakter tertentu misalnya anak
pertama memiliki hubungan kedekatan lebih besar dengan orangtua serta
memiliki tanggung jawab yang akan mempengaruhi perkembangan kognitif,
sosial, emosi saudaranya (Woolfson, 2004). Saudara sulung dari anak autisme
mempunyai tanggung jawab lebih untuk ikut dalam pengasuhan saudara
autisme mereka. Saudara bungsu umumnya manja dan cenderung meniru
kakaknya (Santrock, 2007).

4. Jenis kelamin

Penelitian Buhrmester dan Furman (1990) mengindikasikan bahwa


pada tahap remaja perbedaan gender mulai berpengaruh dalam hubungan
persaudaraan. Anak perempuan lebih suka menempatkan dirinya sebagai

5
pengasuh dan cenderung lebih hangat kepada saudaranya dibandingkan laki-
laki.4

5. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga pada umumnya mempengaruhi hubungan


persaudaraan yang biasanya terjadi dalam keluarga besar. Sejalan dengan
semakin besar ukuran keluarga, kesempatan untuk interaksi yang ekstensif
antara orangtua dan anak semakin menurun, tetapi kesempatan untuk
interaksi yang bervariasi antara saudara sekandung semakin luas (Hurlock,
1980).

6. Status sosial ekonomi

Anak pertama yang berasal dari status sosial ekonomi tinggi


mempunyai karakteristik hubungan yang lebih hangat dan intim terhadap
saudaranya dibandingkan dengan anak dari status sosial ekonomi rendah
(Hurlock, 1980).

b. Perlakuan Orangtua

Brody (dalam Furman & Buhrmester, 1985) menjelaskan bahwa orangtua


memberikan kontribusi dalam membentuk kualitas hubungan persaudaraan baik
secara langsung maupun tidak. Secara tidak langsung dikenal dengan pola asuh
orangtua Hubungan saudara akan terus baik ketika mereka percaya orangtua
tidak bersikap memihak pada salah satu diantara mereka tetapi memberikan
perlakuan yang sama.

c. Hubungan Orangtua dan Anak

Hubungan hangat dan positif antara anak dan orangtua akan berpengaruh
terhadap hubungan anak dengan saudara kandungnya. Namun dalam
hubungannya, orangtua erat kaitannya dengan tingkah laku atau pola
pengasuhan (parenting style). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan saudara sekandung hubungan

4
Ibid, 16.

6
persaudaraan adalah variabel konstelasi keluarga meliputi jarak usia antar
saudara, urutan kelahiran, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, status sosial
ekonomi: perlakuan orangtua serta hubungan orangtua dengan anak.5

2. Dimensi Hubungan Persaudaraan

Menurut Stocker. Lanthier dan Forman (1997), ada tiga dimensi hubungan
persaudaraan, yaitu sebagai berikut:6

a. Kedekatan (warmth)

Kedekatan terjalin dalam hubungan antar saudara sekandung yang

ditandai dengan beberapa subdimensi, yaitu:

1. Keintiman (intimacy)

Keintiman ditandai dengan keakraban, kehangatan serta rasa saling


memiliki satu sama lain.

2. Kasih sayang (affection)


Hal ini berhubungan dengan adanya perhatian, cinta, perasaan yang
mendalam yang dimiliki individu terhadap saudara sekandungnya dan
begitu juga sebaliknya.

1. Kekaguman (admiration)

Kekaguman ditandai dengan adanya rasa bangga dan kagum terhadap


saudara sekandunganya baik disebabkan oleh prestasi. penampilan fisik
dan perilaku.

5
Ibid, 17.
6
Ibid, 18.

7
2. Dukungan emosi (emotional support)

Hal ini ditandai dengan adanya dukungan emosi yang diterima individu
dari saudara sekandungnya dan juga berlaku sebaliknya. Dukungan emosi
ini seperti pelukan, sentuhan dan kata-kata yang membangun.

3. Dukungan instrumental (instrumental support)

Dukungan yang diterima atau individu berikan kepada saudara


sekandungnya berupa sumber-sumber materi dan naschat.

4. Penerimaan (acceptance)

Tidak adanya penolakan dari saudara sekandungnya terhadap diri individu


atau individu tidak memberikan penolakan terhadap saudara
sekandungnya.

5. Pengetahuan (knowledge)

Hal ini berhubungan dengan bagaimana individu dengan saudara


sekandungnya saling mengetahui satu sama lain, seperti masalah- masalah
pribadi, informasi tentang kegiatan sehari-hari atau informasi lainnya.7

b. Konflik (conflict) Konflik yang terjadi dalam hubungan antar saudara


sekandung

yang ditandai dengan beberapa subdimensi, yaitu:

1. Pertengkaran (quarreling)

Adanya pertengkaran atau perkelahian yang terjadi antara diri individu


dengan saudara sekandungnya baik secara verbal maupun fisik.

2. Kompetisi (competition)

Adanya keinginan dan perilaku untuk saling mengungguli satu sama lain.
Individu berusaha melakukan hal-hal yang membuat ia menjadi lebih baik
atau menonjol dari saudara sekandungnya.

7
Ibid, 19.

8
3. Permusuhan (antagonism) Adanya perilaku yang saling bermusuhan.
Individu berusaha untuk menghindar dan tidak saling memperhatikan satu
sama lain sehingga terkesan tidak bersahabat.

4. Dominasi (domination)

Adanya perilaku saling menekan dan menguasai antara satu sama lain.
Individu berusaha untuk mengatur dan mencampuri masalah- masalah
pribadi saudara sekandungnya sehingga menyebabkan ketidaknyamanan.

B. Pengaruh Saudara

Keluarga merupakan sebuah konteks sosial yang penting bagi


perkembangan anak- anak. Meskipun demikian, perkembangan anak-anak
keluarga memiliki pran utama di dalam mengasuh anak, di segala norma dan
etika yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat, dan budayanya dapat di
teruskan dari orang tua kepada anaknya dari generasi-generasi yang di
sesuaikan dengan perkembangan masyarakat." (Effendi, et al., 1995).
Keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak
dini pada setiap individu. Walau bagaimana pun, selain tingkat pendidikan,
moral individu juga menjadi tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembangunan.
Serta Keluarga memberikan pengaruh pada

pembentukan budi luhur bagi seorang anak. Salah satu ciri anak yang berbudi
luhur adalah selalu menunjukkan sikap sopan dan hormatnya pada orang tua.
Budi luhur yang melekat pada setiap orang bukan datang dengan sendirinya,
melainkan harus diciptakan. Terutama dalam keluarga dan bukan merupakan
keturunan. Dengan kata lain, budi luhur tidak merupakan keturunan
melainkan merupakan produk pendidikan dalam keluarga, merupakan
perpaduan antara akal. Kehendak, dan rasa.8

8
Ibid.

9
C .Perbedaan dalam keluarga

Perbedaan dalam keluarga itu mencakup semua hal yang berbeda


sekaligus yang serupa, atau dengan lain kata Perbedaan itu mencakup
perpaduan antara hal-hal yang serupa dan hal-hal yang berbeda, bukan hanya
salah satunya. Perbedaan dalam keluarga adalah wajar, perbedaan dapat
disikapi dengan sikap saling mengenali satu sama lain secara lebih baik.Â
Respon terhadap perbedaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu perbedaan yang
membutuhkan pemahaman, membutuhkan dialog untuk lebih mendalami dan
mengerti dan membutuhkan perubahan sikap. Perbedaan yang
membutuhkan pemahaman misalnya adalah perbedaan hobi, makanan favorit,
gaya berpakaian, tempat untuk hiburan, selera musik, film dan lainnya.Â
Perbedaan yang membutuhkan dialog misalnya adalah perbedaan budaya.
Perbedaan ini perlu didialogkan agar pasangan mengerti makna yang
diinginkan dari budaya yang dianut.Â, Perbedaan yang memerlukan
perubahan sikap adalah perbedaan yang dirasakan tidak sesuai dengan norma
sosial atau sikap perilaku yang dirasa mengganggu.9

Adapun Perbedaan dalam keluarga yaitu

1. Keberagaman usia Terjadi karena perbedaan usia di antara anggota


keluarga.

2. Keberagaman ciri fisik Terjadi karena adanya perbedaan ciri fisik yang bisa
dilihat dari tinggi badan, warna mata, pnjang dan pendeknya rambut, warna
kulit, dan lain-lain.

3. Keberagaman sifat Terjadi karena perbedaan sifat dan karakter yang


dimiliki tiap anggota keluarga.

4. Keberagaman kebiasaan dan kesukaan tiap anggota keluarga memiliki


kebiasaan dan kesukaan yang berbeda satu sama lain.

9
Andi Asmar, Berikut Cara Mengelola Perbedaan Dalam Keluarga, Semua Didapatkan
Dalam Bimwin KUA Soppeng Riaja, Kemenag Sulsel, 2023.

10
5. Keberagaman jenis kelamin Terjadi karena anggota keluarga memiliki
jenis kelamin yang berbeda.

6. Keberagaman pekerjaan Terjadi karena perbedaan pekerjaan. Misalnya


ayah bekerja sebagai karyawan swasta, ibu rumah tangga, kakak
mahasiswa, dan adik siswa sekolah dasar.10

Manfaat perbedaan dalam keluarga

1. Keberagaman sifat dan karakter membuat kita lebih mengetahui dan


memahami anggota keluarga di rumah

2. Keberagaman di rumah dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap


saling

menghargai, menghormati, dan menyayangi antaranggota keluarga

3. Keberagaman kemampuan membuat proses kerja sama di rumah menjadi


lebih mudah

dilakukan

4. Kebergaman di rumah bisa menciptakan persatuan dan kesatuan, karena


menghargai

perbedaan yang ada.

5. Keberagaman di rumah juga bermanfaat untuk menimbulkan rasa saling


membutuhkan

satu sama lain, sehingga kondisi rumah nyaman, harmonis, dan damai.11

D. Keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak

Usia dini adalah masa pada saat anak tumbuh dan berkembang
secara pesat. Berdasarkan tinjauan psikologis, bahwa pada masa usia dini

10
Ibid.
11
Nurul Huda, Manfaat Keberagaman di Rumah Beserta Contohnya, Kompas.com, 2022.
Diakses pada 12 Oktober 2023.

11
anak lebih cepat menyerap informasi yang diterima dari luar. Apabila anak
mendapatkan stimulasi yang tepat dari lingkungannya, baik lingkungan
keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, maka proses
pertumbuhan dan perkembangan anak akan berjalan secara optimal. Secara
umum, tujuan pendidikan anak adalah memberikan stimulasi atau
rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman
dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlah mulia, sehat, berilmu, cakap,
kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percara diri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis dan bertanggung jawab. (Suyadi, 2013: 19). Stimulus
terhadap anak usia dini dalam memberikan pendidikan tidak hanya langsung
diserahkan kepada pihak sekolah sebagai pendidikan formal. Peran keluarga
dalam hal ini sangat penting mengingat 80% waktu anak usia dini adalah
berada di lingkungan keluarga, sehingga keluarga mempunyai andil yang
besar dalam pendidikan anak. 12

Keluarga Pendidikan yang paling utama dan pertama diterima anak


adalah pendidikan dalam keluarga. Jika pengasuhan anak di keluarga
dilakukan dengan baik dan sejalan dengan yang dilakukan pada lembaga
pendidikan paling dasar yakni Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), maka
semua aspek perkembangan anak akan bisa berkembang secara optimal.
Pada gilirannya perkembangan anak akan mengembangkan kemampuan
mereka dalam menyelesaikan masalah, kemampuan berpikir logis, kritis,
dan kreatif serta mampu berkomunikasi dan bekerjasama. Kemampuan-
kemampuan tersebut sangat diperlukan anak pada saat anak memasuki
kehidupan selanjutnya dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin
berkembang dan beragam.Sebagian besar waktu anak berlangsung pada
ranah keluarga. Anak menghabiskan 80% harinya bersama keluarga dan
lingkungan. Sehingga, pendidikan dan pengetahuan pertama didominasi
oleh keluarga serta lingkungannya. Pengaruh keluarga akan menjadi

12
Syariefuddin & Ridwan, Pola Hubungan antara Nasionalisme dan Otonomi di Indonesia,
Jurnal Nasionalisme dan Otonomi, (2023), 5(1), 1-12.

12
cerminan diri anak. Pembelajaran yang terjadi dan diterima oleh anak di
lembaga pendidikan formal hanya sebesar 20%. Untuk itu, penting bagi
keluarga khususnya 13

orangtua mengetahui dan mencocokkan pembelajaran bagi anak


antara di rumah dan di lembaga. (Mukhtar, 2014:255). Istilah keluarga dan
pendidikan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Maksudnya adalah
dimana ada keluarga, maka disitu ada pendidikan. Dimana ada orangtua,
maka disitu ada anak. Ketika ada orangtua yang ingin mendidik anaknya,
maka secara bersamaan anak yang menghajatkan pendidikan dari
orangtuanya. Pengertian keluarga secara harfiah adalah kelompok kecil
yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan
kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya.
(Helmawati, 2014:42) Secara lebih luas, konsep mengenai arti dari keluarga
dapat ditinjau dari beberapa aspek, tergantung dari sudut mana melihatnya.
Keluarga adalah: (1) ibu bapak dengan anak-anaknya; seisi rumah; (2) orang
seisi rumah yang menjadi tanggungan, batih; (3) sanak saudara, kaum
kerabat; (4) satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.
(Prasetya Irawan, 1994:70).14

Bapak pendidikan, Ki Hajar Dewantara menyatakan pendapatnya


bahwa keluarga adalah kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian
tanpa pamrih, demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di
dalamnya. Begitu pentingnya keluarga dari kehidupan manusia bagi
individu maupun sekelompok orang. (Ki Hajar Dewantara, 1961: 250).
Keluarga berdasarkan hubungan darah adalah suatu kesatuan yang diikat
oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Sementara, berdasarkan
hubungan sosial, arti dari keluarga adalah suatu kesatuan yang diikat oleh
adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara
satu dengan lainnya, walaupun tidak ada ikatan darah antara mereka.

13
Ibid.
14
Ibid.

13
Pandangan lain menyebutkan bahwa, keluarga sebagai sebuah persekutuan
antara ibu-bapak dengan anak-anaknya yang hidup bersama dalam sebuah
institusi yang terbentu karena ikatan perkawinan yang sah menurut hukum
dan di dalamnya terjadi interaksi (saling berhubungan dan mempengaruhi)
antara satu dengan lainnya. (Syaiful Bahri, 2014:3)15

Lanjut Ahmadi (2004: 167) menyebutkan bahwa keluarga adalah


kelompok sosial kecil yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak
serta memiliki hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas ikatan
darah, perkawinan dan atau adopsi. Sependapat dengan hal itu, Hasbullah
(2009: 87) menyatakan keluarga sebagai satu kesatuan hidup bersama
(sistem sosial) keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak mempunyai
ikatan yang kuat dan saling kerja sama, dan saling memberi kasih sayang.
Keluarga menjadi mediator dan fasilitator bagi anak yang membutuhkan
bimbingan orangtua dalam kelangsungan pendidikannya.

Menurut Selo Soemarjan (1962: 127), keluarga adalah sebagai


kelompok inti, sebab keluarga adalah masyarakat pendidikan pertama dan
bersifat alamiah. Dalam keluarga, anak dipersiapkan untuk menjalani
tingkatan-tingkatan perkembangannya sebagai bekal ketika memasuki
dunia orang dewasa, bahasa, adat istiadat dan seluruh isi kebudayaan,
seharusnya menjadi tugas yang dikerjakan keluarga dan masyarakat di
dalam mempertahankan kehidupan oleh keluarga. Senada dengan Selo,
Abdullah (2003: 225) dan Berns (2007: 87) juga memperkuat agrumen,
bahwa keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh tempat
tinggal bersama kerjasama ekonomi, dan reproduksi.16

Dari uraian beberapa ahli di atas, maka pengertian dari keluarga adalah
sebuah institusi pendidikan yang utama dan bersifat kodrati. Keluarga
merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu

15
Ibid.
16
Ibid.

14
dan anak. Keluarga mempunyai peran penting dan strategis dalam
pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas.

1. Bentuk-Bentuk Keterlibatan Orangtua di Sekolah

Keterlibatan orangtua atau keluarga (parent/family involvement)


adalah sebuah proses membantu orangtua dan anggota keluarga menggunakan
kemampuan mereka untuk memberi manfaat kepada diri sendiri, anak-anak
mereka, dan program-program pendidikan anak usia dini. Hal ini dikarenakan
keluarga, anak dan program adalah bagian dari proses, sehingga ketiga pihak
harusnya mendapatkan manfaat dari program keterlibatan yang direncanakan
dengan baik. (Morrison, 2016: 929) Keterlibatan orangtua dapat membantu
pendidik membangun harga diri dihadapan anak dalam menanamkan
kedisiplinan dan mengurangi masalah kehidupan serta meningkatkan kesadaran
untuk belajar. Karenanya, keikutsertaan orangtua dalam pendidikan anak
merupakan sesuatu yang urgent dilaksanakan oleh pihak sekolah. Sebagaimana
Henderson (Suyadi, 2013: 159) menyatakan bahwa keterlibatan orangtua dalam
pendidikan formal anak meningkatkan pencapaian belajar anak. Keterlibatan
orangtua adalah lebih efektif jika dilakukan secara komprehensif dan
berencana. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak di rumah tidak cukup
untuk meningkatkan kemampuan akademik anak dibandingkan dengan
orangtua yang ikut serta di sekolah.

Manfaat yang diperoleh dengan melibatkan orangtua dalam


pendidikan anak yakni: (a) meningkatkan kehadiran anak; (b) meningkatkan
perilaku positif anak; (c) meningkatkan pencapaian perkembangan anak; (d)
meningkatkan komunikasi antara orangtua dan anak; (e) meningkatkan
kepercayaan diri orangtua; (f) mendukung kemajuan sekolah secara
komprehensif, serta (g) meningkatkan kepercayaan diri anak.

Program-program pada Pendidikan Anak Usia Dini menyadari bahwa


pentingnya keterlibatan keluarga dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-
anak mereka. Tidak sedikit lembaga PAUD, Kelompok Bermain (Play Group),
POS PAUD, Taman Kanak-kanak yang telah berusaha mendekatkan orangtua

15
dan anggota keluarga lain dengan program anak-anak mereka. Program
pelibatan keluarga tersebut yakni:17

a. Fundation Class (hadir dalam pertemuan dengan guru pada hari pertama anak
masuk sekolah).

Fundation class merupakan pembelajaran anak bersama orang tua diawal


masuk sekolah dalam rangka orientasi dan pengenalan kegiatan sekolah. Salah
satunya adalah kehadiran orangtua pada saat anak memasuki hari pertama di
sekolah memberikan manfaat secara psikologis, baik terhadap kedua orangtua
maupun terhadap anak. Pada hari pertama masuk sekolah, anak dan orangtua
belum sepenuhnya mengenal lingkungan baru bagi perkembangan anak. Hal ini
memberikan kesempatan kepada orangtua untuk lebih memahami seperti apa
tempat anak mereka mengenyam pendidikan. Dengan melihat

langsung lingkungan sekolah, orang tua dapat mengetahui apa saja yang
akan diberikan oleh sekolah selama masa pendidikan anak berlangsung,
mengetahui peraturan yang diperbolehkan dan dilarang sekolah, hingga
berkenalan dengan para guru dan warga sekolah lainnya. Kehadiran orang tua
di hari pertama masuk sekolah juga dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk
mempererat hubungan dengan guru. Para orang tua dan wali kelas, misalnya,
dapat membuat satu grup percakapan online yang dapat menghubungkan antara
guru dengan orangtua satu dengan orangtua lainnya terkait pendidikan anak
tetap dapat berjalan meski jarang bertemu. Dengan begitu, tidak hanya anak-
anak saja yang melakukan orientasi di hari pertama masuk sekolah, para orang
tua pun juga ikut melakukan orientasi agar lebih memahami lingkup pendidikan
anak mereka.

Selain itu, hubungan antara anak dan keluarga menjadi lebih baik.
Seorang pengamat pendidikan, Arief Rahman Hakim, menyatakan bahwa
manfaat positif akan terasa mulai dari sisi internal keluarga, yakni hubungan
antara anak dengan orangtua menjadi lebih baik. Agar anak siap sekolah, Ibu

17
Ibid.

16
atau Ayah bisa bercerita tentang pengalamannya dahulu saat Ibu atau Ayah
pertama kali masuk sekolah dan juga memberikan motivasi belajar untuk
menghilangkan rasa gugup anak. (Sahabatnestle.co.id) Hari pertama masuk
sekolah, anak bertemu dengan lingkungan baru dirinya. Sehingga anak
memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Oleh
karena itu, agar ia siap sekolah, anak tetap harus mendapat pendampingan dari
orangtuanya saat beradaptasi dengan lingkungan baru. Dengan kehadiran orang
tua saat hari pertama sekolah, anak akan merasa percaya diri untuk masuk
sekolah, mengenal orang-orang baru, menjalin persahabatan, dan menyiapkan
diri untuk belajar banyak hal.18

b. Parent Gathering

Parent gathering maksudnya adalah pertemuan orangtua dengan pihak


lembaga PAUD. Pertemuan antara orangtua dengan guru ini biasanya
membicarakan program-program sekolah PAUD yang telah dirancang pada
penyusunan Program Tahunan (Prota) di sekolah tersebut. Hal tersebut
merupakan hal yang baik dan awal yang positif sebelum KBM tahun pelajaran
baru dimulai. Banyak manfaat yang didapat dari adanya pertemuan antara
orang tua dan guru, yaitu: (1) lebih terjalinnya hubungan silaturahim dan
kedekatan antara orang tua dan guru; (2) membuka ruang diskusi/sharing serta
keterbukaan antara orang tua dan guru; (3) orang tua bisa mendapatkan
informasi yang utuh mengenai program pendidikan anak-anaknya serta
perkembangan anak; (4) orang tua dapat langsung menyampaikan saran
maupun kritik kepada pihak sekolah secara terbuka, serta (5) para guru
mendapat banyak masukan yang bisa dijadikan acuan dan pertimbangan dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Lembaga sekolah dapat juga
membentuk Kelompok Pertemuan Orangtua (KPO) yang merupakan wadah
bagi orangtua untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan tentang
melaksanakan pendidikan anak. Tujuan dibentuknya KPO yang dilansir dari
Mukhtar Latif dkk (2013: 262) adalah; (a) meningkatkan pengetahuan, sikap,

18
Ibid.

17
dan keterampilan anggota melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini dalam
keluarganya; (b) meningkatkan kepedulian orangtua yang mempunyai anak
usia dini untuk mengirimkan anaknya ke lembaga PAUD; (c) meningkatkan
kesiapan kelaurga yang belum mempunyai anak usia dini untuk melaksanakan
pendidikan anak usia dini di rumah. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat
dilaksanakan dalam KPO, antara lain curah pendapat, sarasehan, simulasi,
belajar keterampilan, temu wicara, dan belajar keterampilan tertentu. (Mukhtar
Latif, 2013: 262-263).19

c. Mengikuti Seminar Parenting Long life education

seharusnya diterapkan oleh siapa saja, bahkan yang sudah


menyandang status sebagai orangtua. Menjadi orang tua memang harus terus
belajar, banyak media pembelajaran yang bisa menambah referensi orang tua
mendidik anak seperti buku-buku parenting, nasihat atau pengalaman baik dari
sahabat dan keluarga, seminar keparentingan, media televisi bahkan media
sosial.

Salah satu bentuk kegiatan yang dapat menambah ilmu pengetahuan


tentang mendidik dan mengasuh anak adalah dengan mengikuti seminar
parenting. Apalagi di era digital ini, maka wawasan tentang parenting sangat
diperlukan untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan pada anak.
Seminar parenting biasanya dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau swasta
yang berkecimpung pada bidang pendidikan, anak, dan female. Kegiatan
seminar dilaksanakan oleh suatu lembaga dengan cara mengundang para pakar
profesional, psikolog, dan bahkan pakar dongeng. d. Hadir sebagai narasumber
atau membantu di kelas anak Keterlibatan orangtua dalam kelas membantu
pendidik melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Kehadiran orangtua di
kelas adalah hal yang membanggakan bagi anak.20

19
Ibid.
20
Ibid.

18
Pendidik harus mempunyai jadwal secara bergilir untuk memilih
orangtua membantunya di kelas atau pun menjadi narasumber. Apabila
orangtua telah dipilih menjadi narasumber pada program yang ada di sekolah,
maka orangtua dapat ikut andil pada penyampaian tema. Misalnya pada saat
itu, tema yang sedang dilaksanakan adalah tentang profesi, orang tua dapat
menyampaikan berbagai profesi yang ada di sekitar mereka. Dengan adanya
gambaran tentang profesi tersebut, sejak dini anak sudah punya gambaran
tentang beragam profesi. Walaupun orang tua tidak sebagai narasumber, orang
tua dapat terlibat dalam observasi (pengamatan) pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi pada anak mereka. Sehingga keterlibatan orang tua
tidak hanya terjadi pada saat pergi mengantarkan anak sekolah saja, atau
pulang menjemput anak.

Tujuan keterlibatan orangtua di kelas yakni mampu meningkatkan


ikatan sosial dan emosional antara orangtua, pendidik dan anak. Selain itu,
mampu meningkatkan pemahaman orangtua terhadap cara membelajarkan
anak usia dini. Tujuan lain dari keterlibatan ini adaah orangtua menjadi paham
tentang perilaku anaknya selama mengikuti proses pembelajaran sehingga
dapat memberikan dukungan positif terhadap perkembangan anak. (Mukhtar,
2013: 264).21

e. Terlibat aktif pada acara pentas kelas dan paguyuban sekolah

Pentas kelas merupakan program akhir tahun di sekolah. Biasanya


dilakukan dengan menampilkan drama di panggung. Anak-anak menampilkan
kebolehannya atau kemampuan yang dia miliki di atas panggung, misalnya

21
Ibid.

19
bernyanyi, berpuisi, bahkan berlakon layaknya artis (bermain peran).
Paguyuban orang tua merupakan wadah untuk membantu sekolah dalam
memajukan pendidikan anak. Paguyuban orang tua juga dapat berpartisipasi
dalam upaya meningkatkan mutu PAUD. Adapun program yang dapat
dilakukan oleh kelompok paguyuban orang tua yakni program jajanan sehat,
halam yang hijau, dan toilet yang bersih. Kedua acara ini (pentas kelas dan
paguyuban orang tua) bertujuan untuk merayakan kebersamaan yang telah
dilalui selama satu tahun bersama anak, guru dan orang tua.

f. Keterlibatan orangtua dalam acara bersama

Keterlibatan orangtua dalam acara bersama berbeda dengan terlibat


aktif pada pentas kelas dan paguyuban orangtua. Bedanya adalah kegiatan
orangtua dalam acara bersama ini melibatkan orangtua dalam pelaksanaan
kegiatan yang menjadi penunjang pembelajaran dan dilakukan di luar kelas
(outing activites). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mendekatkan
hubungan antara orangtua, anak, dan lembaga pendidikan, serta meningkatkan
peran orangtua dalam proses pembelajaran. Jenis kegiatan yang dapat
dilakukan pada outing activities yakni kegiatan di alam dan kegiatan edukasi
lainnya yang dapat menunjang pembelajaran anak. Pendidik dapat
menggunakan metode karyawisata untuk melibatkan setiap orangtua aktif
dalam kegiatan outing. Misalnya berkunjung ke kebun binatang, taman safari,
melakukan out bond, berenang, atau pergi ke gunung, ke pantai, ke sawah, ke
sungai, dan ke tempat wisata lainnya.22

g. Hadir saat pembagian rapor

Keterlibatan orang tua pada saat pembagian rapor (hasil


perkembangan) anak sangat diperlukan. Orang tua dapat berkonsultasi dengan
guru tentang perkembangan anak mereka. Kehadiran orang tua pada saat
pembagian rapor pun merupakan dukungan dari orang tua terhadap pendidikan
anak mereka. Pada saat jadwal pembagian rapor, diusahan orang tua (Ibu

22
Ibid.

20
ataupun Ayah) harus datang sehingga antara orang tua dan guru bisa sharing.
Pelaksanaan pembagian rapor ini juga merupakan umpan balik (feed back)
secara langsung tentang pendidikan anak di sekolah. (Kemendikbud, 2016:
19).

h. Terlibat dalam hari konsultasi orangtua

Hari konsultasi orangtua adalah hari-hati tertentu yang sudah


dijadwalkan oleh pengelola lembaga sebagai hari bertemu antara orangtua
dengan pengelola, dan atau ahli (psikolog atau pakar pendidikan anak) untuk
membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak serta hambatan dan
masalah-masalah lain yang dihadapi anak. Hari konsultasi ini lebih ditekankan
pada tanya jawab yang sifatnya intens tentang permasalahan atau
perkembangan yang terjadi pada anak. Orangtua harus terlibat dalam
konsultasi ini agar supaya timbul kesadaran tentang pentingnya memerhatikan
tumbuh kembang anak usia dini. i. Kunjungan ke rumah

Program kunjungan ke rumah menunjukkan bahwa pendidik dan


kepala sekolah memberikan perhatian terhadap pendidikan anak. Kunjungan
ke rumah membantu pendidik untuk memperlihatkan minat mereka kepada
keluarga anak dan memahami lingkungan keluarga anak. Kunjungan ini
bukanlah menggantikan pertemuan orangtua dan pendidik, melainkan program
kerjasama selanjutnya antara sekolah dan keluarga dalam pendidikan anak.
Berkunjung ke rumah peserta didik merupakan langkah awal dalam
membentuk hubungan yang lebih kuat sehingga adanya keterikatan antara
orangtua, anak, dan lembaga sekolah anak. Hal yang perlu disiapkan dalam
melakukan kunjungan adalah merencanakan terlebih dahulu jadwal
berkunjung, kemudian menyepakati dengan orangtua yang akan dikunjungi.
Sebelum berkunjung ke rumah, agar orangtua merasa nyaman dengan
keberadaan pendidik, maka pihak sekolah mengirimi surat ke rumah dan
menjelaskan keinginan untuk melakukan kunjungan informal ke rumah semua
anak. Siapkan juga formulir yang menyatakan setuju tidaknya orangtua dengan
kunjungan tersebut, dan cantumkan dalam formulir, hari atau jam berapa

21
keluarga siap dikunjungi. Nyatakan dengan jelas bahwa tujuan dari kunjungan
30 menit yang akan dilakukan oleh pendidik adalah saling mengenal dan bukan
membahas kemajuan perkembangan anak. Tujuan kunjungan ke rumah
menurut Buder Elementary School di St. Louis, Missouri yakni dengan
kunjungan ke rumah akan meningkatkan keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak. (Morrison, 2016: 941).23

Program-program yang melibatkan orangtua dalam pendidikan anak telah


mempertimbangkan penelitian besar yang menunjukkan :

Salah satu prediktor paling akurat dari prestasi di sekolah bukan


pendapatan keluarga atau tingkat pendidikan orang tua, tetapi tingkat dimana
orang tua percaya mereka bisa menjadi sumber penting dalam pendidikan anak
mereka dan terlibat di sekolah dan masyarakat. (Janice J. Beaty, 2013: 456).
Program pendidikan anak usia dini bersifat holistik dan terintegrasi. Oleh
sebab itu keterlibatan orangtua di sekolah akan dapat meningkatkan
lingkungan belajar yang sehat dan konsisten. Saat orangtua terlibat aktif
dengan program lembaga PAUD anak-anak mereka, anak-anak cenderung
merekah. Anak-anak sepertinya menyadari jika keluarga mereka kenal
pendidik mereka dan pendidik kenal keluarga mereka.24

D. Peran atau pendampingan orang tua menghadapi abk

Orang tua adalah lingkungan terdekat dan utama dalam kehidupan


anak berkebutuhan khusus Heward (2003) menyatakan bahwa efektivitas
berbagai program penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak
berkebutuhan khusus akan sangat ditentukan oleh peran serta dan dukungan
penuh dari keluarga khususnya orang tua, sebab mereka adalah pihak yang
mengenal dan memahami berbagai aspek dalam diri seorang anak dengan jauh
lebih baik daripada orang- orang yang lain. Di samping itu, dukungan dan
penerimaan dari orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberikan

23
Ibid.
24
Ibid.

22
'energi dan kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus untuk lebih
berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan
ketrampilan hidupnya dan pada akhirnya dapat berprestasi. Sebaliknya,
penolakan atau minimnya dukungan yang diterima dari orang-orang terdekat
akan membuat mereka semakin rendah diri dan menarik diri dari lingkungan
enggan berusaha karena selalu diliputi oleh ketakutan ketika berhadapan
dengan orang lain maupun untuk melakukan sesuatu, dan pada akhirnya
mereka benar-benar menjadi orang yang tidak dapat berfungsi secara sosial
serta selalu tergantung pada bantuan orang lain, termasuk dalam merawat diri
sendiri.25

Menurut Hurlock (2001), bahwa respon orang tua terhadap anggota


keluarga yang mengalami psikopatologis akan mempengaruhi sikap orang tua
terhadap anggota keluarga yang mengalami psikopatologis, selain itu persepsi
orang tua mengenai konsep keluarga idaman" yang terbentuk secara turun
temurun akan didasarkan pada gambaran keluarga ideal. dalam hal ini adalah
kondisi anak sebagai "anak sempurna yang normal dan berkembang dengan
baik. Kemudiah hal tersebut juga didukung oleh Kubler (2008) bahwa sebelum
mencapai tahap penerimaan individu akan melalui beberapa tahap salah
satunya adalah denial (penolakan) tahap ini dimulai dari rasa tidak percaya saat
menerima diagnosa dari seorang ahli.26

Menurut Hewett dan Frank D yang dikutip oleh Aini Mahabbati dalam
Jurnal Pendidikan Khusus Vol 5 No. 2 November 2009 mengatakan bahwa,
peran atau penanganan atau pola asuh anak berkebutuhan khusus
mengharapkan seorang ibu mampu menjadi tokoh yang berkenaan dengan
pelayanan dan penanganan terhadap anak yaitu:

1. Sebagai pendamping (as aids) terutama dalam membantu tercapainya


tujuan layanan penanganan pendidikan anak

25
Nurul Aini dan Siti Khodijah, Peran Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus,
Dokumen, Universitas Muhammadiyah Malang, 2023.
26
Ibid.

23
2. Sebagai sumber (as resources) menjadi sumber data yang lengkap
mengenai diri anak

dalam usaha intervensi perilaku anak

3. Sebagai dianotisian (as tescher) penentu karakteristik dan jenis kebutuhan


khusus dan

berkemampuan melakukan treatmen terutama diluar jam sekolah? Senada


dengan Mangunsong yang dikutip oleh Monika dan Fidelis

Waruwu bahwa, mengungkapkan berbagai bentuk keterlibatan orang tua


sesuai dengan peran dan tanggung jawab, antara lain:

1. Orang tua sebagai pengambil keputusan yang dimana tanggung jawab


orang tua tersebut lebih dalam membantu anak menyesuaikan diri,
melakukan sosialisasi, memfasilitasi hubungan dengan saudara kandung
dalam keluarga, dan merencanaka masa depan anak

2 Proses penyesuai diri yaitu orang tua harus menerima realitas bahwa anak
mereka berbeda dengan anak normal pada umumnya. memiliki kesadaran
intelektual mengenai gangguan yang dialami anaknya serta orang tua harus
bias melakukan penyesuaian emosional terhadap kondisi tersebut.

3. Sosialisasi anak yang dimana keperhatinan orang tua biasanya berasal


dariperlakuan masyarakat normal terhadap anak berkelainan karena merasa
terasingkan dan kurang menjalin sosialisasi dengan baik. Maka dari im
langkah sosialisasi bagi anak berkebutuhan khusus sebaiknya dimulai dari
kehidupan yang paling dekat yaitu keluarga

4. Memperhatikan hubungan dengan saudara-saudaranya seperti kakak


maupun adık dari anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan
pemahaman keadaan saudari dari mereka yang berbeda sehingga orang tua
lebih peka terhadap keadaan mereka untuk bisa saling memahami kondisi
saudara berkebutuhan khusus Peran orang tua diatas merupakan salah satu

24
peran orang tua terhadap pola asuh anak berkebutuhan yang dimana pola
asuh tersebut membutuhankan banyak waktu dan menguras tenaga bagi
orang tua, supaya anak dapat berkembang secara mandiri dan mampu
menghadapi masa depan yang mereka impikan Adapun model pengasuhan
dalam Perspektif Psikologi yaitu Model Baumrind Menurut pendapat
Baumrind beberapa gaya pola asuh orang tua sebagai berikut (dalam
Santrock 2007 167-168):27

E. Pola Asuh

a. Pola asuh Autoritatif adalah ditandainya dengan sikap terbuka terhadap


orang tua dengan anaknya, menghargai pendapat maupun perilaku displin
serta mendorong anak mampu berdiri sendiri (mandir) tanpa meniggalkan
pengawasan terhadap aktivitas anak. kalau perlu menggunakan hukuman
sebagai upaya konsekuensi kepada anak jika anak melakukan pelanggaran
dengan hukuman yang rasional.

b. Pola Asuh Otoriter Pola asuh Otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan
adanya aturan-aturan yang diberikan oleh orang tua kepada anak tanpa
berdikusi dengan anak terlebih dahulu hal ini berdampak buruk kepada anak
yaitu anak merasa ketakutan, tidak bahagia, selalu tegang cenderung ragu,
tidak mampu menyelesikan masalah. kemampuan berkomunikasi yang
buruk.

c. Pola Asuh Permisif Pola asuh Permisif adalah pola asuh yang
ditandai dengan kebebasan tanpa batas terhadap anak untuk berperilaku
sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa menyadari bahwa perilaku
tersebut baik ataupun buruk karena orang tua tidak pernah membenarkan
atau menyalahkan anak Untuk setiap orang tua. penerapan pola asuhnya
dapat berbeda-beda seperti halnya orang tua dulu menerapkan pola asuh
terhadap anaknya seperti yang diajarkan oleh orang tua jaman dulu turun
temurun Dalam kehidupan sehari-hari orang tua menggunkan kombinasi

27
Ibi.

25
dari semua pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh yang terlihat
lebih dominan daripada pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil
sepanjang waktu.

d. Pengasuhan yang menuruti Adalah gaya pengasuhan dimana orang tua


sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut dan mengontrol
mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan apa saja yang
mereka inginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan
perilakunya sendiri dan selalu berharap mendaatkan keinginannya.
Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak mereka dengan cara ini

karena mereka percaya bahwa kombinasi antara keterlibatan yang hangat


dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri.
Namun anak yang memiliki orang tua yang selalu menurutinya jarang
belajar menghormati prang lain dan mengalami kesulitan dalam
mengendalikan perilakunya Mereka mungkin mendominasi, egosentris,
tidak menuruti aturan, dan kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya.

Pola pengasuhan yang terdiri dari empat model tersebut,


pengasuhan otoritatif cenderung merupakan gaya yang paling efektif,
berikut alasan (Hart dkk dalam Santrock 2007) Orang tua yang otoritatif
merupakan keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi, sehingga
memberikan kesempatan anak untuk kemandirian sembari memberikan
standar, batas, dan panduan yang dibutuhkan anak Orang rua yang otoritatif
lebih cenderung melibatkan anak dalam kegiatan memberi dan menerima
secara verbal dan memperbolehkan anak mengutarakan pendapat mereka.
Jenis diskusi orang tua ini membantu anak memahami hubungan sosial dan
apa yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang kompeten secara sosial
Kehangatan dan keterlibatan yang diberikan orang tua yang otoritatif
membuat anak lebih bisa menerima pengaruh orang tua. Kemudian adapun
model Pengasuhan Hauser yaitu Model pola asuh yang dikenalkan oleh
Hauser bersifat interaktif antara orang tua dan anak Menunit Papalia dan
Old, terdapat hubungan yang ambivalen (perasaan bertentangan) antara

26
anak dan orang tua, dalam arti anak memiliki perasaan yang campur aduk
seperti halnya orang tua, yaitu kebimbangan antara menginginkan mandiri
atau tetap bergantung pada dirinya. Orang tua yang memiliki anak yang
agak besar bersikap fleksibel dalam pemikiran dan lebih egalitarian
dibanding saat anak anaknya berusia lebih kecil.28

Model pengasuhan menurut Papalia dan Olds (Mualifah 2009

1. Pola asuh yang bersifat mendorong dan menghambat, yakni pola asuh yang
dilakukan orang tua dalam berinteraksi dengan anak bersifat mendorong
dan menghambat. Pola asuh yang mendorong dan menghambat ini
mengandung komponen kognitif dan afektif

2. Pola asuh yang bersifat mendorong, yakni adanya dorongan terhadap


anggota keluarga untuk mengekspresikan pikiran dan persepsi mereka.

3. Pola asuh yang bersifat menghambat, pola asuh jenis menandakan adanya
hambatan yang dilakukan orang tua. Adapun yang menghambat yang
bersifat kognitif meliputi mengalihkan anggota keluarga dan masalah yang
mereka hadapi, tidak member/menyembunyikan informasi pada anak dan
mengabaikan anggota keluarga darti masalah keluarga.29

Sikap khas orang tua terhadap anak Hurlock tidak membagi pola asub
orang tua. Namun lebih menekankan pada sikap khas yang dilakukan orang
tua terhadap anak. Secara umum banyak ditemukan pengaruhnya terhadap
anak. Dari beberapa sikap orang tua yang khas (Hurluck, 1993) yakni
diantaranya:30

1. Melindungi secara berlebihan

28
Ibid.
29
Ibid.
30
Ibid.

27
Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan
pengendalian anak yang berlebihan Ketergantungan pada semua orang
bukan pada orang tua saja, dan kurangnya rasa percaya diri dan frustasi.
2. Permisivitas

Permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka
hati dengan sedikit kekangan. Hal ini menciptakan suatu rumah tangga
yang berpusat pada anak" Jika sikap permisisf ini tidak berlebihan, ia
mendorong anak untuk cerdik, mandiri dan berpenyesuaian sosial yang
baik sikap ini juga menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas, dan sikap
matang
3. Memanjakan

Pesivitas berlebihan - memanjakan-memanjakan anak egois, menuntut


Mereka menuntut perhatian dan pelayanan dari orang lain - perilaku yang
menyebabkan penyesuaian sosial yang buruk di rumah dan di luar rumah
4. Penolakan

Penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak atau


dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan yang
terbuka. Hal ini menumbuhkan rasa dendam, perasaan tak berdaya frustasi,
perilaku gugup, dan sikap permusushan terhadap orang lain, terutama
terhadap mereka yang lebih lemah dan kecil.
5. Penerimaan

Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang
terhadap anak orang tua yang menerima memperhatikan perkembangan
kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak Anak yang diterima
umumnya bersosialisasi dengan baik, kooperatif, ramah loyal, secara
emosional stabil dan gembira.
6. Dominasi

Anak yang didominasi oleh salah satu kedua orang tua bersifat jujur. sopan
dan berhati-hati tetapi cenderung malu, panih, dan mudah dipengaruhi orang

28
lain, mengalahkan dan sangat sensitif. Pada anak yang didominasi sering
berkembang rasa rendah diri dan perasaan menjadi korban
7. Tunduk pada anak

Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi


mereka dan rumah mereka. Anak memerintah orang tua dan menunjukkan
sedikit tenggang rasa, penghargaan atau loyalitas pada mereka. Anak belajar
untuk menentang semua yang berwenang dan mencoba mendominasi orang
di luar lingkungan rumah
8. Favoritisme

Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak dengan


sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini membuat
mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya daripada anak lain
dalam keluarga. Anak yang disenangani cenderung memperlihatkan sisi
baik mereka pada orang tua tetapi agresif dan dominan dalam hubungan
dengan kakak-adik mereka.
9. Ambisi orang tua

Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka seringkali
sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi in sering dipengaruhi oleh
ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak
mereka naik di tangga status sosial. Bila anak tidak dapat memenuhi ambisi
orang tua, anak cenderung bersikap bermusuhan, tidak bertanggung jawab
dan berprestasi di bawah kemampuan Tambahan pula mereka memiliki
perasaan tidak mampu yang sering diwarnai perasaan dijadikan orang yang
dikorbankan yang timbul akibat kritik orang tua terhadap rendahnya pestasi
mereka.31

31
Ibid.

29
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang diterima


dari keluarga saudara. Keterampilan sosial, empati, dan pemahaman tentang
kompromi dapat dikembangkan melalui hubungan saudara. Pengaruh saudara bisa
menjadi contoh positif atau negatif, yang dapat memengaruhi perilaku dan prinsip
anak. Perbedaan keluarga, seperti perbedaan usia, dapat membantu anak
mengembangkan toleransi dan adaptasi. Keterlibatan saudara dalam pendidikan
anak dapat membantu perkembangan sosial dan akademik anak serta memperkuat
hubungan keluarga. Keluarga yang mendorong saudara untuk bekerja sama dan
berbicara satu sama lain dapat membuat lingkungan belajar yang positif.

Seringkali diabaikan bahwa saudara sangat penting untuk perkembangan dan


pendidikan anak. Oleh karena itu, keluarga harus menyadari dampak dan berusaha
membangun hubungan positif antar saudara dan melibatkan mereka dalam
pendidikan anak. Dengan cara ini, keluarga dapat membuat lingkungan yang
mendukung perkembangan yang seimbang dan positif bagi setiap anak.

Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah


imi, Akan tetapi masih banyak kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari pada pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus menghasilkan
penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., dan Khodijah, S., (2023). Peran Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan
Khusus. Dokumen, Universitas Muhammadiyah Malang.

Asmar, A., (2023). Berikut Cara Mengelola Perbedaan Dalam Keluarga. Diakses
pada 12 Oktober 2023.

Huda, N., (2022). Manfaat Keberagaman di Rumah Beserta Contohnya. Diakses


pada 12 Oktober 2023.

Rifki, M., (2023). Analisis Model Bisnis Pembayaran Digital di Indonesia


(Skripsi). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Syariefuddin & Ridwan. (2023). Pola Hubungan antara Nasionalisme dan


Otonomi di Indonesia. Jurnal Nasionalisme dan Otonomi, 5(1), 1-12.

31

Anda mungkin juga menyukai