Disusun Oleh :
Kelompok 5
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Karna dengan berkat
rahmat dan hidayah-nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan
salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami ucapkan
Terima kasih kepada Ibu Izza Fitri, M.Pd. yang telah memberikan tugas kepada
kami. Alhamdulillah makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan. Dengan judul Hubungan Dengan Saudara. Kami memohon maaf
kepada dosen dan para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan
dalam penulisan makalah ini, baik dan segi bahasanya maupun isinya. Kami
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca demi
baiknya makalah ini. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
B. Tujuan Masalah................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................. 30
Kesimpulan ........................................................................................................... 30
Saran ...................................................................................................................... 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Fase terakhir adalah ketika anak sudah menginjak dewasa, di mana orang
tua bertindak sebagai “observer” dalam kehidupan si anak. Keluarga di fase ini
berperan sebagai pusat konsultatif atau ruang bertanya ketika
diperlukan. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan adalah faktor pendorong dan
penentu dalam perkembangan pendidikan inklusif. Hal itu dimulai dari
1
pengambilan keputusan mengenai tempat sekolah juga kolaborasi dengan pihak
sekolah dan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Orang tua
merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anaknya. Peran orang tua
menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan dan kegagalan anak dalam proses
pendidikan. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dan mendukung
proses pendidikan anaknya. Pendidikan dari orang tua merupakan pendidikan dasar
bagi anak.
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad Rifki, Analisis Model Bisnis Pembayaran Digital di Indonesia, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 2023. 13.
3
keyakinan, melalui dua mekanisme kunci, penguatan dan observasi perilaku
orang lain (Mukhlis & Hirmaningsih, 2010).2
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antar saudara
kandung adalah keseluruhan interaksi total dari dua atau lebih individu yang
mempunyai orangtua biologis yang sama dimana mereka memiliki keterikatan
dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan perasaan sepanjang masa
sejak seorang saudara kandung menyadari kehadiran saudaranya yang lain dimana
hubungan yang terjalin saling mempengaruhi perkembangan satu sama lain.
2
Ibid, 14.
3
Ibid.
4
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hubungan Persaudaraan Menurut Furman
dan Buhrmester (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antar
saudara kandung secara umum adalah sebagai berikut:
1. Konstelasi Keluarga
3. Urutan kelahiran
4. Jenis kelamin
5
pengasuh dan cenderung lebih hangat kepada saudaranya dibandingkan laki-
laki.4
b. Perlakuan Orangtua
Hubungan hangat dan positif antara anak dan orangtua akan berpengaruh
terhadap hubungan anak dengan saudara kandungnya. Namun dalam
hubungannya, orangtua erat kaitannya dengan tingkah laku atau pola
pengasuhan (parenting style). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan saudara sekandung hubungan
4
Ibid, 16.
6
persaudaraan adalah variabel konstelasi keluarga meliputi jarak usia antar
saudara, urutan kelahiran, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, status sosial
ekonomi: perlakuan orangtua serta hubungan orangtua dengan anak.5
Menurut Stocker. Lanthier dan Forman (1997), ada tiga dimensi hubungan
persaudaraan, yaitu sebagai berikut:6
a. Kedekatan (warmth)
1. Keintiman (intimacy)
1. Kekaguman (admiration)
5
Ibid, 17.
6
Ibid, 18.
7
2. Dukungan emosi (emotional support)
Hal ini ditandai dengan adanya dukungan emosi yang diterima individu
dari saudara sekandungnya dan juga berlaku sebaliknya. Dukungan emosi
ini seperti pelukan, sentuhan dan kata-kata yang membangun.
4. Penerimaan (acceptance)
5. Pengetahuan (knowledge)
1. Pertengkaran (quarreling)
2. Kompetisi (competition)
Adanya keinginan dan perilaku untuk saling mengungguli satu sama lain.
Individu berusaha melakukan hal-hal yang membuat ia menjadi lebih baik
atau menonjol dari saudara sekandungnya.
7
Ibid, 19.
8
3. Permusuhan (antagonism) Adanya perilaku yang saling bermusuhan.
Individu berusaha untuk menghindar dan tidak saling memperhatikan satu
sama lain sehingga terkesan tidak bersahabat.
4. Dominasi (domination)
Adanya perilaku saling menekan dan menguasai antara satu sama lain.
Individu berusaha untuk mengatur dan mencampuri masalah- masalah
pribadi saudara sekandungnya sehingga menyebabkan ketidaknyamanan.
B. Pengaruh Saudara
pembentukan budi luhur bagi seorang anak. Salah satu ciri anak yang berbudi
luhur adalah selalu menunjukkan sikap sopan dan hormatnya pada orang tua.
Budi luhur yang melekat pada setiap orang bukan datang dengan sendirinya,
melainkan harus diciptakan. Terutama dalam keluarga dan bukan merupakan
keturunan. Dengan kata lain, budi luhur tidak merupakan keturunan
melainkan merupakan produk pendidikan dalam keluarga, merupakan
perpaduan antara akal. Kehendak, dan rasa.8
8
Ibid.
9
C .Perbedaan dalam keluarga
2. Keberagaman ciri fisik Terjadi karena adanya perbedaan ciri fisik yang bisa
dilihat dari tinggi badan, warna mata, pnjang dan pendeknya rambut, warna
kulit, dan lain-lain.
9
Andi Asmar, Berikut Cara Mengelola Perbedaan Dalam Keluarga, Semua Didapatkan
Dalam Bimwin KUA Soppeng Riaja, Kemenag Sulsel, 2023.
10
5. Keberagaman jenis kelamin Terjadi karena anggota keluarga memiliki
jenis kelamin yang berbeda.
dilakukan
satu sama lain, sehingga kondisi rumah nyaman, harmonis, dan damai.11
Usia dini adalah masa pada saat anak tumbuh dan berkembang
secara pesat. Berdasarkan tinjauan psikologis, bahwa pada masa usia dini
10
Ibid.
11
Nurul Huda, Manfaat Keberagaman di Rumah Beserta Contohnya, Kompas.com, 2022.
Diakses pada 12 Oktober 2023.
11
anak lebih cepat menyerap informasi yang diterima dari luar. Apabila anak
mendapatkan stimulasi yang tepat dari lingkungannya, baik lingkungan
keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, maka proses
pertumbuhan dan perkembangan anak akan berjalan secara optimal. Secara
umum, tujuan pendidikan anak adalah memberikan stimulasi atau
rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman
dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlah mulia, sehat, berilmu, cakap,
kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percara diri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis dan bertanggung jawab. (Suyadi, 2013: 19). Stimulus
terhadap anak usia dini dalam memberikan pendidikan tidak hanya langsung
diserahkan kepada pihak sekolah sebagai pendidikan formal. Peran keluarga
dalam hal ini sangat penting mengingat 80% waktu anak usia dini adalah
berada di lingkungan keluarga, sehingga keluarga mempunyai andil yang
besar dalam pendidikan anak. 12
12
Syariefuddin & Ridwan, Pola Hubungan antara Nasionalisme dan Otonomi di Indonesia,
Jurnal Nasionalisme dan Otonomi, (2023), 5(1), 1-12.
12
cerminan diri anak. Pembelajaran yang terjadi dan diterima oleh anak di
lembaga pendidikan formal hanya sebesar 20%. Untuk itu, penting bagi
keluarga khususnya 13
13
Ibid.
14
Ibid.
13
Pandangan lain menyebutkan bahwa, keluarga sebagai sebuah persekutuan
antara ibu-bapak dengan anak-anaknya yang hidup bersama dalam sebuah
institusi yang terbentu karena ikatan perkawinan yang sah menurut hukum
dan di dalamnya terjadi interaksi (saling berhubungan dan mempengaruhi)
antara satu dengan lainnya. (Syaiful Bahri, 2014:3)15
Dari uraian beberapa ahli di atas, maka pengertian dari keluarga adalah
sebuah institusi pendidikan yang utama dan bersifat kodrati. Keluarga
merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu
15
Ibid.
16
Ibid.
14
dan anak. Keluarga mempunyai peran penting dan strategis dalam
pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas.
15
dan anggota keluarga lain dengan program anak-anak mereka. Program
pelibatan keluarga tersebut yakni:17
a. Fundation Class (hadir dalam pertemuan dengan guru pada hari pertama anak
masuk sekolah).
langsung lingkungan sekolah, orang tua dapat mengetahui apa saja yang
akan diberikan oleh sekolah selama masa pendidikan anak berlangsung,
mengetahui peraturan yang diperbolehkan dan dilarang sekolah, hingga
berkenalan dengan para guru dan warga sekolah lainnya. Kehadiran orang tua
di hari pertama masuk sekolah juga dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk
mempererat hubungan dengan guru. Para orang tua dan wali kelas, misalnya,
dapat membuat satu grup percakapan online yang dapat menghubungkan antara
guru dengan orangtua satu dengan orangtua lainnya terkait pendidikan anak
tetap dapat berjalan meski jarang bertemu. Dengan begitu, tidak hanya anak-
anak saja yang melakukan orientasi di hari pertama masuk sekolah, para orang
tua pun juga ikut melakukan orientasi agar lebih memahami lingkup pendidikan
anak mereka.
Selain itu, hubungan antara anak dan keluarga menjadi lebih baik.
Seorang pengamat pendidikan, Arief Rahman Hakim, menyatakan bahwa
manfaat positif akan terasa mulai dari sisi internal keluarga, yakni hubungan
antara anak dengan orangtua menjadi lebih baik. Agar anak siap sekolah, Ibu
17
Ibid.
16
atau Ayah bisa bercerita tentang pengalamannya dahulu saat Ibu atau Ayah
pertama kali masuk sekolah dan juga memberikan motivasi belajar untuk
menghilangkan rasa gugup anak. (Sahabatnestle.co.id) Hari pertama masuk
sekolah, anak bertemu dengan lingkungan baru dirinya. Sehingga anak
memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Oleh
karena itu, agar ia siap sekolah, anak tetap harus mendapat pendampingan dari
orangtuanya saat beradaptasi dengan lingkungan baru. Dengan kehadiran orang
tua saat hari pertama sekolah, anak akan merasa percaya diri untuk masuk
sekolah, mengenal orang-orang baru, menjalin persahabatan, dan menyiapkan
diri untuk belajar banyak hal.18
b. Parent Gathering
18
Ibid.
17
dan keterampilan anggota melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini dalam
keluarganya; (b) meningkatkan kepedulian orangtua yang mempunyai anak
usia dini untuk mengirimkan anaknya ke lembaga PAUD; (c) meningkatkan
kesiapan kelaurga yang belum mempunyai anak usia dini untuk melaksanakan
pendidikan anak usia dini di rumah. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat
dilaksanakan dalam KPO, antara lain curah pendapat, sarasehan, simulasi,
belajar keterampilan, temu wicara, dan belajar keterampilan tertentu. (Mukhtar
Latif, 2013: 262-263).19
19
Ibid.
20
Ibid.
18
Pendidik harus mempunyai jadwal secara bergilir untuk memilih
orangtua membantunya di kelas atau pun menjadi narasumber. Apabila
orangtua telah dipilih menjadi narasumber pada program yang ada di sekolah,
maka orangtua dapat ikut andil pada penyampaian tema. Misalnya pada saat
itu, tema yang sedang dilaksanakan adalah tentang profesi, orang tua dapat
menyampaikan berbagai profesi yang ada di sekitar mereka. Dengan adanya
gambaran tentang profesi tersebut, sejak dini anak sudah punya gambaran
tentang beragam profesi. Walaupun orang tua tidak sebagai narasumber, orang
tua dapat terlibat dalam observasi (pengamatan) pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi pada anak mereka. Sehingga keterlibatan orang tua
tidak hanya terjadi pada saat pergi mengantarkan anak sekolah saja, atau
pulang menjemput anak.
21
Ibid.
19
bernyanyi, berpuisi, bahkan berlakon layaknya artis (bermain peran).
Paguyuban orang tua merupakan wadah untuk membantu sekolah dalam
memajukan pendidikan anak. Paguyuban orang tua juga dapat berpartisipasi
dalam upaya meningkatkan mutu PAUD. Adapun program yang dapat
dilakukan oleh kelompok paguyuban orang tua yakni program jajanan sehat,
halam yang hijau, dan toilet yang bersih. Kedua acara ini (pentas kelas dan
paguyuban orang tua) bertujuan untuk merayakan kebersamaan yang telah
dilalui selama satu tahun bersama anak, guru dan orang tua.
22
Ibid.
20
ataupun Ayah) harus datang sehingga antara orang tua dan guru bisa sharing.
Pelaksanaan pembagian rapor ini juga merupakan umpan balik (feed back)
secara langsung tentang pendidikan anak di sekolah. (Kemendikbud, 2016:
19).
21
keluarga siap dikunjungi. Nyatakan dengan jelas bahwa tujuan dari kunjungan
30 menit yang akan dilakukan oleh pendidik adalah saling mengenal dan bukan
membahas kemajuan perkembangan anak. Tujuan kunjungan ke rumah
menurut Buder Elementary School di St. Louis, Missouri yakni dengan
kunjungan ke rumah akan meningkatkan keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak. (Morrison, 2016: 941).23
23
Ibid.
24
Ibid.
22
'energi dan kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus untuk lebih
berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan
ketrampilan hidupnya dan pada akhirnya dapat berprestasi. Sebaliknya,
penolakan atau minimnya dukungan yang diterima dari orang-orang terdekat
akan membuat mereka semakin rendah diri dan menarik diri dari lingkungan
enggan berusaha karena selalu diliputi oleh ketakutan ketika berhadapan
dengan orang lain maupun untuk melakukan sesuatu, dan pada akhirnya
mereka benar-benar menjadi orang yang tidak dapat berfungsi secara sosial
serta selalu tergantung pada bantuan orang lain, termasuk dalam merawat diri
sendiri.25
Menurut Hewett dan Frank D yang dikutip oleh Aini Mahabbati dalam
Jurnal Pendidikan Khusus Vol 5 No. 2 November 2009 mengatakan bahwa,
peran atau penanganan atau pola asuh anak berkebutuhan khusus
mengharapkan seorang ibu mampu menjadi tokoh yang berkenaan dengan
pelayanan dan penanganan terhadap anak yaitu:
25
Nurul Aini dan Siti Khodijah, Peran Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus,
Dokumen, Universitas Muhammadiyah Malang, 2023.
26
Ibid.
23
2. Sebagai sumber (as resources) menjadi sumber data yang lengkap
mengenai diri anak
2 Proses penyesuai diri yaitu orang tua harus menerima realitas bahwa anak
mereka berbeda dengan anak normal pada umumnya. memiliki kesadaran
intelektual mengenai gangguan yang dialami anaknya serta orang tua harus
bias melakukan penyesuaian emosional terhadap kondisi tersebut.
24
peran orang tua terhadap pola asuh anak berkebutuhan yang dimana pola
asuh tersebut membutuhankan banyak waktu dan menguras tenaga bagi
orang tua, supaya anak dapat berkembang secara mandiri dan mampu
menghadapi masa depan yang mereka impikan Adapun model pengasuhan
dalam Perspektif Psikologi yaitu Model Baumrind Menurut pendapat
Baumrind beberapa gaya pola asuh orang tua sebagai berikut (dalam
Santrock 2007 167-168):27
E. Pola Asuh
b. Pola Asuh Otoriter Pola asuh Otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan
adanya aturan-aturan yang diberikan oleh orang tua kepada anak tanpa
berdikusi dengan anak terlebih dahulu hal ini berdampak buruk kepada anak
yaitu anak merasa ketakutan, tidak bahagia, selalu tegang cenderung ragu,
tidak mampu menyelesikan masalah. kemampuan berkomunikasi yang
buruk.
c. Pola Asuh Permisif Pola asuh Permisif adalah pola asuh yang
ditandai dengan kebebasan tanpa batas terhadap anak untuk berperilaku
sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa menyadari bahwa perilaku
tersebut baik ataupun buruk karena orang tua tidak pernah membenarkan
atau menyalahkan anak Untuk setiap orang tua. penerapan pola asuhnya
dapat berbeda-beda seperti halnya orang tua dulu menerapkan pola asuh
terhadap anaknya seperti yang diajarkan oleh orang tua jaman dulu turun
temurun Dalam kehidupan sehari-hari orang tua menggunkan kombinasi
27
Ibi.
25
dari semua pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh yang terlihat
lebih dominan daripada pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil
sepanjang waktu.
26
anak dan orang tua, dalam arti anak memiliki perasaan yang campur aduk
seperti halnya orang tua, yaitu kebimbangan antara menginginkan mandiri
atau tetap bergantung pada dirinya. Orang tua yang memiliki anak yang
agak besar bersikap fleksibel dalam pemikiran dan lebih egalitarian
dibanding saat anak anaknya berusia lebih kecil.28
1. Pola asuh yang bersifat mendorong dan menghambat, yakni pola asuh yang
dilakukan orang tua dalam berinteraksi dengan anak bersifat mendorong
dan menghambat. Pola asuh yang mendorong dan menghambat ini
mengandung komponen kognitif dan afektif
3. Pola asuh yang bersifat menghambat, pola asuh jenis menandakan adanya
hambatan yang dilakukan orang tua. Adapun yang menghambat yang
bersifat kognitif meliputi mengalihkan anggota keluarga dan masalah yang
mereka hadapi, tidak member/menyembunyikan informasi pada anak dan
mengabaikan anggota keluarga darti masalah keluarga.29
Sikap khas orang tua terhadap anak Hurlock tidak membagi pola asub
orang tua. Namun lebih menekankan pada sikap khas yang dilakukan orang
tua terhadap anak. Secara umum banyak ditemukan pengaruhnya terhadap
anak. Dari beberapa sikap orang tua yang khas (Hurluck, 1993) yakni
diantaranya:30
28
Ibid.
29
Ibid.
30
Ibid.
27
Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan
pengendalian anak yang berlebihan Ketergantungan pada semua orang
bukan pada orang tua saja, dan kurangnya rasa percaya diri dan frustasi.
2. Permisivitas
Permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka
hati dengan sedikit kekangan. Hal ini menciptakan suatu rumah tangga
yang berpusat pada anak" Jika sikap permisisf ini tidak berlebihan, ia
mendorong anak untuk cerdik, mandiri dan berpenyesuaian sosial yang
baik sikap ini juga menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas, dan sikap
matang
3. Memanjakan
Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang
terhadap anak orang tua yang menerima memperhatikan perkembangan
kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak Anak yang diterima
umumnya bersosialisasi dengan baik, kooperatif, ramah loyal, secara
emosional stabil dan gembira.
6. Dominasi
Anak yang didominasi oleh salah satu kedua orang tua bersifat jujur. sopan
dan berhati-hati tetapi cenderung malu, panih, dan mudah dipengaruhi orang
28
lain, mengalahkan dan sangat sensitif. Pada anak yang didominasi sering
berkembang rasa rendah diri dan perasaan menjadi korban
7. Tunduk pada anak
Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka seringkali
sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi in sering dipengaruhi oleh
ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak
mereka naik di tangga status sosial. Bila anak tidak dapat memenuhi ambisi
orang tua, anak cenderung bersikap bermusuhan, tidak bertanggung jawab
dan berprestasi di bawah kemampuan Tambahan pula mereka memiliki
perasaan tidak mampu yang sering diwarnai perasaan dijadikan orang yang
dikorbankan yang timbul akibat kritik orang tua terhadap rendahnya pestasi
mereka.31
31
Ibid.
29
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., dan Khodijah, S., (2023). Peran Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan
Khusus. Dokumen, Universitas Muhammadiyah Malang.
Asmar, A., (2023). Berikut Cara Mengelola Perbedaan Dalam Keluarga. Diakses
pada 12 Oktober 2023.
31