Anda di halaman 1dari 26

Dosen Pengampuh : Andi Hasliani, S.ST.,M.

Keb

MAKALAH

PENGARUH LINGKUNGAN PADA PERKEMBANGAN REMAJA

“Pengaruh Keluarga Terhadap Perkembangan Remaja & Pengaruh Teman Sebaya


Terhadap Perkembangan Remaja”

Di Susun Oleh :

Kelompok III

Nurwinda Renwarin NH0822005

Sarinande Salamor NH0822009

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah melimpahkanrahmat-
Nya berupa kesempatan, kesehatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Makassar, 18 Mei 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... iv
A. Latar Belakang............................................................................................................ iv
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... iv
C. Tujuan .......................................................................................................................... v
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................... 1
A. Pengertian .................................................................................................................... 1
B. Pengaruh Keluarga Terhadap Perkembangan Remaja ................................................ 3
C. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Remaja ..................................... 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 19
B. Saran .......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan, mulai dari anak bergantung kepada
ibu, ayah kakak, abang maupun sebaliknya kesemuanya saling membutuhkan.
Yusuf menyatakan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak,
sehingga kedudukan keluarga dalam perkembangan psikologis anak sangatlah
dominan
Keluarga juga merupakan lapangan pendidikan yang pertama bagi remaja-
remaja dan pendidikannya adalah kedua. Orang tua memegang peran penting dalam
membimbing serta memberikan pendidikan keagamaan, sebagai institusi yang
berinteraksi dengan anak. Pengalaman yang dilalui sejak anak kecil hingga
memasuki usia remaja, baik yang disadari maupun yang tidak disadari ikut menjadi
unsur yang menyatu dalam kepribadian anak.
Remaja sebagai makhluk sosial yang hidup dan berintegrasi dengan yang
lain sesuai dengan tahap perkembangan dan kepribadiannya. Sebagai individu yang
berada dalam proses perkembangan kearah kematangan atau kemandirian dan
integritas kepribadian. Untuk dapat mencapai kematangan tersebut remaja
memerlukan bimbingan dari berbagai pihak karena mereka masihkurang memiliki
pemahaman dan wawasan tentang dirinya dan lingkungannya

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian dari perkembangan remaja ?
2. Bagaimana Pengaruh Keluarga Terhadap Perkembangan Remaja?
3. Bagaimana Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Remaja?

iv
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengetian dari perkembangan remaja
2. Untuk Bagaimana Pengaruh Keluarga Terhadap Perkembangan Remaja
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Teman Sebaya Terhadap
Perkembangan Remaja

v
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Secara umum, perkembangan merupakan proses pertumbuhan manusia sejak
lahir hingga tumbuh dewasa. Santrock (2002) mendefinisikan perkembangan
sebagai perubahan dalam konsep biologi, kognitif, dan sosio-emosional individu
yang berawal dari fase janin hingga akhir hayat. Perkembangan juga bersifat
kualitatif yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, tetapi dapat dilihat dari sifat
yang berbeda dari tahap sebelumnya (Werner, 1969). Selain itu, perkembangan
lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologi yang
muncul (Monks, Knoers, Haditono, 1982). Perkembangan juga dimaknai
sebagai perubahan pada struktur, pola, dan tingkah laku individu. la dihasilkan
dari fungsi biologi, faktor asupan makanan, dan pengaruh lingkungan sekitar.
Perkembangan juga merupakan perubahan yang bersifat kualitatif, tetapi dapat
dilihat dengan membandingkan sifat yang terdahulu dengan sifat yang
terbentuk. Dengan kalimat lain, perkembangan bisa juga dianggap sebagai
proses individu itu mencapai kematangan, penguatan, dan kestabilan.
Proses perkembangan penyesuaian diri remaja ditandai dengan muncul
dinamika perkembangan dalam keluarga yang sangat tinggi, membawa
implikasi imperatif akan pentingnya intervensi pendidikan yang dilakukan
secara sistematis dengan sungguh-sungguh, dan terkoordinir guna membantu
proses perkembangan remaja agar berkembang kearah yang lebih baik. Peran
pendidikan yang dapat dilakukan orangtua antara lain, dalam kehidupan
keluarga mesti terciptanya suatu interaksi yang bersifat edukatif, orangtua dapat
memberi stimulus agar terhindar dari identitas yang negatif pada diri remaja
yang sesungguhnya, dan orang tua dapat dijadikan sebagai model bagi remaja

1
dalam segala tingkah laku yang menyilang sehingga dapat mengganggu proses
perkembangan penyesuaian diri.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, perkembangan adalah


perihal berkembang, mekar, terbuka membentang, menjadi besar, luas, banyak,
dan sebagainya. Kata berkembang tidak saja meliputi aspek yang bersifat
abstrak dalam hal kualitas, seperti pikiran dan pengetahuan, namun juga bersifat
konkret yang menunjukkan perkembangan positif.
Perkembangan menurut istilah adalah development, yang merupakan
rangkaian yang bersifat progresif dan teratur dari fungsi jasmaniah dan ruhaniah
sebagai akibat pengaruh kerja sama antara kematangan (maturation) dan
pelajaran (learning).
Keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan, mulai dari anak
bergantung kepada ibu, ayah kakak, abang maupun sebaliknya kesemuanya
saling membutuhkan. Yusuf menyatakan keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi anak, sehingga kedudukan keluarga dalam
perkembangan psikologis anak sangatlah domina.
Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam
perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Menurut
Santrock(2001) krisis remaja adalah suatu masa perkembangan identitas dimana
remaja memilah-milah alternative-alternatif yang berarti dan tersedia.
Masa remaja adalah masa di antara masa anak-anak dan masa dewasa.
Menurut Stanley Hall (1916), masa remaja merupakan masa yang berada pada
masa ketegangan dan perasaan tertekan. Saat proses transisi ini, remaja melalui
banyak perubahan yang menjadi penyebab remaja merasa tertekan. Dalam
perkembangan remaja, banyak terjadi perubahan fisik dan motorik yang
dikaitkan dengan kematangan atau akil balig, perkembangan kognitif dan
intelektual, perkembangan sosial, serta perkembangan emosi. Dalam masa

2
terjadinya perkembangan ini, fungsi kognitif dan fungsi emosi saling bertindak
ke atas satu sama lain dalam meningkatkan kemampuan untuk memikirkan dan
memahami emosi sendiri, mempertimbangkan perspektif orang lain, dan
merancang suatu tindakan (Suizzo, 2000).
Masa remaja merupakan masa bermasalah. Setiap periode dalam
perkembangan mempunyai masalah, namun masalah yang terjadi pada remaja
berbeda dari masalah yang terjadi pada periode-periode yang lain, baik dalam
hal kuantitas, kualitas, maupun kompleksitasnya. Masalah memerlukan
pemecahan. Namun tidak setiap remaja mampu memecahkan masalahnya
bahkan tidak jarang terjadi akumulasi permasalahan. Ketidak mampuan dirinya
memecahkan masalah yang dihadapi dapat menyebabkan terjadinya gangguan
tingkah laku seperti deprest, stres, anoreksia, bulimia, dan juga ketergantungan
pada minuman keras dan obat-obat terlarang.

B. Pengaruh Keluarga Terhadap Perkembangan Remaja


 Nilai kepercayaan, adat istiadat, dan pola interaksi dan komunikasi.
 Fungsi bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi dan sosial,
penjelasan mengenai masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari
peran dan perilaku.
Pengaruh keluarga terhadap perkembangan remaja salah satunya dimulai
dengan komunikasi antara orang tua dan remaja. Komunikasi antara orang tua
dan remaja sangant penting terhadap perkembangan fisik, psikis, dan serta
pembentukan jati diri remaja. Oleh sebab itu orang tua perlu memahami
perkembangan remaja sehingga ia tahu bagaimana memperlakukan remaja
secara baik. Orang tua memperlakukan remaja cera baik dengan memberikan
rasa aman dan nyaman kepada remaja. Rasa aman dan nyaman sangatlah
penting dalam komunikasi yang baik terhadap remaja, agar tidak terjadi
kesalahpahaman serta dapat menjalin hubungan yang erat antar orang tua dan
remaja.

3
Dalam berkomunikasi orang tua dan remaja tidak hnya berwujud
pembicaraan antara orang tua dan remaja tetapi orang tua juga perlu mengerti
dan memahami apa yang ingin dikatakan oleh remaja. Dengan demikina remaja
merasa diperhatikan, dan disayang. Orangtua haruslah bijaksana dalam
berbicara dan bertingkah laku. Apa yang dikatakan orangtua secara sadar dan
tidak sadar akan diikuti oleh anak. Anak remaja sering mengikuti kata-kata
orangtuanya. Contoh bila orangtua sering berkata-kata kasar serta memaki
orang, remaja juga berlaku kasar dan suka memaki orangtua. Bila orangtua
berkata lembut dan menghargai orang lain, remaja pun ikut berkata lembut dan
menghargai orang lain. Orangtua merupakan model komunikasi bagi remaja
dalam bertingkah laku.
Komunikasi antara orangtua dengan remaja mempengaruhi pertumbuhan
kepribadiannya. Disamping itu komunikasi juga erat hubungannya dengan
perilaku dan pengalaman dalam keluarga. Melalui komunikasi, remaja dapat
menemukan dirinya sendiri, mengembangkan konsep diri, dan dapat
menetapkan hubungan antara remaja dengan lingkungan. Hubungan antara
orangtua dengan remaja akan menentukan intelektualitas dan kualitas hidup
orang tersebut. Jika orangtua tidak memahami gagasan remaja, dan pesan dari
remaja itu menjengkelkan mereka, ini berarti ada problema yang tidak berhasil
diatasi. Jika remaja menentang pendapat orangtua, maka orangtua harus
bijaksana dalam menyingkapi anak dengan menegaskan: "apa yang membuat
anak tidak setuju". Jika semakin sering orangtua berkomunikasi dengan baik
maka kedekatan hubungan dengan anak remaja pun semakin baik. Jika orangtua
semakin jauh dengan remaja dan orangtua selalu gagal untuk memotivasi remaja
untuk bertindak, berarti orangtua telah gagal berkomunikasi. Dengan kata lain,
komunikasi antara orangtua dengan remaja tidak efektif.(Andriyani, n.d.)

4
Adapun solusi yang perlu diperhatikan oleh orangtua kepada remaja saat
berkomunikasi yaitu:
1. Berikan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja.
2. Orangtua tidak perlu takut untuk membicarakan pendidikan seks kepada
remaja.
3. Kebahagiaan tidak diukur oleh faktor ekonomi/uang, tetapi lebih dari itu,
kasih sayang dan perhatian karena memang itulah yang terpenting bagi anak.
4. Didikan orangtua perlu yang demokratis bagi anak sehingga perkembangan
fisik dan psikisnya semakin baik.
5. Orangtua jangan membandingkan anaknya dengan anak orang lain, bahkan
saudaranya sendiri.
6. Beri kesempatan mereka terlibat dalam aktivitas-aktivitas fisik yang
melibatkan banyak orang.
7. Memahami adanya kebutuhan akan ruang pribadi (privasi) pada remaja.
8. Pahami akan adanya kebiasaan baru remaja yang berkaitan dengan
perubahan tubuhnya (khawatir akan kulit yang ber- jerawat, gemuk, dan
lain-lain).
9. Berikan pengetahuan tentang sex (sex education), berupa kese- hatan organ
reproduksi dan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada organ
kelamin dalam kaitan dengan norma- norma sosial.
10. Beri apresiasi kepada anak atas usahanya untuk terlibat dan bagaimana
mereka menampilkan komitmen terhadap aktivitas- aktivitasnya
11. Tetap memonitor siapa saja teman-teman mereka tersebut dan mengetahui
apa saja aktivitas mereka
12. Ajak mereka untuk berinteraksi layaknya orang dewasa.

Disampaikan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah R.A. bahwa Rasulullah
SAW telah bersabda: "Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci
bersih) dan kedua orang tuanya yang merencanakan kehidupan anak itu apakah

5
menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi". Kehidupan seorang remaja banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dan individu, terutama dari keluarga.
Keluarga bisa terdiri atas kedua orang tua, kakak adik, saudara, maupun
kakek dan nenek. Keluarga dapat dikategorikan sebagai keluarga kecil dan
keluarga besar. Pembentukan identitas diri banyak dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga kecil yang terdiri atas ibu, bapak, dan kakak-adik. Hal ini disebabkan
oleh hampir seluruh kehidupan sejak kita dilahirkan berada dalam lingkungan
keluarga. Keluarga yang berfungsi sesuai dengan peran masing-masing yang
membiasakan dengan lingkungan keluarga yang sehat dapat membantu
menyediakan lingkungan positif kepada remaja.
Selain kedua orang tua, kakak adik merupakan individu yang paling
signifikan terhadap remaja. Hubungan yang erat di antara kakak adik
memainkan peran yang penting dalam memengaruhi kehidupan remaja.
Pembentukan sistem kekeluargaan yang dapat berfungsi dengan baik pastinya
dapat membantu perkembangan remaja. Keluarga yang sehat mempunyai
keseimbangan dalam aspek kohesif, fleksibilitas, dan komunikasi, serta
kepuasan hidup dalam keluarga. Tentang hal ini, kohesif mengacu kepada
sejauh mana anggota keluarga terhubung secara emosi antara satu sama lain
(Olson, Gorall & Walsh, 2003). Ia memperlihatkan bagaimana anggota keluarga
mempunyai kedekatan emosi antara satu sama lain dalam keadaan yang
seimbang. Sekiranya, anggota keluarga menyadari tentang batasan-batasan dan
hak setiap individu dalam keluarga serta tidak mencederai hak dan privasi tiap-
tiap anggota yang berkemungkinan mereka mampu untuk membentuk tahap
kohesif yang seimbang dalam keluarga. Sebaliknya, kedua orang tua harus
mendidik setiap anak-anak untuk memahami dengan jelas hak dan privasi setiap
anggota keluarga. Kedua orang tua juga perlu mencontohkan fungsi keluarga
yang baik kepada anak- anak agar mereka dapat mempraktikkan cara yang sama
dalam hubungan mereka dengan kakak adik dan individu di luar lingkungan
keluarga mereka.

6
orang tua merupakan pembimbing utama dan memiliki peran yang penting
bagi perkembangan kepribadian anaknya. Baik buruknya kepribadian dimasa
yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan yang
diperoleh dari orang tuanya, karena di dalam keluarga pertama kalinya anak
memperoleh pendidikan sebelum dipendidikan-pendidikan yang lain. Sejak
dilahirkan ke dunia, orang tua membesarkan anaknya dengan penuh kasih
sayang dengan harapan agar anak dapat tumbuh menjadi sesorang anak yang
memiliki potensi yang baik
Orangtua harus memiliki pengetahuan dan menyadari kondisi remaja,
mereka tidak boleh lagi diperlakukan sebagai anak kecil. Hal ini akan dapat
meminimalisasi atau mengantisipasi komunikasi yang buruk antara orangtua
dengan remaja. Remaja memasuki masa di mana mereka perlu menjadi seorang
individu yang lebih independen (bebas) dari sebelumnya. Remaja bebas
mengekspresikan dirinya melalui banyak kegiatan yang berhubungan dengan
orang lain melalui kegiatan yang mengasah kemampuan logika mereka dengan
diskusi-diskusi dan kedekatan dengan teman-temannya, olah raga, kesenian, dan
kegiatan- kegiatan yang positif dan bermanfaat. Apabila orangtua menyadari
dan dapat memberikan kesempatan kepada remaja untuk mengeksplorasi
(menggali) kemampuannya maka anak atau remaja akan berkembang
kemampuan atau potensi dirinya. Para remaja kurang senang apabila orangtua
terlalu menggurui atau terlalu mengatur kehidupan anak. Para remaja lebih
senang apabila orangtua memberikan kebebasan kepada anak untuk menggali
potensinya. Sebenarnya remaja tidak sulit untuk diatur, didekati, dan diajak
bicara. Tergantung sejauh mana komunikasi orangtua dengan remaja dan juga
bagaimana pengenalan dan pemahaman orangtua akan perilaku remaja dan
pergaulannya.

7
Hurlock (1990) mengatakan bahwa tujuan para orangtua mengasuh anak
remaja adalah membentuk anak menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang
dianggap ideal oleh para orangtua dan dalam pengasuhan anak diberikan istilah
disiplin sebagai pelatihan dalam mengendalikan dan mengontrol diri. Pendapat
tersebut merujuk pada teori humanistik yang menitik- beratkan pendidikan
bertumpu pada peserta didik. Artinya, anak perlu mendapat perhatian dalam
membangun sistem pendidikan. Apabila remaja telah menunjukkan gejala-gejala
yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang
sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus, akan menjadi masalah di dalam
mencapai keberhasilan belajarnya.
Coopersmith (1990) mengemukakan hubungan orangtua dengan anak
remaja dengan lebih menekankan pada pola asuh yaitu sikap dan perilaku
orangtua dalam menerapkan aturan- aturan pada anak. Gaya pola asuh orangtua
yang dimaksud adalah: 1) menunjukkan penerimaan, afeksi, minat, dan
keterlibatan, 2) menerapkan batasan-batasan jelas pada perilaku anak secara
teguh dan konsisten, 3) memberikan kebebasan dalam batasan-batasan dan
menghargai inisiatif, 4) menerapkan disiplin yang tidak memaksa (menghindari
hukuman fisik).
Remaja yang memiliki identitas diri rendah akan memiliki rasa percaya diri
yang rendah juga. Rasa percaya diri ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga. Sikap orangtua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya
pada saat itu. Orangtua yang menunjukkan kasih sayang, perhatian, penerimaan,
cinta, dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan
membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
Remaja akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata
orangtuanya. Dan meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtuanya ia
akan melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Remaja dicintai dan
dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena
eksistensinya. Di kemudian hari, anak tersebut akan tumbuh menjadi individu
yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik

8
terhadap diri seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya.
Lain halnya dengan orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anak,
atau suka mengkritik, sering memarahi anak, namun kalau anak berbuat baik
tidak pernah memuji, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai oleh remaja,
atau seolah-olah menunjukkan ketidakpercayaan mereka pada kemampuan dan
kemandirian anak dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan
ketergantungan. Biasanya orangtua yang bersikap otoriter memiliki hubungan
dengan remaja yang tidak hangat, kurang afektif, kurang kasih sayang, dan
tentunya tidak akrab (berjarak). Dalam kondisi demikian banyak ditemukan
remaja yang kurang mempunyai rasa percaya diri. Rasa percaya diri yang
rendah juga banyak ditemukan pada remaja yang berasal dari orangtua yang
bersikap permisif.
Keluarga merupakan sistem sosialisasi bagi remaja, di mana ia mengalami
pola disiplin dan tingkah laku afektif (sikap) dari hubungan sosial dengan orang
lain. Walaupun seorang anak telah mencapai masa remaja di mana keluarga
tidak lagi merupakan pengaruh tunggal bagi perkembangan mereka, keluarga
tetap merupakan dukungan yang sangat diperlukan bagi perkembangan
kepribadian remaja tersebut. Dengan demikian peran orangtua sangat
dibutuhkan, terutama karena orangtua bertanggung jawab menciptakan sistem
sosialisasi yang baik dan sehat bagi perkembangan moral remaja. Remaja
sedang tumbuh dan berkembang, karena itu mereka memerlukan kehadiran
orang dewasa yang mampu memahami dan memperlakukannya secara
bijaksana.
Baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan
pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Keluarga
merupakan unit terkecil yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan anak.
Rumah adalah tempat awal ditempanya karakter seorang anak, sehingga jika
keadaan keluarganya tidak baik pasti akan berdampak pada sang anak. Keadaan
lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja. Banyak
para remaja yang melakukan kenakalan dan pelanggaran disebabkan kurangnya

9
perhatian dari orang tua, keluarga yang broken-home yang mana membuat anak
frustrasi dan mengalami konflik-konflik psikologis, kedua orang tua yang terlalu
sibuk bekerja dan hanya memberikan hal-hal material seperti uang tanpa
memperhatikan kebutuhan jiwa sang anak, keluarga yang diliputi konflik keras,
ekonomi keluarga yang kurang, kurangnya perhatian dari orang tua, kurangnya
kasih sayang, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, perselisihan
antar anggota keluarga, pendidikan yang salah di keluarga seperti terlalu
memanjakan anak, atau penolakan terhadap eksistensi anak bisa menjadi
penyebab terjadinya kenakalan remaja dan merupakan sumber yang subur untuk
memunculkan kenakalan remaja. Anak khususnya remaja, jika kebutuhan fisik
maupun psikisnya tidak terpenuhi pasti akan mencari alternatif lain yang justru
mengarah pada tindakan yang tidak baik.
Sekiranya, terjadinya perlanggaran hak atau tidak ada unsur hormat
menghormati dalam hubungan kakak adik dapat mengganggu perkembangan
remaja itu sendiri. Sekiranya, remaja berkembang dalam suasana keluarga yang
tidak mempunyai kesepahaman, tidak menghormati antara satu sama lain,
terlalu bergantung, maupun hidup terlalu bebas tanpa setiap peraturan dalam
keluarga dikhawatirkan akan menyebabkan remaja menjadi terlalu bergantung
kepada anggota keluarga. Remaja yang mempunyai hubungan yang terlalu rapat
dengan anggota keluarga bisa menyebabkan hak pribadi setiap dari mereka
dicerobohi yang selanjutnya mengalami perkembangan hidup secara tidak sehat.
Fungsi keluarga yang jelas pula membiasakan remaja mempunyai identitas
diri yang tersendiri sebagai pembeda sendiri, dan memberikan bimbingan moral
yaitu proses memisahkan diri dari keluarga dalam keadaan yang masih
terhubung dan membentuk identitas diri yang tersendiri (Bowen, 1978; Kerr,
Bowen & Kerr, 1988). Hal ini membiasakan remaja mempunyai lingkungan
keluarga yang membantu perkembangan mereka. Remaja dapat menjadi
seseorang yang mampu hidup berdikari, mempunyai identitas diri yang
tersendiri, dapat membuat keputusan secara berdikari serta mampu membentuk
hubungan yang baik dengan orang lain.

10
Bimbingan moral itu sangatlah penting, dan agamalah yang di dalamnya
terdapat ajaran yang mengandung nilai-nilai moral yang paling baik dan tidak
akan berubah kapanpun dan dimanapun. Penerapan ilmu pengetahuan harus
sejalan dengan nilai-nilai agama. Pemahaman tentang agama sebaiknya
dilakukan semenjak kecil yaitu melalui kedua orang tua dengan cara
memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan agar nantinya
setelah mereka remaja harus dapat memilah baik buruk perbuatan yang ingin
mereka lakukan sesuatu di setiap harinya. Kemerosotan moral, tingkah laku dan
perbuatan-perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh bagi anak-
anak dan remaja akan berdampak timbulnya kenakalan remaja.

Tidak sedikit remaja di luar sana yang menganggap hidup dengan suatu
peraturan adalah mengekang kehidupan mereka. Namun, tanpa kita sadari,
peraturan dalam kehidupan kita bisa menyusunkan siapa diri kita pada masa
yang akan datang. Dalam sebuah keluarga, kedua orang tua harus meletakkan
peraturan dan batasan yang sesuai dengan anak-anak mereka. Peraturan ini
mungkin diturunkan dari satu generasi ke satu generasi yang lain, bahkan
mungkin juga ia dibentuk dalam lingkungan yang baru. Kedua orang tua
membentuk peraturan supaya anak-anak lebih berdisiplin. Kedua orang tua bisa
membentuk peraturan yang ringkas dan mudah tetapi berarti dalam keluarga. Di
antara contoh peraturan yang biasa ditetapkan oleh kedua orang tua adalah
waktu bermain atau waktu pulang ke rumah, peraturan menonton televisi,
jadwal gotong royong membersihkan rumah, dan sebagainya. Sekiranya terdapat
anggota keluarga yang melanggar peraturan dengan sengaja, maka denda atau
hukuman akan dikenakan.
Bagaimanapun, dalam menyediakan peraturan dalam keluarga, kedua orang
tua juga perlu bertoleransi dalam mewujudkan satu- satu peraturan. Lebih baik
lagi, pembentukan satu-satu peraturan dibuat dengan perbincangan dan
persetujuan bersama oleh semua anggota keluarga, termasuk anak-anak. Dengan
ini, komitmen untuk mematuhi peraturan yang disetujui adalah lebih tinggi.

11
Kedua orang tua juga harus mengingatkan bahwa anak-anak akan melalui fase
perkembangan mengikuti umur mereka. Dalam hal ini, peraturan yang dibentuk
harus disesuaikan mengikuti kematangan anak-anak. Anak-anak remaja
misalnya, tidak sesuai jika dikenakan peraturan yang bersifat kaku, sebaliknya
memerlukan sedikit ruang kebebasan untuk diri mereka sendiri. Justru, kedua
orang tua harus sadar dalam perbedaan setiap keperluan anak-anak mereka
secara lahir dan batin.
Seperti peraturan dalam keluarga, aspek batasan juga amat penting untuk
diambil perhatian oleh para kedua orang tua dan anggota keluarga yang lain.
Batasan dalam keluarga bisa ditafsirkan sebagai satu titik yang membatasi satu-
satu perkara. Batasan bisa terwujud dalam berbagai bentuk. Di antaranya,
batasan antara hubungan anak dengan kedua orang tua dan batasan antara
hubungan kakak beradik. Pelanggaran batasan umpamanya melanggar hak
privasi individu. Batasan yang jelas membiasakan setiap individu menyadari
tentang perkara yang perlu mereka ketahui dan tidak ketahui. Dalam sebuah
keluarga, kedua orang tua perlu mencontohkan pola batasan yang seimbang
kepada anak-anak. Anak-anak tidak dianjurkan untuk mencampuri perselisihan
di antara ibu dan bapak. Kedua orang tua pula memberi ruang kebebasan untuk
anak-anak berpikir dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

C. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Remaja


 Lingkungan yang baru dan berbeda memberi pola dan struktur yang
berbeda dalam interaksi dan komunikasi dan memerlukan gaya perilaku
yang berbeda.
 Fungsinya sebagai wahana belajar kesuksesan dan kega- galan,
memvalidasi dan menantang pemikiran dan pe- rasaan, mendapatkan
penerimaan, dukungan, dan peno- lakan sebagai manusia unik yang
merupakan bagian dari keluarga, untuk mencapai tujuan kelompok
dengan memenuhi kebutuhan dan harapan.

12
 Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu
berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
Teman sebaya merupakan lingkungan perkembangan yang sangat dekat
dengan remaja. Suatu hal yang sulit bagi remaja adalah menjauh dari teman dan
dijauhi teman. Remaja mencurahkan kepada teman-temannya apa yang
tersimpan di dalam hatinya. Para remaja menggunakan teman sebayanya untuk
proses pengembangan jati dirinya.
Menurut Safaria (2005) hubungan pertemanan merupakan tempat bagi
remaja untuk bertukar perasaan, pengalaman selain dengan orangtuanya, karena
tidak semua hal dapat diungkapkan remaja pada orangtuanya. Remaja lebih
banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-temannya, oleh karena itu
dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan, dan perilaku lebih besar terutama pada sahabat daripada
pengaruh keluarga
(Hurlock, 1980). Oden, (1987) & Hartup (1992) mengatakan hubungan
penerimaan teman sebaya (peer relationship) merupakan aspek penting dalam
pergaulan sosialnya dan juga memberikan kontribusi terhadap perkembangan
kognitif anak. Lebih lanjut Hartup berpendapat bahwa penerimaan teman sebaya
juga memberikan kontribusi terhadap keefektivan fungsi individu sebagai orang
dewasa. Dia berpendapat bahwa prediktor terbaik bagi kemampuan berinteraksi
bukan hanya nilai pelajaran di sekolahnya, dan bukan perilaku dalam kelasnya
saja, melainkan kualitas penerimaan dirinya dengan teman-teman sebayanya.
Anak yang tidak disukai oleh banyak anak lain dan tidak dapat menempatkan
dirinya dalam budaya teman sebaya (peer culture) sangat beresiko untuk
menghadapi masalah. Masalah yang mungkin dihadapi anak salah satunya
termasuk kesehatan mental yang buruk, putus sekolah, prestasi yang rendah, dan
kurangnya rasa percaya diri dan masalah-masalah sekolah lainnya
Salah satu penyebab mengapa remaja berubah dan mulai menjauhkan diri
dari keluarga adalah teman sebaya. Remaja ingin diri mereka bebas dari
pengaruh kedua orang tua dan cenderung untuk bersama-sama dengan teman

13
sebaya mereka. penting untuk dipahami bahwa peran teman sebaya memberi
dampak yang kuat terhadap perkembangan identitas seorang remaja. Melalui
jalinan bersama teman sebaya, remaja akan mempelajari banyak perkara seperti
membuat penilaian moral dan nilai murni. Selain itu, teman sebaya juga selalu
memberikan informasi yang tidak diperolehnya dari keluarga mereka. Tidak
lupa, teman sebaya mampu menyediakan peluang untuk seorang remaja itu
mencari popularitas dan penerimaan diri. Pengaruh teman sebaya yang positif
mampu menyebabkan seorang remaja untuk membuat penyesuaian psikososial
yang positif. Hasilnya, remaja ini akan mempunyai rasa percaya diri yang lebih
serta mempunyai pencapaian yang lebih baik di sekolah. Sebaliknya, remaja
yang diasingkan juga cenderung untuk terlibat dalam tingkah laku melanggar
aturan. Dinyatakan bahwa golongan dewasa yang pernah mempunyai masalah
interpersonal pada saat remaja mudah untuk menghadapi masalah psikososial.
Walaupun hubungan kekeluargaan menjadi sumber penting yang memberi
pengaruh harga diri dan kepuasan hidup lelaki dan perempuan (Barber & Lyons,
1994; Conger, Conger & Scaramella, 1997; Helsen, Vollebergh & Meeus,
2000), tetapi kuasa dan pengaruh emosi dari teman-teman meningkat secara
mendadak pada saat remaja (Berndt & Savin-Williams, 1993; Degirmencioglu,
Urber, Tolson & Richard, 1998). Hal ini disebabkan hubungan seperti
persahabatan dan hubungan bersifat romantik yang muncul pada saat remaja
cenderung untuk menjadi lebih kompleks, lebih eksklusif, dan lebih konsisten
dari saat anak-anak. Sebaliknya, hubungan yang muncul dalam kehidupan
remaja mulai semakin berpotensi untuk membangun kapasitas untuk
mewujudkan persahabatan yang sangat erat, intim, dan mendalam.
Secara keseluruhan, persepsi teman sebaya dalam membentuk satu budaya
atau satu pusat pengaruh yang berbahaya adalah kurang tepat. Ini karena
pengaruh dari teman sebaya bertindak untuk menguatkan kecerdasan emosi
remaja dan sebaliknya. Dengan arti kata yang lebih jelas, teman-teman bertindak
dalam mengukuhkan nilai-nilai keluarga, tetapi mereka mempunyai potensi

14
untuk menganjurkan tindakan bermasalah jika remaja tidak mendapat pengaruh
yang sehat dari keluarga.

Fakta mengenai persahabatan dan teman sebaya, antara lain:


a. Remaja terdorong untuk mempunyai pelbagai lapisan dan beberapa
kelompok dalam persahabatan.
Berbeda dengan anak-anak, remaja sering mempunyai banyak teman
dan ia tergolong pada kelompok yang beragam. Mereka mungkin
mempunyai hubungan intim dan rapat dengan satu atau segelintir individu,
dan mungkin juga tergolong dalam satu atau lebih clique atau kelompok
teman-teman yang mempunyai kesamaan demografi (kelamin, bangsa,
status sosio-ekonomi), orientasi sekolah, dan beberapa kepentingan lain.

b. Dinamika persahabatan antara teman sebaya


Dinamika persahabatan berarti persahabatan teman sebaya mungkin
berubah sesuai perubahan sekeliling. Sebagai contoh, pada saat remaja bisa
mempunyai persahabatan yang panjang, mereka sering bergerak dari satu
kelompok yang lain, dan mereka mungkin membangunkan persahabatan
baru dan kehilangan orang lain.

c. Pemilihan teman sebaya


Teman sebaya cenderung untuk memilih orang-orang yang serupa
dengan diri mereka sendiri. Sama juga dengan kelamin, umur, status sosio-
ekonomi, etnik, atau kepentingan, remaja cenderung untuk tertarik kepada
mereka yang lebih serupa dengan mereka.

d. Pengaruh teman sebaya


Persahabatan teman sebaya bisa menjadi tempat yang sehat untuk
tumbuh kembang secara positif. Persahabatan dengan teman sebaya bisa
menjadi tempat yang baik untuk remaja untuk menjelajahi identitas mereka,

15
belajar tentang norma- norma sosial, dan mengamalkan otonomi mereka.
Persahabatan yang sehat mampu menyediakan diri dengan dukungan sosial
untuk tumbuh dengan ujian remaja yang bersifat kompleks.

Tahap tekanan dalam teman sebaya, antara lain:


a. Tahap pertama-pergaulan dalam kelompok yang besar Dalam tahap
pertama yang merangkum pergaulan dalam kelompok yang besar,
kelompok teman di sekolah adalah contoh yang paling mendapat
perhatian. Secara keseluruhan, kelompok besar bertindak untuk
menekan secara umum kepada para anggotanya. Ia mengarahkan satu
budaya yang menjadi pengikutnya, seperti cara pemakaian, pilihan
music, arus hiburan yang disukai, dan berbagai aspek yang lain.
Tekanan pada tahap ini lebih bersifat terbuka dan lebih kepada apa yang
"semua orang" lakukan
b. Tahap kedua-hubungan erat dengan individu yang signifikan Hubungan
dekat dengan teman dan penolakan teman dari kelompok kecil. Tahap
kedua melibatkan hubungan erat dengan satu atau beberapa teman yang
terbaik. Hubungan yang signifikan dengan teman-teman yang erat
dilihat lebih memberi dampak yang besar dalam kecerdasan emosional
remaja. Sebaliknya, tekanan yang datang di kalangan teman karib dan
beberapa orang teman yang lain melibatkan usaha yang tidak begitu
mudah untuk melarikan diri. Pada tahap ini, sifat persahabatan menjadi
lebih erat dan remaja akan terdorong untuk lebih peduli satu sama lain
dan menerima pendapat mereka dibandingkan dengan orang lain. Pada
saat yang sama, penerimaan dan penolakan dari teman dekat akan
menimbulkan tekanan dalam kehidupan remaja. Dengan kata lain,
tekanan pada tahap ini lebih bersifat pribadi dan dipaksakan.

16
Secara umum, terdapat tiga jenis kelompok teman sebaya. Pertama adalah
kelompok sebaya pada tahap awal. Biasanya kelompok ini terbentuk karena
memiliki paling sedikit satu ciri yang sama. Melalui persamaan ini, remaja
mencoba untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebaya yang lain. Remaja
ini sangat asyik memikirkan bagaimana teman sebaya memikirkan tentang diri
mereka. Bahkan, untuk mendapatkan penerimaan yang lebih mendalam lagi,
remaja tersebut akan mengikuti aktivitas-aktivitas yang teman sebaya tersebut
lakukan. Kelompok teman sebaya yang kedua juga terdiri dari remaja yang
berumur 14 hingga 16 tahun. Pada usia ini, remaja mulai selesai bergaul dengan
gender yang berbeda. Mereka lebih bertoleransi dalam perbedaan individu yang
ada seperti penampilan dan kepercayaan. Terakhir, kelompok teman sebaya ini
lebih tertarik kepada hubungan yang melibatkan dua hubungan saja seperti
percintaan antara satu pasangan kekasih. Pada usia ini, remaja menjadi lebih
matang dan menginginkan intimasi.
Remaja yang introvert umumnya mempunyai teman yang sedikit, tetapi
persahabatan mereka lebih akrab. Secara umum, dapat dipahami bahwa remaja
lelaki lebih gemar kepada hubungan yang berorientasikan aktivitas, sedangkan
remaja perempuan lebih gemar untuk bercanda bersama teman-teman mereka.
Menariknya, persamaan bagi kedua gender ini ialah mereka sangat
mementingkan nilai kesetiaan, kejujuran, dan juga kepercayaan. Remaja yang
selalu diacuhkan teman sebaya mudah mendapat keburukan, termasuk isu
melanggar aturan, penggunaan narkoba, malas sekolah, dan menjadi kasar.
Salah satu sebab mereka diacuhkan oleh teman sebaya mudah mendapat
keburukan, termasuk isu melanggar aturan, penggunaan narkoba, malas sekolah,
dan menjadi kasar. Salah satu sebab mereka diacuhkan oleh teman sebaya
mereka adalah karena remaja itu sendiri tidak mempunyai keterampilan sosial.
Oleh karena itu, perlu bagi golongan dewasa untuk mengajarkan keterampilan
sosial kepada remaja ini seperti kemahiran memulai candaan, memberi pujian,
mendengar dengan baik, berbagi informasi pribadi, dan sebagainya.

17
Berkencan dan Berhubungan Seks

Pada umumnya, remaja mulai menunjukkan minat untuk berkencan ketika


berusia kira-kira 14 hingga 16 tahun. Yang perlu dipahami bahwa zaman
teknologi semakin maju. Remaja sudah semakin mahir untuk menggunakan
teknologi. Lebih-lebih lagi, mereka sudah pandai untuk cyberdating, yaitu
menggunakan halaman pada internet untuk berhubungan tanpa berjumpa secara
langsung. Remaja yang menjalin hubungan pada usia dini cenderung untuk
mempunyai waktu hubungan yang tidak lama, umumnya beberapa bulan.
Semakin lama remaja menghabiskan waktu dalam hubungan romantis ini,
semakin mereka tertarik kepada hubungan seksual, seperti hubungan suami istri.
Hal ini bisa memberi akibat negatif kepada remaja ini, seperti penyakit HIV dan
kehamilan yang tidak diinginkan. Para ahli perlu membantu remaja ini dengan
bersikap terbuka untuk berbicara mengenai isu interpersonal dan kesehatan
remaja untuk memastikan perkembangan seksual yang sehat. Hasil penelitian
menyatakan bahwa remaja perempuan yang berbicara dengan kedua orang tua
mereka terkait isu seksualitas dapat mengurangi risiko untuk mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan. Namun, banyak remaja perempuan yang takut
untuk bercerita kepada kedua orang tua mereka karena takut dimarahi atau takut
disebarkan kepada orang lain.
Sebagian remaja memerlukan dukungan emosi apabila mereka kehilangan
pasangan mereka. Seseorang yang pernah dikecewakan pada saat remaja
cenderung untuk membunuh diri. Para ahli perlu peka dengan hal-hal yang
remaja hadapi dan perlu memberi dukungan emosi kepada mereka. Selain peka
terhadap emosi, ahli juga perlu memperhatikan keadaan fisik jika remaja ini
mempunyai cedera fisik. Hal ini bisa terjadi jika mereka disakiti oleh pasangan
mereka atau mereka sendiri menyakiti diri mereka karena kecewa ditinggalkan
atau cemburu terhadap pasangan mereka.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lingkungan keluarga yang terdiri atas kedua orang tua dan kakak adik
memainkan peran penting dalam memengaruhi kehidupan seorang remaja. Kedua
orang tua berperan utama dalam mendidik setiap anak untuk mempraktikkan ciri-
ciri keluarga yang sehat. Hubungan sehat dengan kakak adik juga dapat dibentuk
melalui contoh dan teladan yang ditunjukkan oleh kedua orang tua.
Pengaruh teman sebaya pada kecerdasan emosional dan kesehatan remaja
adalah melalui tindakan mereka yang bisa mengarahkan remaja ke berbagai perilaku
baik dalam waktu jangka pendek atau jangka panjang untuk menghasilkan fungsi
fisik dan mental yang sehat. Dengan kata lain, teman sebaya bisa memengaruhi
perilaku remaja yang mempunyai implikasi yang jelas untuk kesehatan remaja di
masa depan atau sebaliknya. Contohnya, jenis perilaku negatif yang dipengaruhi
oleh teman sebaya adalah penggunaan bahan terlarang (misalnya penggunaan
alkohol, penggunaan narkoba, dan merokok), aktivitas seksual (misalnya seks tanpa
pengaman), diet dan asupan makanan, senam dan bertindak ceroboh secara fisik
ataupun sosial. Kenyataannya, kebanyakan remaja lebih cenderung dipengaruhi
teman sebaya karena mereka merasa diri mereka lebih dihormati

B. Saran
Orang tua merupakan pembimbing utama dan memiliki peran yang penting bagi
perkembangan kepribadian anaknya. Baik buruknya kepribadian dimasa yang akan
datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan yang diperoleh dari orang
tuanya, karena di dalam keluarga pertama kalinya anak memperoleh pendidikan
sebelum dipendidikan-pendidikan yang lain. Sejak dilahirkan ke dunia, orang tua
membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang dengan harapan agar anak dapat
tumbuh menjadi sesorang anak yang memiliki potensi yang baik. Jadi orang tua
harus lebih memberikan pendidikan dan kasih saying leih terhadapa anaknya

19
tentang hal-hal yang baik karena anak akan mengikuti apa yang di lakukan oleh
orang tua karena orang tua merupan sekolah pertama.

20
DAFTAR PUSTAKA

Gaining, Maryam B. M.Pd.(2015).Perkembangan Remaja dan Problematikanya.


Yogyakarta: PT.Kanisius

Sulaiman,Hamidah, Dr.Sigit Purnama, M.Pd dkk.(2020).Psikologi Perkembangan anak dan


Remaja.Bandung.PT.Remaja Rosdakarya

Oktavia, Shilphy A. (2020).Motivasi Belajar Dalam Perkembangan


Remaja.Yogyakarta.Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA

Fauzian, Rinda. M.Pd. (2020).Pengantar Psikologi Perkembangan.Jawa Barat.CV Jejak,


Anggota IKAPI

Prof. Dr. H. Baharuddin. M.Pd.I.(2010).Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta.


Ar-Ruzz Media

Andriyani, J. (n.d.). (2016)KORELASI PERAN KELUARGA TERHADAP PENYESUAIAN

DIRI REMAJA.: Jurnal Al-Bayan / VOL. 22 NO. 34

Fatmawati ,(2016) PERAN KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN

KEPRIBADIAN ISLAM BAGI REMAJA : Jurnal RISALAH, Vol. 27, No. 1

21

Anda mungkin juga menyukai