Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA

FAKULTAS: PSIKOLOGI 2019/2020

DOSEN: DR. NURHIDAYA, M.Si

MATA KULIAH: PSIKOLOGI PENDIDIKAN I

KELAS: SENIN, 19:30 – 22:00

DISUSUN OLEH:

IKA FITRIYANTI S (1924090035)

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…..

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul
”Perkembangan Kognitif dan Bahasa”.  Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan .

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Saya sebagai penyusun menyadari   bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

 Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Billahi taufik wal hidayah


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 1 Oktober 2020

Penyusun
Ika Fitriyanti S

DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………….……………….... I

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... II

DAFTAR ISI.……………………………………………………………………………… III

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………………...............5

BAB II HAKIKAT PERKEMBANGAN………………………………………………… 6


A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN …………………..………………………… 6

BAB III PROSES DAN PERIODE PERKEBANGAN…………………………………. 8


A. PROSES PERKEMBANGAN…………………………………………………….. 8
B. PERIODE PERKEMBANGAN………………………………………………..…. 8

BAB IV PRINSIP- PRINSIP PERKEMBANGAN…………..………………..…………. 9


A. PRINSIP- PRINSIP PERKEMBANGAN …………………..……………………. 9

BAB V PERKEMBANGAN KOGNITIF……………..………………..……………….. 12


A. FUNGSI OTAK DAN PERILAKU…………………………...………………….. 12
B. STRUKTUR OTAK DAN FUNGSINYA………………………………………….16
C. PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN FAKTOR- FAKTOR LAINNYA……….17

BAB VI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF………...…………………………….. 18


A. TEORI PERKEMBANGAN PIAGET…………………………………………….. 18
B. TAHAP- TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF……………………………….21

BAB VII TEORI PERKEMBANGAN VYGOTSKY……………..……………………... 27


A. TEORI PERKEMBANGAN VYGOTSKY ………………………………….……..27

BAB VIII TEORI PERKEMBANGAN BAHASA…………..…………..……………….. 30


A. PERKEMBANGAN BAHASA…………………………………….…………..….. 30
B. TEORI PERKEMBANGAN BAHASA……………………….……………………36

BAB IX IMPLIKASI TEORI PIAGET VYGOTSKY DALAM PROSES


PEMBELAJARAN……………………………………………………………………..... 38
A. IMPLIKASI TEORI PIAGET DALAM PROSES PEMBELAJARAN………... 38
B. IMPLIKASI TEORI VYGOTSKY DALAM PROSES PEMBELAJARAN……38

BAB X PENUTUPAN
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………42
DAFTAR PUSAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sengaja ataupun tapa sengaja, kita dapat menyaksikan anak- anak mampu
berbicara lancer dengan kosa kata yang beragam, mampu menulis, mampu berhitung,
mampu menggunakan komputer dengan lancar, mampu berkomunikasi memlalui
internet, mampu menguasa dua bahasa dengan baik, dan jenis- jenis kemampuan
lainnta. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah hal itu terjadi Karena factor
genetic atau factor lingkungan? Apakah lingkungan keluarga, teman sebaya, orang-
orang yang berarti bagi anak, tayangan televisi, permainan elektronik, internet dan
guru memiliki peran dalam mengembangkan kemampuan tersebut?
Pertanyaan tersebut menjadi masalah penting dan hingga kini pun masih
diperdebatkan. Dalam mengamati dan mempelajari perkembangan anak diperlukan
pemahaman pemahaman yang lebih jelas tentang perdebatan yang bersifat dikotomis
tentang faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan.
  

BAB II
HAKIKAT PERKEMBANGAN

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN

Ada dua istilah yang berkaitan dengan perkembangan yaitu qualitative


change dan quantitative change (Papalia dkk., 2001: 12-13). Quantitative change
adalah perubahan dalam kuantitas atau bilangan, seperti pertambahan tinggi badan,
berat badan, banyaknya kosa kata, dan frekuensi berkomunikasi. Sedangkan
qualitative change adalah perubahan jenis, struktur, atau organisasi yang ditandai
oleh tampaknya fenomena baru yang terkadang sulit diprediksi yang menjedi dasar
awal dalam fungsi perkembangan, seperti perubahan kemampuan anak
berkomunikasi dari yang bersifat nonverbal menjadi verbal,contohnya ketika anak
dengan cepat menguasai kosa kata dan mampu berkomunikasi dengan sangat
mengagumkan.

Pernbicaraan tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan akan


berkenaan dengan faktor nature and nurture, continuity and discorttinuity, serta
early and later experience menjadi topik yang menarik (Santrock, 2009: 31-32).
Nature and nurture berkenaan dengan pembahasan apakah perkembangan
dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor pengasuhan. Nature berkenaan dengan
peran faktor keturunan yang mempengaruhi perkembangan. Jika diandaikan, itu
seperti bunga yang tumbuh mekar dan harum karena mernang pada hakikatnya
memi!iki potensi seperti itu kecuali lingkungan yang rnerusaknya. Demikianlah
juga dengan perkembangan potensi sesorang. Faktor genetik menjadi dasar bagi
pertumbuhan dan perkembang anak, kita dapat berjalan sebelurn dapat berbicara,
dapat mengucapkan satu kata sebelum mengucapkan dua kata, serta berturnbuh
cepat dari masa bayi ke masa kanak-kanak dan begitu juga setelah menginjak
masa remaja. Berbeda dengan nurture, yaitu bahwa perkembangan anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Pengaruh tersebut bersifat menyeluruh, baik dari
aspek lingkungan biologis anak Yang termasuk nutrisi, perawatan, dan obat-
obatan atau pun yang berupa kecelakaan fisik lingkungan sosial yang termasuk
sekolah, keluarga, teman sebaya, masyarakat, lingkungan, media dan budaya.
Faktor pengalaman individu yang berinteraksi dengan membentuk pribadi
tertentu, sehingga memberi dampak pada perbedaan individual, Individu yang
dibesarkan dalam lingkungan rnasyarakat tradisional akan memiliki berpikir,
komunikasi, dan keterarnpilan memecahkan masalah yang berbeda dengan anak
yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang tergolong maju
atau modern.

Continuity and discontinuity berkenaan dengan rentang dan proses


perkembangan. Perkembangan yang mengacu pada continuity merujuk pada
perubahan yang bersifat berangsur-angsur dan akumulatif, sedangkan
perkembangan yang mengacu pada discontinuity merujuk pada perubahan yang
memiliki tahapan berbeda dari satu tahap ke tahap berikutnya. Para peneliti dalam
bidang perkembangan yang mendasari kajian penelitiannya pada peran nurture
menggambarkan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang berlangsung
secara berangsur-angsur dan berlangsung secara terus menerus, seperti bibit pohon
yang tumbuh menjadi besar akan mengalami proses yang panjang dan berlangsung
secara terus-menerus, Berbeda halnya dengan pandangan nature, bahwa
perkembangan memiliki tahapan yang berbeda-beda, diumpamakan seperti tahapan
ulat yang menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu.

Early and later experience berkenaan dengan tingkat pengaruh


pengalaman awal dan akhir terhadap perkembangan anak. Pengasuhan yang
kondusif pada awal kelahiran bayi akan memberi pengaruh terhadap
perkembangannya di kemudian hari dan bersifat positif. Sebaliknya, bila pada
masa awalnya bayi mengalami pengasuhan yang tidak menyenangkan, itu juga
akan memberi pengaruh pada perkembangannya di kemudian hari yang bersifat
negatif.

Perbedaan pandangan yang bersifat dikotomis, apakah itu bersifat nature


atau nurture, continuity atau discontinuity dan early atau later experience tidak
perlu diperdebatkan. karena tidak ada faktor tunggal yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Semua faktor saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
Dengan kata lain, perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor bawaan dan peran
lingkungan, dan perkembangan tersebut merupakan suatu proses yang
berkelanjutan dan berlangsung secara terus-menerus.

BAB III
PROSES DAN PERIODE PERKEMBANGAN

A. PROSES PERKEMBANGAN
Bentuk perkembangan anak berlangsung sangat kompleks, karena merupakan
proses interaksi dari berbagai faktor. Ada tiga aspek yang mempengaruhi proses
perkembangan, yaitu biological process, cognitive process, dan socioemotional
process (Santrock, 2009: 30-31)
Proses biologis menghasilkan perubahan dalam bentuk pertumbuhan tubuh,
perkembangan otak, penambahan tinggi dan berat, keterampilan motorik, serta
perubahan hormonal.
Proses kognitif menghasilkan perubahan cara berpikir, inteligensi, dan bahasa.
Perkembangan proses kognitif menjadi dasar bagi berkembangnya kemampuan
anak dalam mengingat, memecahkan masalah atau soal, dan berpikir kreatif.
Proses sosioemosional menyangkut perubahan anak dalam menjalin hubungan
dengan orang lain, perubahan emosi dan perubahan kepribadian. Perkembangan
sosioemosional sangat tergantung pada pola asuh dan pergaulan anak dengan
lingkungan sekitar.

B. PERIODE PERKEMBANGAN
Pemaparan periode perkembangan bertujuan mendeskripsikan tahapan
perkembangan yang dimulai dari masa infancy, early childhood, middle and late
childhood, adolescence early adulthood, middle adulthood, hingga late adulthood.
Infancy adaléh usia yang terentang pada 18-24 bulan. Pada masa ini bayi amat
tergantung pada pengasuhan orang tua. Semua kegiatan yang dilakukan merupakan
kegiatan awal dalam proses perjalanan kehidupan. Bayi mulai mempelajari
kernampuan koordinasi motorik, berbahasa, sirnbol, dan bersosialisasi.
Early childhood biasa Juga disebut masa prasekolah, dan rentang usianya dari
usia infancy hingga 5 tahun. Pada masa ini, anak telah cukup mernlliki
kemampuan dalam kesiapan belajar membaca, telah memiliki kemampuan untuk
mengikuti petunjuk guru, dan telah lebih banyak menghabiskan waktu bersama
teman sebayanya.
Middle and late childhood. Pada usia ini anak telah memasuki masa sekolah
yang disebut elementary school years. Masa sekolah ini berkisar pada usia 6-11
tahun. Anak telah siap untuk belajar membaca, berhitung, dan matematika. Anak
te!ah mampu memfokuskan diri pada aktivitas kognitif, kontrol diri telah
berkembang, dan interaksi anak tidak saja dalam lingkungan keluarga tetapi telah
ke luar rumah, termasuk telah mampu berkomunikasi dengan dunia luar melalui
Internet.
Adolescence adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Usianya berkisar dari 10- 12 tahun dan berakhir pada usia sekitar 18- 21 tahun.
Pada masa ini anak tumbuh sangat cepat, terutama ter!ihat pada perubahan fisik,
tinggi. dan berat badan yang sangat cepat dan mengembangkan fungsi seksual.
Anak telah mencari identitas diri, mulai mengembangkan pemikiran abstrak, serta
berpikir logis dan idealis

BAB IV

PRINSIP- PRINSIP PERKEMBANGAN

A. PRINSIP- PRINSIP PERKEMBANGAN


Perkembangan intelektual dipengaruhi oleh pengaiaman, belajar, dan
kematangan (Eggen dan Kauchak: 34-35). Selain itu, ada beberapa prinsip yang
mempengaruhi perkembangan, yaitu berikut ini:

 Belajar
Melalui belajar, tumbuhlah kemampuan untuk memahami.
Perkembangan terJadi jika suatu pemahaman atau kemampuan merniliki
kaitan dengan kegiatan yang lebih kompleks, contohnya, kemampuan
peserta didik telah berkembang jika telah memiliki keterampilan bertanya
di dalam kelas dan dapat menerapkannya dalam situasi yang berbeda di
luar kelas.

 Pengalaman
Anak yang memperoleh pelajaran membaca dari orang tua di rumah
akan merniliki kemampuan rmembaca yang cepat di sekolah, demikian juga
halnya dengan anak yang mendapat pelatihan bermain piano, gitar, atau
vokal akan lebih cepat menguasai dan memiliki keterampilan musik tersebut
dibandingkan anak yang hanya membaca dan mempelajari teori bermain
piano. Melalui pengalaman, anak mengalami secara langsung kesulitan,
upaya perbaikan jika ada kesalahan, maupun kegembiraan jika berhasil
mengerjakannya.

 Interaksi Sosial
Melalui interaksi sosial, anak saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan baru tentang nilai, aturan, kebiasaan, dan tata krama yang
semestinya dilakukan dalam kehidupan bersama sebagai anggota
masyarakat.

 Penguasaan Bahasa
Bahasa adalah media untuk menyampaikan pesan, ide, pendapat,
pengalaman, dan berbagai pengalarnan sehingga dapat dipahami oleh orang
lain. Bahasa juga menunjukkan kemampuan penalaran anak dan aspek-
aspek afektif lainnya.

 Berlangsung secara Berkelanjutan dan Bersifat Relatif Teratur


Kematangan, belajar, dan pengalaman memberi pengaruh yang
berarti terhadap perkembangan. Tidak mungkin seorang anak dapat
melompat sebelum dapat berjalan.

 Irama dan Tempo Perkembangan


Anak yang duduk di kelas satu sekolah dasar pasti memiliki
perbedaan dalam berbagai hal. Ada anak yang dapat menguasai matematika
dengan cepat, ada anak yang dapat menguasai dua bahasa, ada anak yang
memiliki keterampilan menggunakan komputer, ada anak yang peka
terhadap perasaan orang Iain, dan lain-lain.

 Kematangan, Faktor Genetik, dan Usia


Anak yang berusia 10 tahun pasti memiliki kemampuan berlari lebih
cepat dibandingkan dengan anak yang berusia 5 tahun. Juga demikian
halnya dengan kemampuan anak dalam upaya memecahkan masaiah.
Terkecuali adalah bagi anak berkebutuhart khusus, seperti anak tuna grahita.

BAB V

PERKEMBANGAN KOGNITIF

A. FUNGSI OTAK DAN PERILAKU


Para peneliti dalam bidang perkembangan otak atau neuroscientist
menemukan bahwa perkembangan kognitif erat kaitannya dengan perkembangan
otak ( Eggen dan Kauchak, 2004: 35 ). Pembahasan mengenai perkembangan
kognitif akan didahului dengan penjelasan tentang perkembangan otak.
Nervous system adalah system berupa tubuh yang mengatur arus peredaran
komunikasi yang digerakkan oleh arus listrik yang bersifat kimiawi. Sistem saraf
manusia dibentuk dari miliaran sel sel yang saling berkaitan serta terbentuk dan
terorganisasikan sedemikian sempurna seperti susunan planet ini. Satu sentimeter
kubik dari otak manusia terdiri dari kurang lebih 50 juta sel saraf, dengan masing-
masing sel tersebut saling berkaitan dan bekerja secara serentak.
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki nervous system yang mampu
mengarahkan perilaku kita yang disebut complexity, integration, adaptability, dan
electrochemical transmission:
 Complexity.
Otak manusia dan nervous system adalah semacarn bangunan yang sangat
kompleks, tetapi dalam prosedur kerjanya sangat teratur dan sisternatis. Contohnya
ketika kita sedang membaca: Otak kita menggerakkan berbagai informasi secara
serentak—yang termasuk bagaimana melihat, memperhatikan, belajar,
menganalisis isi bacaan—dan seketika itu kita juga bernapas, mungkin lnengunyah
permen, dan aktivitas lainnya yang dapat dilakukan secara teratur, sistematis, dan
serentak.
 Integration.
Otak dan nervous system memiliki perbedaan tingkat dan bagian yang becbeda.
Otak memiliki tugas mengintegrasikan tingkatan yang berbeda melalui jaringan
sel-sel otak yang saling terkait yang tidak terhitung jumlahnya, dan memperluas
saluran sehingga mampu menghubungkan bagian-bagian otak yang berbeda. Arus
komunikasi masing-masing sel saraf adalah rata-rata 10 000 jaringan antara satu
dengan lainnya.
 Adaptability.
Otak dan nervous system secara bersama-sama berfungsi sebagai agen untuk
melayani kita beradaptasi dengan dunia sekitar kita. Sekalipun ada bagian otak
yang menempati lokasi tertentu, namun bagian tersebut tidak menetap dan tidak
dapat berubah struktur. Istilah yang digunakan adalah plasticity, yang berarti
bahwa otak memiliki kemampuan khusus untuk senantiasa berubah sesuai dengan
tuntutan lingkungan dan kondisi internal tubuh kita.
 Electrochemical transmission.
Otak dan nervous system yang memilki fungsi utama sebagai sistem pemrosesan
informasi ternyata dalam proses kerjanya diandaikan seperti daya arus listrik dan
pengirim pesan yang bersifat kimiawi.
Nervous system memiliki ruang-ruang khusus yang mengelola informasi dan
memiliki fungsi yang berbeda. Ruang-ruang khusus tersebut adalah afferent nerve,
nerve, dan neural network:
 Afferent nerve atau sensory nerve.
Berfungsi membawa inforrnasi ke otak dan spinal cord. Informasi yang diperoleh
dari lingkungan (seperti ketika kita melihat matahari terbit) dan segala sesuatu
yang menerpa tubuh kita (seperti rasa haus dan lapar) diterima oleh sensory
receptor dan kemudian dilanjutkan ke otak dan spinal cord.
 Efferent nerve atau motor nerve.
Berfungsi membawa informasi dari otak dan spinal cord, kemudian
memerintahkan bagian-bagian tubuh tertentu mengerjakan apa yang harus
dilakukan
 Neural network.
Di dalam neural network, sel-sel saraf akan diintegrasikan secara serempak dan
kemudian diberi makna.
Ada dua jenis tipe saraf yang terdapat dalam nervous system yaitu (i) neuron
dan (ii) glial cell. Neuron adalah sel-sel saraf yang berfungsi menancani
pemrosesan informasi. Glial cell memberi dukungan semacam nutrisi dan jenis
dukungan lainnya agar neuron tetap berfungsi secara optimal. Setiap neuron
memiliki kurang lebih 10 glial cell.
Setiap neuron memiliki fungsi yang berbeda dalam pemrosesan informasi,
sekalipun semua neuron memiliki karakter yang pada umumnya sama. Setiap
neuron merniliki body cell, dendrite, dan axon. Body cell (sel tubuh) terdiri dari
nukleus yang secara langsung mernproduksi bahan tertentu yang dibutuhkan oleh
neuron untuk tubuh dan terpelihara. Dendrite berbentuk seperti serabut akar
pohon, berfungsi
menerima masukan dan mengarahkannya ke sel tubuh dari neuron. Semua sel-
sel saraf memiliki beberapa dendrit yang berada pada daerah permukaan, dan
setiap neuron menerima masukan dari neuron lainnya. Axon adalah bagian dari
neuron yang berfungsi rnembawa informasi dari sel tubuh ke sel-sel lainnya.
Neural Impulse adalah pergerakan informasi dari satu neuron ke neuron
Iainnya, di mana neuron mengirim pesan melalui axon dengan digerakkan oleh
daya
Gerakan inforrnasi axon dapat diumpamakan seperti suatu kerumunan
gelombang yang bergerak dalam sebuah stadium. Gelombang yang bergerak ini
sebetulnya berlangsung dalam suatu gang, dan ini menjadi masalah. Kemudian,
bagaimana gelombang ini dapat melalui masing- masing gang? Gelombang ini
dapat bergerak pada masing-masing gang hanya melalui kekuatan transmisi daya
aliran listrik yang bersifat kimiawi. Dalam kaitannya, ada beberapa penjeiasannya,
yaitu:
(a) Synaptic Transmission. Synapse adalah ruang yang sangat kecil yang terdapat
di antara neuron—suatu celah di antara neuron disebut synaptic gap. Semua
synapse terletak di antara axon dari satu neuron dan dendrite atau cell body dari
neuron lainnya. Sebelum dapat menyeberangi synaptic gap, impuls harus
dialihkan menjadi unsur kimiawi.
Masing-masing axon berkembang menjadi beberapa serabut, dan berakhir
pada ujung serabut yang disebut terminal button. Terdapat lubang yang sangat
kecil pada terminal button yang berisikan unsur-unsur kimiawi yang disebut
neurotransmitter yang berfungsi menyebarkan atau membawa informasi rnelewati
synaptic gap ke neuron berikutnya.
(b) Neurochemical Messengers. Terdapat banyak neurotransmitter yang
berbedabeda—masing-masing memiliki peran dan fungsi khusus. Ada beberapa
neurotransmitter yang menstimuli atau mendorong neuron untuk bergerak aktif,
dan ada yang dapat menghalangi neuron untuk bergerak. Fungsi neurotransmitter
adalah menstimuli berfungsinya neuron, atau juga dapat rnenghalangi
berfungsinya neuron.
Ada beberapa bagian penting berkenaan dengan cara kerja neurotransmitter,
yaitu:
 Acetycholine berfungsi mengaktifkan neuron, yang termasuk mengaktifkan
gerakan otot, aktivitas belajar, dan juga mengingat. Acetycholine ditemukan
di seluruh central dan peripheral nervous system.
 GABA (gamma aminobutiryc acid) ditemukan dl scluruh central nervous
system. GABA ini sangat pentino keberadaannya dalam otak yang berfungsl
sebagai upaya mempertahankan agar neuron tetap berfungsi optimal.
 Norepinephrine cenderung menghalangi aktivitas neuron dalam central
nervous system, namun menggerakkan aktivitas otot jantung, usus besar,
dan alat kelamin.
 Dopamine berfungsi membantu mengontrol gerakan tertentu, dampak dari
tidur, suasana hati, perhatian, dan belajar, serta kemampuan untuk mengakui
hadiah dari lingkungan.
 Serotonin berfungsi mengatur irama tidur, suasana hati, perhatian dan
belajar. Mengatur saat keadaan tidur, juga sewaktu memiliki kesadaran
penuh. Inilah fungsi serotonin yang terletak dalam otak.
 Endorphin adalah opium/candu asli yang secara khusus mendorong aktivitas
neuron. Endorphin melindungi tubuh darl rasa sakit dan mengangkat
perasaan senang.
 Oxytocin adalah hormon dan neurotransmitter yang memiliki peran penting
dalam upaya melekatkan pengalaman cinta dan ikatan sosial antar sesama.

B. STRUKTUR OTAK DAN FUNGSINYA


Embrio manusia berkembang dalam kandungan ibu, dan begitu juga nervous
system yang berkembang sejalan dengan perkembangan embrio inahusia Pada
minggu ketiga atau setelah masa konsepsi, sel-sel mulai membentuk saluran
pemb•uluh yang berbeda. İni berkembang menjadi neuron yang sangat banyak,
yang kemudian berkembang menjadi tiga bagian otak yaitu (1) hindbrain yang
İetaknya pada bagian atas daı-i spinal cord, (2) midbrain, letaknya berada di atag
hindbrain, dan (3) forebrain letaknya paling atas dari bagian otak.
Hindbrain terietak pada bagian pantat tengkorak dan bagian otak yang terletak
Pdling bawah. Ada tiga bagian dari hindbrain yaitu medulla, cerebellum, dan pcns-
Medulla berfungsi ketika spinal cord memasuki tengkorak, Stroktur ini memiliki
banyak fungsi yang sangat vital, seperti bernapas dan denyut jantung serta
mengatur gerakan refleks. Cerebellum merupakan perpanjangan dari bagian bawah
hindbrain dan hanya sedikit di atas medulla, Fungsinya adalah mengkoordinasikan
gerakan motorikv seperti gerakan tangan, lengan, kaki dan gerakan motorik
lainnya.
Midbrain terletak di antara hindbrain dan forebrain. Pada daerah ini terdapat
banyak sistem serabut saraf yang bergerak naik dan turun yang menghubungkan
bagian otak. Secara khusus, midbrain menjadi penyalur inform asi antara otak
dengan mata dan telinga,
Forebrain berfungsi untuk memahami berbagai inforrnasi, pengalaman masa
lalu, penuh percaya diri dalam mengerjakan tugas, menghadapi tugas ujian, serta
berkaitan dengan kemampuan mengorganisasikan tugas dan tanggung Jawab
Struktur hindbrain dan midbrain dibungkus oleh struktur forebrain yang disebut
cerebral cortex.

C. PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN FAKTOR- FAKTOR LAINNYA


Para peneliti neuroscience menemukan tiga pokok kesimpulan yang berkaitan
dengan perkembangan otak (Eggen & Kauchak, 2004: 35) dalam konteks upaya
pembelajaran bagi peserta didik.
Otak berkembang sangat cepat ketika usia awal perkembangan anak. Otak
manusia memiliki 100—200 miliar neuron (sel-sel saraf) dan memiliki keterkaitan
yang sangat mengagumkan yang disebut synapse yang menentukan, mengarahkan,
dan mendorong berkembangnya kognitif. Synapse ini mengembangkan
kemampuan mengingat. Para peneliti menemukan bahwa synapse terformulasi
dengan sangat cepat pada sekitar usia 4 tahun, dan dampaknya adalah 50% tingkat
formulasi synapse terbentuk pada usia 4 tahun dibandingkan pada usia dewasa,
Peredaran dan pemaksimalan peredaran gula darah dalam otak pada usia 4 tahun
ternyata dua kali lebih optimal jika dibandingkan dengan usia dewasa, yang
dampaknya adalah terjadi peningkatan aktivitas otak secara optimal.
Otak berkembang sangat cepat pada masa peka, Pada masa ini, perkembangan
kemampuan tertentu berkembang secara optimal, khususnya perkembangan
persepsi dan bahasa.
Lingkungan memberi kontribusi yang sangat berarti bagi pertumbuhan dan
perkembangan otak. Para pendidik sangat meyakini bahwa lingkungan yang
menantang dan kondusif sangat membantu perkembangan kognitif
BAB VI
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF

A. TEORI PERKEMBANGAN PIAGET


Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-
objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri,
orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk
mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan
untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi
oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia
punya.
Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap
atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget,
setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat
invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi
karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya
pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh pendidikan
dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan uraian dari
teorinya terpengaruh aspek biologi.
Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada
proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang
perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak
dalam dunia mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai
dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan
kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi
mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam
bulan-bulan pertama kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya
pada perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang
saling berhubungan, yaitu:
1. Organisasi.
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan
kedalam system-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah system pengetahuan
atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat.
Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan
menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini
(menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.
Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur
kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema.
Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk
memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek
menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan
gerakan menarik.
2. Adaptasi.
Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan
mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan
dua langkah, yaitu:
a. Asimilasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi
baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan
melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan
informasi baru yag dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.
Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segi tiga sama sisi,
kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi
terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah
segitiga sama sisi.
b. Akomodasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang
terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru.
Jadi, dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang
mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan
kedua.
c. Ekuilibrasi
Yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan
pada elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang
mengatur dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri
dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara
terpadu, bersama-sama dan komplementer. Contoh: bayi yang biasanya mendapat
susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup
(untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air
gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa
dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu
dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah
melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru
yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk
menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.

B. TAHAP- TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF


Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa
atau pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan
lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-
struktur kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui
empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan
terdiri dari cara berfikir yang khas/berbeda.
Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1. Tahap Sensori Motor.
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia
2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan
mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik.
Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-
kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi
berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.
Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
a. Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi
otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks
mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah.
Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala
kearah kanan.
b. Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan
berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan
motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat
jempol.
c. Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian
tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi
menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
d. Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah
untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin
memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada
awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau
berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget
tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa
memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang
tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.
Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan
perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk
kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua
skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.
e. Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil
tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan
yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari
Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya
dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut
untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
f. Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada
periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal
sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa
berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat
menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau
pemikirannya.
2. Tahap Pemikiran Pra-Operasional
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak
mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol.
Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis
melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “
Operation (operasi) ”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang
memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya
dilakukan secara fisik.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak
mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak
dalam lima gejala berikut:
a. Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang
sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak
dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan
indrawi sekarang.
Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini
adalah hasil imitasi.
b. Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru
kejadian yang pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan
bonekanya adalah adiknya.
c. Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan
gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi
“kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur
gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu
yang riel”.
Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
d. Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang
lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih
mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan
atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e. Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau
kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang
peristiwa kepada orang lain.
3. Tahap Operasi berfikir Kongkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan
dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan
yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting
selama tahapan ini adalah:
a. Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan
bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa
animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
c. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan
untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap
gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
d. Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat
menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
e. Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama
banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya
berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat
orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala
menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian
Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke
ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
4. Tahap Operasi berfikir Formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan
terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat
pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya
ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya
mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir
sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan
suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok,
maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap
operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia
hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada
remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa
kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya
mati, atau karena platinanya, dll.
Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi,
sehingga ia dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan
dengan persoalan yang kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat
melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir
efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang
dihadapi.
BAB VII
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY

A. TEORI PERKEMBANGAN VYGOTSKY


Vygotsky berpendapat bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap
perkembangan kognitif seorang anak. Vygotsky menekankan pemusatan hubungan
sosial yang mempengaruhi perkembangan kognitif, karna pertama-tama anak
menemukan pengetahuan dalam dunia sosialnya. Bermain merupakan cara berpikir
anak dan cara anak memecahkan masalah. Anak kecil tidak mampu berpikir abstrak
karena bagi mereka meaning (makna) dan objek berbaur menjadi satu. Vygotsky
membedakan 2 tahap perkembangan :
1. Aktual (Independent Performance).
2. Potensial (Assisted Performance).
Menurut Vygotsky, bermain adalah self help tool. Bermain dapat memajukan ZPD
(Zone of Proximal Development), potensi dalam ZPD adalah kondisi transisi
dimana anak membutuhkan bantuan khusus atau scaffolding berupa dukungan
orang yang lebih ahli. Dalam bermain, anak dapat menciptakan scaffolding secara
mandiri baik dalam kontrol diri, penggunaan bahasa, daya ingat dan kerja sama
dengan teman lain (Bodrova & Leong dalam Johnson,1999).
Dibanding dengan situasi lain, dalam bermain anak memiliki perhatian
(atensi), daya ingat, bahasa dan aspek sosial yang baik. Vygotsky memandang
bermain identik dengan kaca pembesaran yang dapat menelaah kemampuan baru
dari anak yang bersifat potensial sebelum diaktualisasikan dalam situasi lain.
Pandangan vygotsky mengenai bermain bersifat menyeluruh dalam pengertian
selain untuk perkembangan kognisi, bermain juga mempunyai peran penting dalam
perkembangan sosial dan emosi anak. Ada tiga klaim dalam hal ini menurut
pandangan Vigotsky (Tappan, 1998) :

 Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan


diinterprestasikan secara developmental.
 Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus,
yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan
mentransformasi aktivitas mental.
 Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar
belakang sosiokultural.
Menurut Vigotsky, menggunakan pendekatan developmental berarti
memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan
transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Jadi, tindakan mental
tertentu seperti menggunakan “ucapan batin” (inner speech) tidak bisa dilihat
dengan tepat secara tersendiri tetapi harus dievaluasi sebagai satu langkah
dalam proses perkembangan bertahap.
Klaim kedua Vigotsky, yakni untuk memahami fungsi kognitif kita
harus memriksa alat yang diperantarai dan membentuknya.
Klaim ketiga Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal
dari hubungan sosial dan kultur. Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan
anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural (Holland, dkk.,
2001). Dia percaya bahwa perkembangan memori, perhatian dan nalar
melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat,
seperti bahasa, sistem matematika dan strategi memori. Dalam satu kultur, ini
mungkin berupa pembelajaran berhitung dengan menggunakan komputer. Di
kultur lain, ini mungkin berupa pembelajran berhitung menggunakan batu atau
jari.
Teory Vygotsky menarik banyak perhatian karena teorinya mengandung
pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif
(Bearison dan Dorval, 2002, Maynard, 2001). Artinya pengetahuan
didistribusikan diantara orang dan lingkungan, yang mencakup objek, artifak,
alat, buku dan komunitas dimana orang berada. Ini menunjukkan bahwa
memperoleh pengetahuan dapat dicapai dengan baik melalui interaksi dengan
orang lain dalam kegiatan bersama.
Di dalam ketiga klaim dasar ini Vygotsky mengajukan gagasan yang
unik dan kuat tentang hubungan antara pembelajaran dan perkembangan. Ide ini
secara khusus merefleksikan pandangannya bahwa fungsi kognitif berasal dari
situasi sosial. Salah satu ide unik Vygotsky adalah konsepnya tentang zone of
proximal development.
Zone of proximal development (ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk
serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat
dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Jadi,
batas bawah dari ZPD adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan oleh anak
seorang diri. Batas atasnya adalah tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan
yang dapat diterima anak dengan bantuan dari instruktur yang mampu.
Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya akan arti
penting dari pengaruh sosial, terutama pengaruh instruksi atau pengajaran,
terhadap perkembangan kognitif anak (Hasse, 2001).
Vygostsky (1987) memberi contoh para menilai ZPD anak. Misalkan,
berdasarkan tes kecerdasan, usia mental dari dua orang anak adalah 8 tahun.
Menurut Vygotsky, kita tidak bisa berhenti sampai disini saja. Kita harus
menentukan bagaimana masing-masing anak akan berusaha menyelesaikan
problem yang dimaksudkan untuk anak yang lebih tua. Kita membantu masing-
masing anak dengan menunjukkan, mengajukan pertanyaan dan
memperkenalkan elemen awal dari solusi. Dengan bantuan atau kerja sama
dengan orang dewasa ini, salah satu anak berhasil memecahkan persoalan yang
sesungguhnya untuk level anak usia 12 tahun, sedangkan anak yang satunya
memecahkan problem untuk level anak 9 tahun. Perbedaan antara usia mental
dan tingkat kinerja yang mereka capai dengan bekerja sama dengan orang
dewasa akan mendefinisikan ZPD. Jadi, ZPD melibatkan kemampuan kognitif
anak yang berada di dalam proses pendewasaan dan tingkat kinerja mereka
dengan bantuan orang yang lebih ahli (Panofsky, 1999). Salah satu aplikasi
konsep zone of proximal development Vygotsky adalah tutoring tatap muka
yang diberikan guru di Selandia Baru dalam program Reading Recovery.
Tutoring ini dimulai dengan tugas membaca yang sudah dikenal baik, kemudian
pelan-pelan memperkenalkan strategi membaca yang belum dikenal dan
kemudian menyerahkan kontrol aktivitas kepada si anak sendiri (Clay dan
Cazden, 1990).
BAB VIII
TEORI PERKEMBANGAN BAHASA

A. PERKEMBANGAN BAHASA
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan fungsi
otak. Sebagaimana diketahui, otak memiliki fungsi yang paling fundamental
dalam struktur biologis manusia—Erika Hoff (2009) menyebutnya functional
architecture of human brain. Penelitian neurolinguistics ternyata menyimpulkan
bahwa bahwa otak memiliki dasar yang fundamental dalam perkembangan
l<emampuan berbahasa. Dalam konteks inilah perkembangan bahasa sangat
berkaitan dengan perkembangan manusia sejak dari masa kelahiran hingga masa
dewasa, dan terutama pada masa anak yang berada pada rentang usia dini,
Menurut Hoff (2009) terdapat empat komponen dalam perkembangan bahasa ujar
anak usia dini, yaitu (1) phonology, (2) lexicon, (3) morphology, (4) syntax, dan
(5) communication.
Perkembangan bahasa menurut Seefeld dan Barbour (1990) juga terjadi
bersamaan dengan perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan fisik anak yang
terutama pada masa usia dini, Klasifikasi tahapan perkembangan anak usia dini
menurut Seefeld dan Barbour adalah:
I. infancy (sejak lahir—l tahun)
2. toddler (1—3 tahun)
3, preschooler (3--4 tahun)
4. early primary (5—6 tahun)
5 late primary (7—8 tahun)
Perkembangan bahasa pada masa bayi—di mana bahasanya pada umumnya
bersifat nonverbal, seperti menggerakkan tubuh, tangan, atau kaki—sebetulnya
mengekspresikan rasa senang atau rasa sakit, Misalnya, bayi mengangkat tangan
sebagai tanda ingin berjalan-jalan. Jenis-jenis bahasa nonverbal lainnya
ditunjukkan Oleh bayi sebagai syarat bahwa bayi ingin berkomunikasi.
Bayi biasanya menirukan suara-suara yang didengar di sekitarnya. Apa yang
sering didengarnya akan mempengaruhi perkembangan bahasanya. Pada usia
enam bulan, bayi telah mulai belajar membuat ocehan dan intonasi suara yang
dapat dimengerti. Kira-kira pada usia enam bulan ini bayi telah dapat
mengucapkan kata "mama". Katakata lain mulai tampak secara samar-samar
hingga usia satu tahun. Namun demikian, bayi sebetulnya telah dapat menerima
dan mengerti bahasa, sekalipun tidak dapat mengucapkannya. Hal ini
menunjukkan bahwa bayi mulai belajar untuk mengerti bahasa. Kemudian, pada
usia menjelang satu tahun, bayi telah dapat menunjukkan benda yang kita
tanyakan, atau bayi akan mulai memberi respons tertentu jika kita memutar musik
tertentu.
Papalia dan Olds (2008) merumuskan tahapan kemampuan berbahasa bayi
sebagai berikut. Bayi begitu lahir dapat menerima suara, menangis, dan membuat
respons terhadap suara yang didengarnya. Ketika usia I—3 bulan, bayi dapat
tersenyum dan tertawa. Usia 5—6 bulan, bayi dapat membuat suara yang sesuai
dengan apa yang didengarnya. Usia 6—10 bulan, bayi telah memahami
keterkaitan konsonan vokal. Usia 9 bulan, bayi sudah mampu mengekspresikan
gerakan tubuh sebagai alat komunikasi. Usia 10 bulan, bayi telah memiliki
kemampuan untuk membedakan suara dan bahasa yang kita miliki. Usia 10—14
bulan, bayi telah dapat menamakan sesuatu benda dan meniru suara yang
didengarnya.
Kemampuan berbahasa bayi sebetulnya menunjukkan bahwa bayi memiliki
kemampuan mengingat. Papalia dan Olds mengutip pendapat Lipsitt (1986) yang
mengemukakan bahwa bayi jelas memiliki ingatan: jika bayi tidak memiliki
kemampuan mengingat jangka pendek tentulah bayi tidak dapat belajar.
Selanjutnya dikutip juga pendapat Swain, Zelazo, dan Clifton (1993) yang
mengemukakan bahwa bayi memiliki dan dapat menunjukkan kemampuan
mengingat yang hebat. Contohnya, jika kita memperdengarkan suara tertentu dan
kemudian kita bunyikan kembali pada 24 jam berikutnya maka bayi dapat
mengingat suara tersebut. Juga dikutip pendapat dan hasil penelitian Sullivan
(1982) di mana bayi yang kira-kira berusia dua bulan telah mampu mengingat
peristiwa masa lalu, terutama peristiwa yang menyenangkan.
Pada usia toddler (1—3 tahun), bahasa mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Pada usia 2 tahun, anak baru menguasai sedikit kata; tetapi anak sudah
dapat berkomunikasi melalui isyarat seperti gerakan-gerakan tertentu.
Selanjutnya, sesuai pertambahan anak dapat menguasai 5—8 kata setiap hari.
Pada usia 12—24 bulant perkembangan bahas anak tampak agak perlahan. Setelah
menginjak usia 5 tahun, anal< dapat menguasai hingga 14.000 kata. Pada paruh
masa usia 1—3 tahun, anak baru dapat merangkai menggunakan kalimat 2—3
kata; tetapi anak sudah mampu memahami makna sintaksis seperti kata "Saya dan
kepunyaan saya", dengan benar.
Menurut Papalia dan Olds yang dikutip dari Nelson (1973), anak yang berusia
15 bulan telah dapat membedakan 10 kosa kata atau nama Penguasaan kosa kata
hingga akhir usia 18 bulan menunjukkan perkembangan yang pesat, Nelson
(1973: 1981), yang dikutip Papalia, mengatakan bahwa anak usia 1 hingga 2 tahun
menguasai 50 kosa kata yang ternyata berkaitan dengan nama benda; anak juga
menguasai juga kalimat umum seperti "bow-bow" (guk-guk/guguk) untuk
panggilan anjing, atau yang lebih khusus atau kata tindakan seperti "bye-bye"
("dadah atau kata-kata untuk mengekspresikan perasaan seperti kata "tidak". Ada
beberapa anak yang menggunakan kata yang menunjukkan suatu objek atau
peristiwa, anak yang lain menggunakan kata sebagai ekspresi yang digunakan
dalam pergaulan seperti kata suka dan tidak suka. Penggunaan kata yang
diekspresikan anak dipengaruhi oleh lingkungan dan terutama pola asuh orang
tua. Mengenai penggunaan tata bahasa, anak yang berusia 20 dan 30 bulan telah
dapat menggunakan fungsi sintaksis seperti menggunakan artikel (a, the),
preposisi (in, on), konjungsi (and, but), jamak, kata kerja, past tense, dan bentuk
kata kerja seperti to be (am, are, is). Pada usia 3 tahun, kemampuan berbicara anak
sudah lebih kompleks dan lancar (Papalia dan Olds, 2001).
Menurut Lopes, perkembangan bahasa anak berusia 1 tahun memiliki
kemampuan meniru suara binatang, dapat menyebut nama anggota keluarga dan
benda-bendat menggabungkan dua kata sebagai bentuk dasar kalimat,
menggunakan pronoun seperti "me" dan "mine", menggunakan kata "tidak",
menyebut bagian-bagian tubuh, dan menggunakan objek untuk menyampaikan
maksudnya. Anak berusia 2 tahun memiliki kemampuan untuk mengikuti
petunjuk yang sederhana, menggunakan lebih dari 3 kata dalam membuat
kalimat, mampu mengekspresikan perasaan dan keinginannya,
menggunakan objek untuk menunjukkan objek yang lain, mengikuti lagu-lagu
yang pendek, dan dapat mengingat irama pendek (Marilyn Lopes, 2006).
Pada usia preschoolers (3-4 tahun), perkembangan bahasa menurut Papalia
dan Olds telah menunjukkan kemampuan berbicara seperti layaknya orang
dewasa. Anak telah mampu menggunakan kata bentuk jamak dan kalimat bentuk
lampau, serta mengetahui perbedaan antara "saya, kamu, dan kita". Pada usia
antara 3 dan 6 'tahun, anak belajar menambah perbendaharaan kata 2-4 kata setiap
hari, tetapi anak belum dapat menggunakannya seperti orang dewasa. Antara usia
4 dan 5 tahun, kalimat anak rata-rata diperkaya Oleh kata-kata baru sekitar 4—5
kata. Anak telah mampu menggunakan kata preposisi seperti over, under, in, on,
dan behind; anak juga dapat menyebutkan nama-nama warna hingga 10 jenis,
Antara usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah lebih kompleks dan panjang. Anak
sudah dapat menggunakan fungsi konjungsi, preposisi, dan artikel.
Papalia dan Olds mengklasifikasikan kalimat ujar anak menjadi 2 jenis, yaitu
social speech dan private speech, Social speech adalah bahasa ucapan yang dapat
dimengerti oleh orang lain. Ada semacam kemampuan anak untuk
mengkomunikasikan ide dan pendapat kepada orang lain, dan orang lain dapat
memahami maksud dari ucapannya. Misalnyaı anak mengajukan pertanyaan atau
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Ada pertukaran informasi yang
diciptakan anak, sehingga menjadi percakapan yang bersifat dialogis. Private
speech adalah ucapan yang diujarkan anak dengan tidak ada jalinan komunikasi
dengan orang lain. Anak berujar dengan şuara keras tanpa menghiraukan arti dan
makna ucapannya—Piaget menyebutnya sebagai egocentric speech. Selanjutnya,
Wadswonh mengulas pandangan Piaget yang mengemukakan bahwa anak pada
usia praoperasional ditandai oleh 2 jenis bahasa ujaran, yaitu egocentric speech
dan socialized speech. Egocentric speech ditandai oleh kekurangmampuan anak
berkomunikasi secara dialogis, Artinya, anak tidak mempedulikan apakah
ucapannya dapat dimengerti atau tidak. Komunikasinya hanya satu arah dan
bersifat monologis. Socialized speech ditandai oleh kemampuan anak untuk
berdialog dengan orang lain. Anak usia 2 hingga 4 atau 5 tahun memang
menunjukkan kekurangmampuannya untuk berkomunikasi secara bermakna, dan
ucapannya harus didengar oleh orang lain alih-alih mendengarkan ucapan orang
lain.
Mengenai perkembangan kemampuan berbicara anak, Rogers Brown yang
dikutip oleh Santrock mengemukakan perkembangan bahasa anak sebagai berikut:

 Pada fase pertama, usia 12—26 bulan, perkembangan kosa kata anak masih
berkisar pada kata benda dan kerja dan hanya sedikit menguasai kata sifat dan
keterangan—misalnya “mommy bye-bye” dan "big doggie”.
 Pada fase kedua, usia 27—30 bulan, anak sudah dapat menggunakan kalimat
tense, a, an, dan juga proposisi—misalnya "dolly in bed" dan "milk's all
gone„past Pada fase ketiga, usia 31—34 bulant anak sudah dapat mengartikan
mengungkapkan kata pertanyaan (who, what, Where), pernyataan bentuk
negatif (no, not, non), dan juga bentuk kalimat imperatif seperti memerintah i
dan merninta Kalimat yang diucapkan seperti "daddy come home" dan ' Susie
no want milk„ Pada fase keempat, usia 35—40 bulan, anak telah dapat
membuat kalirnat dengan lebih baik—contohnya "1 think it's red" dan "l know
what I saw".
 Pada fase kelima, usia 41—46 bulant anak telah mampu membuat kalimat yang
baik—contohnya "1 Went to Bob's and had ice cream" dan " I like bunnies
'cause they are cute".
Pada usia early primary year (5—6 tahun), perkembangan bahasa anak
sudah mendekati kesempurnaan. Kosa kata anak terus berkembang, dan anak
mulai memahami bahwa kata-kata memiliki lebih dari satu arti.
Papalia dan Olds mengemukakan bahwa anak usia 6 tahun telah mampu
menggunakan kata-kata sebanyak 2600 kata dalam percakapan, memahami lebih
dari 20.000 kata (Owens, 1996), dan rata-rata menguasai kata-kata baru sebanyak
9 kata sejak berusia 11/2 tahun (M.L Rice, 1982)—dengan bantuan sekolah secara
formal dan segala sesuatu yang didengarnya, penguasaan kata-kata anak menjadi
80.000 kata ketika anak siap memasuki sekolah menengah atas (Owens, 1996).
Selanjutnya, Papalia dan Olds mengemukakan anak usia 5—7 tahun sudah
dapat berbicara seperti orang dewasa. Kalimatnya panjang dan kompleks dan telah
mengikuti tata bahasa secara formal, meskipun masih ada kesalahan, terutama
penggunaan tata bahasa dan bahasa yang bersifat ilmiah.
Teori Vigotsky yang dikutip oleh Santrock mengemukakan bahwa struktur
kognitif anak mempunyai hubungan dengan fungsi-fungsi mental. Hubungan
antara bahasa dan berpikir begitu erat. Dalam perkembangannya, bahasa dan
berpikir bersifat independen atau tidak tergantung satu sama lain, tetapi dalam
segi fungsionalnya memiliki keterkaitan.
Ada dua prinsip yang mengaitkan antara bahasa dan berpikir. Pertama,
seluruh fungsi mental bersifat eksternal atau memiliki fungsi sosial. Anak pasti
menggunakan bahasa dan berkomunikasi dengan orang lain, yang sebetulnya
merupakan proses mental dalam diri anak. Kedua, anak harus berkomunikasi
secara eksternal dan menggunakan bahasa dalam wal(tu yang lama sebelum
transisi dari faktor eksternal ke internal terjadi dan mengambil peran, Hal ini
berlangsung antara usia 3 hingga 7 tahun.
pada usia late primary (7- 8 tahun), bahasa anak mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Anak telah memahami tata bahasa, sekalipun terkadang
menemui kesulitan dan menunjukkan kesalahan tetapi anak dapat
memperbaikinya, Anak telah mampu menjadi pendengar yang baik. Anak mampu
menyirnak cerita yang didengarnya, dan selanjutnya marnpu mengungkapkan
kernbali dengan urutan dan susunan yang logis. Anak telah menunjukkan
minatnya terhadap puisi, dan juga marnpu mengungkap perasaan dan pikirannya
dalam bentuk puisi.
B. TEORI PERKEMBANGAN BAHASA
Para psikolog telah lama melakukan penelitian tentang perkembangan
bahasa manusia. Dari proses penelitian tersebut, teori perkembangan bahasa
dikelompokkan menjadi empat teori yaitu teori behaviorisme, teori sosial kognitif,
teori nativisme, dan teori sosial kultural.
Teori Behaviorisme, menurut teori ini, perkembangan bahasa anak yang
memperoleh kemampuan berbahasa (terutama bahasa ujar) sangat ditentukan oleh
faktor penguatan dengan cara mendemonstrasikan suara dan kata (Moerk, 1992;
B, Skinner, 1953, 1957). Ibu mengucapkan selamat pagi kemudian anak diminta
menirukannya, yang dilakukan secara berulang-ulang, Setiap ujaran anak diberi
pujian oleh ibunya, sekalipun ujaran tersebut belum tepat—pengucapan secara
berulang disertai dengan pujian akan memberi dorongan bagi anak untuk
mengembangkan kemampuan berbahasanya.
Teori Sosial Kognitif, teori sosial kognitif menekankan bahwa
perkembangan bahasa dipengaruhi oleh peran faktor modeling: peniruan anak
terhadap orang dewasa berbicarat penguatan yang dilakukan orang dewasa, dan
koreksi atas bahasa ujar anak (Bandura, 1986, 1989).
Sebetulnya, teori behaviorisme dan sosial kognitif memiliki kesamaan:
anak belajar bahasa ujar senantiasa melalui pengamatan, mendengar apa yang
diujarkan oleh orang lain serta berupaya untuk memahami dan mengucapkan,
serta adanya faktor penguatan dari orang dewasa. Setiap etnis dalam budaya
memiliki cara tertentu dalam mempelajari bahasa melalui proses enkulturasi
maupun proses akulturasi.
Teori Nativisme, setiap manusia pasti belajar berbahasa ujar, sekalipun
berbeda-beda sesuai dengan budaya dan bangsanya, Semua bahasa memiliki
struktur dasar yang dijadikan acuan dalam menyusu pesan dan menyampaikan
pesan yang dapat dipahami oleh komunitasnya. struktur bahasa tersebut, seperti
subjek dan kata kerja, digunakan untuk membuat kalimat yang memiliki makna.
Teori nativisme menegaskan bahwa secara genetik anak memiliki kemampuan
untuk memahami dan mengucapkan bahasa ujar, dan hal tersebut berlangsung
sangat cepat. Noam Chomsky (1972, 1976) adalah bapak dari teori nativisme yang
mengemukakan bahwa kemahiran anak dalam menguasai bahasa bersifat genetik,
yang merupakan seperangkat proses keterampilan berbahasa yang memungkinkan
anak untuk memahami dan menggunakan urutan berbahasa secara benar. Anak
yang belajar berbahasa pasti akan memahami bahwa dalam suatu kalimat pasti ada
subjek dan kata kerja.
Teori Sosial Kultural, perkembangan bahasa menurut teori yang
dikembangkan oleh Vygotsky sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial anak
dengan lingkungannya. Artinya, internalisasi nilai budaya akan memberi makna
tertentu bagi anak dalam upaya mengembangkan kemampuan berpikir dan
kemampuan berbahasa. Perkembangan kognitif dan bahasa menurut Vygotsky
berlangsung secara bersamaan. Dalam lingkungan keluarga—sesuai budaya anak
—anak akan berinteraksi dan belajar mendengar apa yang diucapkan oleh orang
tua, teman sebaya, orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya dan itulah
yang memperkaya kemampuan berbahasa anak.

BAB IX
IMPLIKASI TEORI PIAGET DAN VYGOTSKY DALAM PROSES
PEMBELAJARAN

A. IMPLIKASI TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN


Beberapa implementasi yang harus diketahui dan diterapkan adalah sebagai
berikut:
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada
produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses
yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam
inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas
Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan
dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan
anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan
perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang
berbeda.

B. IMPLIKASI TEORI VYGOTSKY DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran menurut Oakley (2004:48-


50)yaitu sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran yang diberikan oleh guru harus sesuai dengan tingkat
perkembangan potensial siswa. Siswa seharusnya diberikan tugas yangdapat
membantu mereka untuk mencapai tingkat perkembangan potensialnya.
2. Vygotsky mempromosikan penggunaan pembelajaran kolaboratif dankooperatif,
dimana siswa dapat saling berinteraksi dan salingmemunculkan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif dalammasing-masing ZPD mereka.Menurut
Ruseffendi (1992:34) menjelaskan implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran
diantaranya adalah guru bertugas menyediakan atau mengaturlingkungan belajar
siswa dan mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, serta memberikan
dukungan dinamis, sedemikian hingga setiap siswa bisa berkembang secara
maksimal dalam zona perkembangan proksimal.Contoh dalam pembelajaran, jika
seseorang siswa membuat suatu kesalahandalam mengerjakan sebuah soal,
sebaiknya guru tidak langsung memberitahukandi mana letak kesalahan tersebut.
Sebagai contoh, jika seseorang siswamenyatakan bahwa untuk sebarang bilangan
real x dan y berlaku (x-y)2 = x2 - y2.Guru tidak perlu langsung menyatakan
bahwa itu salah. Lebih baik guru memberi pernyataan yang sifatnya menuntun,
misalnya: “apakah (3-2)2 = 32 – 22 ?” .Dengan menjawab pertanyaan, siswa akan
bisa menemukan sendiri letakkesalahannya yang ia buat pada pernyataan semula.
Dari contoh ini kiranya jelas bahwa guru bisa membantu siswa dengan cara
memilih pendekatan pembelajaranyang sesuai, agar proses konstruksi
pengetahuan dalam pikiran siswa bisa berlangsung secara optimal. Pertanyaan
yang diajukan guru tersebut untukmenuntun siswa supaya pada akhirnya siswa
bisa menemukan sendiri letak kesalahan yang ia buat, merupakan contoh
scaffolding (tuntunan atau dukunganyang dinamis) dari guru pada siswa. Guru
kiranya bisa memanfaatkan baik teoriPiaget maupun teori Vygotsky dalam upaya
untuk melakukan proses pembelajaran yang efektif. Di satu pihak, guru perlu
mengupayakan supaya siswa berusaha agar bisa mengembangkan diri masing-
masing secara maksimal, yaitumengembangkan kemampuan berpikir dan bekerja
secara independen (sesuaidengan teori Piaget), di lain pihak, guru perlu juga
mengupayakan supaya tiap-tiapsiswa juga aktif berinteraksi dengan siswa-siswa
lain dan orang-orang lain dilingkungan masing-masing (sesuai dengan teori
Vygotsky).
Jika kedua hal itudilakukan, perkembangan kognitif tiap-tiap siswa akan bisa
terjadi secara optimal. Contoh aplikasi teori Vygotsky beberapa diantaranya
adalah menurutKatminingsih (2009:104):
1. Bimbingan ahli dalam pembelajaran
2. Peran guru sebagai pembantu dan mediator dalam pembelajaran siswa
3. Melibatkan anak dalam berdiskusi dan berpikir (reasoning) dalam mempelajari
segala kejadian
4. Pengetahuan yang diberikan kepada anak harus merupakan pengetahuan
baruyang sedikit di atas kemampuan yang dimiliki anak. Sehingga anak
menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk memperoleh pengetahuan baru.
5. Belajar kelompok/ pembelajaran kerjasama (yang menambah interaksi siswa
dengan siswa lain)
6. Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau
pandangan siswa
7. Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan
manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.
8. Pembelajaran menekankan pada proses.
BAB X
KESIMPULAN

Para peneliti dalam bidang perkembangan otak atau neuroscientist menemukan bahwa
perkembangan kognitif erat kaitannya dengan perkembangan otak . Piaget memaparkan
teorinya terakait dengan perkembangan kognitif yaitu intellectual organization and
adaptation, cognitive development and aother factors, dan stages within the continuum of
development. Vygotsky berpendapat bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap
perkembangan kognitif seorang anak. Vygotsky menekankan pemusatan hubungan sosial
yang mempengaruhi perkembangan kognitif, karna pertama-tama anak menemukan
pengetahuan dalam dunia sosialnya. Bermain merupakan cara berpikir anak dan cara anak
memecahkan masalah. Anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi mereka meaning
(makna) dan objek berbaur menjadi satu. Vygotsky membedakan 2 tahap perkembangan
yaitu aktual (independent performance) dan potensial (assisted performance).

Para psikolog telah lama melakukan penelitian tentang perkembangan bahasa


manusia. Dari proses penelitian tersebut, teori perkembangan bahasa dikelompokkan menjadi
empat teori yaitu teori behaviorisme, teori sosial kognitif, teori nativisme, dan teori sosial
kultural. Teori dari Piaget dan Vygotsky banyak sekali manfaatnya dalam pengembangan
dunia pendidikan
DAFTAR PUSAKA

Surna, I Nyoman. 2015. Psikologi Pendidikan I. Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai