DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…..
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul
”Perkembangan Kognitif dan Bahasa”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan .
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Ika Fitriyanti S
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………….……………….... I
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... II
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………………...............5
BAB X PENUTUPAN
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………42
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sengaja ataupun tapa sengaja, kita dapat menyaksikan anak- anak mampu
berbicara lancer dengan kosa kata yang beragam, mampu menulis, mampu berhitung,
mampu menggunakan komputer dengan lancar, mampu berkomunikasi memlalui
internet, mampu menguasa dua bahasa dengan baik, dan jenis- jenis kemampuan
lainnta. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah hal itu terjadi Karena factor
genetic atau factor lingkungan? Apakah lingkungan keluarga, teman sebaya, orang-
orang yang berarti bagi anak, tayangan televisi, permainan elektronik, internet dan
guru memiliki peran dalam mengembangkan kemampuan tersebut?
Pertanyaan tersebut menjadi masalah penting dan hingga kini pun masih
diperdebatkan. Dalam mengamati dan mempelajari perkembangan anak diperlukan
pemahaman pemahaman yang lebih jelas tentang perdebatan yang bersifat dikotomis
tentang faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan.
BAB II
HAKIKAT PERKEMBANGAN
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
BAB III
PROSES DAN PERIODE PERKEMBANGAN
A. PROSES PERKEMBANGAN
Bentuk perkembangan anak berlangsung sangat kompleks, karena merupakan
proses interaksi dari berbagai faktor. Ada tiga aspek yang mempengaruhi proses
perkembangan, yaitu biological process, cognitive process, dan socioemotional
process (Santrock, 2009: 30-31)
Proses biologis menghasilkan perubahan dalam bentuk pertumbuhan tubuh,
perkembangan otak, penambahan tinggi dan berat, keterampilan motorik, serta
perubahan hormonal.
Proses kognitif menghasilkan perubahan cara berpikir, inteligensi, dan bahasa.
Perkembangan proses kognitif menjadi dasar bagi berkembangnya kemampuan
anak dalam mengingat, memecahkan masalah atau soal, dan berpikir kreatif.
Proses sosioemosional menyangkut perubahan anak dalam menjalin hubungan
dengan orang lain, perubahan emosi dan perubahan kepribadian. Perkembangan
sosioemosional sangat tergantung pada pola asuh dan pergaulan anak dengan
lingkungan sekitar.
B. PERIODE PERKEMBANGAN
Pemaparan periode perkembangan bertujuan mendeskripsikan tahapan
perkembangan yang dimulai dari masa infancy, early childhood, middle and late
childhood, adolescence early adulthood, middle adulthood, hingga late adulthood.
Infancy adaléh usia yang terentang pada 18-24 bulan. Pada masa ini bayi amat
tergantung pada pengasuhan orang tua. Semua kegiatan yang dilakukan merupakan
kegiatan awal dalam proses perjalanan kehidupan. Bayi mulai mempelajari
kernampuan koordinasi motorik, berbahasa, sirnbol, dan bersosialisasi.
Early childhood biasa Juga disebut masa prasekolah, dan rentang usianya dari
usia infancy hingga 5 tahun. Pada masa ini, anak telah cukup mernlliki
kemampuan dalam kesiapan belajar membaca, telah memiliki kemampuan untuk
mengikuti petunjuk guru, dan telah lebih banyak menghabiskan waktu bersama
teman sebayanya.
Middle and late childhood. Pada usia ini anak telah memasuki masa sekolah
yang disebut elementary school years. Masa sekolah ini berkisar pada usia 6-11
tahun. Anak telah siap untuk belajar membaca, berhitung, dan matematika. Anak
te!ah mampu memfokuskan diri pada aktivitas kognitif, kontrol diri telah
berkembang, dan interaksi anak tidak saja dalam lingkungan keluarga tetapi telah
ke luar rumah, termasuk telah mampu berkomunikasi dengan dunia luar melalui
Internet.
Adolescence adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Usianya berkisar dari 10- 12 tahun dan berakhir pada usia sekitar 18- 21 tahun.
Pada masa ini anak tumbuh sangat cepat, terutama ter!ihat pada perubahan fisik,
tinggi. dan berat badan yang sangat cepat dan mengembangkan fungsi seksual.
Anak telah mencari identitas diri, mulai mengembangkan pemikiran abstrak, serta
berpikir logis dan idealis
BAB IV
Belajar
Melalui belajar, tumbuhlah kemampuan untuk memahami.
Perkembangan terJadi jika suatu pemahaman atau kemampuan merniliki
kaitan dengan kegiatan yang lebih kompleks, contohnya, kemampuan
peserta didik telah berkembang jika telah memiliki keterampilan bertanya
di dalam kelas dan dapat menerapkannya dalam situasi yang berbeda di
luar kelas.
Pengalaman
Anak yang memperoleh pelajaran membaca dari orang tua di rumah
akan merniliki kemampuan rmembaca yang cepat di sekolah, demikian juga
halnya dengan anak yang mendapat pelatihan bermain piano, gitar, atau
vokal akan lebih cepat menguasai dan memiliki keterampilan musik tersebut
dibandingkan anak yang hanya membaca dan mempelajari teori bermain
piano. Melalui pengalaman, anak mengalami secara langsung kesulitan,
upaya perbaikan jika ada kesalahan, maupun kegembiraan jika berhasil
mengerjakannya.
Interaksi Sosial
Melalui interaksi sosial, anak saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan baru tentang nilai, aturan, kebiasaan, dan tata krama yang
semestinya dilakukan dalam kehidupan bersama sebagai anggota
masyarakat.
Penguasaan Bahasa
Bahasa adalah media untuk menyampaikan pesan, ide, pendapat,
pengalaman, dan berbagai pengalarnan sehingga dapat dipahami oleh orang
lain. Bahasa juga menunjukkan kemampuan penalaran anak dan aspek-
aspek afektif lainnya.
BAB V
PERKEMBANGAN KOGNITIF
A. PERKEMBANGAN BAHASA
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan fungsi
otak. Sebagaimana diketahui, otak memiliki fungsi yang paling fundamental
dalam struktur biologis manusia—Erika Hoff (2009) menyebutnya functional
architecture of human brain. Penelitian neurolinguistics ternyata menyimpulkan
bahwa bahwa otak memiliki dasar yang fundamental dalam perkembangan
l<emampuan berbahasa. Dalam konteks inilah perkembangan bahasa sangat
berkaitan dengan perkembangan manusia sejak dari masa kelahiran hingga masa
dewasa, dan terutama pada masa anak yang berada pada rentang usia dini,
Menurut Hoff (2009) terdapat empat komponen dalam perkembangan bahasa ujar
anak usia dini, yaitu (1) phonology, (2) lexicon, (3) morphology, (4) syntax, dan
(5) communication.
Perkembangan bahasa menurut Seefeld dan Barbour (1990) juga terjadi
bersamaan dengan perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan fisik anak yang
terutama pada masa usia dini, Klasifikasi tahapan perkembangan anak usia dini
menurut Seefeld dan Barbour adalah:
I. infancy (sejak lahir—l tahun)
2. toddler (1—3 tahun)
3, preschooler (3--4 tahun)
4. early primary (5—6 tahun)
5 late primary (7—8 tahun)
Perkembangan bahasa pada masa bayi—di mana bahasanya pada umumnya
bersifat nonverbal, seperti menggerakkan tubuh, tangan, atau kaki—sebetulnya
mengekspresikan rasa senang atau rasa sakit, Misalnya, bayi mengangkat tangan
sebagai tanda ingin berjalan-jalan. Jenis-jenis bahasa nonverbal lainnya
ditunjukkan Oleh bayi sebagai syarat bahwa bayi ingin berkomunikasi.
Bayi biasanya menirukan suara-suara yang didengar di sekitarnya. Apa yang
sering didengarnya akan mempengaruhi perkembangan bahasanya. Pada usia
enam bulan, bayi telah mulai belajar membuat ocehan dan intonasi suara yang
dapat dimengerti. Kira-kira pada usia enam bulan ini bayi telah dapat
mengucapkan kata "mama". Katakata lain mulai tampak secara samar-samar
hingga usia satu tahun. Namun demikian, bayi sebetulnya telah dapat menerima
dan mengerti bahasa, sekalipun tidak dapat mengucapkannya. Hal ini
menunjukkan bahwa bayi mulai belajar untuk mengerti bahasa. Kemudian, pada
usia menjelang satu tahun, bayi telah dapat menunjukkan benda yang kita
tanyakan, atau bayi akan mulai memberi respons tertentu jika kita memutar musik
tertentu.
Papalia dan Olds (2008) merumuskan tahapan kemampuan berbahasa bayi
sebagai berikut. Bayi begitu lahir dapat menerima suara, menangis, dan membuat
respons terhadap suara yang didengarnya. Ketika usia I—3 bulan, bayi dapat
tersenyum dan tertawa. Usia 5—6 bulan, bayi dapat membuat suara yang sesuai
dengan apa yang didengarnya. Usia 6—10 bulan, bayi telah memahami
keterkaitan konsonan vokal. Usia 9 bulan, bayi sudah mampu mengekspresikan
gerakan tubuh sebagai alat komunikasi. Usia 10 bulan, bayi telah memiliki
kemampuan untuk membedakan suara dan bahasa yang kita miliki. Usia 10—14
bulan, bayi telah dapat menamakan sesuatu benda dan meniru suara yang
didengarnya.
Kemampuan berbahasa bayi sebetulnya menunjukkan bahwa bayi memiliki
kemampuan mengingat. Papalia dan Olds mengutip pendapat Lipsitt (1986) yang
mengemukakan bahwa bayi jelas memiliki ingatan: jika bayi tidak memiliki
kemampuan mengingat jangka pendek tentulah bayi tidak dapat belajar.
Selanjutnya dikutip juga pendapat Swain, Zelazo, dan Clifton (1993) yang
mengemukakan bahwa bayi memiliki dan dapat menunjukkan kemampuan
mengingat yang hebat. Contohnya, jika kita memperdengarkan suara tertentu dan
kemudian kita bunyikan kembali pada 24 jam berikutnya maka bayi dapat
mengingat suara tersebut. Juga dikutip pendapat dan hasil penelitian Sullivan
(1982) di mana bayi yang kira-kira berusia dua bulan telah mampu mengingat
peristiwa masa lalu, terutama peristiwa yang menyenangkan.
Pada usia toddler (1—3 tahun), bahasa mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Pada usia 2 tahun, anak baru menguasai sedikit kata; tetapi anak sudah
dapat berkomunikasi melalui isyarat seperti gerakan-gerakan tertentu.
Selanjutnya, sesuai pertambahan anak dapat menguasai 5—8 kata setiap hari.
Pada usia 12—24 bulant perkembangan bahas anak tampak agak perlahan. Setelah
menginjak usia 5 tahun, anal< dapat menguasai hingga 14.000 kata. Pada paruh
masa usia 1—3 tahun, anak baru dapat merangkai menggunakan kalimat 2—3
kata; tetapi anak sudah mampu memahami makna sintaksis seperti kata "Saya dan
kepunyaan saya", dengan benar.
Menurut Papalia dan Olds yang dikutip dari Nelson (1973), anak yang berusia
15 bulan telah dapat membedakan 10 kosa kata atau nama Penguasaan kosa kata
hingga akhir usia 18 bulan menunjukkan perkembangan yang pesat, Nelson
(1973: 1981), yang dikutip Papalia, mengatakan bahwa anak usia 1 hingga 2 tahun
menguasai 50 kosa kata yang ternyata berkaitan dengan nama benda; anak juga
menguasai juga kalimat umum seperti "bow-bow" (guk-guk/guguk) untuk
panggilan anjing, atau yang lebih khusus atau kata tindakan seperti "bye-bye"
("dadah atau kata-kata untuk mengekspresikan perasaan seperti kata "tidak". Ada
beberapa anak yang menggunakan kata yang menunjukkan suatu objek atau
peristiwa, anak yang lain menggunakan kata sebagai ekspresi yang digunakan
dalam pergaulan seperti kata suka dan tidak suka. Penggunaan kata yang
diekspresikan anak dipengaruhi oleh lingkungan dan terutama pola asuh orang
tua. Mengenai penggunaan tata bahasa, anak yang berusia 20 dan 30 bulan telah
dapat menggunakan fungsi sintaksis seperti menggunakan artikel (a, the),
preposisi (in, on), konjungsi (and, but), jamak, kata kerja, past tense, dan bentuk
kata kerja seperti to be (am, are, is). Pada usia 3 tahun, kemampuan berbicara anak
sudah lebih kompleks dan lancar (Papalia dan Olds, 2001).
Menurut Lopes, perkembangan bahasa anak berusia 1 tahun memiliki
kemampuan meniru suara binatang, dapat menyebut nama anggota keluarga dan
benda-bendat menggabungkan dua kata sebagai bentuk dasar kalimat,
menggunakan pronoun seperti "me" dan "mine", menggunakan kata "tidak",
menyebut bagian-bagian tubuh, dan menggunakan objek untuk menyampaikan
maksudnya. Anak berusia 2 tahun memiliki kemampuan untuk mengikuti
petunjuk yang sederhana, menggunakan lebih dari 3 kata dalam membuat
kalimat, mampu mengekspresikan perasaan dan keinginannya,
menggunakan objek untuk menunjukkan objek yang lain, mengikuti lagu-lagu
yang pendek, dan dapat mengingat irama pendek (Marilyn Lopes, 2006).
Pada usia preschoolers (3-4 tahun), perkembangan bahasa menurut Papalia
dan Olds telah menunjukkan kemampuan berbicara seperti layaknya orang
dewasa. Anak telah mampu menggunakan kata bentuk jamak dan kalimat bentuk
lampau, serta mengetahui perbedaan antara "saya, kamu, dan kita". Pada usia
antara 3 dan 6 'tahun, anak belajar menambah perbendaharaan kata 2-4 kata setiap
hari, tetapi anak belum dapat menggunakannya seperti orang dewasa. Antara usia
4 dan 5 tahun, kalimat anak rata-rata diperkaya Oleh kata-kata baru sekitar 4—5
kata. Anak telah mampu menggunakan kata preposisi seperti over, under, in, on,
dan behind; anak juga dapat menyebutkan nama-nama warna hingga 10 jenis,
Antara usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah lebih kompleks dan panjang. Anak
sudah dapat menggunakan fungsi konjungsi, preposisi, dan artikel.
Papalia dan Olds mengklasifikasikan kalimat ujar anak menjadi 2 jenis, yaitu
social speech dan private speech, Social speech adalah bahasa ucapan yang dapat
dimengerti oleh orang lain. Ada semacam kemampuan anak untuk
mengkomunikasikan ide dan pendapat kepada orang lain, dan orang lain dapat
memahami maksud dari ucapannya. Misalnyaı anak mengajukan pertanyaan atau
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Ada pertukaran informasi yang
diciptakan anak, sehingga menjadi percakapan yang bersifat dialogis. Private
speech adalah ucapan yang diujarkan anak dengan tidak ada jalinan komunikasi
dengan orang lain. Anak berujar dengan şuara keras tanpa menghiraukan arti dan
makna ucapannya—Piaget menyebutnya sebagai egocentric speech. Selanjutnya,
Wadswonh mengulas pandangan Piaget yang mengemukakan bahwa anak pada
usia praoperasional ditandai oleh 2 jenis bahasa ujaran, yaitu egocentric speech
dan socialized speech. Egocentric speech ditandai oleh kekurangmampuan anak
berkomunikasi secara dialogis, Artinya, anak tidak mempedulikan apakah
ucapannya dapat dimengerti atau tidak. Komunikasinya hanya satu arah dan
bersifat monologis. Socialized speech ditandai oleh kemampuan anak untuk
berdialog dengan orang lain. Anak usia 2 hingga 4 atau 5 tahun memang
menunjukkan kekurangmampuannya untuk berkomunikasi secara bermakna, dan
ucapannya harus didengar oleh orang lain alih-alih mendengarkan ucapan orang
lain.
Mengenai perkembangan kemampuan berbicara anak, Rogers Brown yang
dikutip oleh Santrock mengemukakan perkembangan bahasa anak sebagai berikut:
Pada fase pertama, usia 12—26 bulan, perkembangan kosa kata anak masih
berkisar pada kata benda dan kerja dan hanya sedikit menguasai kata sifat dan
keterangan—misalnya “mommy bye-bye” dan "big doggie”.
Pada fase kedua, usia 27—30 bulan, anak sudah dapat menggunakan kalimat
tense, a, an, dan juga proposisi—misalnya "dolly in bed" dan "milk's all
gone„past Pada fase ketiga, usia 31—34 bulant anak sudah dapat mengartikan
mengungkapkan kata pertanyaan (who, what, Where), pernyataan bentuk
negatif (no, not, non), dan juga bentuk kalimat imperatif seperti memerintah i
dan merninta Kalimat yang diucapkan seperti "daddy come home" dan ' Susie
no want milk„ Pada fase keempat, usia 35—40 bulan, anak telah dapat
membuat kalirnat dengan lebih baik—contohnya "1 think it's red" dan "l know
what I saw".
Pada fase kelima, usia 41—46 bulant anak telah mampu membuat kalimat yang
baik—contohnya "1 Went to Bob's and had ice cream" dan " I like bunnies
'cause they are cute".
Pada usia early primary year (5—6 tahun), perkembangan bahasa anak
sudah mendekati kesempurnaan. Kosa kata anak terus berkembang, dan anak
mulai memahami bahwa kata-kata memiliki lebih dari satu arti.
Papalia dan Olds mengemukakan bahwa anak usia 6 tahun telah mampu
menggunakan kata-kata sebanyak 2600 kata dalam percakapan, memahami lebih
dari 20.000 kata (Owens, 1996), dan rata-rata menguasai kata-kata baru sebanyak
9 kata sejak berusia 11/2 tahun (M.L Rice, 1982)—dengan bantuan sekolah secara
formal dan segala sesuatu yang didengarnya, penguasaan kata-kata anak menjadi
80.000 kata ketika anak siap memasuki sekolah menengah atas (Owens, 1996).
Selanjutnya, Papalia dan Olds mengemukakan anak usia 5—7 tahun sudah
dapat berbicara seperti orang dewasa. Kalimatnya panjang dan kompleks dan telah
mengikuti tata bahasa secara formal, meskipun masih ada kesalahan, terutama
penggunaan tata bahasa dan bahasa yang bersifat ilmiah.
Teori Vigotsky yang dikutip oleh Santrock mengemukakan bahwa struktur
kognitif anak mempunyai hubungan dengan fungsi-fungsi mental. Hubungan
antara bahasa dan berpikir begitu erat. Dalam perkembangannya, bahasa dan
berpikir bersifat independen atau tidak tergantung satu sama lain, tetapi dalam
segi fungsionalnya memiliki keterkaitan.
Ada dua prinsip yang mengaitkan antara bahasa dan berpikir. Pertama,
seluruh fungsi mental bersifat eksternal atau memiliki fungsi sosial. Anak pasti
menggunakan bahasa dan berkomunikasi dengan orang lain, yang sebetulnya
merupakan proses mental dalam diri anak. Kedua, anak harus berkomunikasi
secara eksternal dan menggunakan bahasa dalam wal(tu yang lama sebelum
transisi dari faktor eksternal ke internal terjadi dan mengambil peran, Hal ini
berlangsung antara usia 3 hingga 7 tahun.
pada usia late primary (7- 8 tahun), bahasa anak mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Anak telah memahami tata bahasa, sekalipun terkadang
menemui kesulitan dan menunjukkan kesalahan tetapi anak dapat
memperbaikinya, Anak telah mampu menjadi pendengar yang baik. Anak mampu
menyirnak cerita yang didengarnya, dan selanjutnya marnpu mengungkapkan
kernbali dengan urutan dan susunan yang logis. Anak telah menunjukkan
minatnya terhadap puisi, dan juga marnpu mengungkap perasaan dan pikirannya
dalam bentuk puisi.
B. TEORI PERKEMBANGAN BAHASA
Para psikolog telah lama melakukan penelitian tentang perkembangan
bahasa manusia. Dari proses penelitian tersebut, teori perkembangan bahasa
dikelompokkan menjadi empat teori yaitu teori behaviorisme, teori sosial kognitif,
teori nativisme, dan teori sosial kultural.
Teori Behaviorisme, menurut teori ini, perkembangan bahasa anak yang
memperoleh kemampuan berbahasa (terutama bahasa ujar) sangat ditentukan oleh
faktor penguatan dengan cara mendemonstrasikan suara dan kata (Moerk, 1992;
B, Skinner, 1953, 1957). Ibu mengucapkan selamat pagi kemudian anak diminta
menirukannya, yang dilakukan secara berulang-ulang, Setiap ujaran anak diberi
pujian oleh ibunya, sekalipun ujaran tersebut belum tepat—pengucapan secara
berulang disertai dengan pujian akan memberi dorongan bagi anak untuk
mengembangkan kemampuan berbahasanya.
Teori Sosial Kognitif, teori sosial kognitif menekankan bahwa
perkembangan bahasa dipengaruhi oleh peran faktor modeling: peniruan anak
terhadap orang dewasa berbicarat penguatan yang dilakukan orang dewasa, dan
koreksi atas bahasa ujar anak (Bandura, 1986, 1989).
Sebetulnya, teori behaviorisme dan sosial kognitif memiliki kesamaan:
anak belajar bahasa ujar senantiasa melalui pengamatan, mendengar apa yang
diujarkan oleh orang lain serta berupaya untuk memahami dan mengucapkan,
serta adanya faktor penguatan dari orang dewasa. Setiap etnis dalam budaya
memiliki cara tertentu dalam mempelajari bahasa melalui proses enkulturasi
maupun proses akulturasi.
Teori Nativisme, setiap manusia pasti belajar berbahasa ujar, sekalipun
berbeda-beda sesuai dengan budaya dan bangsanya, Semua bahasa memiliki
struktur dasar yang dijadikan acuan dalam menyusu pesan dan menyampaikan
pesan yang dapat dipahami oleh komunitasnya. struktur bahasa tersebut, seperti
subjek dan kata kerja, digunakan untuk membuat kalimat yang memiliki makna.
Teori nativisme menegaskan bahwa secara genetik anak memiliki kemampuan
untuk memahami dan mengucapkan bahasa ujar, dan hal tersebut berlangsung
sangat cepat. Noam Chomsky (1972, 1976) adalah bapak dari teori nativisme yang
mengemukakan bahwa kemahiran anak dalam menguasai bahasa bersifat genetik,
yang merupakan seperangkat proses keterampilan berbahasa yang memungkinkan
anak untuk memahami dan menggunakan urutan berbahasa secara benar. Anak
yang belajar berbahasa pasti akan memahami bahwa dalam suatu kalimat pasti ada
subjek dan kata kerja.
Teori Sosial Kultural, perkembangan bahasa menurut teori yang
dikembangkan oleh Vygotsky sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial anak
dengan lingkungannya. Artinya, internalisasi nilai budaya akan memberi makna
tertentu bagi anak dalam upaya mengembangkan kemampuan berpikir dan
kemampuan berbahasa. Perkembangan kognitif dan bahasa menurut Vygotsky
berlangsung secara bersamaan. Dalam lingkungan keluarga—sesuai budaya anak
—anak akan berinteraksi dan belajar mendengar apa yang diucapkan oleh orang
tua, teman sebaya, orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya dan itulah
yang memperkaya kemampuan berbahasa anak.
BAB IX
IMPLIKASI TEORI PIAGET DAN VYGOTSKY DALAM PROSES
PEMBELAJARAN
Para peneliti dalam bidang perkembangan otak atau neuroscientist menemukan bahwa
perkembangan kognitif erat kaitannya dengan perkembangan otak . Piaget memaparkan
teorinya terakait dengan perkembangan kognitif yaitu intellectual organization and
adaptation, cognitive development and aother factors, dan stages within the continuum of
development. Vygotsky berpendapat bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap
perkembangan kognitif seorang anak. Vygotsky menekankan pemusatan hubungan sosial
yang mempengaruhi perkembangan kognitif, karna pertama-tama anak menemukan
pengetahuan dalam dunia sosialnya. Bermain merupakan cara berpikir anak dan cara anak
memecahkan masalah. Anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi mereka meaning
(makna) dan objek berbaur menjadi satu. Vygotsky membedakan 2 tahap perkembangan
yaitu aktual (independent performance) dan potensial (assisted performance).