Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PSIKOLOGI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

“Perkembangan Psikologi dan Masalah dalam melakukan


Komunikasi pada Bayi, Balita dan usia Sekolah”

OLEH:

KELOMPOK I

Eka Wahyuni (A1A222191)


Endang Wahyungsi (A1A222201)
Muliyah Nur Malasari (A1A222205)

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segalah puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpa kepada baginda tercinta kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan sukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan tugas makalah dari mata kuliah “PSIKOLOGI DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN” dengan judul “Perkembangan Psikologi dan
Masalah dalam melakukan Komunikasi pada Bayi, Balita dan usia Sekolah”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari teman-teman untuk makalah kami, agar makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. .
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mambantu dalam pengusunan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Makassar, April 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................
C. Manfaat Penulisan........................................................................................................................
D. Tujuan Penulisan..........................................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................................................
A. Pengertian Bayi, Balita dan Anak Usia Sekolah..........................................................................
B. Perkembangan psikologi, bayi, Balita dan usia Sekolah..............................................................
C. Masalah dalam melakukan Komunikasi pada Bayi, Balita dan usia Sekolah............................
BAB III....................................................................................................................................23
A. Kesimpulan.................................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia mengalami proses perkembangan yang berlangsung seumur
hidup, namun perkembangan tersebut tidak persis sama antara satu individu
dengan individu lainnya, meskipun dalam beberapa hal ada kesamaan
perkembangan di antara individu. Setiap orang mengalami perkembangan
termasuk para tokoh-tokoh besar atau orang yang tidak terkenal. Manusia
memulai hidupnya dari sejak menjadi janin, menjadi bayi, anak-anak, remaja,
dewasa, dan tua. Secara garis besar proses perkembangan manusia terdiri dari
proses biologis, kognitif, dan sosial emosional (Masganti Sit, 2017).
Proses biologis menghasilkan perubahan manusia. Proses biologi meliputi
pewarisan gen dari orang tua, perkembangan tubuh meliputi pertumbuhan berat
badan dan tinggi badan, perkembangan otak, keterampilan motorik, dan
perubahan hormon pada masa puber. Proses kognitif meliputi perubahan dalam
pikiran, inteligensi, dan bahasa manusia. Contoh proses kognitif terjadi dalam
mengenali benda-benda pada bayi, menggabung kalimat, menguasai kata,
mengingat puisi, mengerjakan soal-soal matematika, membayangkan sesuatu
yang akan terjadi, menemukan jawaban sebab akibat, atau memahami sesuatu
yang tersirat dalam sebuah peristiwa (Masganti Sit, 2017)
Proses sosial emosi merupakan perubahan dalam hubungan manusia dengan
orang lain, perubahan emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Bayi belajar
tersenyum kepada ibunya dan orang-orang di sekitarnya, anak laki-laki berkelahi
dan berteman dengan teman sebayanya, perkembangan perasaan anak-anak
terhadap temannya yang berbeda jenis kelamin, perkembangan sikap sosial dan
anti sosial pada anak-anak dan remaja, merupakan bagian dari proses sosial

1
emoisonal dalam perkembangan manusia. Ketiga proses tersebut saling
berhubungan, misalnya perkembangan sel-sel otak mendukung perkembangan
kognitif, sosial, dan emosional. Sebab di dalam otak terdapat bagian-bagian yang
mengontrol kemampuan berpikir dan kemampuan bersosialisasi serta kemampuan
merasakan emosi terhadap orang lain (Masganti Sit, 2017)
Di dalam perkembangan anak ketiga proses perkembangan tersebut muncul
secara bersamaan sebab semua perkembangan tersebut terjadi dalam satu tubuh.
Para psikolog menyatakan anak-anak mengalami beberapa periode
perkembangan. Hurlock menyatakan ada 5 (lima) tahap perkembangan yang
dialami pada masa anak-anak, yaitu: (Masganti Sit, 2017)
1. Pertama, periode prenatal yaitu periode konsepsi sampai lahir.
2. Kedua, periode bayi mulai dari kelahiran sampai akhir minggu kedua.
3. Ketiga, akhir minggu kedua masa kelahiran akhir tahun kedua.
4. Keempat, awal masa kanak-kanak dua sampai enam tahun.
5. Kelima, akhir masa anak-anak, 6 tahun atau 12 tahun.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah adalah ‘bagaimana
perkembangan psikologi dan Masalah dalam melakukan Komunikasi pada Bayi,
Balita dan usia Sekolah?

C. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui pengaruh bagaiman perkembangan psikologi dan masalah
dalam melakukan komunikasi pada Bayi, balita dan usia sekolah?

D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Bayi, balita, usia sekolah
2. Untuk mengetahui perkembangan psikologi bayi, balita dan usia sekolah
3. Untuk mengetahui masalah apa yg terdapat dalam komunikasih bayi,
balita dan usia sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bayi, Balita dan Anak Usia Sekolah


1. Pengertian bayi
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0–28 hari),
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
menuju luar rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.
Bayi hingga umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah
kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat bisa berakibat
fatal (Herman, 2020).
Periode ini merupakan periode yang sangat rentan terhadap suatu
infeksi sehingga menimbulkan suatu penyakit. Periode ini juga masih
membutuhkan penyempurnaan dalam penyesuaian tubuhnya secara fisiologis
untuk dapat hidup di luar kandungan seperti sistem pernapasan, sirkulasi,
termoregulasi dan kemampuan menghasilkan glukosa (Herman, 2020).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat. Kriteria bayi normal
adalah lahir dengan umur kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu,
dengan berat badan lahir 2500–4000 gram, panjang badan: 48–52 cm,
lingkaran dada: 30-38 cm, nilai Apgar 7–10 dan tanpa cacat bawaan. Lingkar
kepala bayi baru lahir yang normal adalah 34–35 cm, dimana ukuran lingkar
kepala mempunyai hubungan dengan perkembangan bayi yaitu pertumbuhan
lingkar kepala umunya mengikuti pertumbuhan otak, sehingga bila ada
hambatan/gangguan pada pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan otak juga
biasanya terhambat (Herman, 2020).

3
2. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian anak di bawah lima tahun. Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh pada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan (Widayanti,
2018).
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai
dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak
dengan kualitas tinggi. Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi
yang tereserat di dalam tubuh kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh
mengakibatkan mudah terserang penyakit karena gizi memberi pengaruh
besar terhadap ketebalan tubuh (Widayanti, 2018).
3. Pengertian anak usia sekolah (6-12 tahun)
Usia antara 6-12 tahun adalah usia anak duduk di sekolah dasar. Pada
permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, sehingga anak-anak mulai
masuk ke dalam dunia baru, dimana mulai banyak berhubungan dengan
orang-orang di luar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan
lingkungan baru dalam hidupnya. Hal ini dapat mempengaruhi kebiasaan
makan mereka. Kegembiraan di sekolah menyebabkan anakanak sering
menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada
mereka (Soetijiningsih, 2017)
Anak sekolah dasar yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik
lebih kuat yang mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung
dengan orang tua. Anak usia sekolah ini merupakan masa dimana terjadi
perubahan yang bervariasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang
akan mempengaruhi pemebentukan karakteristik dan kepribadian anak.
Periode usia sekolah ini menjadi pengalaman inti anak yang dianggap mula

4
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan teman
sebaya, orang tua dan lannya. Selain itu usia sekolah merupakan masa dimana
anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan dalam menentukan keberhasilan
untuk menyesuaikan diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu (Jeklin, 2019).

B. Perkembangan psikologi, bayi, Balita dan usia Sekolah


1. Perkembangan Psikologi Bayi
a. Perkembangan Bicara
1) Bicara merupakan sarana berkomunikasi. Dalam berkomunikasi,
minimal ada dua ketrampilan yang perlu dikuasai; kemampuan
menangkap ‘pesan’ dari orang lain dan kemampuan menyampaikan
‘pesan’ kepada orang lain. Komunikasi ini diungkapkan dalam
berbagai macam bahasa: lisan, tertulis, bahasa isyarat tangan, mimik,
dsb (Mustika Yanti, S.ST & Dika Fatmasari , S.ST, 2023).
2) Tugas pertama dalam berkomunikasi adalah memahami maksud orang
lain dan menyampaikan maksud mereka dalam bentuk kata-kata sesuai
dengan tahap perkembangannya. Sampai dengan usia 18 bulan bayi
masih membutuhkan penguatan bahasa isyarat baik dengan tangan,
mimik muka, serta gerak tubuh untuk memahami komunikasi
(Mustika Yanti, S.ST & Dika Fatmasari , S.ST, 2023).
3) Tugas kedua dalam berkomunikasi adalah belajar berbicara. Karena
belum mampu berbicara, bayi mengembangkan pola komunikasi
dengan cara mereka sendiri yang disebut bentuk-bentuk prabicara
(menangis, mengoceh, isyarat dan pengungkapan emosi). Jika bentuk
komunikasi prabicara ternyata menjadi pengganti bicara dan ternyata
memuaskan, maka motivasi bayi/anak kecil untuk belajar bicara
menjadi menurun (Mustika Yanti, S.ST & Dika Fatmasari , S.ST,
2023).

5
Setidaknya ada tiga tugas yang cukup sulit dalam belajar
berbicara pada bayi. Bayi belajar mengucapkan kata-kata,
menggunakan kosa kata dan menghubungkan artinya agar dapat
menyampaikan maksudnya kepada orang lain, kemudian
menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang dimengerti orang lain
(Mustika Yanti, S.ST & Dika Fatmasari , S.ST, 2023).
b. Pengucapan
Bayi belajar mengucapkan kata-kata dengan coba-coba dengan meniru
orang dewasa. Banyak kata yang kurang berarti sampai dengan usia 18
bulan, tapi setelah itu akan terlihat perkembangan yang mencolok
(Mustika Yanti, S.ST & Dika Fatmasari , S.ST, 2023).
1) Kosa kata
Kosa kata ini meningkat dengan bertamabahnya usia. Pertama diawali
dengan nama orang dan benda, kemudian kata kerja.
2) Kalimat
Kalimat bayi yang pertama muncul biasa terjadi diantara usia 12 dan
18 bulan, yang terdiri satu kata dan disertai isyara
c. Pola Emosi Pada Bayi
Pola emosi pada bayi didominasi dengan emosi menyenangkan dan
emosi yang tidak menyenangkan. Bayi yang mendapat perawatan fisik
yang memadai, mendapatkan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya
akan menunjukkan emosi senang (Mustika Yanti, S.ST & Dika
Fatmasari , S.ST, 2023)
Sedangkan kondisi sebaliknya membuat bayi menunjukkan emosi
tidak senang, sering menangis karena marah atau takut, dalam kondisi
tertentu menjadikan bayi tidak bahagia atau bahkan sakit-sakitan. Kondisi
yang demikian juga mempengaruhi kebahagiaan orangtua atau orang-
orang di sekitarnya. Dalam kondisi tertentu, orangtua menjadi tidak sabar,
merasa proses merawat bayi menjadi beban bagi mereka, reaksi emosi

6
tidak senang atau tidak sabar dari orangtua ini selanjutnya juga
berpengaruh terhadap emosi bayi (Mustika Yanti, S.ST & Dika Fatmasari
, S.ST, 2023).
d. Perkembangan Bermain
Ada beberapa pola bermain yang umum dari masa bayi dalam
perkembangan psikologi pada bayi (Mustika Yanti, S.ST & Dika
Fatmasari , S.ST, 2023).
1) Sensomotorik, merupakan bentuk permainan yang paling awal yaitu
dengan gerakan mengangkat tubuh, menendang, bergoyang-goyang,
menggerakkan jari jemari, berceloteh dan berguling.
2) Menjelajah, baik dengan menjelajahi bagian-bagian tubuhnya maupun
benda-benda yang ada di sekitarnya.
3) Meniru, menginjak tahun kedua bayi mulai meniru gerakan-gerakan
orang di sekitarnya seperti membaca, menyapu, dll.
4) Berpura-pura, pada tahun kedua bayi memberikan sifat hidup pada
bendakesayangan dan mainannya.
5) Permainan, sebelum berusia satu tahun bayi sudah menyukai
permainan sembunyisembunyian, ciluk-ba, dsb., yang dilakukan
dengan orang dewasa atau kakakkakaknya.
6) Hiburan, bayi senang diceritai, dinyanyikan dan dibacakan dongeng.

e. Kebahagiaan dalam Masa Bayi


Tahun pertama kehidupan dipandang sebagai masa yang paling
bahagia sepanjang rentang kehidupan. Hal ini disebabkan ketergantungan
bayi menarik perhatian anak yang lebih besar, ibu atau orang dewasa
tertarik menggendong atau memenuhi segala kebutuhannya, bahkan
membiarkannya menangis atau beberapa perilaku mengganggu
lainnya.Ada beberapa sebab-sebab ketidakbahagiaan selama masa bayi,
misalnya kesehatan yang buruk (membuat bayi rewel dan mudah marah),

7
tumbuhnya gigi (rasa tidak enak atau kadang-kadang rasa sakit
menyebabkan anak rewel dan mudah marah), keinginan mandiri (dengan
menolak bantuan orang lain atau bahkan mogok), kecewa akan peran
orangtua, permulaan disiplin, penganiayaan anak, dan meningkatnya
kebencian antarsaudara (sibling rivalry) (Mustika Yanti, S.ST & Dika
Fatmasari , S.ST, 2023).
f. Perkembangan Sosialisasi
Pengalaman sosial pada masa ini banyak mempengaruhi pola
hubungan sosial dan pola perilaku di masa depan. Hanya ada sedikit bukti
bahwa sikap sosial dan antisosial merupakan sikap bawaan. Bahkan
seseorang menjadi introvert atau ekstrovert lebih banyak dipengaruhi
pengalaman-pengalamam sosial awal, dimana ha lini banyak terjadi dalam
rumah.Alasan lain mengapa dasar-dasar sosial pada masa ini penting
adalah sekali terbentuk cenderung akan menetap pada masa-masa
berikutnya. Bayi yang banyak menangis cenderung menjadi anak yang
agresif atau mencari perhatian (Mustika Yanti, S.ST & Dika Fatmasari ,
S.ST, 2023).
Sebaliknya bayi yang ramah dan bahagia biasanya memiliki
penyesuaian sosial yang lebih baik pada masa besarnya nanti. Perlu dicatat
bahwa mungkin saja dilakukan perubahan, tetapi tidaklah mudah
mengadakan perubahan pada pola perilaku yang sudah menetap (Mustika
Yanti, S.ST & Dika Fatmasari , S.ST, 2023).

2. Perkembangan Psikologi Balita (1-5 tahun)


Masa anak-anak adalah masa perkembangan dari usia 2 tahun sampai
dengan usia 6 tahun, pada masa-masa ini perkembangan biologis dan fisik
berjalan dengan sangat cepat dan pesat, akan tetapi secara sosiologisnya
anakanak masih sangat terikat dengan lingkungannya terutama keluarga. Oleh
karena itu, pada masa anak-anak awal ini keluarga sangat berperan penting

8
dalam mempersiapkan anak untuk terjun ke lingkungan yang lebih luas,
terutama lingkungan sekolah (Murni, 2017).
Adapun perkembangan psikologi yang terjadi pada masa ini meliputi beberapa
hal yaitu:
a. Perkembangan Emosi
Perkembangan Emosi Selama awal masa kanak-kanak emosi sangat
kuat. Saat ini merupakan saat ketidak seimbangan karena anak-anak
“keluar dari fokus” dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan,
emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Hal ini tampak
mencolok pada anak-anak usia 2,5 sampai 3,5 Tahun dan 5,5 sampai 6,5
tahun, meskipun pada umumnya hal ini berlaku pada hampir seluruh
periode masa anak-anak awal (Murni, 2017).
Jadi emosi yang meninggi pada masa kanak-kanak awal itu ditandai
dengan meledaknya amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan rasa iri
hati yang tinggi. Pada masa-masa ini anak-anak sulit untuk dibimbing dan
diarahkan, mereka cenderung akan marah, memberontak dan tersinggung
jika diperingati, hal ini disebabkan anak-anak keluar dari fokus mereka
(Murni, 2017).
Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis.
Biasanya para orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan
beberapa hal saja, padahal sang anak merasa ia mampu melakukan lebih
banyak lagi, sehingga pada akhrinya anak pun akan menolak larangan
orang tua dan anak cenderung akan memberontak. Anak pun akan
meledak amarahnya jika ia tidak bisa melakukan sesuatu yang dianggap
dapat dilakukan dengan mudah (Murni, 2017)
b. Perkembangan Sosial
Dasar untuk sosialisasi pada anak-anak diletakkan dengan
meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya dari
tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih bermain dengan anak-anak lain

9
tetapi juga lebih banyak bicara. Jika anak menyenangi hubungan dengan
orang lain meskipun hanya kadangkadang saja, maka sikap terhadap
kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang
sering tetapi sifat hubungannya kurang baik (Murni, 2017).
Pada pernyataan di atas dijelaskan bahwa perkembangan sosialisasi
pada awal masa anak-anak awal ditandai dengan meningkatnya intensitas
hubungan dengan teman-teman sebayanya, dan perkembangan ini
meningkat dari tahun ke tahun. Pada fase ini juga anak-anak tidak hanya
senang bermain tetapi juga lebih banyak berbicara. Hubungan atau kontak
sosial lebih baik dari pada hubungan sosial yang kurang baik (Murni,
2017).
Di sini bisa disimpulkan bahwasannya teman sebaya juga berperan
penting terhadap perkembangan sosial anak, karena lewat teman sebaya
anak bisa belajar dan mendapat informasi tentang dunia anak di luar
keluarga. Pada masa ini anak mulai mengeal dunia di luar keluarga yaitu
dengan bermain bersama teman sebaya. Anak-anak juga akan mulai
membandingkan antara dirinya dengan teman-teman sebayanya (Murni,
2017)
c. Perkembangan Permainan
Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan
pada awal masa anak-anak. Sebab anak-anak lebih banyak menghabiskan
waktunya di luar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding
terlibat dalam aktivitas lain. Permainan bagi anak-anak adalah suatu
bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk
aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang
dihasilkan dari aktivitas tersebut. Hal ini adalah karena bagi anak-anak
proses melakukan sesuatu lebih menarik dari pada hasil yang akan
didapatkannya (Murni, 2017).

10
Jadi, permainan lebih mendominasi kehidupan anak-anak di masa ini,
karena anak-anak banyak menghabiskan waktunya untuk bermain yang
mana bermain adalah hal yang sangat menyenangkan dan menarik bagi
anak-anak, bermain merupakan aktivitas yang sangat penting bagi
perkembangan di awal masa anak-anak (Murni, 2017).
Jika ditarik garis besarnya, maka permainan memiliki peran yang tidak
kalah penting dalam perkembangan pada awal masa anak-anak,
permainan dapat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif,
perkembangan sosial dan juga perkembangan emosional pada anak-anak.
Berbagai macam permainan akan melatih anak-anak dalam segala hal,
termasuk dalam memecahkan masalah yang dihadapi anak-anak (Murni,
2017).
Dalam hal minat bermain anak-anak mengikuti suatu pola yang
dipengaruhi oleh kematangan dalam bentuk permainan tertentu dan oleh
lingkungan dimana ia dibesarkan. Ada bermacam-macam variasi dalam
pola ini. Misalnya anak yang sangat cerdas lebih menyukai permainan
sandiwara, kegiatan-kegiatan kreatif dan buku-buku yang dapat
memberikan informasi dari pada yang bersifat hiburan (Murni, 2017).
d. Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengn
aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika
dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya terdapat potensi
moral yang siap untuk dikembangkan (Murni, 2017).
Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam
tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual
anak-anak belum mencapai titik dimana ia dapat mempelajari atau
menerapkan prinsipprinsip abstrak tentang benar dan salah. Awal masa
anak-anak ditandai dengan apa yang oleh Piaget disebut “moralitas

11
melalui paksaan” Dalam tahap perkembangan moral ini anak-anak secara
otomatis mengikuti peraturanperaturan tanpa berpikir atau menilai (Murni,
2017).
Pada awal masa anak-anak perkembangan moral tidak begitu pesat
berkembang, hal ini disebabkan oleh pemikiran intelektual anak-anak
belum bisa mencapai pemahaman menganai prinsip-prinsip benar dan
salah, pada masa ini anak-anak belum bisa membedakan hal-hal yang
benar untuk dilakukan dan halhal yang tidak boleh dilakukan. Pada masa
ini anak-anak hanya mengikuti peraturan yang telah ada, tanpa ia
mengetahui guna ataupun fungsi dan juga tanpa menilai apakah peraturan
tersebut benar atau salah (Murni, 2017).
Di bawah ini ada beberapa teori mengenai perkembangan moral pada
masa awal anak-anak: (Murni, 2017)
1) Teori psikonalisa tentang perkembangan moral Pada teori psikoanalisa
kepribadian manusia di bagi menjadi tiga yaitu :
a) Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang
irasional dan tidak disadari.
b) Ego merupakan struktur kepribadian yang terdiri atas aspek
psikologis yaitu, sub sistem ego yang rasional dan disadari, namun
tidak memiliki moralitas.
c) Super ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial
yang berisikansistem nilai dan moral, yang benar-benar
memperhitungkan “benar” atau “salahnya” sesuatu.
Menurut teori ini manusia memiliki tiga struktur kepribadian yang
berbeda-beda, yaitu ada id yang merupakan kepribadian yang irasional
dan tidak disadari, lalu ada kepribadian ego yaitu kebalikan dari id,
ego merupakan kepribadian rasional dan disadari tetapi tidak memiliki
moralitas, dan yang terakhir adalah super ego yang memiliki sistem
nilai dan juga moral.

12
Anak akan mulai mengalami perkembangan kepribadian super ego
pada usia 5 tahun, dan perkembangan ini secara khas akan menjadi
sempurna. Dan ketika super ego berkembang maka suara hati telah
terbentuk. Yang mana hal ini menunjukkan bahwa pada usia 5 tahun
seorang manusia telah menyelesaikan perkembangan moralnya.
2) Teori belajar-sosial tentang perkembangan moral
Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku moral merupakan
respon atas stimulus, proses-proses penguatan, penghukuman, dan
peniruan digunakan untuk menjelaskan perilaku moral anak-anak.16
Pada intinya seorang anak akan melakukan perbuatan baik jika ia
diberikan stimulus yang baik seperti hadiah, dan sebaliknya seorang
anak akan berperilaku yang tidak bermoral jika ia diberi hukuman
(Murni, 2017).
3) Teori kognitif piaget tentang perkembangan moral
Menurut piaget, perkembangan moral digambarkan melalui
aturan permainan. Karena itu, hakikat moralitas adalah kecenderungan
untuk menerima dan menaati sistem peraturan. Jadi, seorang anak akan
berkembang moralnya melalui aturan-aturan permainan, karena pada
hakikatnya seorang anak sangat gemar bermain maka, ia secara
otomatis akan lebih menghormati ketentuanketentuan dalam suatu
permainan (Murni, 2017).
4) Teori kohelberg tentang perkembangan moral
Menurut Kohlberg anak-anak memang berkembang melalui
interaksi sosial, namun interaksi ini memiliki corak khusus, dimana
faktor pribadi yaitu aktivitas-aktivitas anak ikut berperan. Hal penting
lain dari toeri kohlberg adalah orientasinya yang mengungkapkan
moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan
tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap
perkembangan moral seseorang, maka akan semakin terlibat moralitas

13
yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatanperbuatannya
(Murni, 2017).

3. Perkembangan psikologi usia Sekolah (6-12 Tahun)


Di rentang usia antara 6-12 tahun, perkembangan psikologis anak
biasanya mengalami perubahan-perubahan. Perkembangan psikologi anak
usia 6-12 tahun terjadi banyak perubahan baik kecil maupun besar. Jadi bukan
hal yang aneh ketika perkembangan fisik dan psikologi anak mengalami
perubahan, tinggal sebagai orang tua mengawal dan menangerahkan. Pada
tahap perkembangan psikologi anak usia 6-12 tahun, banyak hal akan
dipengaruhi oleh kejadian-kejadian masa kecil. Seperti trauma masa kecil
karena dimarahi orang tua, cara interaksi anak dengan lingkungan serta pola
asuh dan keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak. Jadi peran dan
perhatian orang tua berdampak signifikan pada psikologis anak. Secara teori
pola perkembangan psikologi anak dibagi dalam 4 tahapan (Luky, 2023).
Sehingga pada perkembangan psikologi anak usia 6-12 tahun terbilang
cukup rentan di mana anak dalam tahap mencari tahu mana yang benar dan
salah. Berikut adalah penjabaran lebih luas mengenai perkembangan psikologi
anak usia 6-12 tahun (Luky, 2023).
a. Usia 6 Tahun
Bagaimana perkembangan psikologi anak usia 6-12 tahun? Dimulai
dari tahap pertama, anak-anak usia 6 tahun cenderung antusias dan
kooperatif saat bermain bersama teman sebayanya. Mereka sudah paham
adanya konsekuensi positif dan negatif dari apa yang sudah dilakukan.
Selain itu, anak dapat mengekspresikan perasaannya sendiri melalui sikap
empati, mandiri hingga kecemburuan terhadap hal tertentu (Luky, 2023).

14
b. Usia 7 Tahun
Tanda perkembangan psikologis pada anak usia 7 tahun dimulai
dengan kesadaran diri dan rasa khawatir terhadap persepsi orang lain atas
keberadaannya. Anak sudah bisa melupakan rasa takut saat masih balita,
namun di sisi lain muncul rasa takut yang baru yaitu hal-hal yang dirasa
asing (Luky, 2023).
c. Usia 8 Tahun
Menginjak usia 8 tahun, anak-anak mampu mengekspresikan perasaan
dengan kata-kata atau tindakan yang agresif. Mereka mulai nyaman
dengan zona pertemanan seperti keinginan disukai dan diterima oleh
teman-temannya. Beberapa anak juga menunjukkan ketertarikan pada
uang, belajar dan memikirkan rencana masa depan dengan pola pikir
mereka (Luky, 2023).
d. Usia 9 Tahun
Seiring berjalannya waktu, anak-anak yang berusia 9 tahun cenderung
lebih kritis terhadap diri sendiri dan pandangan orang lain. Pada usia ini,
anak-anak senang apabila usaha yang dilakukan dihargai dengan sebuah
pujian. Suasana hati cepat berubah di mana sifat pemarah dan mudah
memaafkan sering terjadi. Ketika ada masalah dengan seseorang, mereka
paham arti negosiasi untuk menyelesaikan masalahnya (Luky, 2023).
e. Usia 10 Tahun
Pada usia 10 tahun, anak-anak mulai memandang pertemanan adalah
suatu hubungan yang harus dijaga. Beberapa di antara mereka mungkin
merasakan tekanan jika tidak bisa sama seperti temannya. Seperti rasa
khawatir dan tidak percaya diri dengan penampilan fisik mulai terjadi
pada usia ini (Luky, 2023).
f. Usia 11 tahun
Meninjak usia 11 tahun artinya anak-anak mulai memasuki fase awal
remaja. Psikologis anak mulai menunjukkan kedewasaan yang mana

15
membatasi keterbukaan masalah pribadi dengan orang tua karena merasa
memiliki privasi sendiri. Cara berpikir logis lebih diutamakan karena
mereka dalam tahap memahami jati dirinya (Luky, 2023).
g. Usia 12 tahun
Perkembangan Perkembangan psikologi anak usia 6-12 tahun
khususnya umur 12 tahun bisa dikatakan anak telah beranjak dewasa.
Anak-anak pada usia ini sangat memperhatikan penampilan fisik, bahkan
beberapa anak meluangkan waktunya untuk membuat penampilannya
lebih menarik (Luky, 2023).

C. Masalah dalam melakukan Komunikasi pada Bayi, Balita dan usia Sekolah
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan
oleh seorang komunikator yang kemudian diterima oleh seorang komunikan.
Komunikasi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi tentu tidak
mengenal batasan usia. Ilmu komunikasi menjadi sebuah ilmu baru untuk seorang
anak yang baru mengenal lingkungan sekitarnya. Komunikasi diperkenalkan
kepada anak-anak baik usia masih bayi, batita, balita, maupun anak usia sekolah.
Awalnya komunikasi diperkenalkan kepada bayi untuk membantu perkembangan
sensorik dan perkembangan motorik pada bayi (Corrie, 2018).

Komunikasi yang digunakan komunikasi bentuk verbal, yaitu berupa


ucapan. Tetapi komunikasi non verbal seperti gerakan-gerakan juga menjadi
komunikasi pendukung untuk berekspresi melalui raut wajah seseorang.
Berkomunikasi dengan anak bayi dan anak usia sekolah tentu akan berbeda.
Begitu pula komunikasi yang dilakukan antara anak remaja, dewasa, dan lansia.
Anak-anak terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok anak usia toodler (1-3
tahun) dan kelompok anak usia sekolah (6-12 tahun).

16
Komunikasi dengan anak usia toddler tentu membutuhkan kesabaran
karena anak pada usia toddler bersifat lebih egosentris, kemampuan dalam
berbicara meningkat, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan lebih sensitif
terhadap perasaan. Berkomunikasi dengan anak usia toddler harus ekstra hati-hati,
apa lagi anak usia ini lebih banyak meniru. Komunikasi harus menggunakan
Bahasa yang baik dan jangan mengecewakan perasaan si anak karena anak akan
merasa takut untuk berekspresi (Corrie, 2018).

1. Masalah dalam melakukan komunikasi pada Bayi


Hambatan yang umumnya dialami oleh si Kecil pada usia 2 bulan terletak
pada perkembangan motoriknya. Dalam beberapa kondisi, si Kecil mengalami
keterlambatan dalam perkembangan pada penglihatan maupun
pendengarannya. Kemampuan daya dengar yang kuat pada si Kecil
mengakibatkan si Kecil kesulitan menerima informasi dan merespon sesuatu
yang bersumber dari suara dan perkembangan kemampuan indera penglihatan
juga menyebabkan si Kecil menerima informasi dalam bentuk, warna,
maupun gambaran visual. Hal tersebut dapat mempengaruhi si Kecil di
kemudian hari. Ibu bisa mengatasinya dengan memberikan stimulasi
perkembangan motorik dan jika dirasakan perlu, Ibu bisa berkonsultasi kepada
dokter spesialis anak (Primargo, 2019).
Tak hanya perlu mengetahui hambatan pertumbuhan dan perkembangan
pada si Kecil, Ibu juga perlu memahami tumbuh kembang kemampuan
motorik pada usia tersebut, antara lain : (Primargo, 2019)
a. Dapat menenangkan diri, dan menghisap jari tangannya
b. Genggaman tangan si Kecil mulai bisa membuka dan menutup sehingga
si Kecil juga mulai bisa bermain dengan jarinya.
c. Pada usia 7 minggu, si Kecil mulai tertarik dengan permainan yang
berwarna cerah dan mainan yang berbunyi, permainan tersebut juga

17
menjadi stimulasi yang dapat Ibu berikan untuk tumbuh kembang
penglihatan dan pendengaran si kecil.
d. Mata si Kecil mulai bisa mengikuti pergerakan suatu objek, Ibu bisa
menstimulasi si Kecil dengan menggerakkan mainan di depan matanya.
Hal tersebut merupakan salah satu cara mengatasi hambatan penglihatan
pada si kecil.

Hambatan pada Kemampuan komunikasi


Hambatan kemampuan berkomunikasi pada si Kecil terjadi jika si Kecil
belum bisa mengenal suara dan mendengarkan bunyi-bunyi di sekitarnya.
Hambatan tersebut membuat si Kecil kurang mampu merespon rangsangan
yang diberikan. Pada usia 2 bulan, si Kecil umumnya mulai bisa merespon
sesuatu dengan tersenyum, menaikkan alis, menendangkan kakinya, melotot
ataupun meniup. Isyarat tersebut biasanya juga ditunjukkan si Kecil merasa
tidak nyaman, seperti popok yang basah, merasa lapar, atau merasa lelah. Ibu
dapat menstimulasi dengan cara mengajak si Kecil berbicara, membuat
permainan ‘ciluk ba’, ataupun memberikan permainan yang dapat menarik
perhatiannya untuk merespon. Stimulasi tersebut dapat mengatasi hambatan
berkomunikasi pada si kecil (Primargo, 2019).
Hambatan di atas merupakan hambatan yang sering terjadi dan masih bisa
Ibu atasi melalui stimulasi terus-menerus. Akan tetapi, ada beberapa hambatan
pada anak usia 2 bulan yang harus Ibu waspadai (Primargo, 2019).
a. tidak menunjukkan reaksi ketika mendengar suara kencang.
b. Tidak menyadari tangan sendiri
c. Tidak tidak fokus pada benda yang bergerak
d. Tidak tersenyum ketika orang lain mengajaknya tersenyum
Si Kecil memang memiliki banyak pertumbuhan dan perkembangan pada
usia 2 bulan yang perlu Ibu perhatikan. Namun, perlu diingat jika
perkembangan motorik, komunikasi, dan fisik bayi bisa berbeda-beda. Beri

18
dukungan stimulasi dan cukupi kebutuhan nutrisinya agar tumbuh kembang si
Kecil optimal (Primargo, 2019).

2. Masalah dalam melakukan komunikasi pada balita


Penyebab dari gangguan komunikasi pada anak usia dini berasal dari
masalah ketidakmengertian anak dalam mengenal dan menginformasikan
simbol-simbol ke dalam bentuk pengertian yang dapat diterima oleh orang
banyak. Namun faktor utama dari kesulitan atau kegagalan anak dalam
mentransformasikan simbol-simbol yaitu dari gangguan dalam berbahasa
(berbicara). Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang memungkinkan
terjadinya gangguan komunikasi atau bicara pada anak usia dini yang
dikemukakan oleh Aram DM (1987) yaitu: (AFA, 2020).
a. Lingkungan
Lingkungan yang menjadi tempat interaksi sosial anak merupakan
dasar dari segala komunikasi dan perkembangan bahasa. tidak adanya
dukungan dari lingkungan atau lingkungan yang tidak baik dapat
menyebabkan gangguan komunikasi dan bahasa pada anak (AFA, 2020).
b. Sistem masukan/ input
Penglihatan, dan pendengaran adalah bagian terpenting dalam
perkembangan bicara anak. Daya pendengaran yang menurun akan
menyebabkan keterlambatan kemampuan menerima dan menggunakan
bahasa sebagai alat berkomunikasi. Gangguan bicara juga terjadi pada
seseorang yang tuli, oleh sebab itu kelainan. genetik dan metabolik atau
tuli primer, tuli akibat malformasi telinga luar, tuli sentral, tuli presepsi
yang terjadi akibat kegagalan integrasi arti bicara yang didengar menjadi
pengertian yang menyeluruh, tuli psikis (skizofernia, autisme infatil,
kecemasan, dan reaksi psikologis lain). Begitu pula dengan gangguan
penglihatan pada anak. Gangguan penglihatan yang berat dapat

19
menyebabkan gangguan artikulasi, sehingga dapat mempengaruhi
kemampuan berbicara anak (AFA, 2020).
c. Sistem pusat bicara dan bahasa
Susunan saraf pusat yang mengalami kelainan dapat mempengaruhi
pemahaman, iterpretasi, formulasi, perencanaan bahasa, dan juga aktifitas
serta kemampuan intelktual yang dimiliki oleh anak. Umumnya gangguan
komunikasi merupakan bagian dari gangguan perkembangan otak yang
ditandai oleh IQ dibawah rata-rata orang normal, seperti pada penderita
down syndrome (AFA, 2020).

d. Sistem produksi suara


Sistem produksi suara yaitu laring, faring, hidung, struktur mulut, dan
juga mekanisme neuromuskular dapat mempengaruhi pengaturan nafas saat
berbicara. Selain itu, juga dapat mempengaruhi bunyi laring, pembentukkan
bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara melalui laring, faring, serta
rongga mulut (AFA, 2020).

3. Masalah dalam komunikasi pada anak usia sekolah (6-12 tahun)


Komunikasi dengan anak usia sekolah tentu berbeda dengan usia toddler.
Anak usia sekolah lebih mudah diarahkan dan telah mengerti mana perbuatan
dan komunikasi yang baik dan yang tidak baik. Namun anak usia sekolah ini
lebih cepat meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa. Anak pada usia
sekolah lebih bersifat kritis karena sering mengajukan pertanyaan yang harus
dijelaskan secara logis mulai dari alasan yang logis, solusi yang logis, dan
pertanyaan yang terkadang orang dewasa tidak dapat menjawabnya.
Komunikasi yang baik dilakukan untuk anak usia sekolah adalah tetap
berkomunikasi dengan Bahasa yang baik dan jelas, sederhana, dan spesifik
(Corrie, 2018).

20
Komunikasi yang dilakukan antara kedua anak yang memiliki
pengelompokan usia berbeda ini tentu memiliki beberapa hambatan yang
harus diketahui dalam ilmu komunikasi khususnya untuk berbicara kepada
anak usia sekolah : (Corrie, 2018)
Adapun hambatan komunikasi pada anak usia sekolah adalah sebagai
berikut:
a. Perilaku khas
Setiap anak memiliki perilaku khas yang berbeda-beda. Ada anak
yang tidak senang berinteraksi dengan lingkungan baru, ada anak yang
hiperaktif dan mudah beradaptasi dengan orang baru, dan lain sebagainya.
Perilaku khas ini sebagian besar menghambat jalannya komunikasi antara
anak itu sendiri dengan orang yang ada di lingkungan sekitarnya (Corrie,
2018).
b. Emosi
Emosi terbesar ada di dalam kehidupan anak usia sekolah karena
anak belum dapat mengontrol emosinya dengan baik. Anak usia sekolah
sering terlihat marah-marah, kesal, kecewa, bahagia, tertawa-tawa dan
semuanya dilakukan tanpa alasan tergantung mood yang sedang
dihadapinya. Oleh karena itu, faktor emosi inilah yang menjadi hambatan
komunikasi dengan persentase terbesar. Komunikasi akan terhambat
ketika anak-anak sedang meluapkan emosinya. Terkadang ada anak yang
tidak dapat dikendalikan oleh orangtuanya, sehingga mengamuk bahkan
merusak berbagai benda yang ada di sekitarnya (Corrie, 2018).
c. Gangguan dalam sensoris
Gangguan dalam sensoris anak sering ditemui di kehidupan
masyarakat. Gangguan dalam sensoris ini menjadi pemicu hambatan
dalam komunikasi pada anak usia sekolah. Setiap anak memiliki tujuh
sensoris dasar di dalam tubuhnya. Penyebab gangguan sensoris pada anak

21
adalah adanya perkembangan yang tidak optimal saat sensoris bekerja
(Corrie, 2018).
Sensoris pada anak meliputi sensoris perabaan, sensoris pendengaran,
sensoris penciuman, sensoris penglihatan, sensoris pengecapan, sensoris
gerak antar sendi, dan sensoris keseimbangan. Semua sensoris tersebut
sangat berkaitan terhadap komunikasi pada anak usia sekolah. Oleh
karena itu, perlu adanya deteksi dini terhadap ciri-ciri gangguan sensoris
pada anak agar komunikasi tidak terhambat (Corrie, 2018).
d. Pola bermain
Pola bermain juga dapat mempengaruhi komunikasi pada anak usia
sekolah. Pola bermain anak berawal dari cara orangtua mengenali anak
tersebut dengan mainannya seperti mobil itu dijalani di lantai bukan untuk
dijadikan mainan masak-masakan. Seorang anak yang salah pola
bermainnya akan sulit beradaptasi dengan mainan lainnya bahkan tidak
mau berinterkasi dengan teman bermainnya. Kesalahan dalam pola
bermain anak akan menghambat komunikasi (Corrie, 2018).
e. Gangguan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari
Gangguan komunikasi memang sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari seperti anak yang tidak mengerti arti kata yang diucapkannya. Selain
itu, anak usia sekolah juga sering melakukan komunikasi non verbal yang
sebenarnya tidak ia gunakan dengan baik seperti menarik tangan orang
lain untuk meminta tolong diikuti kemauannya. Hal ini membuat
komunikasi menjadi terhambat dan akhirnya menimbulkan permasalahan
seperti kesalahpahaman dalam memahami komunikasi anak usia sekolah
(Corrie, 2018).

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Periode perkembangan anak berdasarkan kepekaan anak terhadap benda-
benda yang ada di sekitarnya. Periode pertama dalam kehidupan manusia terjadi
pada usia 0-6 tahun. Pada usia 0-3 tahun anak-anak menunjukkan perkembangan
mental yang sulit didekati dan dipengaruhi orang dewasa.
Pada usia ini anak-anak mengalami kepekaan yang kuat terhadap
keteraturan, misalnya jika dia biasa melihat sesuatu diletakkan di atas meja, maka
dia akan menangis atau memindahkan barang tersebut ke tempat semula. Pada
periode ini juga anak-anak mengalami kepekaan detail, dimana jika dia melihat
sesuatu dia akan memperhatikan benda tersebut sedetail mungkin, misalnya
memegangnya, menciumnya, atau menjilatnya. Pada periode ini anakanak juga
mengalami kepekaan tangan dan kaki, sehingga pada masa ini anak sangat suka
menggunakan tangannya untuk memegang, melempar, dan sebagainya serta
menggunakan kakinya untuk berjalan.
Pada usia 3-6 tahun, anak-anak sudah mulai bisa didekati dan dipengaruhi
pada situasi-situasi tertentu.Periode ini ditandai dengan anak-anak menjadi lebih
individual dan memiliki kecerdasan yang cukup untuk memasuki sekolah. Anak-
anak pada usia ini telah menguasai banyak kosakata sehingga mereka sudah
lancar berbicara.

23
Menurut anak-anak mengalami perkembangan dalam tiga tahap. Tahap
pertama masa bayi dari usia 0-6 tahun. Pada masa ini bayi mengenal dunia
langsung melalui inderanya. Bayi sangat ingin mengetahui halhal yang terjadi di
sekitarnya meskipun dia belum memahami alasannya. Mereka menyentuh segala
sesuatu yang mereka lihat dan menyerap katakata yang mereka dengar.
Tahap kedua, masa kanak-kanak dari usia 2 (dua) sampai 12
tahun.Pada tahap ini anak telah memiliki kemerdekaan sendiri; mereka
sudah memiliki banyak keterampilan fisik, kemampuan berbicara,
memiliki kemampuan berpikir, dan membuat abstraksi. Tahap ketiga,
masa kanak-kanak akhir dari usia 12 sampai 15 tahun

B. Saran
Dengan mengetahui perkembangan psikologi bayi, balita dan anak
sekolah,orangtua akan tahu bakat yang dimiliki anak, kita bisa merencakan dan
mengembangkannya dengan demikian bisa merencanakan dengan matang. Tujuan
dari kegiatan ini adalah agar kita dapat mengembangkan potensi diri secara
maksimal.

24
DAFTAR PUSTAKA

AFA, F. (2020). GANGGUAN KOMUNIKASI ANAK USIA DINI. Kompasiana.Com.


https://www.kompasiana.com/afafadil0828/5fc89afed541df6b5920a4d2/ganggu
an-komunikasi-pada-anak-usia-dini
Corrie. (2018). 5 hambatan komunikasi pada anak usia sekolah.
Pakarkomunikasi.Com. https://pakarkomunikasi.com/hambatan-komunikasi-
pada-anak-usia-sekolah
Herman. (2020). THE RELATIONSHIP OF FAMILY ROLES AND ATTITUDES IN
CHILD CARE WITH. 1(2), 1–4.
Jeklin, A. (2019). Anak sekolah menurut WHO. July, 1–23.
Luky, Y. (2023). Tahap perkembangan psikologi anak usia 6-12 tahun.
Narmadi.Com. https://narmadi.com/id/perkembangan-psikologi-anak-usia-6-12-
tahun/
Masganti Sit, M. A. D. (2017). PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Anak Usia Dini (F.
Irfan (Ed.)). PT. Kharisma Putra Utama.
Murni. (2017). Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial pada masa kanak-kanak
awal 2-6 tahun. III, 19–33.
Mustika Yanti, S.ST, M. P. E., & Dika Fatmasari , S.ST, M. K. B. (2023). Psikologi
Kehamilan, Persalinan, dan Nifas (M. Nasruddin (Ed.)). PT Nasya Expanding
Management.
Primargo. (2019). Ketahui Hambatan dan Tumbuh Kembang pada Bayi Usia 2
Bulan. Ibu & Balita. https://www.ibudanbalita.com/artikel/mobileapps-ketahui-

25
hambatan-dan-tumbuh-kembang-pada-bayi-usia-2-bulan#:~:text=Hambatan
pada Kemampuan Komunikasi,mampu merespon rangsangan yang diberikan.
Soetijiningsih. (2017). Konsep Anak Usia Sekolah. Journal of Chemical Information
and Modeling, 64(9), 20.
Widayanti, N. (2018). Definisi Gizi Pada Balita. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 8–18.

26

Anda mungkin juga menyukai