Anda di halaman 1dari 26

KONSEP TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA

Diajukan untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita

Dosen Pengampu: Ibu Saur Sariaty Pasaribu, SKM., M,Kes

Disusun oleh :

Kelompok 9

Allya Amani P17324120007


Puji Akmaliana P17324120048
Zalffa Aliifah P17324120066

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

TAHUN AJARAN 2021/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Balita".

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi dan Balita. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Konsep Tumbuh
Kembang Bayi, Balita.

Adapun penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Penulis
pun berhadap pembaca laporan akhir ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada penulis
agar di kemudian hari penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Saur Sariaty Pasaribu, SKM., M.Kes
selaku dosen pengampu. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi
pengalaman dan ilmu baru khususnya bagi kami selaku penulis dan umumnya untuk semua
pembaca makalah ini.

Bandung, 14 September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN TEORI.............................................................................................................................6
2.1 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan....................................................................................6
2.2 Teori Tumbuh Kembang..............................................................................................................6
2.3 Ciri-Ciri Tumbuh Kembang.......................................................................................................12
2.4 Pola Pertumbuhan dan Perkembangan.......................................................................................18
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Periode Tumbuh Kembang................................................19
2.6 Gangguan Tumbuh Kembang yang Sering Ditemukan..............................................................22
BAB III......................................................................................................................................................24
PENUTUP.................................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................24
3.2 Saran..........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak konsepsi
dan terus berlangsung sampai dewasa. Tercapainya tumbuh kembang optimal tergantung
pada potensi biologi. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (Soetjiningsih, 2012).
Menurut Soetjiningsih (2005) istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang berbeda
sifat. Peristiwa tersebut saling berkaitan dan sangat sulit untuk dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah dalam perubahan besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat,
ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolis. Perkembangan (development)
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih,
2005).
Tumbuh kembang dianggap sebagai satu kesatuan yang memiliki arti berbagai perubahan
yang terjadi selama hidup seseorang. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel
sedangkan perkembangan adalah perubahan secara bertahap dimulai dari rendah ke yang
lebih tinggi. Kebanyakan pakar dibidang perkembangan anak menggolongkan pertumbuhan
dan perkembangan anak ke dalam berbagai tahap usia. Rentang usia dari tahap-tahap tersebut
bersifat sementara dan mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individu yang tidak dapat
diterapkan pada semua anak. Namun, pengelompokkan berdasarkan usia tersebut bertujuan
untuk menjelaskan karakteristik anak saat periode munculnya perubahan perkembangan dan
tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai (Wong, 2009).
Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat penting dikenal
dengan periode kanak-kanak awal (toddler) atau yang dikenal dengan istilah masa keemasan
(The golden age), yakni periode usia 12 sampai 36 bulan. Periode ini merupakan masa saat
anak melakukan eksplorasi lingkungan yang insentif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku

3
tempertantrum, negativism, dan keras kepala. Masa ini merupakan periode dimana
pencapaian perkembangan dan pertumbuhan intelektual harus dicapai dikarenakan tingkat
plastisitas otak masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran
dan bimbingan (Wong, 2009).
Pada masa ini, perkembangan psikososial yang lengkap sangat diperlukan karena anak
akan memiliki personality sekaligus memiliki sifatsifat yang positif seperti percaya diri,
autonomi, inisiatif, dapat membina hubungan yang erat dengan orang lain serta mencapai
kesempurnaan ego. Sebaliknya jika anak memiliki perkembangan psikososial yang kurang
lengkap, anak akan memiliki sifat-sifat yang negatif, seperti tidak pecaya diri sendiri dan
orang lain, merasa dirinya memalukan dan ragu-ragu dalam bertindak, merasa bersalah
dalam berbuat, rendah diri, dan mengasingkan diri dari orang lain dan merasa dirinya tidak
berguna (Keliat, 2011).
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan orangtua (Huda dalam Santri,
2014). Anak yang dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang memiliki status ekonomi dan
pendidikan yang tinggi akan lebih mudah untuk memenuhi gizi, mendapatkan informasi
tentang tumbuh kembang anak, dan memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Sebaliknya anak dengan status ekonomi dan pendidikan rendah dianggap akan terkait dengan
masalah gizi dan tumbuh kembang (Soetjiningsih, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep pertumbuhan dan perkembangan ?
2. Apa saja teori tumbuh kembang ?
3. Apa ciri-ciri tumbuh kembang ?
4. Bagaimana pola pertumbuhan dan perkembangan ?
5. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi periode tumbuh kembang ?
6. Apa saja gangguan tubuh kembang yang sering ditemukan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pertumbuhan dan perkembangan

4
2. Untuk mengetahui teori tumbuh kembang
3. Untuk mengetahui ciri-ciri tumbuh kembang
4. Untuk mengetahui bagaimana pola pertumbuhan dan perkembangan
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi periode tumbuh kembang
6. Untuk mengetahui gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan

5
BAB II

PEMBAHASAN TEORI
2.1 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kemenkes RI,
2012).

b. Pengertian Perkembangan Anak


Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dan kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan system
neuromuskululer, kemampuan bicara, emosi, dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut
berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh (Kemenkes RI, 2016).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, dalam pola teratur dan dapat diramalkan. Perkembangan
menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, organ, dan system organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan
kognitif, bahasa, motoric, emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya. Perkembangan merupan perubahan yang bersifat progresif,
terarah, dan terpadu. Progresif mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi
mempunyai arah tertentu dan cenderung maju kedepan, tidak mundur kebelakang.
Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti antara perubahan
yang terjadi pada saat ini, sebelumnya, dan berikutnya (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).

2.2 Teori Tumbuh Kembang


Ada beberapa teori perkembangan pada masa balita. Beberapa teori perkembangan pada
masa balita adalah sebagai berikut :

6
a. Teori Psikososial (E. Erikson)
Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling berurutan
sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap tergantung dari hasil tahapan sebelumnya, dan
resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah penting bagi individu untuk dapat tumbuh
secara optimal. Ego harus mengembangkan kesanggupan 3 yang berbeda untuk
mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari masyarakat. Berikut adalah delapan tahapan
perkembangan psikososial menurut Erik Erikson :
1. Tahap 1 : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)
2. Tahap 2 : Autonomy vs Shame and Doubt (18 blan-3 tahun)
3. Tahap 3 : Initiativevs Guilt (3-6 tahun)
4. Tahap 4 : Industry vs Inferiority (6-12 tahun)
5. Tahap 5 : Identity vs Role Cunfusion (12-18 tahun)
6. Tahap 6 : Intimac vs Isolation (18-35 tahun)
7. Tahap 7 : Generativity vs Stagnation (35-64 tahun)
8. Tahap 8 : Integrity vs Despair (65 tahun keatas)

Dasar dari teori Erikson adalah sebuah konsep yang mempunyai tingkatan. Ada
delapan tingkatan yang menjadi bagian dari teori psikososial Erikson, yang akan dilalui
oleh manusia. Setiap manusia dapat naik ke tingkat berikutnya walaupun tidak
sepenuhnya tuntas mengalami perkembangan pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan
dalam teori Erikson berhubungan dengan semua bidang kehidupan yang artinya jika
setiap tingkatan itu tertangani dengan baik oleh manusia, maka individu tersebut akan
merasa pandai. Sebaliknya jika tingkatan-tingkatan tersebut tidak tertangani dengan baik,
akan muncul perasaan tidak selaras pada orang tersebut.

Erikson percaya bahwa dalam setiap tingkat, seseorang akan mengalami konflik
atau krisis yang akan menjadi titik balik dalam setiap perkembangannya. Menurut
pendapatnya, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau
kegagalan dalam pengembangan kualitas tersebut. Selama masa ini, potensi pertumbuhan
pribadi meningkat sejalan dengan potensi kegagalannya pula.

7
b. Teori Psikoseksual (Sigmund Freud)
Teori Psikoseksual adalah salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga
salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang
melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak dimana mencari kesenangan-energi dari
id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual atau libido,
digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku. Menurut Sigmund Freud,
kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan
berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di
kemudian hari.
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan tepat, hasilnya adalah kepribadian
yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat
terjadi. Fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini
diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang
terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari
rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan. Bukankah ada orang yang
berfikiran hanya makan dan makan.
Ada beberapa fase dalam teori psikoseksual ini yaitu fase oral, fase anal, dan fase
phalik.
1. Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, bagi bayi
yang memicu kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti
mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang
bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa
kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi
kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya
individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan. fiksasi oral dapat
mengakibatkan masalah dengan minum, makan, atau menggigit kuku.

8
2. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah
pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya.
Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian pada anak.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di
mana orang tua malalui pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian
dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil yang
positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif.
Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjadikan sebagai
dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif. Namun,
tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak
memerlukan kebutuhan yang tepat selama tahap ini. Beberapa orang tua bukan
menghukum, mengejek atau membuat malu seorang anak untuk member efek jera.
Menurut Freud, respon orangtua yang tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil
negatif. Jika orang tua terlalu ketat atau memulai toilet training terlalu dini, Freud
percaya bahwa kepribadian kuat-anal berkembang dimana individu tersebut ketat, tertib,
kaku dan obsesif.

3. Fase Phalik
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak
juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-
laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan, karena ibu harus berbagi kasih sayang
dengannya. Kompleks Oedipus menggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan
keinginan untuk menggantikan ayah. Namun, anak juga memiliki kekhawatiran bahwa ia
akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini.

c. Perkembangan kognitif ( J. Piaget)


Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah memiliki
kemampuan tertentu untuk mengahadapi objek-objek yang ada di sekitarnya.

9
Kemampuan ini masih sangat sederhana, yakni dalam bentuk kemampuan sensor
motorik. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema,
asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrasi.
Dengan kemampuan inilah balita akan mengeksplorasi lingkungannya dan
menjadikannya dasar bagi pengetahuan tentang dunia yang akan dia peroleh kemudian,
serta akan berubah menjadi kemampuankemampuan yang lebih maju dan rumit.
Kemampuan-kemampuan ini disebut Piaget dengan skema.
Melalui observasinya, Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi
dalam empat tahapan. Masing-masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun
dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget, semakin banyak informasi tidak
membuat pikiran anak lebih maju, kualitas kemajuannya berbeda-beda. Tahap-tahap
perkembangan kognitif tersebut adalah tahap sensori motorik (usia 0–2 tahun), tahap pra-
opersional (usia 2–7 tahun), tahap opersional konkrit (usia 7–11 tahun) dan tahap
opersional formal (usia 11–15 tahun).

1. Tahap Sensori Motorik (0-2 tahun)


Tahap ini berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun. Dalam
tahapan ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman
indra (sensory) mereka dengan gerakan motor (otot). Pada awal tahap ini, bayi
memperlihatkan tak lebih dari pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia. Di usia
antara satu sampai empat bulan, seorang bayi mengandalkan reaksi sirkular primer, yaitu
tindakan atau gerakan yang dia buat sebagai respons dari tindakan sebelumnya dengan
bentuk yang sama. Di usia empat sampai dua belas bulan, bayi beralih pada reaksi
sirkular sekunder yang berisi tindakan-tindakan yang berusaha terlibat dengan
lingkungan sekitar. Dia berusaha mempelajari “prosedur dan cara kerja” sesuatu yang
dapat menyenangkan hatinya dan mengusahakannya agar terus bertahan. Dengan cara ini,
dia mulai belajar mengingat objek secara permanen. Ini adalah kemampuan untuk
mengingat, artinya kalau anda tidak dapat melihat sesuatu, bukan berarti sesuatu itu
hilang. Di usia dua belas sampai dua puluh empat bulan, anak-anak menggunakan reaksi
sirkular tersier, yatiu mempertahankan hal-hal yang menarik, akan tetapi dengan variasi
yang lebih tetap. Ketka seorang bayi berusia satu setengah tahun, bayi tersebut

10
mengalami perkembangan representasi mental, yaitu kemampuan mempertahankan
citraan dalam pikirannya untuk jangka waktu yang lebih lama. Sebagai contoh; bayi
dapat terlibat dalam apa yang disebut imitasi yang tertunda, seperti memasang mimik
jengkel setelah melihat seseorang sejam sebelumnya. Dia juga dapat menggunakan
kombinasi mental tertentu untuk menyelesaikan persoalan yang sederhana, seperti
menggunakan mainannya untuk membuka pintu. Dia juga memiliki pertimbangan yang
cukup baik.
Menjelang akhir tahap ini, bayi menunjukkan pola sensorimotor yang lebih
kompleks. Piaget percaya bahwa pencapaian kognitif yang penting di usia bayi adalah
object permanence, yang berarti bahwa pemahaman objek dan kejadian terus eksis
bahkan ketika objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh.
Pencapaian kedua adalah realisasi bertahap, bahwa ada perbedaan atau batas antara diri
dan lingkungan sekitar. Menjelang akhir periode sensorimotor, anak bisa membedakan
antara dirinya dan dunia sekitarnya dan menyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke
waktu.

2. Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)


Tahap ini berlangsung mulai usia 2 tahun sampai tujuh tahun. Tahap ini adalah
tahap pemikiran yang lebih simbolis, tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional.
Tahap ini lebih bersifat egosentris dan intuitis. Pemikiran pra-operasional terdiri dari dua
subtahap, yaitu tahap fungsi simbolis dan tahap pemikiran intuitif.

3. Tahap Operasional Konkrit (7-11 tahun)


Dimulai umur tujuh tahun sampai sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret
mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi
hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada,
tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret adalah
tindakan mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata.
Operasi konkret membuat anak bisa mengoordinasikan beberapa karakteristik,
jadi bukan hanya fokus pada satu kualitas objek. Pada level opersional konkret, anak-
anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya mereka bisa lakukan

11
secara fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini. Yang penting dalam
kemampuan tahap operasional konkret adalah pengklasifikasian atau membagi sesuatu
menjadi sub yang berbeda-beda dan memahami hubungnnya.
Tahap ini dimulai dengan tahap progressive decentring di usia tujuh tahun.
Sebagian besar anak telah memiliki kemampuan untuk mempertahankan ingatan tentang
ukuran, panjang atau jumlah benda cair. Maksud ingatan yang dipertahankan di sini
adalah gagasan bahwa satu kuantitas akan tetap sama walaupun penampakan luarnya
terlihat berubah.

4. Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)


Dimulai dari usia sebelas sampai lima belas tahun. Pada tahap ini individu sudah
mulai memikirkan pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis
dan logis. Kualitas abstrak dari pemikiran operasional formal tampak jelas dalam
pemecahan problem verbal. Pemikir operasional konkret perlu melihat elemen konkret A,
B, dan C untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C, maka A = C.
Sebaliknya pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan itu walau problem
ini hanya disajikan secara verbal. Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir
operasional formal juga memiliki kemampuan untuk melakukan idealisasi dan
membayangkan kemungkinan-kemungkinan.
Pada tahap ini, anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal
yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Konsep operasional formal
juga menyatakan bahwa anak dapat mengembangkan hipotesis deduktif tentang cara
untuk memecahkan problem dan mencapai kesimpulan secara sistematis.

2.3 Ciri-Ciri Tumbuh Kembang


Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, mempunyai beberapa ciri-ciri yang
saling berkaitan. Ciri -ciri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan menimbulkan perubahan


Perkembangan dan pertumbuhan berjalan secara bersamaan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perkembangan.

12
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Pada setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda–beda baik dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta
kepandaiannya. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembanganpun
demikian terjadi peningkatan baik memori, daya nalar dan lain-lain.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh, terjadi menurut dua hukum yang tetap yaitu sebagai
berikut:
1) Perkembangan terjadi lebih dulu didaerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal /
anggota tubuh (pola sefalokaudal),
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang
kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
f. Perkembangan memeiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Misalnya,
anak mampu membuat lingkaran dulu sebelum mampu membuat kotak.

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan


Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling memerlukan perhatian dan
menentukan kualitas seseorang dimasa mendatang adalah pada masa anak, karena pada
masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya(Soetjiningsih, 2002).
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak sudah dimulai sejak dalam
kandungan sampai usia 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian anak menurut WHO
yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18 tahun. Pada dasarnya dalam kehidupan

13
manusia mengalami berbagai tahapan dalam tumbuh kembangnya dan setiap tahap
mempunyai ciri tertentu. Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada
masa anak. Menurut pedoman SDIDTK Depkes (2012) tahapan tersebut sebagai berikut.
a. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
Masa pranatal terbagi menjadi 3 yaitu:
1) Masa zigot / mudigah: sejak konsepsi sampai umur kehamilan 2
2) Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
3) Masa janin / fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Pada
masa janin ada 2 periode
a) masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke 2
kehamilan,
b) masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.
b. Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan)
Masa bayi terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Masa neonatal usia 0--28 hari, terbagi menjadi:
Neonatal dini (perinatal) : 0-7 hari dan Neonatal lanjut: 8-28 hari
2) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan.
c. Masa balita dan prasekolah usia 1 - 6 tahun
Masa balita dan prasekolah terbagi menjadi:
1) Masa balita: mulai 12-60 bulan
2) Masa Pra sekolah: mulai 60-72 bulan

Setiap anak akan melewati tahapan tersebut secara flexible dan berkesinambungan.
Misalnya pencapaian kemampuan tumbuh kembang pada masa bayi, tidak selalu dicapai
pada usia 1 tahun secara persis, tetapi dapat dicapai lebih awal atau lebih dari satu tahun.
Masing-masing tahap memiliki ciri khas dalam anatomi, fisiologi, biokimia dan
karakternya.

Hampir sepertiga masa kehidupan manusia dipakai mempersiapkan diri untuk


menghadapi dua pertiga masa kehidupan berikutnya. Oleh karena itu, upaya untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah
sangat penting. Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak berbeda-beda, tetapi ada

14
patokan umur tertentu untuk mencapai kemampuan tersebut yang sering disebut dengan
istilah milestone (Moersintowarti, 2002).

Berikut ini pencapaian atau ciri-ciri tumbuh dan kembang secara normal pada
masa pranatal, neonatal, bayi, Toddler dan pra sekolah.

a. Masa pranatal
Periode terpenting pada masa prenatal adalah trimester I kehamilan. Pada periode ini
pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Kehidupan bayi
pada masa pranatal dikelompokkan dua periode, yaitu
1) Masa embrio
Masa embrio dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan minggu. Pada masa
ini, ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme yang
berdeferensiasi dengan cepat untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh.
2) Masa fetus
Masa fetus yaitu sejak kehamilan 9 minggu sampai kelahiran. Masa fetus ini terbagi
dua yaitu masa fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester dua), dimana terjadi
percepatan pertumbuhan dan pembentukan manusia sempurna dan tubuh mulai
berfungsi. Berikutnya adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan
pertumbuhan tetap berlangsung cepat disertai perkembangan fungsi-fungsi.Pada 9
bulan masa kehamilan, kebutuhan bayi bergantung sepenuhnya pada ibu. Oleh karena
itu kesehatan ibu sangat penting dijaga dan perlu dihindari faktor-faktor risiko
terjadinya kelainan bawaan / gangguan penyakit pada janin yang dapat berdampak
pada pertumbuhan dan perkembangannya.
b. Masa Neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah serta organ-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir berat badan normal dari ibu
yang sehat berkisar 3000 gr - 3500 gr, tinggi badan sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350
gram. Pada sepuluh hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen
dari berat badan lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan
muncul. Diantaranya :

15
- refleks moro yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang pada usia 3--5 bulan
- refleks menghisap (sucking refleks); refleks menoleh (rooting refleks)
- refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks)
- refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang pada usia 6--8 tahun.
Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan seiring bertambahnya usia,
refleks-refleks itu akan menghilang. Padamasa neonatal ini, fungsi pendengaran dan
penglihatan juga sudah mulai berkembang.
c. Masa bayi ( 1-12 bulan)
Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Umur 5
bulan berat badan anak 2x berat badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x berat badan saat
lahir. Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah satu setengah kali panjang
badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama,
pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh karena itu perlu pemberian gizi yang baik
yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk
mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri, dan
bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung
perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha
mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala
ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke kiri
kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dari
posisi telentang ke telungkup, dan sebaliknya berusaha meraih benda-benda di sekitarnya
untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana yang
menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan cerewet/menangis pada
suasana tidak menyenangkan.

Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup
untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan bulan anak bergerak
merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Bila dibantu berdiri,
anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari
lebih sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran

16
orang asing akan membuat cemas (stranger anxiety) demikian juga perpisahan dengan
ibunya.

Pada usia 9 bulan sampai dengan 1 tahun, anak mampu melambaikan tangan,
bermain bola, memukul-mukul mainan, dan memberikan benda yang dipegang bila
diminta.Anak suka sekali bermain ci-luk-ba.

Pada masa bayi terjadi perkembangan interaksi dengan lingkungan yang menjadi
dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan memperoleh
perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional
dan masalah sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan hubungan
yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak.

d. Masa Toddler (1-3 tahun)


Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa bayi tetapi
perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu
makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai belajar jalan. Pada
mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar
usia enambelas bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi masih
kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu diawasi karena dalam beraktivitas, anak tidak
memperhatikan bahaya.
Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding masa
sebelumnya yang lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya. Anak lebih banyak
menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru apa yang diperbuat orang. Mungkin ia akan
mengaduk-aduk tempat sampah, laci, lemari pakaian, membongkar mainan, dan lain-lain.
Benda-benda yang membahayakan hendaknya disimpan di tempat yang lebih aman.Anak
juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata dan mengulang kata-
kata baru.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat
sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Bila anak menginginkan
mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena dianggap miliknya.
Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul, dicubit atau ditarik rambutnya
apabila menjengkelkan hatinya. Anak kadang-kadang juga berperilaku menolak apa saja

17
yang akan dilakukan terhadap dirinya (self defense), misalnya menolak mengenakan baju
yang sudah disediakan orang tuanya dan akan memilih sendiri pakaian yang disukainya.

e. Masa Prasekolah
Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak kelihatan lebih
langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak mampu naik turun tangga tanpa
bantuan, demikian juga berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau melompat sudah
mampu dilakukan. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati) yaitu merasa
bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya,
sehingga anak banyak bertanya tentang segala hal disekelilingnya yang tidak
diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, akan membuat anak merasa
bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang abstrak dan konkret sehingga orang
tua sering menganggap anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian. Anak
mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan
mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk
meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.
Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,
menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna benda. Orang tua perlu mulai
mempersiapkan anak untuk masuk sekolah. Bimbingan, pengawasan, pengaturan yang
bijaksana, perawatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua dan orang-orang
disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak.

2.4 Pola Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia adalah proses perubahan jasmani yang
terjadi sampai mencapai kematangan fisik yang bersifat kuantitatif dan dialami oleh indivisu
yang satu dengan yang lain berbeda. Pola pertumbuhan dan perkembangan ini terbagi menjadi
dua fase, yaitu fase embrionik dan fase pascaembrionik.

18
1. Fase embrionik
Fase embrionik adalah pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus di dalam uterus
saat masa kehamilan (gestasi) hingga melahirkan. Dalam fase embrionik ini dibagi ke
dalam beberapa tahap yaitu :
a. Fertilisasi yaitu proses peleburan sel sperma dan sel telur (ovum) membentuk zigot
(diploid). Pada tahap ovulasi, oosit sekunder terlepas dari ovarium dan ditangkap fimbrae
dan berjalan ke oviduk atau saluran telur, ditempat inilah fertilisasi terjadi.
b. Pembelahan sel, setelah tahap fertilisasi sehingga menghasilkan sel-sel berukuran kecil
membentuk morula.
c. Blastulasi, pada fase ini zigot yang telah membelah dan membentuk morula akan
memiliki rongga berisi cairan yang disebut blastosol. Tahapan ini disebut dengan tahap
blastula.
d. Gastrulasi, merupakan proses pembentukan 3 lapisan embrionik yaitu endoderm,
mesoderm, dan eksoderm. Pada tahap ini juga terbentuk lekuk-lekuk pada embrio.
e. Neurulasi, merupakan proses pembentukan bumbung neural. Neurulasi pada manusia
terjadi dimulai dengan lempeng neural yang terbentuk dari hasil penebalan lapisan
ektoderm.
f. Organogenesis, yaitu proses pembentukan organ di dalam tubuh. Setelah mengalami
tahap embrionik, janin akan dilahirkan sehingga akan mengalami tahap pasca embrionik.

2. Fase pascaembrionik
Fase pascaembrionik merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi
setelah lahir. Dalam tahap ini bayi sudah bisa bernafas dengan sendirinya dan semua
tubuhnya sudah bisa bekerja secara normal. Pertumbuhan dan perkembangan pada
manusia secara berurutan akan terjadi dimulai dari bayi, masa anak-anak, masa remaja,
masa dewasa, hingga yang terakhir adalah manula.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Periode Tumbuh Kembang


Pola pertumbuhan dan perkembangan anak umumnya merupakan interaksi banyak faktor
yang saling mempengaruhi. Soetjiningsih (2002), menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal .

19
a. Faktor dalam (Internal)
1) Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhirproses
pertumbuhan dan perkembangan anak
2) Perbedaan ras, etnik atau bangsa Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan
orang Indonesia atau bangsa lainnya, sehingga postur tubuh tiap bangsa berlainan
3) Keluarga Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan
pendek
4) Umur Masa pranatal, masa bayi dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami
pertumbuhan cepat dibanding masa lainnya.
5) Jenis kelamin Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu dibanding laki-
laki
6) Kelainan kromosom Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya Down’s
sindroma
7) Pengaruh hormon Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat janin
berumur 4 bulan yang mana saat tersebut terjadi pertumbuhan cepat. Hormon yang
berpengaruh terutama hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh
kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang
berguna untuk metabolisma, maturasi tulang, gigi dan otak.
b. Faktor lingkungan (eksternal)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
pranatal, natal, dan pasca natal.
1) Faktor pra natal (selama kehamilan)
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan per
kembangan janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :
a) Gizi
nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama trimester
akhirkehamilan.
b) Mekanis.
Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan
kongenital misalnya club foot.
c) Toksin, zat kimia.

20
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain
obat antikanker, rokok, alkohol beserta logam berat lainnya.
d) Kelainan endokrin.
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah
somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida peptida lainnya dengan
aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami
defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan
susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.
e) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya,
sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan
pada anaknya.
f) Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang
sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya
yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio,
influenza dan lain-lain
g) Kelainan imunologi
h) Psikologis ibu
2) Faktor Natal / Persalinan
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma
kepala pada bayi sehingga berisiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca natal
Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan
kimia, psikologis, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan
obat-obatan.

21
2.6 Gangguan Tumbuh Kembang yang Sering Ditemukan
1. Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena
kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem
lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan
sekitar anak. Kurang stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa
bahkan gangguan ini dapat menetap (Kemenkes, 2012).
2. Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang
disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan
saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya (Kemenkes, 2012).
3. Sindrom Down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya
dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom
21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor
seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau
lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan
keterampilan untuk menolong diri sendiri (Kemenkes, 2012).
4. Perawakan Pendek (stunting)
Short stature atau perawakan pendek merupakan suatu terminologi mengenai
tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau – 2SD pada kurva pertumbuhan yang
berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi,
kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin (Kemenkes, 2012).
5. Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul
sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan
sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara
mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku (Kemenkes, 2012).

22
6. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70)
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Kemenkes, 2012).
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas (Kemenkes, 2012).

23
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Perkembangan anak tidak sama dengan
pertumbuhannya. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran, sedangkan
perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya. Apabila anak
berinteraksi dengan lingkungan berarti sekaligus anak dipengaruhi dan mempengaruhi
lingkungan. Dengan demikian hubungan anak dengan lingkungan bersifat timbal balik, baik
yang berifat perkembangan psikologis maupun pertumbuhan dan perkembangan fisik.
Perkembangan kognitif dan sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan
hubungan antar sel otak (Dr.Soemiarti, 2003).
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana anak pada
umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Proses eleminasi pada anak sudah
menunjukkan proses kemandirian dan masa ini adalah masa dimana perkembangan kognitif
sudah mulai menunjukkan perkembangan, anak membutuhkan pengalaman belajar dengan
lingkungan dan orang tuanya. Sedangkan perkembangan psikososial anak sudah
menunjukkan adanya rasa inisiatif, konsep diri yang positif serta mampu mengidentifikasi
identitas dirinya (Azis, 2008).

3.2 Saran
1. Masyarakat
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang tumbuh kembang bayi dan
balita, selain itu juga pemberian stimulasi sejak dini pada anak sangat penting untuk
mengasah kemampuan serta perkembangan anak sesuai dengan tahapan dan umur anak.
2. Perawat / Bidan
Untuk lebih aktif dalam memberi informasi atau penyuluhan kesehatan tentang
tumbuh kembang anak pada setiap tahapan usia serta stimulasi yang harus dilakukan orag
tua agar tumbuh kembang anak dapat optimal.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan informasi tentang tumbuh kembang anak,
sehingga pihak institusi dapat menambahkan materi tentang ini dan orang tua untuk
meningkatkan perkembangan motorik kasar anak

24
DAFTAR PUSTAKA
BAB II. Tinjauan Pustaka. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/944/5/BAB%20II.pdf

BAB II. Tinjauan Pustaka. Poltekkes Surabaya. http://digilib.poltekkesdepkes-


sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-2998-BAB2.pdf

Habibie, A. (2017). Pengenalan Aurat Bagi Anak Usia Dini Dalam Pandangan Islam. Jurnal
Pendidikan : Early Childhood. 1(2).

Mu’min, S. A. (2013). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jurnal Al-Ta’dib. 6(1)

Setiyani, Astuti, Sukesi dan Esyuananik. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,Balita dan
Anak Pra Sekolah. Jakarta: BPPSDM Kementerian Kesehatan.

25

Anda mungkin juga menyukai