Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Perkembangan dan Kebutuhan bayi hingga lansia, Mengetahui pola pengasuhan
orang tua, dan Bonding Attachment and Bonding Attunement sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Niken
Refanthira, M.Psi, Psikolog selaku dosen Psikologi dalam Praktik Kebidanan, orang
tua, teman-teman dan seluruh pihak yang terlibat dalam membantu terselesaikannya
makalah ini.

Makalah yang kami buat dengan judul Adaptasi menjadi Perkembangan dan
Kebutuhan bayi hingga lansia, Mengetahui pola pengasuhan orang tua, dan Bonding
Attachment and Bonding Attunement ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Dalam Praktik Kebidanan. Kami berharap makalah ini dapat menjadi
referensi.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca
pada umumnya.

Bangkinang, 3 April 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2

BAB I..........................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5

2.1 Perkembangan dan Kebutuhan Bayi Hingga Lansia....................................................................5

2.2 Pola Pengasuhan Orangtua........................................................................................................42

2.3 Bonding Attachment and Bonding Attunement.........................................................................48

BAB III......................................................................................................................................................53

PENUTUP.................................................................................................................................................53

3.1. Kesimpulan................................................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................54

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi perkembangan merupakan salah satu bukti perkembangan
keilmuan di bidang psikologi, yakni merupakan cabang dari ilmu psikologi.
Kajian bidang ini fokus pada semua aspek psikologi disetiap tahapan
perkembangan manusia yang diawali dari proses kehidupan pasca konsepsi
atau pembuahan, proses kelahiran dan hadirnya seorang bayi hingga
meninggalnya individu dari dunia fana. Psikologi perkembangan dapat
diaplikasikan dalam beberapa bidang seperti kesehatan dan terapi,
pembelajaran dan pengasuhan, organisasi industri, serta komunitas yang
bertujuan untuk mengoptimalkan kualitas individu selama kehidupannya.
(Mariyati, Lely Ika dkk, 2021)
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang sangat menentukan
sikap atau perilaku anak sebelum anak mengenal lingkungan yang lebih luas
atau lingkungan masyarakat. Perkembangan dan peradaban perilaku anak
sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak bertempat tinggal. Menurut
Gunarsa dkk (2010:60) “Aspek moral merupakan sesuatu yang berkembang
dan dikembangkan”. Artinya bagaimana anak tersebut bertingkah laku sesuai
tidak sesuai dengan moral-moral yang berlaku, semua itu banyak dipengaruhi
oleh lingkungan kehidupan anak yang ikut mempengaruhi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengasuhan dapat diartikan sebagai
implementasi serangkaian keputusan yang dilakukan orang tua atau orang
dewasa kepada anak, sehingga memungkinkan anak menjadi bertanggung

3
jawab, menjadi anggota masyarakat yang baik, juga memiliki karakter yang
baik.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Ibu biasanya akan
mengalami atau merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan. Beberapa
ibu setelah melahirkan akan mengalami masa–masa sulit, ibu akan
terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi dengan
hal yang baru seperti adanya bayi. Dimulai dari kala III persalinan hingga
masa nifas, Ibu akan mengalami beberapa hal yang dulunya tidak dirasakan
saat dirinya masih dalam masa kehamilan yaitu seperti adaptasi menjadi
orangtua, bonding attachment dan bonding attunement, serta sibling rivalry
pada ibu-ibu yang sebelumnya sudah memiliki anak. (Sujiati dkk, 2021)

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimana Perkembangan dan Kebutuhan bayi hingga lansia?
b) Bagaimana pola pengasuhan orang tua?
c) Pengertian dari Bonding Attachment and Bonding Attunement?

1.3 Tujuan
a) Mengetahui perkembangan dan Kebutuhan bayi hingga lansia
b) Mengetahui pola pengasuhan orang tua
c) Mengetahui Bonding Attachment and Bonding Attunement

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan dan Kebutuhan Bayi Hingga Lansia


A. Konsep Psikologi Perkembangan
Psikologi berasal dari kata psyche dan logos; yang mempunyai ‘jiwa’
dan ‘ilmu’. Penulis setuju jika psikologi diartikan sebagai ilmu yang
menyelidiki dan membahas tentang proses jiwa atau mental dan perbuatan
atau tingkah laku manusia dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan
kehidupannya. Mayoritas para ahli psikologi setuju dengan rumusan tersebut.
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses tertentu,
yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali.
Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit
banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan
pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.
(Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019)
Psikologi perkembangan merupakan salah satu bukti perkembangan
keilmuan di bidang psikologi, yakni merupakan cabang dari ilmu psikologi.
Kajian bidang ini fokus pada semua aspek psikologi disetiap tahapan
perkembangan manusia yang diawali dari proses kehidupan pasca konsepsi
atau pembuahan, proses kelahiran dan hadirnya seorang bayi hingga
meninggalnya individu dari dunia fana. Psikologi perkembangan dapat
diaplikasikan dalam beberapa bidang seperti kesehatan dan terapi,
pembelajaran dan pengasuhan, organisasi industri, serta komunitas yang
bertujuan untuk mengoptimalkan kualitas individu selama kehidupannya.
(Mariyati, Lely Ika dkk, 2021)
5
Para ahli yang mengutamakan psikologi untuk kepentingan
pendidikan, lebih mengutamakan manusia sebagai objek psikologi. Psikologi
merupakan ilmu yang membahas tingkah laku manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Tingkah laku yang dimaksud adalah suatu aktivitas
yang meliputi proses berpikir, beremosi, dan pengambilan keputusan.
Misalnya seorang anak yang diam sambil tamanya menatap gurunya yang
sedang menerangkan tugas-tugas yang harus diselesainya, berarti anak sedang
bertingkah laku. (Hafiza, 2019)
Semua tingkah laku manusia mempunyai menyebab. Tingkah laku
bukan hanya disebabkan oleh suatu macam penyebab, tetapi oleh bermacam-
macam penyebab yang terkait satu sama lain. Sebagai contoh adalah seorang
murid kelas satu Sekolah Dasar yang menampakkan ketidaksenangnya
bersekolah, malah, sering bolos, dan tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Guru menganggap bahwa ia mempunyai kemampuan intelektual rendah,
sehingga disarankan untuk masuk sekolah luar biasa. Dari contoh diatas
terbukti betapa banyaknya faktor yang membentuk jalinan penyebab suatu
tingkah laku. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harlow, Mc
Gauch, dan Thompson (1974) bahwa tidak pernah terjadi satu tingkah laku
yang disebabkan oleh satu penyebab. Tetapi selalu disebabkan oleh jalinan
penyebab yang sangat kampleks. Seorang yang mempunyai kecenderungan
berpikir atau beremosi seperti sekarang, dipengaruhi oleh
pengalamanpengalaman atau kesan-kesan dan kebiasaan berpikir dan
beremosi yang dimilikinya sejak ia dalam kandungan sampai sekarang. Oleh
karena itu, untuk mengerti suatu tingkah laku individu sangatlah sulit. Namun
hal ini perlu dilakukan oleh orang-orang yang tugasnya kebanyakkan
berhadapan dengan manusia atu bahkan memperbaiki dan mengembangkan
tingkah laku itu sendiri. (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).

6
B. Teori Perkembangan
1. Teori belajar Skinner
Penguatan (reinforcement) merupakan teori belajar yang
dikembangkan oleh Skinner. Burrhus Frederic Skinner menekankan pada
perubahan perilaku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan
yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang. Oleh karena itu,
para pendahulunya dikatakan sebagai pengguna kondisi klasikal. B.F.
Skinner melakukan eksperimen terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.

Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu responding


conditioning dan operant conditioning. Respondent conditioning
(respondent response) adalah respon yang diperoleh dari beberapa stimulus
yang teridentifikasi. Stimulus yang teridentifikasi itu menimbulkan respon
yang secara relatif tetap. Belajar dengan respondent conditioning ini hanya
efektif bila suatu respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu.
Misalnya, diberikan stimulus berupa masalah yang dapat diselesaikan
dengan konsep turunan fungsi, maka timbul respon untuk mempelajari
lebih lanjut dalil-dalil turunan fungsi, ibarat makanan yang menimbulkan
keluarnya air liur. Stimulus yang demikian, pada umumnya mendahului
respon yang ditimbulkan. (A Setiawan, 2019)

7
Operant conditioning adalah suatu respon terhadap lingkungannya.
Respon yang timbul ini diikuti oleh stimulus-stimulus tertentu. Stimulus
yang demikian itu disebut penguatan sebab stimulus-stimulus itu
memperkuat respon yang telah dilakukan seseorang. Misalnya seorang
peserta didik mengerjakan soal-soal matematika (telah melakukan
perbuatan) lalu mendapat nilai baik (ganjaran). Skinner memusatkan
kepada operant conditioning tersebut. Operant conditioning itu dapat
dipergunakan untuk mendorong peserta didik memberikan respon yang
berupa tingkah laku. Peristiwa terjadinya tingkah laku itu disebut respon
belajar (operant learning). Operant conditioning untuk respon belajar
dikontrol dengan diiringi suatu tingkah laku dan stimulus. (A Setiawan,
2019)

Kondisi operasional ini meliputi ganjaran (reward) dan penguatan


(reinforcement). Ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat
penting dalam proses belajar. Terdapat perbedaan antara ganjaran dan
penguatan. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan
dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subyektif, sedangkan penguatan
merupakan suatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu
respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan
diukur. (A Setiawan, 2019)

Teori Skinner menyatakan penguatan terdiri atas penguatan positif dan


penguatan negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika
penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku siswa dalam
melakukan pengulangan perilakunya itu. Dalam hal ini penguatan yang
diberikan kepada siswa memperkuat tindakan siswa, sehingga siswa
semakin sering melakukannya. Contoh penguatan positif diantaranya

8
adalah pujian yang diberikan kepada siswa, sikap guru yang menunjukkan
rasa gembira pada saat siswa bisa menjawab dengan benar. Perubahan
tingkah laku anak dari negatif menjadi positif, guru perlu mengetahui
psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan (memprediksikan)
dan mengendalikan tingkah laku anak. Guru di dalam kelas mempunyai
tugas untuk mengarahkan anak dalam aktivitas belajar, karena pada saat
tersebut kontrol berada pada guru, yang berwenang memberikan instruksi
ataupun larangan pada anak didiknya. Penguatan positif akan berbekas
pada diri siswa. Tanggapan yang dihargai akan cenderung diulangi. Mereka
yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau
menjawab pertanyaan dengan benar biasanya akan berusaha memenuhi
tugas berikutnya dengan penuh semangat. Penguatan yang berbentuk
hadiah atau pujian akan memotivasi siswa untuk rajin belajar dan
mempertahankan prestasinya. Nilai tinggi membuat seseorang belajar lebih
giat. Penguatan yang seperti ini sebaiknya segera diberikan dan jangan
ditundatunda. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah
(permen, kado, makanan, dan sebagainya), perilaku (senyum,
menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol, kata-kata pujian), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan
sebagainya). (A Setiawan, 2019)

2. Teori perkembangan Psikoseksual Frued


Teori psikoanalitik berawal dari karya  Sigmund Freud . Melalui
pekerjaan klinisnya dengan pasien yang menderita penyakit mental, Freud
percaya bahwa pengalaman masa kecil dan   keinginan tak
sadar memengaruhi perilaku. Menurut Freud, konflik yang terjadi selama
masing-masing tahapan ini dapat memiliki pengaruh seumur hidup pada

9
kepribadian dan perilaku. Freud mengajukan salah satu teori besar
perkembangan anak yang paling terkenal. (Fisipol, 2020)
Menurut teori psikoseksual Freud, perkembangan anak terjadi dalam
serangkaian tahap yang berfokus pada area kesenangan tubuh yang
berbeda. Selama setiap tahap, anak menghadapi konflik yang memainkan
peran penting dalam perkembangannya. Teorinya menyarankan bahwa
energi libido difokuskan pada zona sensitif seksual yang berbeda pada
tahap tertentu. Kegagalan untuk maju melalui suatu tahap dapat
mengakibatkan fiksasi pada saat itu dalam perkembangan, yang diyakini
Freud dapat mempengaruhi perilaku orang dewasa. Jadi apa yang terjadi
saat anak-anak menyelesaikan setiap tahap? Dan apa yang mungkin terjadi
jika seorang anak melakukannya dengan buruk selama titik tertentu dalam
perkembangannya? Berhasil menyelesaikan setiap tahap mengarah pada
pengembangan kepribadian dewasa yang sehat. Kegagalan untuk
menyelesaikan konflik pada tahap tertentu dapat mengakibatkan fiksasi
yang kemudian dapat mempengaruhi perilaku orang dewasa. Sementara
beberapa teori perkembangan anak lainnya menunjukkan bahwa
kepribadian terus berubah dan tumbuh sepanjang hidup, Freud percaya
bahwa pengalaman awallah yang memainkan peran terbesar dalam
membentuk perkembangan. Menurut Freud, kepribadian sebagian besar
ditetapkan pada usia lima tahun.Tahapan Perkembangan Psikoseksual
Freud.(Jhon W.Santrock, 2011)

3. Teori perkembangan Psikososial Erikson


Teori psikoanalitik adalah kekuatan yang sangat berpengaruh selama
paruh pertama abad kedua puluh. Mereka yang terinspirasi dan dipengaruhi
oleh Freud kemudian mengembangkan ide-ide Freud dan mengembangkan

10
teori mereka sendiri. Di antara para neo-Freudian ini, gagasan Erik
Erikson mungkin yang paling terkenal. Teori perkembangan psikososial
delapan tahap Erikson menggambarkan pertumbuhan dan perubahan
sepanjang hidup, dengan fokus pada interaksi sosial dan konflik yang
muncul selama berbagai tahap perkembangan. Meskipun teori
perkembangan psikososial Erikson memiliki beberapa
kesamaan dengan teori  Freud, teori ini sangat berbeda dalam banyak
hal. Alih-alih berfokus pada minat seksual sebagai kekuatan pendorong
dalam perkembangan, Erikson percaya bahwa interaksi sosial dan
pengalaman memainkan peran yang menentukan. Teori delapan tahap
perkembangan manusia menggambarkan proses ini dari bayi sampai
kematian. Dalam setiap tahap, orang dihadapkan pada konflik
pembangunan yang berdampak pada fungsi dan pertumbuhan selanjutnya.
Tidak seperti banyak teori perkembangan lainnya, teori psikososial Erik
Erikson berfokus pada perkembangan di sepanjang umur.  Berhasil
mengelola tantangan di setiap tahap mengarah pada munculnya kebajikan
psikologis seumur hidup.Tahapan Perkembangan Psikososial Erikson.
(Fisipol, 2020)

4. Teori perkembangan Kognitif Aaron Beck


Aaron Beck dikenal sebagai ‘Bapak dari Terapi Kognitif’. Beck
mengembangkan terapi kognitif dengan suatu pemikiran bahwa
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seorang individu menghasilkan
sebuah kognisi atau pemikiran-pemikiran. Kognisi-kognisi tersebut
berkaitan dengan skema, yaitu keyakinan-keyakinan dasar yang terus
berkembang dari awal kehidupan, guna menciptakan penilaian kita
terhadap dunia dan menentukan keadaan emosional dan perilaku kita. Beck

11
mempercayai bahwa gangguan-gangguan emosi tercipta dari sikap negatif
dan juga pemikiran yang menyimpang. (Naisha Pratiwi, 2022)
Sebenarnya teori kognitif dari Aaron Beck banyak dipengaruhi oleh
tulisan dari George Kelly dan Albert Ellis. Pada akhirnya Beck
memfokuskan pada depresi, walaupun begitu, ia tetap mencari tahu
pendekatan untuk mengklarifikasi gangguan-gangguan lainnya. Dalam
setiap penelitiannya, Beck berusaha untuk mengidentifikasi unsur kognitif
mana yang dapat membuat seorang individu mengalami suatu gangguan,
setelahnya hal itu dikembangkan dan diuji langkah-langkah yang sistematis
untuk memformulasikan petunjuk arahan dalam terapi. (Naisha Pratiwi,
2022)
Pada teori kognitif dari Beck ada yang namanya ‘Triad Kognitif
Depresi’. Ketiga pandangan negatid tersebut melibatkan hal-hal seperti di
bawah ini:
1) Pandangan negatif tentang diri sendiri, seperti “saya tidak
mampu, tidak diinginkan, tidak berharga”
2) Pandangan negatif tentang dunia – seperti “Dunia terlalu
banyak menuntut dan hidup ini seperti pertarungan tak
berkesudahan”
3) Pandangan negatif tentang masa depan – seperti “Dalam hidup
selalu ada penderitaan dan itu terjadi kepada saya saat ini dan
di masa depan saya” (Lifehack, 2022)

Dari ketiga pemikiran diatas dapat membuat seseorang menjadi


depresi. Seseorang yang depresi cenderung mengalami kegagalan
pemrosesan informasi, seperti membesar-besarkan permasalahan kecil dan
mengovergeneralisasi suatu penolakan ke keyakinan. Masalah-masalah
pikiran, skema negatif dan kesalahan kognitif inilah yang menyebabkan
12
depresi. Terapi kognitif dari Beck, berawal dari keyakinan bahwa apa
yang kita pikirkan mempengaruhi apa yang kita rasakan, cara kita
berperilaku, dan sikap kita terhadap lingkungan disekitar. Faktanya, studi
menunjukan bahwa kekacauan emosi kita dapat ditelusuri dari penilaian
kita terhadap kejadian-kejadian di masa lampau. Para terapis kognitif pun
meyakini bahwa pemikiran yang menyimpang dari klien tentang dirinya,
dunianya dan masa depan merupakan faktor utama yang membuat mereka
depresi. (Lifehack, 2022)

Berikut adalah beberapa penyimpangan kognitif yang dirumuskan


oleh Beck:

a. All-or-Nothing Thinking: Yaitu suatu keadaan dimana kita melihat


semua hal dalam kategori hitam-dan-putih. Disaat penampilan anda
jauh dari kata sempurna, anda melihat diri anda sebagai kesalahan
yang mutlak.
b. Overgeneralization: Dimana saat anda mengalami suatu peristiwa
yang kurang baik, maka anda meanggap hal tersebut sebagai sebuah
pola kesalahan yang tidak ada ujungnya.
c. Disqualifying The Positive: Suatu keadaan dimana anda menolak
suatu peristiwa positif, dengan bersikeras bahwa hal tersebut tidak
berkesinambungan untuk beberapa alasan.
d. Emotional Reasoning: Suatu keadaan dimana anda menganggap kalau
emosi negatif anda merefleksikan bagaimana segala sesuatu hal akan
terjadi – seperti “I feel it, therefore it must be true” (Naisha Pratiwi,
2022).

13
5. Teori perkembangan Emosional Erik Erikson
Teori perkembangan sosial Erik Erikson membahas perkembangan di
seluruh rentang hidup manusia, mulai lahir hingga mati. Menurut Erik Erikson,
ada 8 tahap perkembangan psikososial manusia. (Aar Sumardiono, 2021)
a. Tahap Membangun Kepercayaan (Trust vs. Mistrust)
Tahap pertama ini terjadi dalam rentang bayi berusia usia 0 – 18 bulan.
Tahap ini sangat kritis dalam perkembangan psikososial anak dan sangat
dipengaruhi oleh Ibu dan pengasuh yang menemani anak sehari-hari. Pada
fase ini, anak belajar mengenali apakah dunia sekitar aman dan bisa
dipercaya atau tidak. Ketika orang tua atau pengasuh menanggapi
kebutuhan anak dengan cara yang konsisten dan penuh perhatian, anak akan
belajar untuk mempercayai dunia dan orang-orang di sekitarnya. Anak
merasa aman dan melihat bahwa dunia sekitarnya adalah aman.
b. Tahap Membangun Otonomi (Autonomy vs. Shame & Doubt)
Tahap psikososial kedua berlangsung dalam rentang usia 18 bulan – 3
tahun. Dalam fase ini, anak memulai mengembangkan otonomi diri,
kemampuan melakukan sebuah hal secara mandiri. Proses stimulasi
kemandirian seperti toilet training, makan minum sendiri, berpakaian,
memilih dan bermain sendiri menjadi stimulasi krusial anak untuk
mengembangkan kontrol dirinya. Jika kemandirian anak dan kontrol dirinya
berkembang, anak bisa mengatasi rasa malu dan keraguan akan
kemampuannya.

14
c. Tahap Berinisiatif (Initiative vs. Guilt)
Tahap psikososial ketiga berlangsung dalam rentang usia 3 – 5 tahun.
Dalam fase ini, anak mulai mencoba dan mengembangkan inisiatifnya.
Anak banyak bertanya dan mencoba hal-hal baru yang ada di sekitarnya.
Jika pertanyaan dan keingintahuan ini difasilitasi, anak akan
mengembangkan kepercayaan diri untuk berinisiatif. Sebaliknya, jika
keingintahuan anak diabaikan dan anak sering mendapat larangan/kritikan
saat ingin mencoba sesuatu, anak akan merasa bersalah atau inisiatif dan
keingintahuannya.
d. Tahap Merasa Mampu (Industry vs. Inferiority)
Tahap perkembangan psikososial anak selanjutnya adalah saat anak mulai
masuk usia sekolah: 6 – 11 tahun. Dalam rentang usia ini, anak-anak mulai
berinteraksi dengan temannya di sekolah dan mulai menjalani kegiatan
belajar yang lebih formal. Anak mulai mengembangkan rasa bangga,
mampu memahami/melakukan, dan mencapai prestasi dengan kemampuan
mereka. Dalam tahap ini, anak-anak membutuhkan apresiasi, dukungan dan
dorongan untuk mengembangkan rasa mampu (kompetensi). Sebaliknya,
tantangan anak pada fase ini adalah merasa rendah diri (inferior) karena
tidak mampu dan tidak mendapatkan dukungan/apresiasi yang
dibutuhkannya.
e. Tahap Membangun Identitas (Identity vs. Confusion)
Tahap perkembangan psikososial ke-5 terjadi saat anak mulai
menginjak masa remaja (12 – 18 tahun). Pada fase ini, anak mulai
membangun identitas dirinya. Anak bertanya-tanya dan mencari jawaban
untuk pertanyaan: siapa saya? Pada fase membangun identitas pribadi ini,
anak remaja mengeksplorasi perilaku, peran, dan identitas yang berbeda.
Para remaja yang menemukan rasa identitas akan merasa aman, mandiri,

15
dan siap menghadapi masa depan, sementara mereka yang tetap bingung
mungkin merasa tersesat, tidak aman, dan tidak yakin akan tempat mereka
di dunia. Itulah sebabnya,

16
Tahap perkembangan psikososial ke-5 terjadi saat anak mulai
menginjak masa remaja (12 – 18 tahun). Pada fase ini, anak mulai
membangun identitas dirinya. Anak bertanya-tanya dan mencari jawaban
untuk pertanyaan: siapa saya? Pada fase membangun identitas pribadi ini,
anak remaja mengeksplorasi perilaku, peran, dan identitas yang berbeda.
Para remaja yang menemukan rasa identitas akan merasa aman, mandiri,
dan siap menghadapi masa depan, sementara mereka yang tetap bingung
mungkin merasa tersesat, tidak aman, dan tidak yakin akan tempat mereka
di dunia. Itulah sebabnya, penting bagi orangtua dan orang dewasa
memberikan dukungan yang memberikan anak agar bisa menemukan
identitas dirinya dengan nyaman dan aman.
f. Tahap Menjalin Kedekatan (Intimacy vs. Isolation)
Di tahap awal dewasa (19 – 40 tahun), seseorang mulai berada dalam
tahap tahap psikososial keenam yang berfokus pada pembentukan hubungan
yang intim dan penuh kasih dengan orang lain. Seseorang mulai mengenal
pacaran, melakukan pernikahan, membentuk keluarga, dan membangun
persahabatan. Jika berhasil membangun hubungan cinta dengan orang lain,
individu dapat mengalami cinta dan menikmati keintiman. Mereka yang
gagal membentuk hubungan yang intim dengan orang lain bisa merasa
terisolasi dan sendirian.
g. Tahap Dewasa (Generativity vs. Stagnation)

17
Tahap dewasa dijalani dalam rentang usia 40 – 65 tahun. Dalam tahap
psikososial berikutnya, tantangan yang dihadapi bergeser menjadi rasa
berguna dan bertumbuh. Seseorang membutuhkan tujuan dan berkontribusi
yang melampaui individualitasnya.Membesarkan keluarga, bekerja, dan
berkontribusi pada komunitas adalah contoh cara seseorang
mengembangkan rasa memiliki tujuan. Mereka yang gagal menemukan cara
untuk berkontribusi mungkin merasa terputus dan tidak berguna.
h. Tahap Dewasa (Generativity vs. Stagnation)
Tahap dewasa dijalani dalam rentang usia 40 – 65 tahun. Dalam tahap
psikososial berikutnya, tantangan yang dihadapi bergeser menjadi rasa
berguna dan bertumbuh. Seseorang membutuhkan tujuan dan berkontribusi
yang melampaui individualitasnya.Membesarkan keluarga, bekerja, dan
berkontribusi pada komunitas adalah contoh cara seseorang
mengembangkan rasa memiliki tujuan. Mereka yang gagal menemukan cara
untuk berkontribusi mungkin merasa terputus dan tidak berguna.
i. Tahap Kematangan (Integrity vs. Despair)
Tahap psikososial terakhir dimulai sekitar usia 65 tahun. Selama
periode waktu ini, individu melihat kembali hidupnya. Pertanyaan utama
selama tahap ini adalah, “Apakah saya menjalani kehidupan yang
bermakna?”
Mereka yang merasa hidupnya bermakna akan merasakan kedamaian,
kebijaksanaan, dan kepuasan, bahkan ketika menghadapi kematian.
Sebaliknya, seseorang yang merasa gagal dan tidak menjalani hidup dengan
baik, mereka akan merasakan kepahitan, penyesalan, bahkan perasaan putus
asa.

18
C. Perkembangan Pada Masa Bayi
Masa bayi terjadi pada umur 0-2 tahun. Banyak ahli yang
menyebut masa bayi sebagai masa vital, karena kondisi masa bayi
merupakan fondasi kokoh pada tumbuh kembang selanjutnya. Masa
bayi dimulai dengan kelahiran yang diikuti dengan tangis pertama. Sis
Heyster mengungkapkan bahwa tangis bayi yang pertama sebagai tanda
adanya kesadaran jiwa pada seorang anak. Dengan adanya kesadaran
(conciousnes) itu berarti fungsi-fungsi kejiwaan telah mulai bekerja
sebagaimana mestinya. (Ahmadi Abu, 2019)
Masa neonatal (setelah kelahiran sampai sekitar 2 minggu)
merupakan masa yang pertama dimana ba
yi masih sangat lemah, padahal harus melakukan penyesuaian
diri secara radikal, supaya dapat melangsungkan hidupnya. Misalnya
menyesuaikan dengan suhu diluar kandungan, bernafas lewat paru-paru,
makan dengan cara menghisap dan menelan, dan buang air besar lewat
anus. Selama penyesuaian, tidak ada kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan terjadi kemunduran. Bayi noenatal yang lemah
banyak yang gagal dalam penyesuaian diri yang radikal ini, sehingga
mengalami kematian (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).
1. Perkembangan pada Masa Bayi
Pada masa bayi ini ada beberapa perkembangan yang menjadi ciri
masa ini. Yakni perkembangan fisik dan motorik.
A). Perkembangan Fisik
 Pada tahun pertama pertumbuhan fisik sangat cepat
sedangkan tahun kedua mulai mengendur.
 Pola perkembangan bayi pria dan wanita sama.

19
 Tinggi secara proporsional lebih lambat dari pertumbuhan
berat badan selama tahun pertama dan lebih cepat pada
tahun kedua.
 Dari 20 gigi seri, kira-kira 16 yang telah tumbuh sampai
masa bayi berakhir.
 Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah besarnya
ukuran tengkorak kepala.
 Organ keinderaan berkembang dengan cepat selama masa
bayi dan sanggup berfungsi dengan memuaskan sejak bulan-
bulan pertama kehidupan.
 Fungsi-fungsi fisiologis. Pada masa ini dasar pembinaan
untuk pola makan, tidur dan buang air harus terbentuk.
 Perkembangan penguasaan otot-otot. Perkembangan
penguasaan otot-otot mengikuti pola yang jelas dan dapat
diduga yang ditentukan oleh hukum arah perkembangan.
(Yusuf, Syamsu, 2019)
B). Perkembangan Motorik
Tingkah laku instingtif pada bayi beberapa hari baru lahir
sebagian besar waktunya digunakan untuk tidur. Sekitar 88%
untuk tidur, sekitar 7% untuk minum susu, 1% untuk tingkah
laku spontan. Waktu yang hanya sedikit ini digunakan untuk
melakukan berbagai gerakan-gerakan refleks yang akan
menghilang pada masa bayi dan disebut refleks bayi atau
refleks anak menyusu. Refleks ini antara lain:

20
a. Refleks Moro atau Refleks Peluk
Refleks ini timbul karena anak terkejut dan mulai
hilang pada sekitar bayi berumur 4-5 bulan.
b. Refleks Genggam atau Refleks Darwin
Telapak tangan menggenggam kalau mendapat setuhan
dan menghilang saat bayi berusia 6 bulan.
c. Refleks Babinski
Apabila telapak kaki dirangsang ibu jari akan bergerak
keatas, jari kaki yang lain membuka dan menghilang
saat bayi berusia 6 bulan.
d. Refleks Mencium-Cium atau Rooting Refleks
Jika pipi atau daerah mulut bayi dirangsang, kepala
memutar seolah-olah mencari puting susu dan ini akan
menghilang saat bayi berusia 6 bulan.
e. Refleks Hisap
Mulut bayi akan bergerak-gerak seolah-olah akan
menghisap, kalau pipinya dirangsang atau haus.
Apabila refleks-refleks ini masih ada lebih dari 6 bulan,
berarti bayi mengalami perkembangan yang terhambat
atau merupakan tanda adanya kerusakan otak. Selain
refleks sementara, ada refleks lain yang justru
bertambah kuat dan terkoordinasi lebih baik Seperti
refleks menghisap waktu menyusu, menelan, berkedip
dan lain lain yang dibutuhkan untuk hidup selanjutnya
(Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).

21
C). Perkembangan Intelegensi
Sejak tahun pertama dari usia anak, fungsi intelegensi
sudah dimulai tampak dalam tingkah lakunya. Dilihat dari
perkembangan kognitif menurut Piaget, usia bayi ini berada
pada periode sensorimotor. Bayi mengenal objek-objek yang
berada dilingkungannya melalui sistem penginderaan dan
gerakan motoriknya. Meskipun ketika dilahirkan seorang bayi
sangat bergantung dan tidak berdaya, tetapi alat-alat inderanya
sudah langsung bisa berfungsi.
Perkembangan kognitif pada usia ini ditandai pula oleh
kemampuan:
a. Mengembangkan imitasi, memori, dan berfikir
b. Mempersepsi ketajaman objek
c. Bergerak dari kegiatan yang bersifat refleks ke aktifitas
yang mengarah pada tujuan. (Yusuf, Syamsu, 2019)
D). Perkembangan Emosi
a. Usia 0-8 minggu
Kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi (impulsif).
Emosi anak sangat bertalian dengan perasaan inderawi
(fisik), dengan kualitas perasaan senang (like) dan tidak
senang (dislike) jasmaniyah. Misalnya, bayi senyum atau
tidur pulas kalau merasa kenyang, hangat dan nyaman. Dia
akan menangis jika ia lapar, haus, kedinginan, atau sakit.
b. Usia 8 minggu-1 tahun
Pada usia ini perasaan psikis sudah mulai berkembang.
Anak merasa senang (tersenyum) apabila melihat mainan

22
yang ada di depan matanya/ melihat seseorang yang sudah
dikenalnya.
c. Usia 1-3 tahun Pada usia ini perkembangan emosinya adalah
sebagai berikut:
1) Emosinya sudah mulai terarah pada sesuatu (orang,
benda, atau makhluk lain).
2) Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai
pada usia 2 tahun maka anak dapat menyatakan
perasaannya dengan menggunakan bahasa. 3) Sifat-sifat
perasaan anak pada fase ini:
a) Labil, mudah kembali berubah (sebentar menangis
kemudian tertawa)
b) Mudah dipengaruhi tetapi tidak bertahan lama dan
bersifat dangkal pada usia ini perkembangan rasa
sosial lebih jelas lagi karena dapat dinyatakan dengan
bahasa. Karena emosi anak kemungkinan dapat
dipengaruhi maka anak dapat turut menyayangi,
mengasihi ataupun membenci sesuatu. Hal ini
mrupakan benihuntuk timbulnya rasa sayang, benci
atau simpati terhadap sesuatu (seseorang). (Yusuf,
Syamsu, 2019)
E). Perkembangan Bahasa
Ada tiga bentuk prabahasa yang normal muncul dalam
pola perkembangan bahasa, yakni menangis, mengoceh dan
isyarat. Menangis adalah lebih penting karena merupakan dasar
bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya. Isyarat dipakai
bayi sebagai pengganti bahasa. Karena bahasa dipelajari

23
melalui proses meniru maka bayi perlu memperoleh model atau
contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.
(Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).
F). Perkembangan Pengertian
Bayi memulai hidupnya dengan tidak mempunyai
pengertian tentang apa yang ada di lingkungannya. Dia
memperoleh pengertian tentang apa yang diamatinya melalui
kematangan dan belajar. Pada awal tahutrn pertama, tingkah
laku bayi menunjukkan bahwa ia menafsirkan hal-hal yang
baru berdasarkan lama. Setelah mencapai usia 2 tahun, ia telah
mampu membuat kesimpulan sederhana berdasarkan
pengalamanpengalaman serupa yang dilihat ada hubungannya.
Pengertian pertama bagi bayi tentang objek diperoleh melalui
penjelasan sensori (penginderaan) nya. (Yusuf, Syamsu, 2019)

G). Perkembangan Kepribadian


Masa bayi sering disebut sebagai periode kritis dalam
perkembangan kepribadian karena pada saat ini diletakkan
dasar dimana struktur kepribadian dewasa akan dibangun.
Karena lingkungan terbatas hanya pada rumah dan karena ibu
merupakan tempat yang paling dekat, maka kepribadian ibu
dan jenis hudungan ibu bayi akan sangat mempengaruhi
kepribadian bayi. Ada bukti yang menunjukkan bahwa
fungsifungsi yang telah berkembang sangat mudah terkenal
bila terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan dalam
lingkungan. Perbedaan seks dalam kepribadian mulai tampak
dalam tahun pertama. Temperamen anak tidaklah kekal, dalam

24
perkembanganya keadaan-keadaan lingkungan dapat
memperbesar, menghilangkan atau merubah reaksi dan
perilaku.(Elfi, 2020)
H). Perkembangan Moral
Seorang anak yang dilahirkan belum memiliki
pengertian tentang apa yang baik atau tidak baik. Pada masa ini
(bayi) tingkah laku anak hampir semuanya didominasi oleh
dorongan naluriah belaka (impulsif). Oleh karena itu, tingkah
laku anak belum bisa dinilai sebagai tingkah laku bermoral
atau tidak bermoral.
Pada masa ini anak cenderung suka mengulangi
perbuatan yang menyenangkan dan tidak mengulangi
perbuatan yang menyakitkan (tidak menyenangkan). Dengan
melihat kecenderungan perilaku anak tersebut maka untuk
menanamkan konsep-konsep moral pada anak, sebaiknya
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan
anak apabila ia melakukan perbuatan yang baik. Ganjaran
ini akan menjadi faktor penguat (reinforcement) bagi
anak untuk mengulangi perbuatan yang baik itu.
b. Berilah hukuman, atau sesuatu yang mendatangkan
perasaan tidak senang apabila dia melakukan perbuatan
yang tidak baik. Hukuman ini akan menjadi
reinforcement bagi anak untuk tidak mengulangi
perbuatan yang tidak baik itu. Apabila perlakuan kepada
anak itu dilakukan secara teratur maka akan tertanam
pada diri anak tentang pengertian atau konsep moral.

25
Anak akan mengerti bahwa suatu perbuatan yang
mendapat pujian atau diperbolehkan itu adalah sebagai
perbuatan yang baik, sedangkan yang mendatangkan
hukuman atau tidak diperbolehkan itu merupakan
perbuatan yang tidak baik. (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).

D. Perkembangan Pada Anak Pra Sekolah


Usia anak prasekolah atau biasa disebut dengan masa anak-anak awal
adalah pada usia sekitar 3-6 tahun dan umumnya anak prasekolah mengikuti
program penitipan, kelompok bermain (play groups), serta program Taman
Kanak-kanak. (Andi Thahir, 2019)
1. Perkembangan Anak Pra Sekolah
a. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik anak pra sekolah dengan masa bayi sangat
berbeda, tingkat pertumbuhan anak-anak awal lebih lambat dibanding
selama masa bayi. Namun keterampilan-keterampilan motorik kasar dan
motorik halus justru berkembang pesat.Selama masa anak-anak awal,
rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat antara 2,5-3,5 kg setiap
tahunnya. Ketika anak pra sekolah bertumbuh semakin besar,
persentasenya pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap
tahun. Selama masa ini anak terlihat semakin langsing sementara batang
tubuh mereka semakin panjang. Pertumbuhan gigi selama 4-6 buln
pertama dari awal masa anak pra sekolah, 4 gigi bayi yang terakhir –
geraham belakang akan muncul atau mencapai 20 buah, dimana gigi
susu akan tanggal pada akhir usia pra sekolah dan digantikan oleh gigi
tetap yang tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. (Ajhuri,
Kayyis Fithri, 2019).

26
Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa
anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang
berkelanjutan. Pada saat bayi pertumbuhan otak mencapai usia 2 tahun,
ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dan pada usia 5
tahun, ukuran otaknya mencpai 90% otak orang dewasa. Ini disebabkan
karena pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di
dalam dan di antara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf terus
bertumbuh setidaknya hingga masa remaja. Pertambahan ukuran otak
disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu proses di mana sel-sel
urat saraf ditutup dan disekat dengan lapisan sel-sel lemak. Proes ini
berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan
melalui sistem urat saraf. Perkembangan fisik motorik baik kasar
maupun halus adalah tanda perkembangan anak di usia pra sekolah.
(Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).
b. Perkembangan Kognitif
Kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, kognitif
dapat berarti kecerdasan, berfikir, dan mengamati. Bertambah besarnya
koordinasi dan pengendalian motorik serta bertambahnya kemampuan
bertanya. Menurut psikolog Piaget, perkembangan kognitif pada pra
sekolah disebut dengan periode preoperasional, yaitu tahapan dimana
anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis ataupun
keterbatasan pemikiran anak. Yang dimaksud operasi yaitu kegiatan-
kegiatan yang diselesikan secara mental (berfikir) bukan fisik.
Dengan demikian anak mampu berfikir kreatif, bebas dan
imajinatif anak meningkat, anak-anak mampu berfantasi atau
berimajinasi tentang berbagai hal. Seperti contoh, anak bermain dengan
kursi yang dilambangkan dengan mobil, kereta ataupun, kuda

27
sungguhan atau bermain peran seperti, sekolah-sekolahan,
masakmasakan, perang-peranan ataupun yang lain. (Elfi, 2020)
c. Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari dirinya sendiri.
Serta berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan
dari lingkungan. Jika lingkungan terutama orang tua tidak mengakui dan
memperlakukan secara keras, maka pada anak akan berkembang sikap-
sikap keras kepala, menentang, pemalu, dan menyerah. Beberapa emosi
yang berkembang antara lain:
 Takut, ketika merasa terancam.
 Cemas, takut yang bersifat khayalan.
 Marah, tidak senang atau suatu hal yang dibenci.
 Cemburu, perasaan tidak senang terhadap kasih sayang
seseorang.
 Kegembiraan
 Kasih sayang
 Phobia,
 Ingin tahu. (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).
d. Perkembangan Bahasa
Pada masa ini, perkembangan bahasa terus berlanjut.
Pembedaharaan kosakata meningkat dari berbagai pelajaran di taman
kanak-kanak, bacaan, pembicaraan orang tua dan teman sebaya, serta
melalui radio dan televisi. Dimasa usia 2,0-2,6 anak sudah mampu
menyusun kalimat tunggal, memahami perbandingan, dan sering
bertanya, serta menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.
Sedangkan di masa usia 2,6-6,0 anak sudah dapat menggunakan kalimat

28
majemuk dan anak kalimat serta tingkat berfikir lebih maju dan lebih
sering banyak bertanya. (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).
e. Perkembangan Kepribadian
Merupakan masa krisis pertama, yaitu ia mulai sadar akan
Aku˗nya, dengan kesadaran ini anak mampu memahami bahwa ada dua
pihak yang berhadapan, yaitu Aku (diri sendiri) dan orang lain (orang
tua, saudara, teman dsb). Pada usia ini anak membandek adalah suatu
kewajaran, karena perkembangan pribadi mereka sedang bergerak dari
dependen ke sikap independen.
Pada masa ini pun, kemampuan dan kesadaran untuk
memenuhi tuntunan dan tanggung jawab sudah berkembang. Sikap
membandek dapat dikontrol dari orang tua untuk menghadapinya
dengan kasih sayang, bijaksana, dan tidak bersikap keras terhadap anak
pada usia pra sekolah. (Elfi, 2020)
f. Perkembangan Moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap
moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan teman
sebaya). Melaluipengalaman berinteraksi dengan orang lain anak belajar
memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik atau yang
buruk. Berdasarkan pemahannya maka pada masa ini anak harus dilatih
mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku. Pada usia pra sekolah
berkembang kesadaran sosial anak, yang meliputi sikap simpati, murah
hati, dan sikap kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain. Sikap ini
merupakan egosentris (mementingkan diri sendiri). (Elfi, 2020)

29
E. Perkembangan Pada Masa Usia Sekolah
Setelah anak mencapai usia 6-7 tahun, perkembangan jasmani dan
rohaninya mulai sempurna, dan mulai keluar dari lingkungan keluarga menuju
lingkungan sekolah. Yaitu lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap
perkembangan jasmani dan rohani. (Mariyati, Lely Ika dkk, 2021)
1. Perkembangan Bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami dan
menginterpretasikan komunakasi lisan dan tulis. Pada masa perkembangan
bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa.
Anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk
menjelaskan satu tindakan seperti makan, minum, tidur dan mandi.
Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi
juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama
dalam pertumbuhan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis
dari bahasa komunikasi. (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).
2. Perkembangan berpikir
Istilah yang biasa digunakan dalam psikologi ialah intelek dan
intelegensi. Yang dimaksud intelek adalah kemampuan berpikir,
sedangkan yang dimaksud intelegensi adalah kemampuan kecerdasan.
Perbedaannya hanya terletak dalam waktu saja. Di dalam kata berpikir
terkandung perbuatan menimbangnimbang, menguraikan, menghubung-
hubungkan sampai akhirnya mengambil keputusan, sedangkan dalam kata
kecerdasan terkandung kemampuan seseorang dalam memecahkan
masalahnya dengan cepat. Dalam fase ini anak tidak lagi bersifat
egosentris, artinya anak tidak lagi memandang diri sendiri sebagai pusat
lingkungannya. Anak mulai memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan
objektif. Karena timbul keinginannya untuk mengetahui kenyataan,

30
keinginan itu akan mendorongnya untuk menyelidiki segala sesuatu yang
ada dilingkungannya. (Elfi, 2019)
3. Perkembangan Emosi
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan
latihan atau pembiasaan. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada
tahap perkembangan usia sekolah adalah marah, takut, cemburu, irihati,
kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan. (Ajhuri, Kayyis Fithri,
2019).
4. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar, salah, baik atau
buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep
moral sejak dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena
informasi yang diterima anak mengenai benar, salah, atau baik buruk akan
menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari. (Ajhuri, Kayyis
Fithri, 2019).
5. Perkembangan Motorik dan Fisik
Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktifitas motorik
yang lincah, oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang,
dan lain-lain. (Elfi, 2019)
6. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan
berpikiran berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat
dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks, serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan
berpikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan kongkrit ke
tingkat yang lebih rumit dan abstrak. (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).

31
F. Perkembangan Pada Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,
baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan
fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehinggaa mencapai bentuk tubuh
orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas
reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu
berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai
melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan
peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. (Mariyati, Lely Ika dkk,
2021)
Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula
perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga
lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini
merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk
mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi
orang-orang seusianya. Untuk memenuhi kebutuhan sosial dan psikologisnya,
remaja memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti
lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain. (Elfi, 2019)
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian (Ajhuri, Kayyis
Fithri, 2019), yaitu sebagai berikut :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak
dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak
tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaaan
terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat
dengan teman sebaya.

32
b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang
baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun
individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (selfdirected).
Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku,
belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan
awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai.
Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
c. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran
orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan
vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan
yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman
sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini
Berikut merupakan proses perubahan pada masa remaja.
a) Perubahan Fisik
Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami
oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang
berlangsung pada awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun
pada wanita dan 12-16 tahun pada pria. Hormon-hormon baru di
produksi oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan dalam
ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder. Gejala
ini memberi isyarat bahwa fungsi reproduksi untuk menghasilkan
keturunan sudah mulai bekerja. Seiring dengan itu, berlangsung pula
pertumbuhan yang pesat pada tubuh dan anggotaanggota tubuh untuk
mencapai proporsi seperti orang dewasa. Seorang individu lalu mulai
terlihat berbeda, dan sebagai konsekuensi dari hormon yang baru, dia

33
sendiri mulai merasa adanya perbedaan. (Ajhuri, Kayyis Fithri,
2019).
b) Perubahan Emosionalitas
Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah
perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat
dari perubahan fisik dan hormonal, dan juga pengaruh lingkungan
yang terkait dengan perubahan badaniah tersebut. Hormonal
menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan dorongan-
dorongan dan perasaan-perasaan baru. Keseimbangan hormonal yang
baru menyebabkan individu merasakan hal-hal yang belum pernah
dirasakan sebelumnya. Keterbatasannya untuk secara kognitif
mengolah perubahan-perubahan baru tersebut bisa membawa
perubahan besar dalam fluktuasi emosinya. Dikombinasikan dengan
pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti
tekanan dari teman sebaya, media massa, dan minat pada seks lain,
remaja menjadi lebih terorientasi secara seksual. Ini semua menuntut
kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas perilakunya.
(Elfi, 2019)
c) Perubahan Kognitif
Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan
emosional tersebut makin dirumitkan oleh fakta bahwa individu juga
sedang mengalami perubahan kognitif. Perubahan dalam kemampuan
berpikir ini diungkapkan oleh Piaget (1972) sebagai tahap terakhir
yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan
kognitifnya. Dalam tahapan yang bermula pada umur 11 atau 12
tahun ini, remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit
dari apa yang ada, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-

34
aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Misalnya aturan-aturan
dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya, dan aturan-
aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-
hal yang tak mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir
yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak,
hipotesis dan kontrafaktual, yang pada gilirannya kemudian
memberikan peluang bagi individu untuk mengimajinasikan
kemungkinan lain untuk segala hal. Imajinasi ini bisa terkait pada
kondisi masyarakat, diri sendiri, aturan-aturan orang tua, atau apa
yang akan dia lakukan dalam hidupnya. Singkatnya, segala sesuatu
menjadi fokus dari kemampuan berpikir hipotesis, kontrafaktual, dan
imajinatif remaja. (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).

G. Perkembangan Pada Masa Dewasa


Sekarang sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak
berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja
atau kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia
berkembang terjadi perubahan – perubahan. Perubahan tersebut terjadi
pada fungsi biologi dan motoris, pengamatan dan berfikir, motif – motif
dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasai masyarakat.
Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang berkurang harapan
hidupnya disebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan sebagian dari
pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses menjadi tua ini banyak
dipengaruhi oleh faktor – faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi
orang itu sendiri, yaitu regulasi diri sendiri. Perkembangan dari arti
tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi, yaitu sebagai proses
perubahan yang dinamis pada masa dewasa berjalan bersama dengan

35
keadaan menjadi tua. Di sini ada tiga macam perubahan, yaitu dalam
tubuh orang yang menjadi tua, dalam kedudukan sosial, dan dalam
pengalaman batinnya. Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup
seseorang meskipun tidak harus terkait pada usia tertentu secara eksak.
Tempo dan bentuk akhir proses penuaan tadi berbeda – beda pada orang
yang satu dengan orang yang lain. Begitu pula berhubung masyarakat juga
ikut memberikan struktur pada proses penuaan tersebut, maka juga ada
perbedaan antara periode sejarah yang satu dengan periode sejarah yang
lain. (Elfi, 2019)
Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase
dewasa, begitu pula dirasa sulit untuk menunjukan kapan dimulainya
proses menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat
mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oleh gambaran citra yang
begitu negatif seperti yang ada pada masyarakat pada umumnya. Dilihat
dari aspek perkembangan fisik, pada awalnya masa dewasa kemampuan
fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama
periode ini.
Tahap perkembangan pada usia dewasa ini dapat di bagi atas
beberapa bagian (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019), antara lain :
1. Perkembangan dewasa dini (18-40 tahun)
a) Perkembangan Kognitif
Kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada
masa dewasa akhir. Ada beberapa bukti bahwa orang-orang dewasa
lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah
disimpan dalam ingatannya. Meskipun kecepatan tersebut perlahan-
lahan menurun, namun terdapat variasi individual di dalam kecakapan
ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas

36
menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan kita dalam beberapa
segi substansial.
b) Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi. Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi,
ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak
kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan
fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut
usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga
lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri
cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa
selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia
adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi
tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis
yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara
tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai
dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang
tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan dirinya tanpa
menimbulkan masalah baru.

2. Dewasa Madya

37
Usia madya berusia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60 tahun. Masa
tersebut pada akhirnya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan
jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan
kekuatan fisik, sering pula diiringi oleh penurunan daya ingat. Usia madya
merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia,
biasanya usia tersebut dibagi dalam dua sub bagian, yaitu:
(1) Usia madya dini dari usia sekitar 35-50 tahun, dan
(2) Usia madya lanjut dari 50-60 tahun. Pada periode usia madya lanjut,
perubahan fisik dan psikologis menjadi lebih kelihatan. Ciri- ciri dari masa
dewasa madya yaitu:
Bahasa : Keterampilan berbahasa lebih sopan, agak bijak dan lebih
dewasa
Intelegensi : Kemampuan berfikir masih realistis.
Emosional : Stabilitas emosi masih sudah seimabang, terkontrol.
Sosial : Masa dewasa madya awal biasanya lebih giat bermasyarakat

3. Dewasa Akhir (Usia Lanjut)


Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu.
Efek-efek tersebut menentukan apakah pria atau wanita usia lanjut akan
melakuan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Akan tetapi, ciri-ciri
usia lanjut cendrung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk
daripada yang baik dan kepada kesengsaraan dari pada kebahagiaan. Ciri-
ciri usia lanjut yaitu:
a) Perbedaan Individual Pada Efek Menua
Sebagai kebiasaan hukum umum bahwa penuaan fisik lebih
cepat dibandingkan dengan penuaan mental, walaupun hal yang
sebaliknya juga kadang-kadang terjadi, terutama apabila seseorang

38
sangat memikirkan proses ketuannya dan membiarkan saja penuaan
mentalnya terjadnya terjadi apabila tanda-tanda pertama ketuaan fisik
tampak.
b) Perubahan fungsi inderawi
Terjadi perubahan umum fungsi inderawi pada usia lanjut,
mulai dari terjadi kemunduran atau berkurang fungsinya, hingga
kehilangan fungsi inderawi, yaitu: indra penglihatan, indera
pendengaran, indera perasa, indera penciuman, indra perabaan dan
indera sensitivitas terhadap rasa sakit.
c) Perubahan Kemampuan Motorik
Kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang
menopang tegaknya tubuh. Penurunan kecepatan dalam bergerak
mulai melemah kekuatan orang usia lanjut cendrung menjadi
canggung dan kagok.

H. Perkembangan Pada Masa Lansia


Dengan bertambahnya usia, sedikit demi sedikit kemampuan fisik
mengalami penurunan. Hal inilah yang disebut proses menua. Pertambahan
usia berpengaruh terhadap kualitas fungsi organ-organ tubuh. Setelah dicapai
puncak kualitas, yang dapat dipertahankan dalam beberapa waktu, kemudian
akan mengalami penurunan kualitas yang berakibat menurunkan
kemampuan fisik Kualitas fungsifungsi yang mengalami penurunan antara
lain :
a) Integritas sistem syaraf yang berakibat menurunkan kualitas koordinasi
gerak.
b) Kecepatan reaksi dan kecepatan gerak.
c) Kepekaan kinestetik atau rasa gerak.

39
d) Adaptasi kardiorespiratori pada saat melakukan aktivitas dan saat istirahat
atau pemulihan.
e) Kepekaan panca indera.
f) Daya kontraksi dan elestisitas otot.
g) Fleksibilitas persendian. (Ajhuri, Kayyis Fithri, 2019).

Berhentinya menstruasi pada wanita dinamakan “menopause”.


Umumnya hal ini terjadi pada umur-umur pertengahan (antara 40-50 tahun).
Kebanyakan wanita yang telah mengalami menopause menyatakan merasa
lebih baik daripada masa-masanya atau tahun menopause. Mereka juga
menyatakan lebih tenang dan lebih bahagia, Dua perubahan penting yang
terjadi dalam sistem saraf ketika memasuki usia tua adalah: pengerasan
pembuluh darah, yang dapat menimbulkan masalah peredaran darah dalam
otak dan penuaan mengurangi kecepatan rangsang yang berjalan melalui
jaringan-jaringan saraf. Penyediaan darah yang memadai sangat penting
untuk fungsi efisien dari otak, tetapi untunglah kebanyakan orang tidak
terganggu oleh masalah ini sampai usia 75 tahun. Pada umur 75 tahun
kemungkinan meninggal akibat penyakit kardiovaskular adalah 150 kali
lebih tinggi daripada yang berumur 35 tahun. Dari sistem-sistem yang besar
dalm tubuh, ginjal menunjukkan penurunan fungsi yang sangat besar pada
usia lansia. Ginjal orang-orang yang berumur 80 tahun hanya ½ nya yang
sebaik ketika mereka berumur 20 tahunnan. Nutrisi juga memberi pengaruh
yang sangat penting pada “biological aging”. (Elfi, 2019)

Penurunan kualitas/kemampuan fisik memasuki lansia lebih cepat


dibandingkan dengan usia-usia sebelumnya. Oleh karena itu untuk
menghambat penurunan kualitas fungsi organ-organ tubuh para lansia perlu
mempunyai suatu kegiatan rutin yang dapat membantu menghambat

40
penuruna tersebut. Penuaan tubuh manusia didasari oleh hal-hal yang terjadi
di dalam tubuh. Pertama, yang paling penting adalah kemunduran organ-
organ dari sistem tubuh yang tak dapat di gantikan: jantung, paru-paru,
sistem saraf, hati, ginjal, dan sistem pencernaan yang kesemuanya
menunjukkan penurunan fungsi manakala organisme menua. Kedua,
menurunnya ketahanan terhadap penyakit. Dengan umur tua tubuh menjadi
kurang efisien dan kemampuan bertahan terhadap penyakit berkurang.
(Mariyati, Lely Ika dkk, 2021)

2.2 Pola Pengasuhan Orangtua


Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak yaitu
bagaimana cara, sikap, atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak
termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga
dijadikan panutan atau contoh bagi anaknya. Dari pola asuh yang orang tua
berikan kepada anak akan membentuk ciri khas karakter yang akan dimiliki
anak hingga ia tumbuh dewasa.
Karakter sendiri merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan,
perkataan, dan perbuatan, berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya dan adat istiadat. Oleh karena itu orang tua harus memahami
pola asuh seperti apa yang sesuai dengan kepribadian anak. (Melky Maldini,
2020) Terdapat beberapa hubungan pola asuh yang membentuk karakter anak
antara lain adalah sebagai berikut :
Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda dalam
mengasuh anak-anaknya. Ada yang mengekang, ada yang memanjakan serta
ada pula yang acuh tak acuh terhadap perkembangan anak-anaknya. Dalam Isni
41
Agustiawati, Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda
tentang macam- macam pola asuh yakni sebagai berikut.
Menurut Hourlock mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua
terhadap anaknya, yakni:
a. Pola asuh otoriter.
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan
aturan- aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk
berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak
atas nama diri sendiri dibatasi.
b. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua
terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak
selalu bergantung kepada orang tua.
c. Pola asuh permisif
Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang
cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda,
ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang
dikehendaki.
Sedangkan Baumrind, membagi pola asuh menjadi 4 macam,
menurutnya pola asuh adalah sebagai berikut, yaitu:
a. Pola asuh otoroter (Parent Oriented)
Pola asuh ini menekankan bahwa segala aturan aturan orang tua
harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena tanpa
dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh
membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua.
b. Pola asuh permisif
Sifat pola asuh ini Cildren Cenderet yakni segala aturan dan

42
ketetapan keluarga ditangan anak. Apa yang dilakukan anak
diperbolahkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.
c. Pola asuh demokratis

Dalam pola asuh ini kedudukan antara orang tua dan anak sejajar.
Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan
kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab,
artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus berada dibawah
pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara
moral.
d. Pola asuh situasional
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada
pola asuh tertentu, tetapi semua pola asuh diterapkan secara luwes
disesuaikan dengan situasi yang berlangsung saat itu.

Selain pendapat di atas, Hardy dan Heyes juga mengemukakan pola asuh
yang dilakukan orang tua dalam keluarga ada empat macam yaitu:
a. Pola asuh Authokratis (Otoriter)
Pola asuh ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari
orang tua dan kebebasan anak sangat dibatasi.
b. Demokratis
Pola asun ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua
dengan anak.
c. Permisif
Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan kepada anak untuk
berprilaku sesuai dengan keinginannya sendiri.
d. Laissez faire
Pola asuh ini ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap

43
anaknya.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas mengenai pola asuh orang tua
dalam keluarga, dapat disimpulan bahwa dimulai dari pendapat Hourlock,
Baumrind, serta Hardy dan Heyes pada intinya semua hampir sama. Pada
umunya pola asuh yang sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ada tiga
jenis yaitu:
a. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter merupakan pengasuhan yang dilakukan dengan


cara memaksa, mengatur dan bersifat keras. Orang tua menuntut anaknya
agar mengikuti semua kemauan dan perintahnya. Jika anak melanggar
peintah berdampak pada konsekuensi hukuman atau sanksi. Pola asuh
otoriter dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan psikologis
anak. Anak kemudian cenderung tidak dapat mrngendalikan diri dan
emosi bila berinteraksi dengan orang tua. Bahkan tidak percaya diri, tidak
kreatif dan tidak mandiri. Pola pengasuhan ini akan menyebabkan anak
menjadi stres, depresi, dan trauma. Oleh karena itu tipe pola asuh otoriter
ini tidak dianjurkan.
b. Pola asuh demokratis.
Pada pola asuh ini orang tua memberikan kebebasan serta
bimbingan kepada anak. Dalam artian anak diberikan kebebasan yang
bertanggung jawab. Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu
berhubungan secara harmonis dengan orang tuanya. Anak akan bersifat
terbuka, bijaksana karena adanya komunikasi dua arah. Sedangkan orang
tua bersikap objektif, perhatian dan memberikan dorongan positif kepada
anaknya.
c. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif dilakukan dengan memberikan kebebasan


44
terhadap anak. Anak berhak melakuakan apapun sesuka hatinya,
sedangkan orang tua kurang peduli dengan perkembangan anak.
Pengasuhan yang didapat anak cenderung di lembaga formal atau sekolah.
Pola asuh anak semacam ini dapat mengakibatkan anak menjadi egois
karena orang tua cenderung memanjakan anak dengan materi. Keegoisan
tersebut akan menjadi penghalang hubungan antara sang anak dengan
orang lain.
Kelebihan dan kekurangan dari pola asuh di atas yakni sebagai berikut:

a. Pola asuh otoriter


 Kelebihan dari pola asuh otoriter, anak menjadi disiplin,
berprestasi.Anak yang dibiasakan dengan pola asuh otoriter menjadi
cenderung terlatih menaati aturan.
 Kekurangan dari pola asuh otoriter yaitu anak dapat mengalami
masalah psikologis seperti depresi, sering merasa takut, minder,
tidak percaya diri, pencemas, anak bisa memberontak karena
merasa terlalu dikekang, bahkan ada yang bisa sampai nekat
bunuh diri karena stres. Hubungan orang tua dan anak-pun
menjadi tidak hangat seprti menjadi kaku.
b. Pola asuh demokratis
 Kelebihan pola asuh demokrasi pola asuh ini membangun
kedekatan emosional antar orang tua dengan anak dan
menimbulkan keharmonisan dalam keluarga, anak merasa tidak
terkekang dalam bertidak namun tetap ada batasan yang jelas.
Pola asuh ini sangat cocok di terpakan kepada anak usia 6-12
tahun.
 Kekurangan pola asuh demokratis yaitu karena anak usia 6-12
yang diterapkan pola asuh ini kerap sering tertarik pada hal-hal

45
yang baru, maka anak bisa cenderung bosan pada sesuatu yang
monoton.
c. Pola asuh permisif

 Kelebihan pola asuh ini yaitu anak menjadi mandiri, mampu


berpikir secara kreatif dan banyak berinovasi. Anak-anak yang
dibesarkan dengan pola asuh ini umumnya lebih gembira dan
potensi terkena masalah pada psikologisnya lebih kecil.
 Kekurangan pola asuh permisif adalah anak menjadi semena-
mena terhadap aturan yang ada karena terbiasa dibebaskan
keinginannya oleh orang tua. Anak yang di asuh dengan pola
asuh ini cenderung merasa puas dan jarang untuk berambisi,
ketika ia harus bekerja keras untuk bertahan, maka bisa saja ia
lebih memilih untuk memilih jalan yang lebih mudah.
d. Pola asuh situasional
 Kelebihan pola asuh ini adalah orang tua mampu menerapkan
peraturan apapun di rumah dan orang tua pun dapat bersifat
fleksibel terhadap anak.
 Kekurangan pola asuh situasional yaitu dengan penerapan
campuran pola asuh demoratis, otoriter, dan permisif akan
membuat anak memilki pendirian yang tidak stabil.
e. Pola asuh laisses faire
 Kelebihan pola asuh ini yaitu anak terlatih menjadi pribadi
yang tumbuh dengan mandiri.
 Kekurangan pola asuh laisses faire anak bisa tumbuh dengan
masa depan yang tidak terarah dan memiliki karakter yang ia
anut dari lingkungan luar meskipun kadang itu menyalahi
norma yang ada dimasyarakat. karena terlepas kontrol dari

46
pengawasan dan didikan orang tua.(Ira Rauf, 2020).

2.3 Bonding Attachment and Bonding Attunement


A. Bonding Attachment
1. Pengertian Bonding Attachment
Maternal and Neonatal Health : adalah kontak dini secara langsung
antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III
sampai dengan post partum. (Stefanie Milenia dkk, 2020).

2. Tahap-Tahap Bounding Attachment


1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,
menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal
bayinya.
2) Bounding (keterikatan).
3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan
individu lain.. (Gebby golsa, 2020).
3. Elemen-elemen Bonding Attachment
1) Sentuhan-sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif
oleh orangtua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk
mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi
dengan ujung jarinya.
2) Kontak mata. Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orangtua dan bayi akan
menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang.
47
Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka
merasa lebih dekat dengan bayinya
3) Suara. Saling mendengar dan merespon suara antara orangtua dan
bayinya juga penting. Orangtua menunggu tangisan pertama
bayinya dengan tegang.
4) Aroma. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang
unik.Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan
aroma susu ibunya
5) Entrainment. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang
berdansa mengikuti nada suara orangtuanya. Entrainment terjadi
saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan
balik positif kepada orangtua dan menegakkan suatu pola
komunikasi efektif yang positif.
6) Bioritme. Anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan
ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir
adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orangtua dapat
membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten
dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan
perilaku yang responsive. Hal ini dapat meningkatkan interaksi
social dan kesempatan bayi untuk belajar.
7) Kontak dini. Saat ini, tidak ada bukti alamiah yang menunjukkan
bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk
hubungan orangtua-anak. (Stefanie Milenia dkk, 2020).
4. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bonding Attachment
1) Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).

48
2) Sentuhan orang tua pertama kali.
3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orangtua
ke anak.
4) Kesehatan emosional orangtua.
5) Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6) Persiapan Pre-Natal Care sebelumnya.
7) Adaptasi.
8) Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat
anak.
9) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi
rasa nyaman.
10) Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11) Penekanan hal-hal positif.
12) Perawat maternitas khusus (bidan).
13) Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan social dari keluarga,
teman, dan pasangan.
14) Informasi bertahap mengenai bonding attachment. (Gebby golsa,
2020).
5. Keuntungan Bonding Attachment
1) Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan
sikap social.
2) Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi. (Stefanie
Milenia dkk, 2020).
6. Hambatan Bonding Attachmen
1) Kurangnya support system.
2) Ibu dengan resiko (ibu sakit).

49
3) Bayi dengan resiko (bayi premature, bayi sakit, bayi dengan cacat
fisik).
4) Kehadiran bayi yang tidak diinginkan. (Stefanie Milenia dkk,
2020).

B. Bonding Attunement
“Attunement is the ability of a child (or adult) to sync their nervous
systems with another person’s nervous system. It is what children learn
when they cry out of their discomfort and mother picks them up and they
feel soothed. Their heartbeat feels the calmness of the caregiver’s
heartbeat and the two nervous systems begin to sync. Baby is able to
regulate” dengan kata lain Bonding Attunement merupakan kemampuan
seorang anak untuk mensinkronsasikan system syaraf nya dengan system
syaraf orangtua/orang dewasa lainnya. (Stefanie Milenia dkk, 2020)
Attunement dimulai antar anak dan ibu sejak dalam Rahim, saat ibu
mendengarkan detak jantung anak. Setelah lahir, terjadi kontak mata
dengan ibu, interaksi verbal dan perilaku non verbal yang positif, hal
tersebut yang akan memungkinkan otak bayi bertumbuh pada kecepatan
yang optimal. Berkomunikasi dengan kelemah lembutan membuat anak
merasa diterima di dunia.(Gebby golsa, 2020).
Sebagai contoh saat bayi menangis, orangtua perlu mengetahui
apakah ia lapar atau ingin diganti popoknya, karena ia merasa tak
nyaman. Hal ini disebut Attunement, yaitu respons bayi yang terjadi,
karena ia tahu bisa mengandalkan orangtua. Ketika orangtua merespons
dan hadir saat bayinya membutuhkan, artinya orangtua sudah meyakinkan
Si Kecil dan membuatnya merasa aman. Itu artinya, cara orangtua

50
merespons 'permintaan tolong' Si Kecil bisa memengaruhi bonding.
(Stefanie Milenia dkk, 2020).

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Psikologi Perkembangan merupakan bagian dari ilmu psikologi yang
mempelajari tentang perkembangan setiap individu selama rentang
kehidupan. kedudukan psikologi perkembangan sebagai salah satu bidang
psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai
perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa
konsepsi/mengandung (pra-natal) sampai mati. Mengenali Tahap
perkembangan dapat diartikan sebagai fase atau pembabakan rentang
perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola
tingkah laku tertentu.

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak yaitu
bagaimana cara, sikap atau prilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak
termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan
perhatian dan kasih saying serta menunjukkan sikap dan prilaku baik sehingga
dijadikan panutan atau contoh bagi anaknya.

Bonding Attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu


dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post
partum. Sedangkan Bonding Attunement adalah kemampuan seorang anak

51
untuk mensinkronsasikan system syaraf nya dengan system syaraf
orangtua/orang dewasa lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fithri Ajhuri,Kayyis.2019.Psikologi Perkembangan (Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan). Yogyakarta. Penebar Media Pustaka.

Dzafirah, Anizar Ahmad, dan Fitrian. 2019. Pendidikan Kesehatan Keluarga. Pola
Pengasuhan Orangtua Dalam Membona Perilaku Anak Dalam Keluarga Di
Kabupaten Aceh Besar.

Mansur, Herawati. 2020. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika

Sujianti dkk. 2021. BUKU AJAR PSIKOLOGI KEBIDANAN. Jakarta : CV Trans


Info Media

http://hafizazza.blogspot.co.id/2011/05/pengertian-ruanglingkup-manfaat.html, akses
2 januari 2019.

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019), 151

Elfi Yuliana Rochmah, Psikologi Perkembangan (Sepanjang Rentang Hidup),


(Ponorogo: Stain Po Press, 2020)

Rauf Ira 2020.Pola Asuh Orang Tua Di Desa Nggele Terhadap Pembentukan
Karakter Anak
52
Gebby Golsa.2020.Attunement Dimulai Antar Anak Dan Ibu Sejak Dalam Rahim
https://www.scribd.com/document/500423272/Attunement-Dimulai-Aantar-Anak-
Dan-Ibu-Sejak-Dalam-Rahim. (Diakses 24 April 2022)

Milenia Stefanie, Nila Sinta Lutfia.2020.Adaptasi Orangtua, Bonding Attachmant &


Bonding Attucnement, Dan Sibling Rivalry

Aar sumardiono, 2021, Tahap perkembangan Psikososial Manusia.


https://rumahinspirasi .com/8-tahap-perkembangan-psikososial-manusia. Diakses tanggal
22 April 2022

Naisha Pratiwi, 2022, Terapi kognitif Aaron Beck. https://adalah.top/terapi-kognitif-aaron-


beck/. Diakses tanggal 21 April 2022

Lifehack 2022, Aaron Beck teori-Kontribusinya pada psikologi. https://id.lifehackk.com/


aaron-beck-theory-his-contribution-psychology Diakses tanggal 22 April 2022.

Casro Naibaho,2021. Teori perkembangan sosial emosional menurut Erikson.


https://www.delinewstv.com/2021/04/592-teori-perkembangan-sosial-emosional-menurut-
erikson/ diakses tanggal 22 April 2022

Fisipol, 2022. Teori perkembangan psikoseksual anak.


https://fisipol.uma.ac.id/perkembanganteori-dan-perkembangan-anak/#:~:text=Freud
%20mengajukan%20salah%20satu%20teori,memainkan%20peran%20penting%20dalam
%20perkembangannya. Diakses tanggal 22 April 2022

53

Anda mungkin juga menyukai