BAYI
FITRA RHAMADANI
210301501212
PJKR K
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang. ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah…………….............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A.Pengertian Masa Bayi……….............................................................................. 2
B.Aspek Aspek dalam Perkembangan Masa Bayi.................................................. 2
C.Peran Lingkungan Terhadap Perkembngan Bayi..…………………....…………6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 7
Kesimpulan ............................................................................................................. 7
Saran ....................................................................................................................... 7
Daftar Pustaka ...................................................................................................................8
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pada masa bayi?
2. Apa saja aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi?
3. Bagaimana peran lingungan terhadap perkembangan bayi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Rata-rata bayi memiliki empat hingga enam gigi susu. Gigi pertama adalah gigi depan, dan
yang terakhira adalah gigi geraham.[3]
2. Perkembangan Psikologis
Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan pola-pola fundamentalis dan
kebiasaan mengenali wajah orang-orang tertentu. Menurut Piaget, anak hingga umur kurang
lebih 2 tahun belum tampak adanya mediasi dalam arti “aktivitas pikir yang intern”. Semua
tingkah laku anak harus dipikir sebagai hal yang diterima sensori dan suatu reaksi yang
motorik saja. Ahli Psikologi membedakan dua tahap perkembangan intelegensi pada manusia
yaitu sensori motordan tahap konseptual.
3. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan pada masa bayi
pada aspek motorik ini dapat diamati dan terlihat reaksi-reaksi spontan yang berulang
dilakukan dan tidak terkoordinasi. Namun lama-kelamaan terjadi secara efektif. Hal ini
terlihat dari merangkak, berjalan, dan memainkan benda-benda.
Anak-anak yang usianya 4 bulan, jika ditelungkupkan, mencoba-coba mengangkat
kepalanya walaupun hanya beberapa detik. Selanjutnya ia menguasai lengan, tangan, tungkai,
dan kakinya. Kemudian anak yang usia 5 bulan dapat menggerakkan lengannya ke arah
tertentu, kesalahsatu benda yang dilihatnya. Selanjutnya ia menguasai jari-jarinya untuk
memungut benda-benda yang kecil, dan akhirnya ia dapat memegang sesuatu.
Ciri-ciri dari gerakan motorik, yaitu:
a. Gerak dilakukan dengan tidak sengaja, tidak ditujukan untuk maksud-maksud tertentu.
b. Grak yang dilakukan tidak sesuai den gan mengangkat benda.
c. Gerak serta. Sepertia anak yang bermain dengan botol susunya, kelihatan bahwa mulut,
leher dan kepalanya turut bergerak semuanya.
Macam-macam gerakan:
a. Gerakan Instinktif
b. Gerakan Refleks
c. Gerakan spontan (impulsif)
4. Belajar Berjalan
Masa bayi merupakan masa yang penuh dengan latihan-latihan, dan kemajuan yang
dapat dicapainya. Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam belajar berjalan adalah sebagai
berikut:
a. Umur 1 bulan. Bayi hanya bisa mengenal gerak. Setelah umurnya bertambah, ia mulai
melatih menggerak-gerakkan tubuhnya.
b. Umur 2 bulan. Ia menggerakkan dan memutarkan kepalanya dengan susah payah.
c. Umur 3 bulan. Ia belajar membalikkan badannya, tetapi setelah tertelungkup, seluruh
badan dan mukanya terbenam di atas pembaringannya.
d. Umur 4 bulan. Pada waktu tertelungkap, ia mencoba mendongakkan kepalanya sedikit
walaupun dalam waktu yang singkat sekali.
e. Umur 5 bulan. Setelah mmapu menegakkan kepalanya, ia mencoba mengangkat dadanya
dengan menopangkan kedua kaki dan tangannya.
3
f. Umur 6 bulan. Sudah ada keinginan untuk merangkak. Jika ia sedang menelungkup, dan
ibu meletakkan mainan di depannya, ia menggerakkan kaki dan tangannya seolah-olah
berenang, tetapi hasilnya belum tercapai karena otot-ototnya belum terlalu kuat. Dengan
bantuan sedikit diangkat badannya, ia dapat bergerak maju sedikit.
g. Umur 7 bulan. Ia dapat duduk sendiri dan berbaring berbalik-balik.
h. Umur 8 bulan. Ia dibantu belajar berdiri.
i. Umur 9 bulan. Ia dapat berdiri sendiri sambil berpegangan pada sisi meja dan kursi.
j. Umur 10 bulan. Jika otot-ototnya sudah cukup kuat serta srafnya cukup matang, ia
memulai melatih merangkak.
k. Umur 11 bulan. Ia belajar merambat dengan berpegangan pada perabot rumah tangga.
l. Umur 12 bulan. Ia mencoba berdiri sendiri. Selanjutnya ia dapat berjalan sendiri.[4]
5. Perkembangan Emosi
Emosi yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan perubahan-perubahan
fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi mengekspresikan sebagian emosi jauh lebih
awal dibandingakan dengan beberapa emosi lain, lalu mengekspresikan dengan rinci dus
perilaku ekspresif emosional yang penting. Pada emosional yang lazim pada bayi meliputi
kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.[5] Tahap perkembangan emosi bayi
meliputi:
a. Usia 0,0-8 minggu
Kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi (impulsif). Emosi anak sangat bertalian dengan
perasaan kualitas perasaan: senang (like) dan tidak senang (dislike) jasmaniyah.
b. Usia 8 minggu – 1 tahun
Pada usia ini perasaan psikis sudah mulai berkembang. Anak merasa senang (tersenyum)
apabila melihat mainan yang digantungkan di depan matanya, atau melihat orang yang telah
dikenalnya. Tidak merasa senang (menangis) terhadap benda, situasi ataau orang asing
(menangis apabila dipangku oleh orang yang tidak dikenalnya). Pada fase ini, perasaan anak
mengalami diferensiasi (penguraian).
c. Usia 1,0 tahun – 3,0 tahun
Pada usia ini, perkembangan emosinya yaitu,
1) Emosinya sudah mulai terarah padasesuatu (orang, benda atau makhluk lain).
2) Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai pada usia 2 tahun maka anak
dapat menyatakan perasaannya dengan menggunakan bahasa.
3) Sifat-sifat perasaan anak pada fase ini:
a) Labil, artinya mudah kembali berubah.
b) Mudah tersulut tetapi tidak bertahan lama dan sifatnya dangkal.
Pada usia ini perkembanga rasa sosial lebih jelas lagi karena dapat dinyatakan dengan bahasa,
seperti mengajak, menyatakan simpati atau antipati, rasa tidak setuju, menolak atau
menentang, dan sebagainya. Karena emosi anak memungkinkan dapat dipengaruhi maka
anak dapat turut menyayangi, mengasihi ataupun membenci sesuatu. Hal ini merupakan
benih untuk timbulnya rasa sayang, benci, atau simpati terhadap sesuatu (seseorang).[6]
6. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Piaget menanamkan tahap
perkembangan ini tahap “sensomotorik”. Selama masa bayi, kapasitas intelektual atau
4
kognitif seseorang telah mengalami perkembangan. Tahap sensomotorik berlang sung dari
kelahiran hingga kira-kira 2 tahun. Selama tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan
kemajuan pesat dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru
lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat indranya,
melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-
gerak refleks.
Dengan berfungsinya alat-alat indra serta kemampuan melakukan gerakan-gerakan
motorik dalam bentuk refleks-refleks, bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan
hubungan dengan dunia sekitarnya. Jadi, pada permulaan tahap sensorimotorik, bayi
memiliki lebih dari sekadar refleks yang digunakan untuk mengkoordinasikan pikiran dengan
tindakan. Pada akhir tahap ini, ketika anak berusia 2 tahun, poal-pola sensorimtoriknya
semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif.[7]
7. Perkembangan Bahasa
Ada tiga bentuk prabahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa,
yakni menangis, mengoceh, dan isyarat. Menangis adalah lebih penting karena merupakan
dasar bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti
bahasa, sedangkan pada anak yang lebih tua atau orang dewasa, isyarat dipakai sebagai
pelengkap bahasa. Karena bahasa dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu
memperoleh model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.
Bayi memilki bahasa yang berbeda dengan bahasa orang dewasa. Sebelum mencapai
kemampuan berbicara seperti orang dewasa, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Tahap-
tahap yang dilalui adalah:
a. Cooing (menggumam)
b. Babbling
c. One-word utterance
d. Two word-utterance dan telegraphic speechi
e. Basic adult setence structure.[8]
8. Perkembangan Bermain
Bemain atau setiap kegiatan yang menimbulkan kesenangan, dimulai dalam bentuk
sederhana pada masa bayi. Bermain pada masa ini terutama terdiri dari gejala-gejala gerakan
motorik yang tidak menentu dan perangsangan organ-organ keindraan. Permainan pada masa
bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai dengan tidak adanya aturan-aturan dan lebih
bersifat bermain sendiri daripada orang lain.
Pada masa anak pada usia tiga bulan, penguasaan tangan–tangan telah sedemikian
berkembang sehingga memungkinkan dia dapat bermain dengan boneka, atau mainan-mainan
lainnya. Pada masa ini juga, anak merasakan kegembiaannya atau kesenangannyadenagn
membalikan badannya dari satu sisi ke sisi lainnya, menendang-nendang, dan memperhatikan
gerakan-gerakan tangannya. Pada usia tahun kedua, permainannya sudah mulai teratur dan
boneka dipakai untuk berbagai macam kegiatan permainan. Ciri khas pada usia ini adalah
permainannya banyak melibatkan kegiatan-kegiatan berjalan, melemparkan dan memungut
kembali benda-benda (seperti bola), dan memasukkan atau mengeluarkan benda-benda dari
tempatnya.
9. Perkembangan Kepribadian
5
Pada masa ini masih berkembang sikap egosentir. Ini berarti bahwa anak memandang
segala sesuatu dilihat dari sudut pandang sendiri, dan ditujukan untuk kepentingan dirinya
sendiri. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak menghiraukan kepentingan orang
lain. Ia adalah raja atau ratu kecil yang hanya memerintah dunia akhirat.
Sikap egosentris ini mempengaruhi sikap sosialnya, seperti:
a. Semua orang harus melayani dirinya.
b. Semua orang harus tundukpada kehendaknya.
c. Segala sesuatu yang dikehendakinya harus ada dan harus dipenuhinya.
Sikap-sikap yang tampaknya tidak baik ini merupakan keadaan yang normal atau wajar
bagi perkembangan usia bayi karena masa ini masih sangatdikuasai nalurinya (bersifat
impulsif), dan kemampuan berpikirnya belum cukup berkembang.
6
kesimpulan sederhana berdasarkan pengalaman-pengalaman serupa yang dilihat ada
hubungannya. Pengertian pertama pada bayi tentang objek yang diperolah melalui penjelasan
sensoriknya seperti melihat, meraba, mencium, dan mengecap.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode kehidupan
yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi
terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi baru lahir. Perilaku
bayi pada mulanya berkaitan dengan perilaku menyusu dan perilaku
pembuangan (elimination behavior). Dalam perkembangan bayi oleh beberapa pakar,
dikemukakan bahwa perilaku tersebut dikaitkan dengan kepribadian oral dan anal pada
kepribadian dewasa. Motif akan muncul dari kebutuhan-kebutuhan melalui proses belajar.
Aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi yaitu: fisik, psikologis, motorik,
belajar berjalan, perkembangan bahasa, emosi, kognitif dan moral.
Lingkungan sangat berperan sekali dalam perkembangan bayi. Oleh karena itu, orang
tua sebagai lingkungan pertama harus bisa memberikan kasih saying yang tulus dan
mengurus bayi dengan sebaik mungkin supaya perkembangan bayi tidak terganggu dan bisa
sempurna karena bayi sangat tidak berdaya dan lemah.
B. Penutup
Demikianlah makalah ini disampaikan, penulis tahu masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, R.C. & Medinnus, G.R. 1974. Child Psychology Behavior and
Development. Canada:Wiley.
Mistretta, C & Bradley, R. 1985. “Development of the Sense of Teste”. Dalam E. Blass
(Ed). Handbook of Behavioral Neurobiology. New york: Plenum Press.
Muir,D. & Field. J. 1979. “Newborn Infants Orient to Sounds”.Child Development hal 431-436.
Myers, David G. 1996. Exploring Psychology. New York:Worth Publishers.
Rosentein, D & Oster, H. 1988. “Differential Facial Responses to Four Basic Tastes in New-
Borns”. Child Development. 59:1555-1568.
Seifert, K.L. dan Hoffnung, R.J. 1994. Child and Adolescent Development. Boston: Hughton
Mifflin Company.
Santrock, Johm W. 1998. Child Development (8th ed). Boston: Massachusetts, dsb: McGraw Hill
Companies.
Zigler, Edward F. Dan Stevenson, Matia Finn. 1993. Children in a Changing World:Development
and Social Issues. Chalifornia: Brooks/Cole Publishing Company, Pacific Grove.