Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERKEMBANGAN FISIK PADA

BAYI

FITRA RHAMADANI

210301501212

PJKR K

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 5 Maret 2022

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang. ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah…………….............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A.Pengertian Masa Bayi……….............................................................................. 2
B.Aspek Aspek dalam Perkembangan Masa Bayi.................................................. 2
C.Peran Lingkungan Terhadap Perkembngan Bayi..…………………....…………6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 7
Kesimpulan ............................................................................................................. 7
Saran ....................................................................................................................... 7
Daftar Pustaka ...................................................................................................................8

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses perkembangan jasmani dan perkembangan rohani sudah dimulai sejak anak di
dalam kandungan, biasanya Sembilan bulan lamanya. Jadi perkembangan bukan dimulai saat
lahirnya. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50% dan kemampuan itu akan
terus bertambah sampai dengan umur 5 tahun. Perkemngan rohani tak dapat diselidiki
terlepas dari perkembangan jasmani. Sungguhpun ada perbedaan antara keduanya, perbedaan
itu tidak selalu perlu apalagi pada seorang bayi. Pada saat lahir yang dapat dilakukan bayi
ialah menggerakkan bibir dan lidahnya berupa gerakan menghisap dan meludah.
Pada saat lahirnya, bayi yang satu menunjukkan perbedaan-perbedaan dengan bayi
lainnya, perbedaan keadaan tubuh dan perbedaan kesanggupan. Dalam hal keadaan tubuh
umpamanya berbeda beratnya, panjangnya, rambutnya, dan sebagainya. Dalam hal
kesanggupan umpamanya dapat menentang cahaya, dapat menggenggam, menangis untuk
menyatakan pesan tak senang, dan sebagainya. Sedangkan bayi lain baru memperhatikan
kesanggupan semacam itu setelah ia berumur beberapa hari.
Bayi merupakan makhluk yang perlu dilindungi. Semua kebutuhannya harus dipenuhi
seperti yang diinginkan, tetapi ia belum pandai menyatakan keinginan itu. Ia hanya pandai
menangis. Bila ibu mendengar bayinya menangis, ibu yang pertama kali mempunyai bayi
tentu merasa bingung, tidak mengerti apa yang harus diperbuatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pada masa bayi?
2. Apa saja aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi?
3. Bagaimana peran lingungan terhadap perkembangan bayi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Bayi


Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode kehidupan
yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi
terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi baru lahir.[1]
Pada masa ini bayi mengalami kemajuan dalam hal ketergantunggan total pada orang
lain menuju ke otonomi yang relative dari determinasi diri. Pertumbuhan, perkembangan,
kematangan dan belajar menghasilkan perubahan perilaku yang besar sekali pada masa bayi.
Pada masa akhir ini ia masih bisa berdiri dan berjalan.
Anak juga mulai belajar berbicara dari satu kata sampai beberapa kata yang
membentuk kalimat. belajar berbicara dilakukan dengan mendengarkan dan kemudian meniru
(imitasi) orang lain berbicara. Perkembangan bicara banyak dipengaruhi oleh perasangan
sosial, imitasi, belajar dari anak yang lebih besar dan orang dewasa di lingkungannya.
Perkembangan kepribadian juga dimulai sejak anak masih kecil. Anak harus dididik sesuai
dengan cara-cara perilakunya kelak, agar sudah terbiasa dengan kebiasaan tertentu.
Pembentukan perilaku yang di mulai sejak dini akan menjadi dasar bagi anak dalam
menghadapi masalah di kemudian hari. Pembentukan kebiasaan, perilaku disiplin, kejujuran,
singkatnya perilaku yang baik akan mengurangi ketegangan dalam menghadapi konflik.
Perilaku bayi pada mulanya berkaitan dengan perilaku menyusu dan perilaku
pembuangan (elimination behavior). Dalam perkembangan bayi oleh beberapa pakar,
dikemukakan bahwa perilaku tersebut dikaitkan dengan kepribadian oral dan anal pada
kepribadian dewasa. Motif akan muncul dari kebutuhan-kebutuhan melalui proses belajar.
Kebutuhan-kebutuhan menjadi terperinci dan cara memenuhi kebutuhan akan mengarah ke
pola pribadi dalam usaha memuaskannya menjadi corak perilaku dan ciri-ciri khasnya.
Kegiatan anak sendiri dan hubungan dengan orang dewasa akan memunculkan
motivasi positif dan negative yang lain. Karena itu dalam perkembangan kepribadian anak,
adanya orang dewasa, merupakan faktor penting dalam peran gandanya baik sebagai pribadi
teladan untuk ditiru maupun sebagai pribadi yang mengarahkan. Pada masa bayi, banyak
perubahan diperoleh melalui kematangan dan belajar. Dalam respons belajar ini antara lain
terjadi melalui respons bersyarat, respons dialihkan ke situasi perangsangan yang baru,
contoh : Bayi menangis karena lapar. Oleh ibunya diberi susu sambil ditimang-timang, lalu
bayi menjadi tenang. Selanjutnya bayi menangis apabila merasa kesepian, ibu menimang-
nimangnya lalu bayi menjadi tenang. Bayi menjadi tenang sebagai respons terhadap
perlakuan ibu yang menimangnnya.
Sikap emosional banyak dipelajari dengan cara ini yakni anak belajar dari
interaksinya dengann lingkungannya. Sesudah perkembangan fisik tertentu tercapai,
perkembangan bicara, motorik, ciri kepribadian menghasilkan seorang anak yang sudah
kehilangan penampilan sebagai seorang bayi, siap memasuki masa balita.[2]

B. Aspek-Aspek dalam Perkembangan Masa Bayi


1. Perkembangan Fisik
Pada masa bayi, perkembangan fisik secara jelas dapat diamati pada enam bulan
Pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat. Tahun pertama peningkatan lebih kepada
berat dan tinggi badan. Selama tahu kedua terjadi penurunan, selain itu yang berkembang
ialah proporsi, tulang, otot dan lemak, bangun tubuh, gigi, susunan saraf, dan organ perasa.

2
Rata-rata bayi memiliki empat hingga enam gigi susu. Gigi pertama adalah gigi depan, dan
yang terakhira adalah gigi geraham.[3]

2. Perkembangan Psikologis
Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan pola-pola fundamentalis dan
kebiasaan mengenali wajah orang-orang tertentu. Menurut Piaget, anak hingga umur kurang
lebih 2 tahun belum tampak adanya mediasi dalam arti “aktivitas pikir yang intern”. Semua
tingkah laku anak harus dipikir sebagai hal yang diterima sensori dan suatu reaksi yang
motorik saja. Ahli Psikologi membedakan dua tahap perkembangan intelegensi pada manusia
yaitu sensori motordan tahap konseptual.

3. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan pada masa bayi
pada aspek motorik ini dapat diamati dan terlihat reaksi-reaksi spontan yang berulang
dilakukan dan tidak terkoordinasi. Namun lama-kelamaan terjadi secara efektif. Hal ini
terlihat dari merangkak, berjalan, dan memainkan benda-benda.
Anak-anak yang usianya 4 bulan, jika ditelungkupkan, mencoba-coba mengangkat
kepalanya walaupun hanya beberapa detik. Selanjutnya ia menguasai lengan, tangan, tungkai,
dan kakinya. Kemudian anak yang usia 5 bulan dapat menggerakkan lengannya ke arah
tertentu, kesalahsatu benda yang dilihatnya. Selanjutnya ia menguasai jari-jarinya untuk
memungut benda-benda yang kecil, dan akhirnya ia dapat memegang sesuatu.
Ciri-ciri dari gerakan motorik, yaitu:
a. Gerak dilakukan dengan tidak sengaja, tidak ditujukan untuk maksud-maksud tertentu.
b. Grak yang dilakukan tidak sesuai den gan mengangkat benda.
c. Gerak serta. Sepertia anak yang bermain dengan botol susunya, kelihatan bahwa mulut,
leher dan kepalanya turut bergerak semuanya.

Macam-macam gerakan:
a. Gerakan Instinktif
b. Gerakan Refleks
c. Gerakan spontan (impulsif)

4. Belajar Berjalan
Masa bayi merupakan masa yang penuh dengan latihan-latihan, dan kemajuan yang
dapat dicapainya. Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam belajar berjalan adalah sebagai
berikut:
a. Umur 1 bulan. Bayi hanya bisa mengenal gerak. Setelah umurnya bertambah, ia mulai
melatih menggerak-gerakkan tubuhnya.
b. Umur 2 bulan. Ia menggerakkan dan memutarkan kepalanya dengan susah payah.
c. Umur 3 bulan. Ia belajar membalikkan badannya, tetapi setelah tertelungkup, seluruh
badan dan mukanya terbenam di atas pembaringannya.
d. Umur 4 bulan. Pada waktu tertelungkap, ia mencoba mendongakkan kepalanya sedikit
walaupun dalam waktu yang singkat sekali.
e. Umur 5 bulan. Setelah mmapu menegakkan kepalanya, ia mencoba mengangkat dadanya
dengan menopangkan kedua kaki dan tangannya.

3
f. Umur 6 bulan. Sudah ada keinginan untuk merangkak. Jika ia sedang menelungkup, dan
ibu meletakkan mainan di depannya, ia menggerakkan kaki dan tangannya seolah-olah
berenang, tetapi hasilnya belum tercapai karena otot-ototnya belum terlalu kuat. Dengan
bantuan sedikit diangkat badannya, ia dapat bergerak maju sedikit.
g. Umur 7 bulan. Ia dapat duduk sendiri dan berbaring berbalik-balik.
h. Umur 8 bulan. Ia dibantu belajar berdiri.
i. Umur 9 bulan. Ia dapat berdiri sendiri sambil berpegangan pada sisi meja dan kursi.
j. Umur 10 bulan. Jika otot-ototnya sudah cukup kuat serta srafnya cukup matang, ia
memulai melatih merangkak.
k. Umur 11 bulan. Ia belajar merambat dengan berpegangan pada perabot rumah tangga.
l. Umur 12 bulan. Ia mencoba berdiri sendiri. Selanjutnya ia dapat berjalan sendiri.[4]

5. Perkembangan Emosi
Emosi yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan perubahan-perubahan
fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi mengekspresikan sebagian emosi jauh lebih
awal dibandingakan dengan beberapa emosi lain, lalu mengekspresikan dengan rinci dus
perilaku ekspresif emosional yang penting. Pada emosional yang lazim pada bayi meliputi
kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.[5] Tahap perkembangan emosi bayi
meliputi:
a. Usia 0,0-8 minggu
Kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi (impulsif). Emosi anak sangat bertalian dengan
perasaan kualitas perasaan: senang (like) dan tidak senang (dislike) jasmaniyah.
b. Usia 8 minggu – 1 tahun
Pada usia ini perasaan psikis sudah mulai berkembang. Anak merasa senang (tersenyum)
apabila melihat mainan yang digantungkan di depan matanya, atau melihat orang yang telah
dikenalnya. Tidak merasa senang (menangis) terhadap benda, situasi ataau orang asing
(menangis apabila dipangku oleh orang yang tidak dikenalnya). Pada fase ini, perasaan anak
mengalami diferensiasi (penguraian).
c. Usia 1,0 tahun – 3,0 tahun
Pada usia ini, perkembangan emosinya yaitu,
1) Emosinya sudah mulai terarah padasesuatu (orang, benda atau makhluk lain).
2) Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai pada usia 2 tahun maka anak
dapat menyatakan perasaannya dengan menggunakan bahasa.
3) Sifat-sifat perasaan anak pada fase ini:
a) Labil, artinya mudah kembali berubah.
b) Mudah tersulut tetapi tidak bertahan lama dan sifatnya dangkal.
Pada usia ini perkembanga rasa sosial lebih jelas lagi karena dapat dinyatakan dengan bahasa,
seperti mengajak, menyatakan simpati atau antipati, rasa tidak setuju, menolak atau
menentang, dan sebagainya. Karena emosi anak memungkinkan dapat dipengaruhi maka
anak dapat turut menyayangi, mengasihi ataupun membenci sesuatu. Hal ini merupakan
benih untuk timbulnya rasa sayang, benci, atau simpati terhadap sesuatu (seseorang).[6]

6. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Piaget menanamkan tahap
perkembangan ini tahap “sensomotorik”. Selama masa bayi, kapasitas intelektual atau

4
kognitif seseorang telah mengalami perkembangan. Tahap sensomotorik berlang sung dari
kelahiran hingga kira-kira 2 tahun. Selama tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan
kemajuan pesat dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru
lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat indranya,
melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-
gerak refleks.
Dengan berfungsinya alat-alat indra serta kemampuan melakukan gerakan-gerakan
motorik dalam bentuk refleks-refleks, bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan
hubungan dengan dunia sekitarnya. Jadi, pada permulaan tahap sensorimotorik, bayi
memiliki lebih dari sekadar refleks yang digunakan untuk mengkoordinasikan pikiran dengan
tindakan. Pada akhir tahap ini, ketika anak berusia 2 tahun, poal-pola sensorimtoriknya
semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif.[7]

7. Perkembangan Bahasa
Ada tiga bentuk prabahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa,
yakni menangis, mengoceh, dan isyarat. Menangis adalah lebih penting karena merupakan
dasar bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti
bahasa, sedangkan pada anak yang lebih tua atau orang dewasa, isyarat dipakai sebagai
pelengkap bahasa. Karena bahasa dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu
memperoleh model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.
Bayi memilki bahasa yang berbeda dengan bahasa orang dewasa. Sebelum mencapai
kemampuan berbicara seperti orang dewasa, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Tahap-
tahap yang dilalui adalah:
a. Cooing (menggumam)
b. Babbling
c. One-word utterance
d. Two word-utterance dan telegraphic speechi
e. Basic adult setence structure.[8]

8. Perkembangan Bermain
Bemain atau setiap kegiatan yang menimbulkan kesenangan, dimulai dalam bentuk
sederhana pada masa bayi. Bermain pada masa ini terutama terdiri dari gejala-gejala gerakan
motorik yang tidak menentu dan perangsangan organ-organ keindraan. Permainan pada masa
bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai dengan tidak adanya aturan-aturan dan lebih
bersifat bermain sendiri daripada orang lain.
Pada masa anak pada usia tiga bulan, penguasaan tangan–tangan telah sedemikian
berkembang sehingga memungkinkan dia dapat bermain dengan boneka, atau mainan-mainan
lainnya. Pada masa ini juga, anak merasakan kegembiaannya atau kesenangannyadenagn
membalikan badannya dari satu sisi ke sisi lainnya, menendang-nendang, dan memperhatikan
gerakan-gerakan tangannya. Pada usia tahun kedua, permainannya sudah mulai teratur dan
boneka dipakai untuk berbagai macam kegiatan permainan. Ciri khas pada usia ini adalah
permainannya banyak melibatkan kegiatan-kegiatan berjalan, melemparkan dan memungut
kembali benda-benda (seperti bola), dan memasukkan atau mengeluarkan benda-benda dari
tempatnya.

9. Perkembangan Kepribadian

5
Pada masa ini masih berkembang sikap egosentir. Ini berarti bahwa anak memandang
segala sesuatu dilihat dari sudut pandang sendiri, dan ditujukan untuk kepentingan dirinya
sendiri. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak menghiraukan kepentingan orang
lain. Ia adalah raja atau ratu kecil yang hanya memerintah dunia akhirat.
Sikap egosentris ini mempengaruhi sikap sosialnya, seperti:
a. Semua orang harus melayani dirinya.
b. Semua orang harus tundukpada kehendaknya.
c. Segala sesuatu yang dikehendakinya harus ada dan harus dipenuhinya.
Sikap-sikap yang tampaknya tidak baik ini merupakan keadaan yang normal atau wajar
bagi perkembangan usia bayi karena masa ini masih sangatdikuasai nalurinya (bersifat
impulsif), dan kemampuan berpikirnya belum cukup berkembang.

10. Perkembangan Moral


Seorang anak yang dilahirkan belum memiliki pengertian tentang apa yang baik atau
tidak baik. Pada masa ini (bayi) tingkah laku anak hampir semuanya didominasi oleh
dorongan naluriyah belaka (impulsif). Oleh karena itu, tingkah laku anak belum bisa dinilai
sebagai tingkah laku bermoral atau tidak moral.
Pada masa ini, anak cenderung suka mengulangi perbuatan yang menyenangkan, dan
tidak mengulangi perbuatan yang menyakitkan (tidak menyenangkan). Dengan melihat
kecenderungan perilaku anak tersebut maka untuk menanamkan konsep-konsep moral pada
anak, sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan anak (seperti dicium, dipeluk,
dan diberi kata-kata pujian),
b. Berilah hukuman, atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang, apabila dia
melakukan perbuatan yang tidak baik.
Apabila perlakuan kepada anak itu dilakukan secara teratur, maka akan tertanam pada
diri anak tentang suatu perbuatan yang mendapat pujian atau diperbolehkan itu adalah
sebagai perbuatan yang baik, sedangkan yang mendatangkan hukuman atau tidak
diperbolehkan itu merupakan perbuatan yang tidak baik.

C. Peran Lingkungan Terhadap Perkembangan Bayi


Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, tidak mempunyai pengertian
tentang apa yang ada dilingkungannya, belum dapat makan, baru punya reflek menghisap dan
menelan. Sebagaimana terlihat pada aspek-aspek perkembangan, tampak bahwa peranan
lingkungan sangat penting. Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama yang
diharapkan dapat:
1. Memberikan ranngsangan agar sensomotornya dapat bereaksi.
2. Memperhatikan kesehatan dan gizi karena bayi belum dapat menolong dirinya sendiri.
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya kemampuan berbicara.
4. Memberikan model tentang konsep moral dan nilai yang benar dan salah.
5. Memberikan pujian atas kemajuan yang mereka capai.
6. Memberikan kebiasaan bermain yang konstruktif.[9]
Kita mengetahui dari berbagai sumber bahwa pengaruh menipulasi lingkungan
memperbesar visual manusia. Secara alami, manusia telah mengalami perkembangan
lingkungan visual yang berbeda, baik melalui penyakit atau perbedaan budaya. Pada awal
tahun pertama. Tingkah laku bayi menunjukkan bahwa ia menafsirkan hal-hal yang baru
berdasarlkan yang lama. Setelah mencapai usia dua tahun, ia telah mampu membuat

6
kesimpulan sederhana berdasarkan pengalaman-pengalaman serupa yang dilihat ada
hubungannya. Pengertian pertama pada bayi tentang objek yang diperolah melalui penjelasan
sensoriknya seperti melihat, meraba, mencium, dan mengecap.[10]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode kehidupan
yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi
terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi baru lahir. Perilaku
bayi pada mulanya berkaitan dengan perilaku menyusu dan perilaku
pembuangan (elimination behavior). Dalam perkembangan bayi oleh beberapa pakar,
dikemukakan bahwa perilaku tersebut dikaitkan dengan kepribadian oral dan anal pada
kepribadian dewasa. Motif akan muncul dari kebutuhan-kebutuhan melalui proses belajar.
Aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi yaitu: fisik, psikologis, motorik,
belajar berjalan, perkembangan bahasa, emosi, kognitif dan moral.
Lingkungan sangat berperan sekali dalam perkembangan bayi. Oleh karena itu, orang
tua sebagai lingkungan pertama harus bisa memberikan kasih saying yang tulus dan
mengurus bayi dengan sebaik mungkin supaya perkembangan bayi tidak terganggu dan bisa
sempurna karena bayi sangat tidak berdaya dan lemah.

B. Penutup
Demikianlah makalah ini disampaikan, penulis tahu masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Brody, L. Zelazo, P & Chaika, H. 1984. “Habituation Dishabituation to Speech in the


Neonate”. Developmental Psychology. 20:114-119.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hurlock, Elizabeth B.1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hetherington, E. Mavis dan Ross D. Parke. 1979. Child Psychology : A Contemporary


Viewpoint. New York:McGrew-Hill.

Johnson, R.C. & Medinnus, G.R. 1974. Child Psychology Behavior and
Development. Canada:Wiley.

Mar’at, Samsunuwiyati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mistretta, C & Bradley, R. 1985. “Development of the Sense of Teste”. Dalam E. Blass
(Ed). Handbook of Behavioral Neurobiology. New york: Plenum Press.

Muir,D. & Field. J. 1979. “Newborn Infants Orient to Sounds”.Child Development hal 431-436.
Myers, David G. 1996. Exploring Psychology. New York:Worth Publishers.

Rosentein, D & Oster, H. 1988. “Differential Facial Responses to Four Basic Tastes in New-
Borns”. Child Development. 59:1555-1568.

Seifert, K.L. dan Hoffnung, R.J. 1994. Child and Adolescent Development. Boston: Hughton
Mifflin Company.

Santrock, Johm W. 1998. Child Development (8th ed). Boston: Massachusetts, dsb: McGraw Hill
Companies.

1995. Life-Span Development (5th ed). Medison:Wm.C.Brown dan Bencmark, Inc.

Zigler, Edward F. Dan Stevenson, Matia Finn. 1993. Children in a Changing World:Development
and Social Issues. Chalifornia: Brooks/Cole Publishing Company, Pacific Grove.

Anda mungkin juga menyukai