Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A. Latar Belakan ..................................................................................................... 1

C. RumusanMasalah .. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2

A. Pengertian.......................................................................................................... 2
B. Faktor Faktor Perkembangan Psikologi Usia SD ......................................... 3
C. Aspek Aspek Perkembangan Psikologi Usia SD ............................................ 2
D. Ciri Ciri Perkembangan Psikologi Usia SD ................................................... 5
E. Peran Guru Dalam Menstimulasi Perkembangan Psikologi Usia SD ............... 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada beberapa karakteristik / psikologi anak di usia Sekolah Dasar yang perlu
diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat
Sekolah Dasar(SD). Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang
sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik
mengetahui perkembangan psikologi siswanya. Selain perkembangan psikologi yang
perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan peserta didik. pemahaman terhadap
perkembangan psikologi peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat
dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk
menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa, sekolah dan guru seyogyanya dapat menyediakan dan
memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian perkembangan diri
siswa.
Di samping memperhatikan karakteristik anak, implikasi pendidikan dapat
juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat
diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah
tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan
individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah
keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam
melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh
masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perkembangan psikologi usia SD?
2. Apa saja faktor faktor perkembangan psikologi usia SD?
3. Apa saja aspek aspek perkembangan psikologi usia SD?
4. Bagaimana ciri ciri perkembangan psikologi usia SD?
5. Apa peran guru dalam menstimulasi perkembangan psikologi usia SD?

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Psikologi / karakter menurut Puerwadarminta adalah watak, tabiat atau sifat-sifat
kejiwaansedang menurut IR Pedjawijatna mengemukakan karakter atau watak adalah
seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan beberapa pengertian
tersebut dapat penulis katakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan semua
watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap
saat. Sehingga dengan demikian, karena watak dan perbuatan manusia yang tidak
akan lepas dari kondrat, dan sifat , serta bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak
heran jika bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda. Adapun bentuk dan karakter
siswa SD khususnya adalah dapat di uraikan sebagai berikut.

B. Faktor Faktor Perkembangan Psikologi Usia SD


1. Faktor Internal
adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu yang keberadaanya
memengaruhi dinamika perkembangan. yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu
sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut
mengembangkan diri sendiri.
2. Faktor Eksternal
Adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu yang keberadaanya
mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan. yaitu faktor yang datang dari luar
diri siswa yang meliputi lingkungan dan pengalaman, khususnya lingkungan
pendidikan.

C. Aspek Aspek Perkembangan Psikologi Usia SD


1. Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik

a. Perkembangan fisik

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan).
Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956)

ii
mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1)
Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2)
Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3)
Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,
seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) Struktur
Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

2. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitis

a. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.


Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan
perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan
sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan,
lukisan, dan mimik muka.

Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan.


Bahasa merupakan anugerah dari Allah Swt, yang dengannya manusia dapat
mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta
mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengembangkan
budayanya.

Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu.


Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu
kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.

b. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing,


berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan
selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau
wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan

ii
masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan
ranah rasa (Chaplin, 1972).

Sebagian besar psikolog terutama kognitivis (ahli psikologi kognitif)


berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak
ia baru lahir. Bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yakni kapasitas motor
dan kapasitas sensori seperti yang telah penyusun uraikan di muka, ternyata sampai
batas tertentu, juga dipengaruhi oleh aktivitas ranah kognitif. Pada poin 1 bagian ini
telah penyusun utarakan, bahwa campur tangan sel-sel otak terhadap perkembangan
bayi baru dimulai setelah ia berusia 5 bulan saat kemampuan sensorinya (seperti
melihat dan mendengar) benar-benar mulai tampak.

Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif


sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendaya unakan kapasitas motor dan
sensorinya. Hanya, cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif
tersebut tentu masih belum jelas benar. Argumen yang dikemukakan para ahli
mengenai hal mi antara lain ialah bahwa kapasitas sensori dan jasmani seorang bayi
yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktivitas pengendalian sel-sel
otak bayi tersebut. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau
berkelainan otak, kecil sekali kemungkinan bayi tersebut dapat mengotomatisasikan
refleks-refieks motorde dan daya-daya sensorinya. Otomatisasi refleks dan sensori,
menurut para ahli, tidak pernah terlepas sama sekali dan aktivitas ranah kognitif,
sebab pusat refleks sendiri terdapat dalam otak, sedangkan otak adalah pusat ranah
kognitif manusia.

Selanjutnya, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dari anak,
Jean Piaget (sebut: Jin Piasye), yang hidup antara tahun 1896 sampai tahun 1980,
mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan.

1. Tahap sensory-motor yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun.

2. Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
2-7 tahun.

ii
3. Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun

4. Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada


usia 11-15 tahun (Daehler & Bukatko, 1985; Best, 1989; Anderson, 1990).

b. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah
kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis
manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).

Sebagian besar psikolog terutama kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan


bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir.
Bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yakni kapasitas motor dan kapasitas
sensori seperti yang telah penyusun uraikan di muka, ternyata sampai batas tertentu,
juga dipengaruhi oleh aktivitas ranah kognitif. Pada poin 1 bagian ini telah penyusun
utarakan, bahwa campur tangan sel-sel otak terhadap perkembangan bayi baru
dimulai setelah ia berusia 5 bulan saat kemampuan sensorinya (seperti melihat dan
mendengar) benar-benar mulai tampak.

Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif


sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendaya unakan kapasitas motor dan
sensorinya. Hanya, cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif
tersebut tentu masih belum jelas benar. Argumen yang dikemukakan para ahli
mengenai hal mi antara lain ialah bahwa kapasitas sensori dan jasmani seorang bayi
yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktivitas pengendalian sel-sel
otak bayi tersebut. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau
berkelainan otak, kecil sekali kemungkinan bayi tersebut dapat mengotomatisasikan
refleks-refieks motorde dan daya-daya sensorinya. Otomatisasi refleks dan sensori,
menurut para ahli, tidak pernah terlepas sama sekali dan aktivitas ranah kognitif,

ii
sebab pusat refleks sendiri terdapat dalam otak, sedangkan otak adalah pusat ranah
kognitif manusia.

Selanjutnya, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dari anak,
Jean Piaget (sebut: Jin Piasye), yang hidup antara tahun 1896 sampai tahun 1980,
mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan.

1. Tahap sensory-motor yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun.

2. Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
2-7 tahun.

3. Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun

4. Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada


usia 11-15 tahun (Daehler & Bukatko, 1985; Best, 1989; Anderson, 1990).

b. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah
kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis
manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).

Sebagian besar psikolog terutama kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan


bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir.
Bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yakni kapasitas motor dan kapasitas
sensori seperti yang telah penyusun uraikan di muka, ternyata sampai batas tertentu,
juga dipengaruhi oleh aktivitas ranah kognitif. Pada poin 1 bagian ini telah penyusun
utarakan, bahwa campur tangan sel-sel otak terhadap perkembangan bayi baru

ii
dimulai setelah ia berusia 5 bulan saat kemampuan sensorinya (seperti melihat dan
mendengar) benar-benar mulai tampak.

Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif sudah
mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendaya unakan kapasitas motor dan
sensorinya. Hanya, cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif
tersebut tentu masih belum jelas benar. Argumen yang dikemukakan para ahli
mengenai hal mi antara lain ialah bahwa kapasitas sensori dan jasmani seorang bayi
yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktivitas pengendalian sel-sel
otak bayi tersebut. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau
berkelainan otak, kecil sekali kemungkinan bayi tersebut dapat mengotomatisasikan
refleks-refieks motorde dan daya-daya sensorinya. Otomatisasi refleks dan sensori,
menurut para ahli, tidak pernah terlepas sama sekali dan aktivitas ranah kognitif,
sebab pusat refleks sendiri terdapat dalam otak, sedangkan otak adalah pusat ranah
kognitif manusia.

Selanjutnya, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dari anak,
Jean Piaget (sebut: Jin Piasye), yang hidup antara tahun 1896 sampai tahun 1980,
mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan.

1. Tahap sensory-motor yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun.

2. Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
2-7 tahun.

3. Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun

4. Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada


usia 11-15 tahun (Daehler & Bukatko, 1985; Best, 1989; Anderson, 1990).

3. Perkembangan Perilaku Sosial, dan Moralitas

a. Perkembangan Perilaku sosial

Secara potensial (fitriah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon


politicon), kata Plato.

ii
Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada dalam interaksi
dengan lingkungan manusia-manusia lain (ingat kisah Singh Zingh di India dan Itard
di Perancis, bayi yang disusui dan dibesarkan binatang tidak dapat dididik kembali
untuk menjadi manusia biasa).

1) Proses sosialisasi dan perkembangan sosial

Secepat individu menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka
mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogianya ia perbuat
seperti yang diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi makhluk sosial
ini disebut sosialisasi.

Loree (1970:86) dengan menyitir pendapat English & English (1958) menjelaskan
lebih lanjut bahwa sosialisasi itu merupakan suatu proses di mana individu
(terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial
terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelornpoknya); belajar bergaul
dengan dan bertingkah laku seperti orang lain, bertingkah laku di dalam
lingkungan sosio-kulturalnya.

Perkembangan sosial, dengan demikian dapat diartikan sebagai sequence dari


perubahan yang bersinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi rnakhluk
sosial yang dewasa. Charlotte Buhier mengidentifikasikan perkembangan sosial
ini dalam term kesadaran hubungan aku engkau atau hubungan subjektif-objektif.
Proses perkembangannya berlangsung secara berirama.

2) Kecenderungan Pola Orientasi Sosial

Branson (Loree, 1970:87-89) mengidentifikasi berdasarkan hasil studi


longitudinalnya terhadap anak usia 5-16 tahun bahwa ada tiga pola kecenderungan
sosial pada anak, ialah (1) withdrawal-expansive, (2) reactivity-placidity dan
passivity-dominance. Kalau seseorang telah memperhatikan orientasinya pada
salah satu pola tersebut, maka cenderung diikutinya sampai dewasa.

ii
b. Perkembangan Moralitas

1. Perkembangan Moral

Istilah moral berasal dari kata Latin mos (Moris), yang berarti adat istiadat
peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-
prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti (a) seruan untuk berbuat baik kepada
orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan
memelihara hak orang lain, dan (b) larangan mencuri, berzina, membunuh,
meminum minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral,
apabila tingkah laku tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tingi
kelompok sosialnya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan Anak


memperoleh nilai-nilai moral dan lingkungannya dan orangtuanya. Dia belajar
untuk mengenal nilai-nilai sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam
mengembangkan moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada
waktu anak masih kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan Perkembangan moral anak, di antaranya sebagai berikut.

a. Kolsisten dalam rnendidik anak

Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang
atau membolehkan tingkah laku tertentu ke pada anak. Suatu tingkah laku
anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang
apabila dilakukan kembali pada waktu lain.

b. Sikap orangtua dalarn keluarga

Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah dan ibu, atau
sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui
proses peniruan (imitasi) Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung
melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak

ii
acuh, atau sikap masa bodoh cenderung mengembangkan sikap kurang
bertanggung jawab dan kurang mempedulikan norma pada din anak. Sikap
yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih sayang keterbukaan,
musyawarah (dialogis), dan konsisten

c. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut

Orang tua merupakan panut (teladah) bagi anak, termasuk di sini panutan
dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang
religius (agamis) dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang
nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami Perkembangan
moral yang baik.

d. Sikap orangtua dalam menerapkan norma

Orang yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur,
maka mereka harus menjauhka dirinya dan Perilaku berbohong atau tidak
jujur.

D. Ciri Ciri Perkembangan Psikologi Usia SD

Ciri-ciri perkembangan anak usia 7 tahun


Fisik :
Pandangan terbatas
Berkerja dengan kepala diatas meja
Mengenggam pensil (diujung)
Dapat menulis dengan rapi
Kadang-kadang tegang
Suka ruang yang telah ditentukan
Sering merasa terluka, bisa nyata atau pura-pura

Sosial :
Suka menyendiri, tertutup.
Membutuhkan penguatan terus menerus (aman & teratur)
Kadang murung, sedih, merajuk, malu.
Merasa tidak banyak orang yang menyukainya (berubah)

ii
Percaya pada guru untuk membantunya
Sensitif pada perasaan orang lain. Kadang suka mengadu
Tidak suka melakukan kesalahan
Kuat perasaan suka dan tidak suka
Menjaga kerapian meja dan lingkungan

Bahasa :
Pendengar yg baik
Pembicara yg tepat
Suka dialog/percakapan berpasangan
Perkembangan kosa kata cepat
Tertarik cari arti/maksud kata
Suka sampaikan catatan kecil
Berminat dengan bermacam-macam simbol

Kognisi :
Suka mengulang pelajaran
Butuh akhir kegiatan yang jelas (lengkapi dengan tugas)
Suka berkerja secara bertahap (sedikit demi sedikit)
Suka berkerja sendiri
Suka dibacakan
Suka menghapus (ingin sempurna)
Ingin menemukan bagaimana suatu benda berkerja

Ciri-ciri perkembangan anak usia 8 tahun


Fisik :
Bergerak cepat, berkerja dengan tergesa-gesa
Penuh dengan energi
Perlu pelepasan energi secara fisik (kegiatan di luar ruangan)
Kadang sedikit aneh
Rentang kosentrasi terbatas
Memiliki pandagan dekat dan jauh sama kuat

Sosial:

ii
Persifat sangat baik, penuh dengan humor
Suka berkerjasama
Sering menggigit lebih dari yang bisa dikunyah salah dalam memperkirakan
kemampuan mereka.
Resisten (bertahan); membuat alasan dengan cepat ketika membuat kesalahan
Lebih suka kegiatan yang sama dengan teman sejenis
Bermasalah dengan atauran dan batasan-batasan
Kelompok pertemanan lebih banyak dari usia 7

Bahasa :
Bicara aktif
Mendengarkan tapi penuh dengan gagasan sehingga tidak dapat selalu ingat apa yang
telah dikatakannya
Melebih-lebihkan dalam bicara
Suka dalam menjelaskan gagasan
Perluasan kosa kata yang sangat cepat

Kognisi :
Suka kegiatan kelompok
Suka menghasilkan sesuatu
Sering berkerja dengan keras/kuat
Mulai mahir dalam ketrampilan dasar
Mulai merasakan kemampuan ketrampilannya.
Bertambah bagus dalam melakukan operasi kongkrit.

E. Peran Guru Dalam Menstimulasi Perkembangan Psikologi Usia SD


1. Membuat perencanaan pembelajaran
Adanya perencanaan, membuat guru memiliki kerangka dasar dan orientasi
yang lebih konkrit dalam pencapaian tujuan. Perencanaan pembelajaran
mencakup:
Tujuan yang hendak dicapai
Bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan
Bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan untuk mencapai
tujuan yang efektif dan efisien

ii
Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau
mengukur tujuan tercapai atau tidak.
2. Melaksanakan pembelajaran dengan baik
Pelaksaan pembelajaranseharusnya mengacu kepada perencanaan, namun
demikian, seringkali perencanaan tidak dapat dilaksanakan scara maksimal. Guru
yang baik, akan selalu melaksanakan evaluasi mengenai bagaimana proses
pemblajaran yang telah dilakukan ; apakah sudah baik ataukah masih banyak
kekurangan. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran akan semakin bermutu.
Memberikan feedback (umpan balik)
Adanya umpan balik berfungsi sebagai sarana untuk membantu
memelihara minat dan antusiasme siswa dalam melaksanakan
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui evaluasi. Bagi guru, bentuk
umpan balik dpat dimodifikasi sedemikian rupa secara kreatif sesuai
dengan kondisi kelas yang diajarkannya.
Melakukan komunikasi pengetahuan
Maksudnya, bagaimana guru melakukan transfer ataas pengetahuan yang
dimiliki kepada siswanya, dan melakukan komunikasi dengan baik. Pada
tingkat yang minimal, guru seharusnya menguasai secara utuh terhadap
mata pelajaran yang diasuhnya. Guru tidak memiliki pengetahuan yang
memadai terhadap mata pelajaran yang diajarkan, akan kehilangan
kewibaan dimata para siswanya.
Guru sebagai model dalam bvidang study yang diajarkannya
Artinya, guru merupakan suri teladan, contoh nyata, atau model yang
dikehendaki oleh mata pelajaran yang diajarkannya tersebut.

ii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui
karakteristik siswanya. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-
tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan
pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

B. Saran
Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru
seyogiyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam
rangka pencapaian perkembangan diri siswa. Sepeti Pemenuhan Kebutuhan
Fisiologis, Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang
atau Penerimaan, Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri , Pemenuhan Kebutuhan
Akatualisasi Diri.

ii
DAFTAR PUSTAKA

LN, Syamsu Yusuf.2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Hawadi, Reni Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana Indonesia

Purwanti, Endang dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM
Press

ii
ii

Anda mungkin juga menyukai