Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum fungsi seni dapat dibagi menjadi fungsi individual dan
fungsi sosial. Fungsi individual meliputi fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan
pemenuhan kebutuhan emosional. Fungsi sosial terpilah ke dalam empat bidang,
yakni bidang rekreasi, komunikasi, pendidikan, dan keagamaan. Fungsi individual
untuk pemenuhan kebutuhan fisik meliputi seni bangunan (rumah), seni furniture,
pakaian (tekstil), dan seni kerajinan.
Selanjutnya, fungsi individual untuk pemenuhan kebutuhan emosional
dapat dijelaskan bahwa melalui seni, seseorang dapat menuangkan emosinya.
Emosi tidak hanya amarah saja, namun kesedihan, kegembiraan, haru, iba, cinta,
dan benci adalah termasuk bagian dari emosi seseorang. Pemenuhan kebutuhan
emosi, yaitu lebih menekankan pada kepuasan batin ketika menciptakan sebuah
karya seni. Rasa marah, sedih, gembira, haru, iba, cinta, dan benci dapat
dituangkan dalam suatu karya. Setiap orang membutuhkan kesenian, hanya saja
kadarnya berbeda. Hal ini didasari pada tingkat dan kedalaman estetik seseorang.
Seseorang yang pengalaman estetiknya lebih banyak memerlukan pemuasan yang
lebih banyak pula.
Pada bagian fungsi sosial yang pertama, yaitu bidang rekreasi. Fungsi seni
sebagai benda rekreasi adalah seni yang mampu menciptakan suatu kondisi
tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaharuan dari kondisi yang telah ada.
Fungsi sosial seni yang kedua, yaitu bidang komunikasi, memiliki tujuan agar
seniman dapat berkomunikasi dengan pengamat karya. Karya seni rupa yang
dapat digunakan sebagai sarana komunikasi, misalnya poster dan spanduk.
Selanjutnya, fungsi sosial seni ketiga, yakni bidang pendidikan, misalnya
pada gambar ilustrasi terjadinya proses rotasi bumi dan patung peraga organ tubuh
manusia; sedangkan fungsi sosial seni keempat, yakni bidang keagamaan, artinya
penciptaan karya seni untuk kepentingan keagamaan (religi), misalnya kaligrafi
Arab dan seni arsitektur masjid, gereja, candi, dan makam.

1
B.  Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perencanaan Pembelajaran Seni Rupa?
2. Bagaimana Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Seni?
3. Bagaimana Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar?
4. Bagaimana Sumber Belajar Seni Rupa Berwawasan Gender?
5. Bagaimana Sumber Belajar Seni Rupa Berorientasi Minat Anak?
6. Bagaimana Sumber Belajar Seni Rupa Berwawasan Teknologi Sederhana?

C.  Tujuan
1. Untuk mengetahui Perencanaan Pembelajaran Seni Rupa.
2. Untuk mengetahui Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Seni.
3. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar.
4. Untuk mengetahui Sumber Belajar Seni Rupa Berwawasan Gender.
5. Untuk mengetahui Sumber Belajar Seni Rupa Berorientasi Minat Anak.
6. Untuk mengetahui Sumber Belajar Seni Rupa Berwawasan Teknologi
Sederhana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Perencanaan Pembelajaran Seni Rupa


Perencanaan adalah suatu kegiatan menyeleksi dan menghubungkan
pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa
depan yang akan datang dengan tujuan untuk memvisualisasi dan memformulasi
hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-
batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.1 Perencanaan
dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk membuat suatu kegiatan dapat
berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah antisipatif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana
pembelajaran seni rupa yakni:
a. Aspek Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu alat pendidikan disusun serta dikembangkan bagi
kepentingan peserta didik dan sekaligus merupakan panduan bagi guru dalam
merencanakan pembelajaran. Ketika guru merancang pembelajaran dapat serta-
merta mempertimbangkan determinan-determinan psikologis, sosiologis, dan
IPTEKS yang berkembang di sekolah masing-masing. Berdasarkan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), guru dapat memilih, menetapkan,
dan mengembangkan bahan ajar. Selanjutnya hasil pengembangan dan
pengorganisasian bahan ajar dapat dijadikan pedoman bagi perumusan tujuan
pembelajaran dan indikator pencapaian hasil belajar, pemilihan dan penetapan
metode berikut kegiatan belajar mengajar, penyusunan alat evaluasi, pemilihan
media pembelajaran, penetapan waktu belajar mengajar, sampai pada penetapan
biaya yang dibutuhkan.
b. Aspek kedudukan guru
Guru sebagai salah satu unsur dalam pembelajaran yang harus berperan
aktif, bekerja secara profesional sesuai dengan tuntutan dan perkembangan

1 Surajiyo, 2010. Sumber Belajar Seni, Bumi Aksara, Jakarta. Hal 45

3
masyarakat. Sebagai perencana pembelajaran, guru berkewajiban mengkaji
kurikulum yang dijadikan panduan. Dalam artian guru harus melakukan telaah
kritis terhadap kurikulum, untuk selanjutnya mengidentifikasi pengalaman-
pengalaman belajar yang sesuai dengan tingkat maturitas siswa, kemudian
merumuskan dan mengembangkan bahan ajar.
c. Aspek kedudukan murid
Penyusunan skenario pembelajaran, keluasan dan kedalaman bahan ajar
serta aktivitas belajar hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan
perkembangan anak agar bahan ajar dan cara belajar sesuai dengan kondisi anak.
d. Aspek lingkungan belajar
Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal dilaksanakan di sekolah,
maka dalam hal ini yang dimaksudkan lingkungan belajar adalah sekolah dengan
iklim dan sarana-prasarana yang diasumsikan mewarnai kegiatan pembelajaran.
Mulai dari bangunan gedung sekolah, lingkungan alam, dan sosial-budaya
sekolah, media pembelajaran, dan sarana-sarana lainnya. Pentingnya pemahaman
mengenai aspek-aspek dalam pembelajaran oleh guru seni rupa dapat membantu
guru ketika menyusun rencana pembelajaran. Guru tidak boleh mengabaikan salah
satu dari beberapa hal tersebut termasuk juga pemahaman terhadap komponen-
komponen pembelajaran.
Tujuan pembelajaran atau disebut pula sasaran belajar, merupakan
komponen utama dan paling awal yang harus dirumuskan oleh guru dalam
merencanakan pembelajaran .Rumusan tujuan pembelajaran yang dibuat
diharapkan dapat menggambarkan perilaku hasil belajar siswa setelah mengikuti
kegiatan belajar-mengajar. Perumusan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku. Dalam KTSP terdapat Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang menjadi dasar dalam perumusan tujuan
pembelajaran dan indikator pencapaian hasil belajar. Rumusan tujuan
pembelajaran tersebut harus terukur sehingga dapat dijadikan panduan dalam
pemilihan bahan ajar, pemilihan media pembelajaran, perumusan KBM, dan
penyusunan alat evaluasi.
Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak
usia dini harus mampu memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari

4
berbagai hal yang terdapat dalam lingkungannya. Seperti kita ketahui bahwa anak
usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala
sesuatu serta memliki sikap berpetualang serta minat yang kuat untuk
mengobservasi lingkungan. Ia memiliki sikap petualang yang kuat. Pengenalan
terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk
mengmbangkan minat keilmuan anak usia dini.
Pada bab ini akan dikaji beberapa hal yang berkaitan dengan pentingnya
pemanfaatan sumber belajar lingkungan untuk anak usia dini yang diawali dngan
pembahasan mengenai pengertian lingkungan itu sendiri, dilanjutkan dengan
penjelasan tentang nilai-nilai lingkungan, jenis lingkungan, teknik menggunakan
lingkungan dan prosedur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
anak usia dini.

B. Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Seni


Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau
manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan
benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan
dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah.
Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan
penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem
tersebut.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan
sebgai bulatn yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian
yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan
lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings,
sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan
dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan
ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari
unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.

5
Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar
yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas bagi anak usia dini. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat
dipelajari anak. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah
terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk
kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin
memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas
oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat
mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya
untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang
lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan
dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam
belajar sebagai salah satu prinsip pendidikan anak usia dini. Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai
atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan
pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak
dini, sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi anak. Kegiatan belajar
dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan
sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak
usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan
masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa
mendatang. Pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar anak
(learning activities) yang lebih meningkat. Penggunaan cara atau metode yang
bervariasi ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
pendidikan untuk anak usia dini.
Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan
sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua
tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan
adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar.

6
Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak.
Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak.
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai
binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh
pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru
dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan
kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan
kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak
akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan
lingkungan.
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk
mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar.
Artinya belajr tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan
kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan
emosional serta intelektual. Lingkungan sangat berperan dalam merangsang
pertumbuhan fisik anak, untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki
kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran dengan
temannya dan menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara yang tidak terbatas.
Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek
fisik anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber beajarnya, anak-anak
menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya
pada saat mereka memanjat pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui
sebuah terowongan atau berguling di dedaunan. Lingkungan secara alami
mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan
orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di
lingkungan pasti dia ingin mencritakan hasil penemuannya dengan yang lain.
Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba
mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan yang
harmonis. Anak-anak dapat membangun kterampilan sosialnya ketika mereka
membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam

7
menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang
ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling
menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.

C. Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar


Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat
dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini
sepanjang relevan dengan komptensi dasar dan hasil belajar yang bisa berupa
lingkungan alam atau lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan budaya
atau buatan.
1. Lingkungan alam
Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang
sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan),
tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan
sebagainya.Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis
lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan
kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan
dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses terjadinya. Dengan
mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih memahami gejala-
gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu diharapkan
juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan
mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara
lingkungan alam.
2. Lingkungan sosial
Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas jenis
lingkungan lain yang kaya akan informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan
sosial. Hal-hal yang bisa dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan
pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini misalnya:
1. Mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak
tinggal.
2. Mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal
dan sekolah.

8
3. Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar
tempat tinggal dan sekolah.
4. Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat
tinggal dan sekolah.
5. Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat
tinggal dan sekolah.
6. Mengenal struktur pemerntahan setempat seperti rt, rw, desa atau
kelurahan dan kecamatan.

3. Lingkungan budaya
Di samping lingkungan budaya dan lingkungan alam yang sifatnya alami,
ada juga yang disebut lingkungan budaya atau buatan yakni lingkungan yang
sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Anak dapat mempelajari lingkungan buatan
dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya,
pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang berkenan dengan
pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya. Agar
penggunaan lingkungan ini efektif perlu disesuaikan dengan rencana kegiatan atau
program yang ada. Dengan begitu, maka lingkungan ini dapat memperkaya dan
memperjelas bahan ajar yang dipelajari dan bisa dijadikan sebagai laboratorium
belajar anak.

D.    Sumber Belajar Seni Rupa Berwawasan Gender

Sumber belajar seni rupa berwawasan gender adalah sumber belajar


yang mempertimbangkan kebutuhan yang seimbang antara kebutuhan laki-laki
dan perempuan yang di sekolah. Adapun realisasi pelaksanaannya tentu
menyangkut seluruh proses tindakan kegiatan pendidikan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian
seluruh personil yang terlibat dalam kegiatan pendidikan harus memahami
kesetaraan dan keadilan gender sehingga semua keputusan yang menyangkut
upaya peningkatan kualitas pendidikan senantiasa melibatkan peran perempuan
maupun laki-laki.

9
Oleh karena itu, tidak hanya tenaga kependidikan dan tenaga non
kependidikan saja yang berwawasan gender, tetapi komite sekolah dan
masyarakat lingkungan sekolah pun seharusnya mempunyai persepsi yang sama
mengenai kesetaraan dan keadilan gender sehingga pelaksanaan pendidikan
gender akan mencapai sasaran yang diinginkan.

E.    Sumber Belajar Seni Rupa Berorientasi Minat Anak


Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif
untuk membangkitkan minat pada seni rupa yang baru adalah dengan
menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Para pengajar seharusnya
berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui
jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akan dismpaikan dengan
menghubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di
masa yang akan datang.2
Ada dua kaidah tentang minat (the laws of interest), yang berbunyi :
1. Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan
memperoleh keterangan tentang hal itu
2. Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan kegiatan
yang menyangkut hal itu.
Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari berbagai
keterangan selengkap mungkin mengenai mata pelajaran itu, umpamanya arti
penting atau pesonanya dan segi-segi lainnya yang mungkin menarik. Keterangan
itu dapat diperoleh dari buku pegangan. ensiklopedi, guru dan siswa senior yang
tertarik atau berminat pada mata pelajaran itu. Disamping itu perlu dilakukan
kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu, misalanya pada mata
pelajaran seni rupa usahakan mengikuti apa yang harus dilakukan apakah dengan
menggambar atau melukis. Dengan langkah-langkah itu minat siswa terhadap
mata pelajaran itu akan tumbuh.
Cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah
sebagai berikut :
1. Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang
menjadi sebab.

2 Suriasumatri, Jujun S, 1998. Bakat dan Minat dalam Seni, Pustaka Sinar harapan, Jakarta. Hal 34

10
2. Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik
sehingga dapat
merangsang anak untuk belajar
3. Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik.
4. Cek pada orang atau guru-guru lain , apakah sikap dan tingkah laku
tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas
lain ketika diajar oleh guru-guru lain.
5. Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan
belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya
belajar bagi anak.
6. Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau
tergerak minatnya. Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat
dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah.
Pendapat lain yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan atau
meningkatkan minat belajar, yang menyatakan bahwa untuk mendukung
tumbuhnya minat belajar yang besar, perlu dibangun oleh motif-motif tertentu
dalam batin seseorang siswa. Ada lima motif penting yang dapat mendorong
siswa untuk melakukan studi sebaik-baiknya, yaitu :
1. Suatu hasrat keras untuk mendapatkan angka-angka yang lebih baik dalam
sekolah.
2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau
lain bidang studi.
3. Hasrat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
4. Hasrat untuk menerima pujian dari orang tua, guru, atau teman.
5. Cita-cita untuk sukses di masa depan dalam suatu bidang khusus.
Disamping itu penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar juga dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini sebagai mana
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa.3

3 Salam, Burhanuddin, 1988. Pengantar Seni Rupa Bina Aksara, Jakarta. Hal 90

11
F.  Sumber Belajar Seni Rupa Berwawasan Teknologi Sederhana
Alternatif penciptaan karya seni media baru umumnya masih berupa
gagasan atau introduksi. Hingga saat ini belum ada metode baku yang digunakan
untuk mempelajari jenis kesenian ini. Walaupun demikian dapat dipastikan
pengenalan terhadap media serta teknologi informasi dan komunikasi merupakan
langkah awal sebelum siswa dapat berkreasi menggunakannya.
Kordinasi dengan bidang studi lain patut dipertimbangkan agar dapat lebih
memperkaya gagasan berkarya seni melalui media komunikasi dan informasi. Uji
coba metode pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dapat digunakan oleh
guru untuk memperoleh metode pembelajaran yang paling tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa maupun sekolah. Sedangkan bagi pengembang
kurikulum (pendidikan seni), penelitian terhadap para perupa yang mengunakan
media informasi dan komunikasi sebagai medium berkarya seninya dapat
dilakukan untuk memperoleh gambaran secara riil bagaimana bentuk kesenian ini
dipelajari, proses penciptaan dan teknik berkarya yang digunakannya. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan masukan atau bahan bagi penyusunan kurikulum
pendidikan seni rupa berbasis teknologi komunikasi dan informasi.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan
sebagai sumber belajar dalam seni rupa bahkan hampir semua tema kegiatan dapat
dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan
jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik
untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan
bagi anak-anak.

Sumber belajar seni rupa berwawasan gender adalah sumber belajar


yang mempertimbangkan kebutuhan yang seimbang antara kebutuhan laki-laki
dan perempuan yang di sekolah. Cara yang paling efektif untuk membangkitkan
minat pada seni rupa yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa
yang telah ada. Para pengajar seharusnya berusaha membentuk minat-minat baru
pada siswa. Kordinasi dengan bidang studi lain patut dipertimbangkan agar dapat
lebih memperkaya gagasan berkarya seni melalui media komunikasi dan
informasi. Uji coba metode pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dapat
digunakan.

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami paparkan. kami menyadari makalah
jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan.

13

Anda mungkin juga menyukai