Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN STUDI KASUS PERKEMBANGAN ANAK

Laporan Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas UAS


Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Rossi Iskandar, M,Pd.

Disusun oleh:
Sabila Amalia Utami 20118015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN


UNIVERSITAS TRILOGI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya yang telah dilimpahkan
kepada penulis, sehingga Laporan “Studi Kasus Perkembangan Anak” dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Rossi Iskandar,
M,Pd. mata kuliah Psikologi Pendidikan. Penulis terbuka terhadap kritik dan
saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan makalah ini. Masih banyak yang harus diperbaiki dan
disempurnakan lagi. Untuk itu, penulis tetap mengharapkan beragam saran,
masukan, maupun kritik yang membangun dari para pembaca.
Demikian harapan dari penulis, semoga karya ini bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Psikologi
Pendidikan.

Jakarta, Januari 2021

Sabila Amalia Utami

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................... I

Daftar Isi............................................................................................................... II

Daftar Gambar....................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Laporan............................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

A. Psikologi Pendidikan.................................................................................... 3
B. Pertumbuhan dan Perkembangan............................................................. 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 15
A. Profil Anak/Biodata anak........................................................................... 15
B. Pembahasan profil anak dilihat dari.........................................................15
C. Dokumentasi................................................................................................16
BAB IV PENUTUP............................................................................................ 17
Daftar Pustaka.................................................................................................. 18

ii
Daftar Gambar

Gambar 1......................................................................................................................... 2

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai komunitas yang memiliki akal dan jiwa dapat
menerima ilmu dari proses interaksi yang dilakukan dengan lingkungannya.
Dari ilmu yang diperoleh, manusia dapat mengajari dirinya dan juga dapat
mengajarkannya kepada orang lain. Banyak kita temukan orang-orang yang
bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain karena mereka
pada awalnya belajar dari orang yang mengajarkan mereka. Artinya mereka
diajarkan ilmu bagaimana mengajar yang baik.. Namun tidak sedikit pula
orang-orang yang mampu mengajar orang lain tanpa belajar ilmu mengajar
dari guru mereka. Hal ini karena pada mereka terdapat seni mengajar yang
telah dimiliki tanpa proses belajar.
Psikologi pendidikan sebagai salah satu cabang dari psikologi dan
merupakan ilmu pengetahuann yang berbicara tentang tingkah laku manusia
dalam proses belajar-mengajar memiliki hubungan yang erat dengan ilmu
mengajar. Di mana dalam proses mengajar, para pendidik dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang memadai tentang materi yang diajarkan, dan
juga menguasai berbagai metode dalam penyampaian agar apa yang
disampaikan dapat dimengerti dan mudah dipahami oleh anak didik. Oleh
karena itu, penguasaan terhadap ilmu jiwa pendidikan (psikologi pendidikan)
juga merupakan suatu tuntutan bagi orang-orang yang bergelut dalam dunia
pendidikan. Orang tua terkadang banyak yang tidak tahu akan
perkembangan yang terjadi pada anaknya, sehingga mereka tidak tahu akan
kecepatan dan keterlambatan yang terjadi pada perkembangan anak mereka.
Padahal jika telah terjadi keterlambatan perkembangan pada anak, anak
membutuhkan penanganan yang cepat agar tidak berdampak bagi
berkelanjutan mereka.
Anak-anak mendapat tempat istimewa pada masyarakat karena
mereka menentukan generasi mendatang. Usia 2-6 tahun merupakan usia
yang penting dalam masa perkembangan, dan dalam masa-masa
perkembangannya harus sangat diperhatikan. Orang tua harus
memperhatikan beberapa aspek perkembangan yang terjadi pada anaknya.
Pekembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak pada masa 2-6 ini
tidak bisa dikesampingkan pentingnya. Ketiga perkembangan itu sangat
penting dalam perkembangan anak, yang akan menentukan dan membawa
perilaku anak sampai ia dewasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi psikologi pendidikan?
2. Bagaimana karakteristik anak?
3. Bagaimanaperkembangan kognitif anak?
4. Apa arti dari sosio emosional?

1
C. Tujuan Laporan
1. Mengetahui definisi pertumbuhan dan perkembangan.
2. Menjelaskan definisi psikologi.
3. Mendeskripsikan karakteristik anak.
4. Mengetahui sosio emosional anak.
5. Mengetahui perkembangan anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikologi Pendidikan
1. Psikologi
Kata psikologi berasal dari bahasa inggris psychology yang dalam
istilah lama disebut ilmu jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang
bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2)
logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiyah psikologi memang berarti ilmu
jiwa. Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuan dan para filosof
sebagaimana disebutkan oleh Reber untuk memenuhi kebutuhan mereka
dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup
mulai yang primitif sampai yang paling modern. Namun ternyata tidak cocok,
lantaran menurut para ilmuan dan filosof, psikologi memiliki batas-batas
tertentu yang berada diluar kaidah keilmuan dan etika falsafi. Kaidah saintifik
dan patokan etika filosofis ini tak dapat dibebankan begitu saja sebagai
muatan psikologi.
Ada banyak defenisi yang diutarakan para ahli terkait psikologi
pendidikan, bahkan psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah
subdisiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Di antara salah seorang ahli
yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan
adalah Arthur S. Reber (1988, seorang guru besar psikologi pada Brooklyn
College, University of New York City). Dalam pandangannya, psikologi
pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan
teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut:
(1) Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas,
(2) Pengembangan dan pembaharuan kurikulum,
(3) Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan,
(4) Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut
dengan pendayagunaan ranah kognitif,
(5) Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Sedangkan defenisi psikologi pendidikan secara lebih sederhana dan
praktis, sebagaimana dikemukakan oleh Barlow (1985) dalam Muhibbin Syah
adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan
serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas
sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif.
Tekanan defenisi ini secara lahiriah hanya berkisar sekitar proses interaksi
antar guru-siswa dalam kelas.

3
2. Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, dengan memberinya
awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan
sebagainya). Istilah pendidikan ini awalnya berasal dari bahasa Yuanani,
yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab
istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Dalam pengertian luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memeroleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. Dalam pengertian yang luas, pendidikan ialah seluruh tahapan
pengembangan kemampuan-kemampuan dan prilaku-prilaku manusia, juga
proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.
Menurut Abd. Rachman Abror, defenisi psikologi pendidikan yang
dikemukakan oleh para ahli kiranya tidak nampak adanya perbedaan yang
esensial. Satu sama lain mengandung kesamaan pandangan. Sehingga Ia
menyimpulkan, psikologi pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia yang berlangsung dalam proses belajar-
mengajar.
Menurut Crow and crow psikologi diartikan sebagai berikut:
psychology is the study of human behavior and human relationship
(Crow&Crow, 1958 : 6). Dari batasan tersebut jelas bahwa yang dipelajari
oleh psikologi adalah tingkah laku manusia, yakni ilmu yang mempelajari
cara berinteraksi dengan alam luar baik manusia atau non manusia : hewan,
iklim, kebudayaan, dan sebagainya. Menurut aliran behaviorisme , psikologi
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang menekankan kepada perilaku
manusia (perbuatan dan ucapannya baik yang dipelajari maupun yang tidak
di pelajari) sebagai pokok masalah kajian (waston, 1919).
Terdapat dua pandangan pokok yang mendominasi psikologi yakni:
1. Aliran humanistik, yang memandang bahwa dengan mempelajari perasaan,
motif dan keinginan akan lebih memahami manusia dan tingkah lakunya.
2. Aliran behaviorisme modern, yang mengatakan bahwa studi tentang
tingkah laku yang diamati bukan perasaan.
Pengertian diatas menunjukkan bahwa psikologi pendidikan yaitu
psikologi yang diterapkan dalam dunia pendidikan (yakni dunia belajar).
Menurut Crow and crow psikologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang
berusaha menjelaskan masalah-masalah belajar yang dialami individu dari
sejak lahir sampai usia lanjut terutama yang menyangkut kondisi kondisi
yang mempengaruhi belajar.

4
Seperti dalam bukunya :
"Educational psychology describes and explains the learning
experiences of an individual from burth through old age. Its subject
matter is concerned with the conditions that affect learning" (Lester D.
Crow & Alice Crow, 1958 : 7).
B. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengertian Pertumbuhan secara etimologis dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pertumbuhan berasal dari kata tumbuh yang berarti
tambah besar atau sempurna. Pengertian secara termitologis pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat
dalam perjalanan waktu tertentu.
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari
konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter
dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan
struktur biologis (Enung Fatimah, 2010:41). Menurut Mohammad Ali dan
Asrori dalam buku psikologi remaja, pertumbuhan yang terjadi sebagai
perubahan individu lebih mengacu dan menekankan pada aspek perubahan
fisik ke arah lebih maju. Dengan kata lain istilah pertumbuhan dapat
didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan
kontinu sehingga berlangsung dalam periode tertentu. Oleh karena itu,
sebagai hasil dari pertumbuhan adalah bertambahnya berat panjang atau
tinggi badan tulang dan otot-otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi
lebih besar dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Pada akhirnya
pertumbuhan ini mencapai akhir, yang berarti bahwa pertumbuhan telah
selesai.
Pengertian Perkembangan secara etimologis perkembangan berasal
dari kata kembang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kembang berarti
maju, menjadi lebih baik. Pengertian Secara Termitologis Perkembangan
adalah proses kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial
dan psikologis dalam diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup.
Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif yang didalamnya
berupa perubahan secara psikologis. Menurut Mohammad Ali dan Asrori
dalam buku psikologi remaja perkembangan lebih mengacu pada perubahan
karakteristik yang khas dari gejala gejala psikologis kearah yang lebih maju.
Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan
sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan
pencapaian kemampuan dan karakteristik psikis yang baru.
1. Perkembangan Koginitif dan bahasa

5
Perkembangan Kognitif Pengertian kognitif dapat dijelaskan
oleh beberapa ahli seperti Drever, Piaget dan Chaplin. Drever dalam
Nuraini (2004) menjelaskan bahwa kognitif adalah istilah umum yang
meliputi pemahaman persepsi, imajinasi, penangkapan makna,
penilaian dan penalaran. Selanjutnya dijelaskan juga oleh Piaget
bahwa kognitif merupakan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya
(Santrock, 2008).
Bagi Piaget perkembangan bergantung sebagian besar pada
manipulasi anak dan interaksi aktif dengan lingkungan. Pengetahuan
berasal dari tindakan. Sedang karya Vygotsky memiliki dua gagasan
utama yaitu 1) Perkembangan intelektual dipahami hanya dari sudut
konteks sosio historis dan budaya yang dialami anak, dan 2)
Perkembangan bergantung pada sistem tanda yang ada pada setiap
orang saat mengalami pertumbuhan (Slavin, 2006).
Perkembangan merupakan suatu pola perubahan biologis,
kognitif dan sosioemosional dari lahir hingga terus berlanjut sepanjang
hayat. Dalam pendidikan, perkembangan anak sangat penting
diperhatikan, karena setiap anak memiliki karakteristik dan keunikan
sendiri, serta memiliki kecenderungan bawaan untuk berinteraksi
dengan lingkungannya. Dengan demikian, pendidikan harus sesuai
dengan perkembangan anak sehingga menjadi tidak terlalu sulit, tidak
terlalu menegangkan, tidak terlalu mudah dan menjemukan bagi anak.
Ada 3 proses perkembangan yang dilalui oleh anak, dan ketiga
proses tersebut terjadi saling berinteraksi (Santrock, 2008). Pertama,
proses biologis, yaitu perubahan dalam tubuh anak dan merupakan
warisan genetik terkait dengan perkembangan otak, berat dan tinggi
badan, perubahan kemampuan bergerak, dan perubahan hormon di
masa puber. Kedua, proses kognitif, yaitu perubahan pemikiran,
kecerdasan, dan bahasa anak. Proses ini memampukan anak dalam
mengingat puisi, memecahkan soal matematika, menyusun
strategikreatif dan menghubungkan kalimat. Ketiga, proses
sosioemosional, yaitu perubahan dalam hubungan anak dengan orang
lain, perubahan emosi, dan perubahan kepribadian. Ada 4 tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget. Masing-masing tahap
berhubungan dengan usia dan kualitas kemajuan pikiran anak.
Keempat tahap perkembangan kognitif tersebut terdiri dari : tahap
sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional kongkret dan
tahap operasional formal.
a. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

6
Teori Piaget menjelaskan bahwa untuk memahami dunia anak
secara aktif, anak-anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau
kerangka referensi) yang digunakan untuk mengorganisasikan dan
menginterpretasikan informasi dan pengalaman mereka mulai dari
skema yang sederhana hingga kompleks. Menurut Piaget, ada dua
proses yang dilakukan oleh anak dalam menggunakan dan
mengadaptasikan skema yaitu : 1) Asimilasi yaitu suatu proses mental
yang terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke
dalam pengetah uan yang sudah ada; dan 2) Akomodasi yaitu suatu
proses mental yang terjadi ketika anak menyesuaikan diri dengan
informasi baru. Selain itu, secara kognitif anak-anak juga
mengorganisasikan pengalamannya yang disebut dengan organisasi.
Menurut Piaget organisasi adalah usaha mengelompokkan
perilaku yang terpisah-pisah menjadi urutan yang lebih teratur.
Ekuilibrasi Kondisi ini dialami anak ketika terjadi konflik kognitif atau
disekuilibrium. Misalnya anak akan mengalami kebingungan jika
benda cair dituangkan ke dalam wadah yang berbentuk sempit dan
tinggi. Kebingungan akan terjawab saat pikirannya semakin maju.
b. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Vygotsky menjelaskan bahwa pembelajaran mendahului
perkembangan. Menurut Vygotsky (Slavin, 2006 : 60) pembelajaran
melibatkan perolehan tanda-tanda yang didapatkan dari pengajaran
dan informasi dari orang lain. Perkembangan terkait dengan
pengaturan diri (self-regulation) yaitu kemampuan berpikir,
berkomunikasi dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Simbol-simbol yang telah diciptakan oleh budayalah yang akan
membantu orang untuk berpikir, berkomunikasi dan memecahkan
masalah tersebut (simbol/tanda yang telah di internalisasi).
Ada 3 asumsi yang menjadi inti pandangan Vygotsky (Santrock,
2008 : 60) yaitu:
1) Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan
diinterpretasikan secara developmental dengan memeriksa asal
usulnya dan transformasi dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya;
2) Kemampuan kognisi dimediasi dengan kata, bahasa yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi
aktivitas mental. Jadi, bahasa adalah alat penting karena
membantu anak pada masa kanak-kanak awal (early childhood)
untuk merancang aktivitas dan memecahkan masalah;
3) Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi latar
belakang sosiokultural. Misalnya dalam suatu kultur dalam
pembelajaran berhitung dengan menggunakan komputer dan kultur
lain pembelajaran berhitung menggunakan batu atau jari.

7
Konsep-konsep teori Vygotsky dalam menjelaskan
perkembangan kognitif adalah sebagai berikut:
1. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah sesuatu yang
masih belum dapat dikerjakan (sulit) seorang anak sendirian
tetapi dapat dikerjakan dengan bantuan orang dewasa yang
memiliki kompeten.
2. Scafolding. Pembelajaran sosial adalah perancahan yang
berarti menyediakan banyak dukungan kepada seorang anak
selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
menghilangkan dukungan dan meminta anak memikul
tanggung jawab yang makin besar begitu dia sanggup (Slavin,
2008 : 60-61).
3. Bahasa dan Pemikiran. Bahasa bukan hanya untuk
komunikasi sosial, tetapi juga untuk merencanakan, memonitor
perilaku dengan cara sendiri. Penggunaan bahasa untuk
mengatur diri sendiri dinamakan dengan “pembicaraan batin”
(Inner Speech) atau “pembicaraan privat” (private speech).
4. Pembelajaran kerjasama. Teori Vygotsky mendukung
penggunaan strategi pembelajaran kerja sama. Anak-anak
yang bekerjasama saling membantu dalam belajar. Teman-
teman yang bekerja dalam zona perkembangan proksimal
mereka.
5. Saling memberi contoh dan memungkinkan terjadinya
pembicaraan batin sehingga dapat saling memahami dalam
proses penalaran (Slavin, 2006 : 61).
c. Perkembangan Bahasa
Santrock (2008) mengemukakan bahwa bahasa merupakan
suatu bentuk komunikasi secara lisan, tulisan atau tanda yang
didasarkan pada sistem simbol. Semua bahasa mengikuti aturan
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatis. Bahasa yang
diucapkan terdiri dari suara atau fonem.Bahasa memainkan peran
utama dalam perkembangan kognisi anak.
Perkembangan bahasa melalui beberapa tahap (Santrock,
2008 : 67-75) yaitu : Celoteh yang dimulai pada usia 3 hingga 6 bulan.
Mengucapkan kata pertama pada usia 10 hingga 13 bulan dan mulai
memadukan dua kata pada usia 24 bulan seperti “itu buku”, “mama
jalan”, dan “cium papa”. Pada masa kanak-kanak mereka makin
mampu menghasilkan semua suara bahasa bahkan menghasilkan
konsonan yang kompleks. Kosa kata anak dari usia 6 tahun berkisar
8.000 sampai 14.000 kata. Sejak usia 12 bulan telah menguasai 5
sampai 8 kata baru setiap hari antara usia 1-6 tahun. Setelah 5 tahun
belajar penyerapan anak pada usia 6 tahun tidak melambat. Rata -rata
anak pada usia ini menguasai 22 kata baru setiap hari. Anak yang
berusia 6 tahun lebih lancar berbicara dari anak usia 2 tahun, karena
ada beberapa perubahan aspek pragmatis di masa prasekolah. Pada
usia 3 tahun, anak meningkatkan kemampuan berbicaranya tentang
sesuatu yang tidak hadir secara fisik , masa lalu, masa depan, apa
yang akan dimakan besok dan berbicara dengan orang yang berbeda-
beda. Mereka meningkatkan penguasaan karakteristik yang disebut

8
“displacement”. Pada masa kanak-kanak periode menengah dan akhir
(middle and late childhood) terjadi perubahan cara berpikir anak

9
tentang kata. Pada tahap ini biasanya memberikan kata yang
mengikuti kata tersebut dalam kalimat. Anak-anak yang masuk
sekolah dasar dengan kosa kata yang sedikit akan mengalami
kesulitan saat belajar membaca. Keahlian penalaran logis dan analitis
membantu mereka dalam konstruksi kata untuk perbandingan dan
penggunaan pendapat subjektif. Pada masa remaja, kosa kata
bertambah dengan kata-kata yang makin abstrak dan tata bahasa
yang makin kompleks. Pada masa remaja akhir (late adolescent)
seseorang dapat mengapresiasikan karya sastra dewasa secara lebih
baik.
d. Teori Perkembangan Bahasa
Salah satu yang dapat menjelaskan tentang perkembangan
bahasa adalah teori natifisme.Yang menjadi ciri dari khas dari teori ini
adalah lingkungan tidak memberikan kontribusi terhadap pengetahuan
manusia. Kesuskesan preoses penerimaan ilmu ditentukan oleh
hereditas individu itu sendiri. Seorang anak memiliki bakat yang telah
dibawa sejak lahir. Teori ini digunakan untuk meneliti kemampuan
bahasa seseorang. Menurut Noam Chomsky, bahasa itu terlalu rumit
untuk dipelajari jika hanya mengandalkan metode peniruan. Tujuan
dari teori ini adalah menemukan bakat terpendam yang dimiliki,
mengasah kompetensi diri, dan memotivasi individu untuk
menentukan pilihan. Dalam diri manusia sudah ada nnate
mechanismnn yaitu bahasa seseorang ditentukan oleh genetika.
Sejak lahir manusia memiliki alat penguasaan atau
pemerolehan bahasa LAD (Language Acquisation Device). LAD
memperoleh input dari lingkungan dan dianggap bagian fisiologis dari
otak untuk mengolah masukan dan menentukan mana yang dikuasai
lebih dulu (Crain,2007).
Crain juga menjelaskan teori lain yang terkait dengan
perkembangan bahasa adalah teori interaksionisme. Teori ini
berpandangan bahwa pemerolehan bahasa adalah hasil dari interaksi
antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa.
Pemerolehan bahasa terkait dengan adanya interaksi masukan dan
kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Tanpa adanya masukan
yang sesuai dan tidak memungkinkan bagi si anak untuk dapat
menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Teori lain menurut Crain (2007) adalah teori kognitivisme dari
Jean Piaget. Menurut Piaget, perkembangan bahasa ditentukan oleh
urutan-urutan perkembangan kognitif. Perkembangan bahasa
tergantung pada kemampuan kognitif tertentu, pengolahan informasi
dan motivasi. Teori ini sebenarnya berupaya menggabungkan peran
lingkungan dan faktor bawaan, tetapi tetap menekankan pada aspek
berpikir logis (the power of logical thinking).
2. Perkembangan Sosioemosional
Sosioemosional dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi
pada diri setiap individu dalam ranah afektif yang berkaitan dengan
setiap kondisi atau perilaku individu. Perkembangan sosioemosional
merupakan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi dengan
lingkungannya dan bagaimana mereka menyikapi hal-hal yang terjadi
di lingkungannya tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya perluasan

10
hubungan baik dengan keluarga, maupun dengan teman sebayanya
sehingga memberi ruang bagi mereka untuk berinteraksi, bersosialisai
dan bekerjasama dengan orang lain.
Perkembangan sosioemosional menurut Santrock
(2008).Perkembangan sosioemosional terkait dengan perkembangan
diri dan perkembangan moral. Ada dua aspek penting tentang diri
yaitu harga diri dan (self-esteem) dan identitas diri. Santrock (2008)
menjelaskan bahwa penghargaan diri (self-esteem) adalah pandangan
keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Penghargaan diri
disebut juga dengan martabat diri (self-worth) atau gambaran diri (self-
image). Aspek penting lain dari diri adalah identitas.Eksplorasi adalah
pencarian identitas alternatif yang bermakna, sedang komitmen
adalah penerimaan personal pada satu identitas dan menerima
apapun implikasi dari identitas tersebut. Eksplorasi dan komitmen ini
digunakan untuk mengklasifikasikan diri berdasar 4 tipe identitas yaitu :
1. Identity diffusion : ketika individu belum mengalami krisis atau
belum membuat komitmen.
2. Identity foreclosure : terjadi saat individu membuat komitmen
tetapi belum mengalami krisis.
3. Identity moratorium : terjadi ketika individu berada di tengah-
tengah krisis tetapi komitmen mereka tidak ada atau baru
didefenisikan secara samar-samar.
4. Identity achievement : terjadi ketika individu telah mengalami
krisis dan telah membuat komitmen.
Menurut Suyadi (2010), perkembangan emosional adalah luapan
perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Anak dalam
berinteraksi, sering kali dijumpai meluapkan spontanitas tindakan dan
ucapan sebagai wujud reflektif dalam dirinya, akan tetapi hal ini tentu
tidak pantas dibiarkan apalagi melekat pada karakter anak. Untuk itu,
luapan perasaan inilah yang patut diarahkan, dibiasakan, terlebih
dicontohkan pada figur yang baik kepada anak, agar kebiasaan yang
baik pulalah melekat pada dirinya.
a. Teori Perkembangan Sosioemosional
Teori yang difokuskan dalam tulisan ini untuk menjelaskan
perkembangan sosioemosional yaitu teori ekologi dari Urie
Bronfenbrenner dan teori perkembangan rentang hidup (life-span) dari
Erikson (Santrock, 2008). Teori ekologi Bronfenbrenner memfokuskan
pada konteks sosial anak tinggal dan orang-orang yang saling
mempengaruhi perkembangan anak. Teori ini terdiri dari lima sistem
lingkungan yang terdiri dari mikrosistem, mesosistem, ekosistem,
makrosistem, dan kronosistem.
Mikrosistem merupakan setting dimana individu lebih banyak
menghabiskan waktu seperti di keluarga, teman sebaya, sekolah dan
tetangga. Mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Ekosistem
terjadi ketika pengalaman di setting lain mempengaruhi pengalaman
siswa dan guru dalam konteks mereka sendiri. Makrosistem
merupakan kultur yang lebih luas yang mencakup peran etnis dan
faktor sosial ekonomi dalam perkembangan anak. Kronosistem adalah
kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak.
3. Karakteristik perkembangan anak

11
Anak usia dini memiliki ciri khas and dibandingkan anak usia
remaja atau dewasa. Kekhasan ini dikemukakan oleh Sa'id Mursi (200:
6). Bahwa anak usia dini memiliki karakteristik, banyak bergerak dan
tidak mau diam, sangat sering meniru, suka menentang, tidak dapat
membedakan antara yang benar dan salah, banyak bertanya, memiliki
ingatan yang tajam dan otomatis, menyukai dorongan semangat suka
bermain dan suka bergembira suka bersaing, berpikir kayak sering
mendapatkan keterampilan, perkembangan bahasa yang cepat, suka
membuka dan menyusun kembali, perasaan tajam.
Karakteristik berasal dari kata karakter; dalam kamus bahasa
Indonesia poerwadarminta mengatakan bahwa Karakter adalah watak
tabiat atau sifat-sifat kejiwaan. Sedangkan menurut IR Pedjawjatna,
karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakan
(insani). Dengan Pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
karakteristik siswa adalah merupakan seluruh kondisi atau keadaan
watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalam
kehidupannya setiap saat dalam kehidupan sehari-hari sehingga
Dengan demikian karena watak dan perbuatan manusia tidak akan
lepas dari kodrat dan sifat, sedangkan yang berbeda-beda antara
orang dengan lainnya maka tidak heran jika bentuk dan karakter siswa
juga berbeda-beda.
Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik adalah
sebagai berikut:
1. Senang bermain karakteristik atau psikologi ini menuntut
guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah.
2. Sedang bergerak: dalam kenyataan bahwa orang dewasa
dapat duduk berjam-jam sedangkan anak usia SD dapat
duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit
3. Anak senang bekerja dalam kelompok: dari pergaulannya
dengan kelompok sebaya, anak usia sekolah dasar belajar
aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi seperti
belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia
kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya di
lingkungan, belajar menerima tanggung jawab, belajar
bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif),
mempelajari olahraga dan membawa aplikasi bahwa guru
harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan
untuk anak bekerja atau belajar dalam kelompok, serta
belajar keadilan dan demokrasi.
4. Senang merasakan atau melakukan memperagakan sesuatu
secara langsung: seperti yang dikatakan oleh Dean Piaget
dengan teori perkembangan kognitifnya dijelaskan bahwa
anak usia sekolah dasar memiliki tahap operasional konkret.

12
5. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain: pada anak
usia sekolah dasar anak susah dalam memahami apa yang
diberikan guru, disini guru harus dapat membuat atau
menggunakan metode yang tepat, misalnya dengan cara
metode eksperimen agar anak dapat memahami pelajaran
yang diberikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran
yang diberikan sedangkan dengan ceramah, yang di mana
guru cuma berbicara di depan membuat anak malah tidak
memahami isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.
6. Senang diperhatikan : di dalam suatu interaksi sosial anak
biasanya mencari perhatian teman atau gurunya, Mereka
senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan
berbagai cara yang dilakukan agar orang memperhatikannya.
7. Senang meniru : dalam kehidupan sehari-hari anak mencari
suatu figur yang sering dia lihat dan dia temui.
Sigmund Freud memberikan ungkapan “child is father of man”
artinya anak adalah ayah dari manusia. Maksudnya adalah masa anak
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa dewasa
seseorang. Melihat ungkapan Freud di atas, menunjukkan bahwa
perkembangan anak sejak masa kecil akan berpengaruh ketika anak
tersebut dewasa. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak
secara tidak langsung akan tertanam pada diri seorang anak. Untuk itu
sebagai orang tua dan pendidik wajib mengerti karakteristik-
karakteristik anak usia dini, supaya segala bentuk perkembangan
anak dapat terpantau dengan baik.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik anak usia dini menurut
beberapa pendapat.
1. Unik, yaitu sifat anak itu berbeda satu sama lainnya. Anak
memiliki bawaan, minat kapabilitas, dan latar belakang kehidupan
masing-masing.
2. Egosentris, yaitu anak lebih cendrung melihat dan memahami
sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Bagi
anak sesuatu itu penting sepanjang hal tersebut terkait dengan
dirinya.
3. Aktif dan energik, yaitu anak lazimnya senang melakukan
aktivitas. Selama terjaga dalam tidur, anak seolah-olah tidak
pernah lelah, tidak pernah bosan, dan tidak pernah berhenti dari
aktivitas. Terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu
kegiatan yang baru dan menantang.
4. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
Yaitu, anak cendrung memperhatikan , membicarakan, dan
mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan
didengarnya, terutama terhadap hal-hal baru.

13
5. Eksploratif dan berjiwa petualang, yaitu anak terdorong oleh rasa
ingin tahu yang kuat dan senang menjelajah, mencoba dan
mempeajari hal-hal yang baru.
6. Spontan, yaitu prilaku yang ditampilkan anak umumnya relative
asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada
dalam perasaan dan pikirannya.
7. Senang dan kaya dalam fantasi, yaitu anak senang dengan hal-
hal yang imajinatif. Anak tidak hanya senang dengan cerita-cerita
khayal yang disampaikan oleh orang lain, tetapi ia sendiri juga
senang bercerita kepada orang lain.
8. Masih mudah frustasi, yaitu anak masih mudah kecewa bila
menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan. Ia mudah
menangis dan marah bila keinginannya tidak terpenuhi.
9. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, yaitu
anak belum memiliki pertimbangan yang matang, termasuk
berkenaan dengan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya.
10. Daya perhatian yang pendek, yaitu anak lazimnya memiliki
daya perhatian yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang
secara intrinsic menarik dan menyenangkan.
11. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman,
yaitu anak senang melakukan berbagai aktivitas yang
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya
sendiri.
12. Semakin menunjukkan minat terhadap teman, yaitu anak mulai
menunjukkan untuk bekerja sama dan berhubungan dengan
teman-temannya. Hal ini beriringan dengan bertambahnya usia
dan perkembangan yang dimiliki oleh anak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
mempunyai berbagai karakteristik yang berbeda dengan usia dan
remaja dengan berbagai kemampuan yang alami dimilikinya yang
memerlukan stimulasi yang tepat dari lingkungannya.

14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Anak/Biodata anak
 Nama : Ashley Angelina Darmawan
 Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 2016
 Agama : Kristen
 Berat Badan : 18 kg
 Tinggi Badan : 107 cm
B. Pembahasan profil anak dilihat dari
1) Perkembangan Koginitif dan bahasa
Perkembangan Kognitif dan Bahasa Ashley sangat baik di usianya yg
masih 4 tahun, itu berkat didikan orang sekitar Ashley. Pola pikir Ashley
sangat baik, Ashley sangat cekatan, sangat aktif. Dia sangat suka bermain
petak umpet, puzzle, dan play doh. Ashley sudah mampu menyebutkan
angka dan huruf dengan baik. Keterampilan komunikasinya juga meningkat, karena
sekarang Ia dapat mengingat lebih banyak kata yang memampukannya untuk
mengkomunikasikan perasaan dan emosi. Kemampuan berbahasanya juga
sangat baik untuk anak yang berusia 4 tahun. Ashley sangat sopan, dan
patuh akan perintah orang yang lebih dewasa darinya.
2) Perkembangan sosio emosional
Perkembangan sosio emosional Ashley berkembang dengan baik,
Ashley sudah mulai bisa mengendalikan emosinya, Ia akan ikut bersedih jika
orang sekitarnya bersedih. Akan tetapi sisi egoisnya masih ada, terbukti
dengan beberapa tingkahnya yang tidak memperbolehkan temannya
meminjam mainan kesukaannya.
3) Karakteristik perkembangan anak
Karakteristik perkembangan ashley sangat pesat sesuai dengan
usianya. Dia sangat aktif dan ceria, sangat menyukai hal baru. Ashley sudah
menunjukan sikap minat terhadap temannya, terbukti dengan Ashley yang
sangat mudah bergaul dengan teman sebayanya. Di umurnya yang masih 4
tahun dia sudah bisa berhitung dengan benar, memegang pensil dengan
benar.

15
C. Dokumentasi

(Gambar.1 Ashley Angelina Darmawan bermain play doh)

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa
dalam berprilaku. Dengan demikian, dalam hal belajar anak juga
memliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa.
Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus
dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Anak usia dini
memiliki ciri khas and dibandingkan anak usia remaja atau dewasa.
Kekhasan ini dikemukakan oleh Sa'id Mursi (200: 6). Bahwa anak usia
dini memiliki karakteristik, banyak bergerak dan tidak mau diam,
sangat sering meniru, suka menentang, tidak dapat membedakan
antara yang benar dan salah, banyak bertanya, memiliki ingatan yang
tajam dan otomatis, menyukai dorongan semangat suka bermain dan
suka bergembira suka bersaing, berpikir kayak sering mendapatkan
keterampilan, perkembangan bahasa yang cepat, suka membuka dan
menyusun kembali, perasaan tajam.
B. Saran
Demikianlah pokok pembahasan laporan penyusun dengan
materi Laporan Studi Kasus Perkembangan Anak. Besar harapan
penyusun, laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak kalangan.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
pembuatan video pembelajaran, ilmu pengetahuan, dan referensi.
Maka dari itu, saran dan kritik membangun penyusun harapkan agar
laporan ini dapat disusun menjadi lebih baik di masa yang akan
datang.

17
Daftar Pustaka

Assingkily, MS, & Hardiyati, M. (2019). Analisis Perkembangan Sosial-


Emosional Tercapai dan Tidak Tercapai Siswa Usia Dasar. Al-Aulad:
Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 2 (2), 19-31. doi: 10.15575 / al-
aulad.v2i2.5210
Honggowiyono, Puger. (2015). Pertumbuhan dan perkembangan siswa untuk
guru dan calon guru. Malang, ID: Penerbit Gunung Samudera.
Ichsan, M. (2016). Psikologi Pendidikan Dan Ilmu Mengajar. EDUKASI
JURNAL: Jurnal Bimbingan Konseling, 2 (1), 60. doi: 10.22373 /
je.v2i1.691
Ikalor, Allvanialista. (2013). Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan
ISSN:2104-1994. Volume: 7, Nomor 1, Mei 2013:1-6
Kadir sahlan, A. (2018). Dalam Mendidik Perspektif Psikologi (ISBN:
9786024753559 ed., Ser. 1). Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Khairi, H. (2018). Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini 0 - 6 tahun.
Jurnal Warna Vol. 2, 22.
Lailiyatul Iftitah, S. (2019). Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini.
Pamekasan: Duta Media Publishing
Murni. 2017. Perkembangan Fisik, Kognitif, Dan Psikososial Pada Masa
Kanak-Kanak Awal 2-6 Tahun. Jurnal Ar raniry. Vol 3. No.1.
Naldi, H. (2018). Perkembangan Kognitif, Bahasa Dan Perkembangan
Sosioemosional Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal
Socius: Journal of Sociology Research and Education, 5 (2), 102. doi:
10.24036 / scs.v5i2.110
Romah Noer. (2020). Psikologi Pendidikan. (ISBN 13 : 6237681329,
ISBN 10 : 9786237681328), Surabaya.CV. Jakad Media Publishing.

18

Anda mungkin juga menyukai