Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Psikologi Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu


Dosen Pengampu : Dr Eka Kartika Silalahi S.Si.,M.Pd

Disusun Oleh:
Laura Br. Situmorang
Winanda Manullang
Clarissa Olivia
Meidara Gnting
Febrina Siregar

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS QUALITY
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN dan juga sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan saya.
Makalah ini saya susun dengan segala usaha kemampuan saya yang telah saya lakukan
semaksimal mungkin. Namun,saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Maka dari itu saya memohon untuk
Dosen dan teman-teman membantu saya memberikan kritik, dan saran yang saya harapkan
sebagai bahan koreksi untuk panutan saya kedepannya yang lebih baik lagi.

Medan,11 Oktober 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………
BAB I …………………………………………………………………………………....
- PENDAHULUAN …………………………………………………………………….
1.1.Latar Belakang ……………………………………………………………………...
1.2. Penegasan Istilah …………………………………………………………………...
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………………………….
1.4 Tujuan dan Manfaat Masalah ……………………………………………………..
BAB II ...………………………………………………………………………………...
- LANDASAN TEORITIS ……………………………………………………………..
2.1 Pengertian psikologi pendidikan ………………………………………………….
2.2 Ruang lingkup psikologi pendidikan ……………………………………………..
2.3 Sejarah perkembangan psikologi pendidikan ……………………………………
2.4 Aliran-aliran psikologi pendidikan ……………………………………………….
2.5 Metode metode psikologi pendidikan ……………………………………………
2.6 Hubungan psikologi pendidikan dengan konseling pendidikan ………………..
2.7 Kesimpulan ………………………………………………………………………...

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Adanya kaitan
yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar.Karena itu,
tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa
lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain,
psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan
dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Untuk memperjelas pertimbangan-pertimbangan psikologi pendidikan yang melibatkan
peserta didik ,berikut ini diketengahkan uraian tentang pengertian epsikologi
pendidikan dan ruang lingkup pskikologi pendidikan,perkembangan psikologi
pendidikan,aliran-aliran psikologi pendidikan,metode-metode psikologi pendidikan
dan hubungan psikologi pendidikan dengan bimbingan konseling.
1.2. Penegasan Istilah
Pengaruh lingkungan sekolah terhadap psikologi remaja dalam pendidikan, dapat
diuraikan beberapa istilah yang ada di dalamnya sebagai berikut:
Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
Lingkungan sekolah : Antara kekuatan masyarakat serta sebagai sistem individu atau
kelompok manusia yang memengaruhi tingkah laku mereka dan interaksi antara
mereka.
Psikologi : Ilmu yang berkaitan dengan proses mental baik normal maupun abnormal
dan pengaruhnya pada perilaku, ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Pendidikan : Suatu proses, suatu aktivitas, dan suatu rangsang yang diarahkan kepada
memprodusir perubahan-perubahan tingkah laku dari seseorang yang diinginkan
sesuai dengan tujuan-tujuan yang diinginkan.
Remaja : Mulai dewasa sudah sampai umur sekitar 13-18 tahun.
1.3. Rumusan Masalah
a) Apa definisi dari psikologi pendidikan?
b) Bagaimana sejarah perkembangan psikologi pendidikan?
c) Apa saja aliran-aliran psikologi pendidikan?
d) Apa saja metode-metode psikologi pendidikan ?
e) Bagaimana hubungan psikologi pendidikan dengan bimbingan konseling ?
1.4. Tujuan dan Manfaat
Penulisan makalah ini memiliki tujuan :
a) definisi psikologi pendidikan
b) Memahami sejarah perkembangan psikologi pendidikan
c) Memahami aliran-aliran psikologi pendidikan
d) Memahami metode-metode psikologi pendidikan
e) Memahami hubungan psikologi pendidikan dengan bimbingan konseling
Penulisan makalah ini memiliki manfaat :
a) Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
b) Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan merupakan bagian dari psikologi yaitu psikologi yang
menghubungkan tingkah laku individu dan pendidikan .psikologi pendidikan selain
mempelajari tingkah laku individu yang khusus terdapat pada situasi
pendidikan,psikologi ini juga mempelajari segi-segi perbedaan individual dalam
bertingkahlaku dalam situasi pendidikan serta berupaya untuk mencari cara untuk
mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut sehingga psikologi ini dapat diterapkan
secara efektifdalam bidang pendidikan .
Menurut Lesrer D Crow and alice crow Psykologi is the sciense of psychology
concern with the learning experience of on individual thorought his live . Dengan
demikian psikologi pendidikan dapat didefinisikan sebagai psikologi yang
menerapakan dan mengembangkan prinisp-prinsip ,teori teori dan teknik-tehnik yang
berkaitan dengan pelaksanaan belajar mengajar yang memadai sehingga guru dapat
membantu dan mengarahkan perkembangan murid-muridnya kearah sasaran yang
tepat dan yang maksimal.
2.2. Ruang Lingkup psikologi pendidikan
a) Anak pada hakikat dan perkembangannya temasuk kemungkinan perbedaan-
perbedaan individualitasnya
b) Belajar, jenis dan prosesnya termasuk prinsip-prinsip dan faktor yang
mempengaruhi efesiennya
c) Mengajar dan prisip-prinsipnya serta kondisi dan situasinya yang dapat
mendatangkan efesiensi dan efektifitas belajar dalam rangaka mengembangkan
potensi-potensi anak didik secara maksimal.
2.3 Sejarah Singkat Perkembangan Psikologi Pendidikan
Sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri, psikologi sangat kental dipengaruhi
oleh filsafat dan ilmu pengetahuan alam.Psikologi pada saat dipengaruhi oleh filsafat,
seperti Rane Descartes memandang manusia sebagai mempunyai dua unsur yang
tidak dapat dipisahkan, yaitu “jiwa dan raga”.Hubungan antara jiwa dan raga saling
mempengaruhi sebab adanya kelenjar pinealis yang terdapat dalam otak.Namun, pada
saat psikologi berada di bawah pengaruhi ilmu pengetahuan alam, psikologi
diterangkan secara kausal, dan psikologi dihubungkan dengan fisiologi.
Psikologi mulai menampakkan perkembangan dan kemajuan yang agak pesat ketika
awal abad XIX.Pada waktu itu, banyak ahli yang aktif melakukan penelitian dibidang
fisika, fisiologi dan kimia yang dihubungkan dengan reaksi-reaksi manusia pada
kondisi tertentu.Perkembangan psikologi yang modern ketika itu sangat erat kaitannya
dengan eksperimen-eksperimen yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman
inderawi (sensasi).
Psikologi mulai mandiri dan berdiri sebagai disiplin ilmu tersendiri pada tahun 1879,
yang dipelopori oleh Wilhelm Wundt yang merupakan seorang yang berkebangsaan
jerman yang juga seorang dokter, filsuf dan seorang ahli fisika.Wilhelm Wundt
mendirikan sebuah laboratorium psilokogi pertama di Leipzing jerman.Beliau banyak
melakukan eksperimen tentang proses-proses kesadaran,meliputi penginderaan dan
perasaan. Oleh karena itu, beliau mendefenisikan psikologi sebagai “ilmu yang
mempelajari tentang pengalaman sadar” (the scienceof conscious experience).
Wundt dalam eksperimennya menyelidiki tiga masalah utama yang menjadi pusat
perhatiannya, yaitu :
1) Proses kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,
2) Cara unsur-unsur itu saling berhubungan dan,
3) Menentukan hokum atau aturan dari hubungan unsur –unsur tersebut (Nana
Sudjana, 1991).
Teori Wundt, didasarkan pada teori atom dalam ilmu kimia, Wundt beranggapan bahwa
mempelajari psikologi menyangkut telaah unsur-unsur dasar atau atom-atom terhadap
dasar pengalaman mental manusia, dalam eksperimennya Wundt menggunakan
metode intropeksi dalam menentukan dan menganalisis unsur-unsur pengalaman
manusia. Beliau sangat memusatkan perhatiannya pada proses persepsi, sensasi dan
pengalaman mental manusia terhadap rangsangan-rangsangan yang diterimanya, hal
ini dilakukannya mengetahui cara atau proses berpikir manusia.
Upaya-upaya yang bersifat semi ilmiah dipelopori oleh para pendidik, seperti
Pestalozzi, Herbart, Frobel dan sebagainya. Mereka itu sering dikatakan sebagai
pendidik yang mempsikologikan pendidikan, yaitu dalam wujud upaya
memperbaharui pendidikan dengan melalui bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat
usia, metode yang sesuai dengan bahan yang diajarkan dan sebagainya, dengan
mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan kemampuan anak didik. Pestalozzi
misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai pula pada pola tujuan
pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” psikologi pendidikan; dikatakan
olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah tercapainya perkembangan anak yang serasi
mengenai tenaga dan daya-daya jiwa. Adapun Frobel Menyatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah terwujudnya kepribadian melalui perkembangan sendiri, akativitas
dan kerja sama social dengan semboyan “belajar sambil bekerja”. Herbart bahkan
telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan bahan pelajaran, berturut-turut:
persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi dan aplikasi. Tentu saja sifat dan luasnya
usaha yang mereka hasilkan dan sumbangkan sesuai dengan zamannya, yaitu bahwa
psikologi sebenarnya pada zaman itu belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang
otonom.
Akhir abat 19 penelitian-penelitian dalam lapangan psikologi pendidikan secara ilmiah
sudah semakin maju. Di Eropa Ebbinghaus mempelajari aspek daya ingatan dalam
hubungannya dengan proses pendidikan. Dengan penelitiannya itu misalnya
terkenallah Kurve Daya Ingatan, yang menggambarkan, bahwa kemampuan
mengingat mengenai sejumlah objek kesan-kesannya semakin lama semakin
berkurang (menurun), akan tetapi tidaklah hilang sama sekali.
Pada awal abad 20 pemerintah Prancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar
para pelajar, yang dirasa semakin menurun.Pertanyaannya yang ingin dijawap, apakah
prestasi belajar itu semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan malasnya si
pelajar, ataukah ada factor kejiwaan atau mental yang ikut memegang peranan. Maka
untuk memecahkan problem itu ditunjuklah seorang ahli psikologi yang bernama
Alfred Binet, Dengan bantuan Theodore Simon, mereka menyusun sejumlah tugas
yang terbentuk dalam sebuah tes baku untuk mengetahui inteligensi para pelajar. Tes
ini kemudian dikenal dengan tes Inteligensi.Tes inteligensi Binet-Simon ini sangat
terkenal, yang kemudian banyak dipakai di Amerika Serikat, yang di negri itu
mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat tingkat kesesuaiannya dengan
masyarakat atau orang-orang Amerika. Di antara para ahli yang mengambil bagian
dalam revisi-revisi itu misalnya : Stern, Terman, Merril dan sebaagainya.
Perlu juga diketahui, bahwa laboratorium ciptaan Wundt di Leipzig juga tidak hanya
melakukan aktivitas penelitian yang bersifat “psikologi umum”, melainkan juga
memegang peranan dalam psikologi pendidikan.Banyak orang Amerika yang belajar
di Leipzig kepada Wundt.Akibatnya setelah mereka mengembangkan psikologi itu di
negaranya, termasuk psikologi pendidikan.Terkenallah psikologi pendidikan di
Amerika misalnya Charles H. Judd, E.L. Thorndike, B.F. Skinner dan
sebagainya.Orang-orang ini sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan di
Amerika Serikat. Terutama E.L. Thorndike, sehingga ia dipandang sebagai Bapak
Psikologi Pendidikan di Amerika Serikat. Menurut seorang pakar psikiatri dan
psikologi Amerika Serikat yang bernama Perry London, yang telah meneliti tentang
penggunaan jasa psikologi di Amerika Serikat, yang menggunakan jasa psikologi bagi
lapangan-lapangan tertentu adalah : 25% merupakan para pendidik, 25% ahli
psikologi klinis dan konsultan, 16% merupakan para peneliti psikologi sendiri, sedang
yang 34% tersebar pada lapangan atau pakar yang lain.
2.4. Aliran-Aliran psikologi pendidikan
a. Nativisme
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan
sejak lahir.Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan
perkembangan anak.Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang
dibawa sejak lahir.Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar
ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat
jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik,
ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa
tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya
secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua, yang artinya pengakuan
tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu
daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar
lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan
berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya
sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang
ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi
kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan
orangtuanya.

2. Naturalisme
Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia
mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena
pengaruh lingkungan, sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin dan
Aminuddin R., 1992: 9), yaitu:
a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya
secara alami.
b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik
berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang
mampu mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan
tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari
pendidik.Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.
Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya
sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya. Dengan demikian, aliran Naturalisme
menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris; artinya, faktor
kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar-mengajar
secara mandiri.

3. Empirisisme
Anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan
mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari
orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan.Pengalaman diperoleh anak melalui
hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya).Pengaruh empiris yang
diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut
aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab
pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima
pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku,
sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis.
Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan.Akan tetapi gagal, karena bakat
melukis pada anak itu tidak ada.Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan
mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal.

4. Interaksionisme
Manusia lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan
perkembangan manusia selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor
pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Manusia yang mempunyai
pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi
semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu
sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan
anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.Dengan
demikian, menganggap bahwa mendidik sangat bergantung dan sangat perlu pada
faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan.

5. Mengapa manusia perlu dididik.


Menurut John Locke (1632-1704) mengajarkan bahwa perkembangan pribadi
ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, terutama pendidikan.yang berkesimpulan
bahwa tiap individu lahir sebagai kertas putih, dan lingkungan itulah yang “menulisi”
kertas putih itu. Maka Manusia perlu dididik karena manusia ditentukan oleh
lingkungannya yang mempengaruhi manusia itu sendiri, sejak ia lahir sampai ke liang
lahat. Maka lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak.

6. Mengapa pendidik harus berwibawa.


Sudah seharusnya setiap orang mengakui bahwa dirinya adalah seorang guru/pendidik,
yang harus memiliki jiwa pendidik yang mendarah daging.Artinya, nilai-nilai
pendidikan tidak sekadar dihafal secara teoritis, tetapi telah menjadi bagian dari
perilaku dirinya, diantaranya kemampuan mengelola pembelajaran atau mendidik
peserta didik yang dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.Pendidik sering
dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal.Oleh karena itu, pribadi
pendidik sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan
ditiru).Di antaranya kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, berakhlak mulia, dan bersikap
demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

7. Mengapa keluarga disebut lingkungan yang pertama dan utama.


Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan
utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati,
keluarga/orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan
mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Disinilah proses
pendidikan berawal, keluarga/orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak.
Orang tua adalah guru agama, bahasa dan sosial pertama bagi anak, kenapa
demikian?Karena orang tua adalah orang yang pertama kali mengajarkan anak
berbahasa dengan mengajari anak mengucapkan kata ayah, ibu, nenek, kakek dan
anggota keluarga lainnya.Orang tua atau keluarga adalah orang yang pertama
mengajarkan anak bersosial dengan lingkungan sekitarnya dan mampu mengarahkan,
membimbing dan mengembangkan potensi anak secara maksimal pada tahun-tahun
pertama kelahiran anak dimana anak belum disentuh oleh lingkungan lain, dalam
artian anak masih suci.
8. Siapakah sebenarnya yang harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak
dikeluarga.
Orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dikeluarga, karena
orang tua sebagai Pendidik dalam keluarga yang berfungsi Sebagai pengalaman
pertama masa kanak-kanak, Menjamin kehidupan emosional anak, Menanamkan
dasar pendidikan moral, Memberikan dasar pendidikan sosial-agama dan budaya,
memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
dengan baik.

2.5 Metode-metode psikologi pendidikan


a. Metode Experimental
Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan sebagai suatu
pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan
sengaja.Hal ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang
reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi
tertentu.Jadi, tujuan metode eksperimen adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum
dalam gejala kejiwaan.Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan
lain sebagainya. (Shalahuddin,1990:23)
Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan pengontrolan secara ketat
terhadap faktor-faktor/variabel-variabel yang diperkirakan dapat “mencemari dan
mengotori” hasil penelitian. Metode ini menggunakan suatu prosedur sistematik yang
disebut sebagai eksperimental design (rancangan eksperimen). Rancangan ini
memiliki dua pengertian:
Adanya langkah-langkah sistematik seperti langkah-langkah penelitian ilmiah:
• Ada masalah (problem)
• Kumpulan konsep/teori yang sesuai problem
• Alternatif jawaban/hipotesis
• Di uji secara empiris sesuai dengan data lapangan
• kesimpulan dan generalisasi. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:12)
Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, metode
eksperimen dibagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen laboratorium dan
eksperimen lapangan yang diacak (Slavin,2008:21)

b. Metode Questionare
Metode ini adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik
psikologis, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan
kepada suatu kelompok individu, dengan objek untuk memperoleh data dengan
memperhatikan masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga dipakai untuk
tujuan-tujuan diagnostik atau untuk menilai ciri-ciri kepribadian.
Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:
• Tidak terlalu memakan biaya.
• Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan
data yang banyak.
Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang
menyangsikan. (Shalahuddin,1990:25)
c. Metode Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus “The Penguin Dictionary of Psychology”, istilah
“clinic” dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan,
fisik, perkembangan atau kelakuan.Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode
dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki
kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama.
(Shalahuddin,1990:25)
Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah:
• Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran
belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
• Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya
perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana
perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode
pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
• Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu
tertentu pada subjek yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut
dalam jangka waktu 3 tahun (6-9 tahun).
• Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel
yang mengawakili usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita
menggunakan sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00,
sekolompok anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak
usia 7;00 untuk mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya
kita ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia
9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan
emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00
sampai 9;00. Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)
d. Metode Case Study
Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman
seseorang, penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan
pada umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang
tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik.
Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan
data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya.Adapun yang di observasi dan dicatat
adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut.
(Shalahuddin,1990:26)
e. Metode Introspeksi
Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri
sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu. Metode ini dipakai
dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem
Wundt).Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai
untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang,
sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu
tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian
melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam
Gunadarma,2002:9)
2.6 Hubungan Psikologi Pendidikan Dengan Bimbingan Konseling
Hubungan bimbingan dan konseling dengan pendidikan dan pembelajaran
Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua
siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. harapan tersebut
seringkali kandas dan tidak terwujut, karena banyak siswa tidak seperti yang
diharapkan. maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajr. untuk
mengatasi masalah kesulitan belajar maka bimbingan dan konseling dapat
memberikan layanan dalam bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan
dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
Bimbingan belajar
Bimbingan ini di maksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan
dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah. bimbingan ini antara
lain meliputi :
1. cara belajar, baik secara kelompok maupun individual
2. cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
3. efesiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
4. cara mengatasi kesulitan-kesuitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
5. cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Bimbingan sosial
Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan kelompok. bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa
dalam memecahakan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan
masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif.
Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah
pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. siswa yang mempunyai
masalah dan belum dapat diatasi atau dipecahkan, akan cenderung mengganggu
konsentrasinya dalam belajar, akibat prestasi belaar yang di capai rendah.
KESIMPULAN

Psikologi Pendidikan merupakan ilmu teoretis dan praktis, yang menghubungkan antara
pendidikan dan psikologi; tidak hanya berkaitan dengan penelitian-penelitian ilmiah
dalam berbagai aspek belajar mengajar, namun pengaplikasian konsep, teori dan
prinsip-prinsip psikologi dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian Psikologi Pendidikan dapat berupa penelitian deskriptif, korelasional,
eksperimental, maupun penelitian terapan.Psikologi Pendidikan tidak hanya bermanfaat
bagi guru atau pendidik lainnya, tetapi juga menjadi landasan dalam pengembangan
kurikulum, administrasi pendidikan atau pelaksanaan bimbingan dan konseling. Bagi
guru, agar bisa menjadi guru yang efektif, diperlukan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan profesional. Selain itu guru efektif harus memiliki komitmen, motivasi
serta kepedulian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan tugas profesionalnya.
Setiap individu mengalami proses bertumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek,
fisiologis, intelektual, emosional, moral, sosial, dan spiritual. Pada umumnya
perkembangan peserta didik melalui tahap-tahap dan mengikuti prinsip-prinsip
perkembangan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai