Disusun Oleh:
Laura Br. Situmorang
Winanda Manullang
Clarissa Olivia
Meidara Gnting
Febrina Siregar
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN dan juga sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan saya.
Makalah ini saya susun dengan segala usaha kemampuan saya yang telah saya lakukan
semaksimal mungkin. Namun,saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Maka dari itu saya memohon untuk
Dosen dan teman-teman membantu saya memberikan kritik, dan saran yang saya harapkan
sebagai bahan koreksi untuk panutan saya kedepannya yang lebih baik lagi.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2. Naturalisme
Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia
mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena
pengaruh lingkungan, sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin dan
Aminuddin R., 1992: 9), yaitu:
a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya
secara alami.
b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik
berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang
mampu mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan
tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari
pendidik.Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.
Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya
sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya. Dengan demikian, aliran Naturalisme
menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris; artinya, faktor
kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar-mengajar
secara mandiri.
3. Empirisisme
Anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan
mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari
orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan.Pengalaman diperoleh anak melalui
hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya).Pengaruh empiris yang
diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut
aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab
pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima
pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku,
sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis.
Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan.Akan tetapi gagal, karena bakat
melukis pada anak itu tidak ada.Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan
mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal.
4. Interaksionisme
Manusia lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan
perkembangan manusia selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor
pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Manusia yang mempunyai
pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi
semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu
sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan
anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.Dengan
demikian, menganggap bahwa mendidik sangat bergantung dan sangat perlu pada
faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan.
b. Metode Questionare
Metode ini adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik
psikologis, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan
kepada suatu kelompok individu, dengan objek untuk memperoleh data dengan
memperhatikan masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga dipakai untuk
tujuan-tujuan diagnostik atau untuk menilai ciri-ciri kepribadian.
Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:
• Tidak terlalu memakan biaya.
• Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan
data yang banyak.
Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang
menyangsikan. (Shalahuddin,1990:25)
c. Metode Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus “The Penguin Dictionary of Psychology”, istilah
“clinic” dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan,
fisik, perkembangan atau kelakuan.Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode
dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki
kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama.
(Shalahuddin,1990:25)
Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah:
• Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran
belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
• Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya
perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana
perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode
pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
• Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu
tertentu pada subjek yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut
dalam jangka waktu 3 tahun (6-9 tahun).
• Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel
yang mengawakili usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita
menggunakan sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00,
sekolompok anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak
usia 7;00 untuk mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya
kita ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia
9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan
emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00
sampai 9;00. Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)
d. Metode Case Study
Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman
seseorang, penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan
pada umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang
tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik.
Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan
data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya.Adapun yang di observasi dan dicatat
adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut.
(Shalahuddin,1990:26)
e. Metode Introspeksi
Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri
sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu. Metode ini dipakai
dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem
Wundt).Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai
untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang,
sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu
tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian
melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam
Gunadarma,2002:9)
2.6 Hubungan Psikologi Pendidikan Dengan Bimbingan Konseling
Hubungan bimbingan dan konseling dengan pendidikan dan pembelajaran
Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua
siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. harapan tersebut
seringkali kandas dan tidak terwujut, karena banyak siswa tidak seperti yang
diharapkan. maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajr. untuk
mengatasi masalah kesulitan belajar maka bimbingan dan konseling dapat
memberikan layanan dalam bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan
dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
Bimbingan belajar
Bimbingan ini di maksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan
dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah. bimbingan ini antara
lain meliputi :
1. cara belajar, baik secara kelompok maupun individual
2. cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
3. efesiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
4. cara mengatasi kesulitan-kesuitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
5. cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Bimbingan sosial
Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan kelompok. bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa
dalam memecahakan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan
masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif.
Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah
pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. siswa yang mempunyai
masalah dan belum dapat diatasi atau dipecahkan, akan cenderung mengganggu
konsentrasinya dalam belajar, akibat prestasi belaar yang di capai rendah.
KESIMPULAN
Psikologi Pendidikan merupakan ilmu teoretis dan praktis, yang menghubungkan antara
pendidikan dan psikologi; tidak hanya berkaitan dengan penelitian-penelitian ilmiah
dalam berbagai aspek belajar mengajar, namun pengaplikasian konsep, teori dan
prinsip-prinsip psikologi dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian Psikologi Pendidikan dapat berupa penelitian deskriptif, korelasional,
eksperimental, maupun penelitian terapan.Psikologi Pendidikan tidak hanya bermanfaat
bagi guru atau pendidik lainnya, tetapi juga menjadi landasan dalam pengembangan
kurikulum, administrasi pendidikan atau pelaksanaan bimbingan dan konseling. Bagi
guru, agar bisa menjadi guru yang efektif, diperlukan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan profesional. Selain itu guru efektif harus memiliki komitmen, motivasi
serta kepedulian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan tugas profesionalnya.
Setiap individu mengalami proses bertumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek,
fisiologis, intelektual, emosional, moral, sosial, dan spiritual. Pada umumnya
perkembangan peserta didik melalui tahap-tahap dan mengikuti prinsip-prinsip
perkembangan tertentu.