“PSIKOLOGI PENDIDIKAN”
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
RISWANA (C1C121011)
NANDA ARDELLA KAHAR (C1C121027)
MAIN INDRA GUNAWAN (C1C121024)
Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT. Yang Maha Esa. Atas segala Rahmat
dan Hidayah Nya, Kami dari kelompok dua dapat menyelesaikan tugas Makalah
kami yang berjudul "Psikologi Pendidikan" dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Selain itu penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang"Apa-apa saja pembahasan dalam Psikologi Pendidikan" dalam
ilmu Psikologi pendidikan bagi para pembaca dan juga penulis.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Nurhadifah Amaliyah
S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan dan
kepada teman-teman serta semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Kami berharap telah menyelesaikan tugas Makalah Psikologi Pendidikan ini,
semoga mendapatkan nilai yang baik dan dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca. Serta kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dibutuhkan agar makalah ini bisa
lebih baik.
Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………1
DAFTAR ISI…….………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN………….……………………………………………..3
A. Latar
Belakang…………………………………………………………………...3
B. Rumusan
Masalah………………………………………………................................4
C. Tujuan……………………………………………………………………..4
ABAB II PEMBAHASAN……………………………………………….............5
A. Pengertian Psikologi
Pendidikan…………………………………………………………………5
B. Sejarah Psikologi
Belajar………………………………………..............................................6
D. Manfaat Psikologi
Pendidikan..................................................................................................................16
A. Kesimpulan………………………………………………………………18
B. Saran……………………………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Semoga dengan hadirnya makalah ini, dunia pendidikan nasional akan terbuka untuk
membenahi fondasi pembelajaran nasional dengan menerapkan nilai-nilai psikologi
pendidikan secara konsisten penuh komitmen tinggi. Strategi, konstruksi, tema atau
kurikulum sehebat apa pun kalau mengabaikan nilai-nilai psikologi pendidikan sebagai
dasarnya hanya akan "menabur benih di tanah yang kering dan berbatu" akibatnya tidak
akan berbuah, hanya akan menuai kebusukan dan kegagalan demi kegagalan.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Psikologi yang dalam istilah lama disebut psikologi berasal dari kata bahasa Inggris
psikologi. kata psikologi adalah dua akar kata yang berasal dari kata Yunani, yaitu satu
psyche yang berarti jiwa dialogos yang berarti pengetahuan. Psikologi lebih dikaitkan
dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, psikologi didefinisikan
sebagai ilmu yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka
melakukan sesuatu, dan juga untuk memahami bagaimana makhluk ini berpikir dan merasa.
Pertama, psikologi adalah studi (pendidikan) tentang roh. Kedua, psikologi adalah ilmu
tentang kehidupan mental. Ketiga, psikologi adalah ilmu tentang perilaku organisme.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai ilmu
tentang perilaku manusia dan hewan, serta penyelidikan organisme dalam segala variasi
dan kompleksitasnya ketika bereaksi terhadap arus dan perubahan lingkungan dan
peristiwa sosial yang mengubah lingkungan.
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti
pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata) psikologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai berbagai gejala, proses maupun latar
belakangnya, atau disebut psikologi. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang
proses dan faktor yang berhubungan dengan pendidikan.
Dari batasan di atas, terlihat bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara psikologi
pendidikan dan tindakan belajar. Oleh karena itu, tidak heran jika beberapa ahli psikologi
pendidikan mengatakan bahwa bidang studi utama dalam psikologi pendidikan adalah
pembelajaran. Dengan kata lain, psikologi pendidikan berfokus pada isu-isu yang berkaitan
dengan proses dan faktor-faktor yang berkaitan dengan tindakan belajar.
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti
pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata) psikologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai berbagai gejala, proses maupun latar
belakangnya, atau disebut psikologi. Berbicara tentang jiwa, pertama-tama kita harus bisa
membedakan antara hidup dan jiwa.
Hidup adalah kekuatan jasmani yang bergantung pada kehidupan jasmani dan
menimbulkan perbuatan jasmani, yaitu perbuatan yang disebabkan oleh proses belajar
Misalnya : insting, reflek, nafsu dan sebagainya. Jika tubuh mati, maka jiwa mati.
Sedangkan jiwa adalah kekuatan hidup spiritual yang bersifat abstrak, yang menjadi
penggerak dan pengatur segala tindakan pribadi (perilaku pribadi) hewan dan manusia yang
lebih tinggi. Kebutuhan pribadi adalah tindakan sebagai hasil dari proses belajar yang
dimungkinkan oleh kondisi fisik, spiritual, sosial dan lingkungan. Proses belajar adalah
5
proses untuk meningkatkan kepribadian (kepribadian) dengan berusaha mendapatkan
pemahaman baru, nilai-nilai baru, dan keterampilan baru, sehingga ia dapat berbuat lebih
berhasil, dalam menghadapi kontradiksi dalam kehidupan. Jadi jiwa mengandung
pengertian, nilai budaya dan keterampilan.
Dan dari pengertian tersebut setidaknya dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah
ilmu yang mempelajari segala perilaku dan tindakan individu, dimana individu tersebut
tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Dalam memelihara dan memberikan akhlak dan
kecerdasan akal. Selanjutnya pendidikan menurut KBBI adalah proses mengubah sikap dan
perilaku seseorang atau kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Dengan melihat kegunaannya dalam praktik, baik secara individual maupun dalam
hubungannya dengan manusia lain atau lingkungannya, mungkin kita akan mengatakan
bahwa psikologi pendidikan itu sebenarnya sudah termasuk dalam psikologi, dan tidak
perlu dipersoalkan atau dipisahkan menjadi sesuatu disiplin ilmu tersendiri
Pendidikan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah cabang dari psikologi dalam
psikologi psikologi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang
sangat erat dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan
keberhasilan belajar.
“Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang
artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya Ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar
belakangnya. Namun, para ahli juga berbeda pendapat tentang arti psikologi itu sendiri.
Ada yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu jiwa.
Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku
atau perilaku manusia. (Mahfud, 1992:6). Carl Gustav Jung, seorang psikoanalisis dari
Switzerland (1875-1961) merupakan salah seorang sarjana yang banyak mencurahkan
perhatiannya untuk menyelidiki arti kata psikologi ditinjau dari segi harfiahnya.
la mencoba mencari arti dari kata "Psyche" dan arti katakata lain yang berdekatan
misalnya, ia tertarik pada kata "Anemos" dalam bahasa Yunani berarti angin, sedangkan
dalam bahasa Latin kata "animus" dan "anima" masing-masing berarti jiwa dan nyawa.
Dalam bahasa Arab, ia mendapatkan kata-kata "ruh" yang berarti jiwa, nyawa ataupun
angin.
6
Dengan demikian, ia menduga bahwa ada hubungan antara apa yang bernyawa dengan
apa yang bernafas (angin). Jadi psikologi adalah ilmu tentang sesuatu yang bernyawa. Ada
sebagian ahli psikologi yang mendefinisikan psikologi bertitik tolak dari anggapan bahwa
psikologi haruslah mempelajari sesuatu yang nyata (konkret), maka ada sebagian sarjana
yang mengartikan psikologi sama dengan karakterologi atau tipologi.
Karakterologi adalah ilmu tentang karakter atau sifat kepribadian dan tipologi adalah
ilmu tentang berbagai tipe atau jenis manusia berdasarkan karakternya. Jelas pendefinisian
psikologi sebagai karakterologi atau tipologi saja merupakan pendefinisian yang sempit.
Memang psikologi juga mencakup karakterologi dan tipologi, tetapi psikologi bukan hanya
mencakup kedua hal itu saja, melainkan lebih luas daripada itu. (1991: 5-7)
Bertolak dari definisi psikologi bahwa jiwa itu selalu diekspresikan melalui raga atau
badan. Dengan mempelajari ekspresi yang tampak pada tubuh seseorang, maka kita akan
dapat mengetahui keadaan jiwa orang yang bersangkutan. Bila berbicara tentang jiwa,
terlebih dahulu kita harus membedakan antara nyawa dan jiwa.
Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan
menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior), yaitu perbuatan yang ditimbulkan
oleh proses belajar. Misalnya, instink, reflek, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati,
maka mati pulalah nyawanya. Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat
abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur perbuatanperbuatan pribadi (personal
behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia.
Perbuatan pribadi adalah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan
oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial, dan lingkungan. Karena sifatnya yang abstrak,
maka kita tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar, melainkan kita hanya dapat mengenal
gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak nampak, tidak dapat dilihat oleh alat diri
kita. Demikian pula hakekat jiwa, tak seorangpun dapat mengetahuinya. Manusia dapat
mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya.
Jika tingkah laku itu merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Pernyataan itu kita namakan gejala-gejala jiwa, di antaranya; mengamati, menanggapi,
mengingat, memikir, dan sebagainya. Dari itulah kemudian orang membuat definisi, ilmu
jiwa (psikologi) yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan
dengan lingkungannya.
Objek psikologi (ilmu jiwa) yaitu jiwa. Apakah sebenarnya jiwa itu? Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa jiwa adalah abstrak, tidak dapat dilihat, didengar, dirasa, dicium, atau
diraba dengan panca indera kita. Karena itulah, pada mulanya ia diselubungi oleh rahasia
dan pertanyaan ghaib, yang oleh ahli-ahli pada zaman itu dicoba menerangkan dan
menjawabnya dengan pandangan dan tinjauan filosofis dan metafisis.
7
Ditinjau dari segi objeknya, Ahmadi (1991: 6-7) membagi psikologi menjadi tiga bagian:
Psikologi Metafisika. (meta = di balik, di luar; fisika = alam nyata). Yang menjadi
objek adalah hal-hal yang mengenai asal usulnya jiwa, wujudnya jiwa, akhir jadinya
sesuatu yang tidak berujud nyata dan tidak pula diselidiki ilmu alam biasa atau fisika.
Karena itu, dinamakan psikologi metafisika.
Psikologi Empiris. (empiris = pengalaman) Aliran empirisme, dipelopori oleh Bacon
dan John Locke. Menurut ahli-ahli empiris ini, ilmu jiwa harus berdasarkan
pengalaman. Semua peristiwa diamati, dikumpulkan dan dari hasil pengamatan nyata
itu diambil suatu kesimpulan. Sehingga Bacon dianggap sebagai bapak metode
induktif. Dalam hal ini, John Locke mengatakan bahwa jiwa adalah bagaikan kertas
putih bersih yang dapat dilukis dengan adanya pengalaman. Karena psikologi ini
mempelajari gejala-gejala jiwa yang nyata dan positif, maka psikologi ini disebut
psikologi positif.
Psikologi empiris dalam mengumpulkan data kadangkadang mempergunakan
percobaan atau eksperimen, maka psikologi empiris juga dinamakan psikologi
eksperimen.
Psikologi Behaviorisme (behavior = tingkah laku) Menurut aliran ini psikologi ialah
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku (behavior) manusia. Aliran ini timbul
pada abad 20, dipelopori oleh Mac Dougal. Behaviorisme tidak mau menyelidiki
kesadaran dan peristiwa-peristiwa psikis, karena hal ini adalah abstrak, tidak dapat
dilihat sehingga tidak dapat diperiksa dan dipercayai. Oleh sebab itu, ahli-ahli paham
ini memegang teguh prinsip-prinsip:
a) Objek psikologi adalah behavior yaitu gerak lahir yang nyata, atau reaksi-reaksi
manusia terhadap perangsang-perangsang tertentu.
b) Unsur behavior adalah refleks, yaitu reaksi tak sadar atas perangsang dari luar
tubuh.
Oleh karena itu, psikologi ini dikenal dengan nama behaviorisme.
Obyek Psikologi yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi jiwa
itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.Dengan demikian, psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari perilaku invidu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi dua bagian yaitu psikologi umum (general psychology) yang mengkaji
perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku invidu dalam situasi
khusus, diantaranya :
a) Psikologi Perkembangan
Mengkaji perilaku invidu yang berada dalam proses perkembangan mulai masa
konsepsi sampai akhir hayat.
b) Psikologi Kepribadian
8
c) Psikologi klinis
d) Psikologi Abnormal
e) Psikologi industri
f) Psikologi Pendidikan
Jenis-jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdanai berbagai jénis psikologi
lainnya, bahkan sangat mungkin akan terus berkembang, sejalan dengan perkembangan
yang dinamis dan kompleks. Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu
karena di dalamnya memiliki persyaratan persyaratan suatu ilmu, yakni:
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang
psikologi yang khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan
dengan tujuan menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori teori psikologi berkaitan
dengan pendidikan yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu dalam rangka efektifitas
proses pendidikan.
9
Pandangan Behavioris
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk
mengkaji perilaku individu terhadap setiap aktivitas individu yang harus dilakukan, bukan
pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam individu. Karena itu, Penganut aliran
behaviorisme menolak keras aspek-aspek kesadaran atau mentalitas dalam individu.
Pandangan ini sebenarnya sudah berlangsung lama sejak jaman kuno, ketika psikologi
masih dianggap bagian dari kajian filsafat.
Namun kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi tahun 1913 yang menganggap
psikologi sebagai bagian ilmu kealaman yang eksperimental dan objektif, sebab itu
psikologi harus menggunakan metode empiris seperti: observasi, pengkondisian, pengujian,
dan laporan verbal. formal dimulai oleh J.B. Watson
Teori utama Watson yaitu konsep stimulus dan respon (S-R) dalam psikologi.
Stimulus adalah segala sesuatu yang bersumber dari lingkungan. Sedangkan respons
adalah segala aktivitas sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai level sederhana hingga
level tinggi. Watson tidak mempercayai unsur herediter (kepentingan) sebagai penentu
perilaku dan perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga tidak penting lingkungan
Pemikiran Watson menjadi dasar para Penganut behaviorisme berikutnya.
Berikut ini disajikan beberapa teori penting yang dihasilkan kelompok behaviorisme:
a. Hukum Akibat); artinya jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan,
maka hubungan stimulus-respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respons, semakin lemah hubungan yang terjadi
antara stimulus-respon.
10
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-
hukum belajar, di antaranya:
a. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaar yang mudah. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (salah satunya bekerja sebagai
penguatan/penguat stimulus), maka refleks dan stimulus lainnya meningkat.
b. Hukum Kepunahan Termohon yakni hukum pemusnahan yang mudah. Jika yang
sudah diharapkan melalui responden conditioning didatangkan menghadirkan
penguat, maka kekuatannya menurun. kembali tanpa
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant diperkuat proses
pengkondisian tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku akan
menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respon
dalam operasi pengkondisian terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek
yang ditimbulkan oleh penguat stimulus. Penguat stimulus sendiri pada dasarnya adalah
stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu, namun
tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam teori
pengkondisian klasik jaman Yunani kuno.
Teori belajar sosial atau disebut 'teori observational learning adalah sebuah teori belajar
yang relatif masih baru dibandingkan teori- teori belajar lain. Berbeda dengan penganut
Behaviorisme lainnya, Bandura memandang perilaku individu bukan semata-mata refleks
otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan akibat reaksi yang timbul sebagai hasil
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam
belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian sampel/model
perilaku (modeling) Teori ini masih memandang pentingnya konsep pengkondisian
perilaku individu. Melalui pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment),
seorang individu akan termotivasi berpikir dan memutuskan perilaku sosial yang perlu ia
lakukan.
11
Pandangan Psikoanalisis
Psikoanalisis sebagai kekuatan pertama aliran psikologi. Aliran ini pertama kali
dikembangkan tahun 1890-an oleh Simund Freud seorang ahli neurologi yang berhasil
menemukan cara-cara pengobatan yang efektif bagi pasien-pasien yang mengalami gejala
neurotik dan histeria melalui pengobatan eksperimental yang disebut 'abreaction yakni
kombinasi antara teknik hipnotis dengan katarsis yang dia pelajan dari seniomya sekaligus
sahabatnya, Dr. Josef Breuer.
Breuer dan Freud menangani pasien gangguan histeria yang menjadi bahan utama
tulisannya: "Studies in Histeria". Kerjasamanya dengan Jean Martin Charcot, dokter syaraf
terkenal Perancis membuatnya banyak menggali gejala-gejala psikosomatik dari pasien-
pasien yang mengalami gangguan seksual. Freud berhasil mengembangkan teori
kepribadian yang membagi struktur mind ke dalam tiga bagian yaitu: consciousness (alam
sadar), preconsciousness (ambang sadar) dan unconsciousness (alam bawah sadar).
Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness yang paling dominan dan paling pehting
dalam menentukan perilaku manusia (dianalogikan dengan gunung es). Dalam
unsconscious, tersimpan ingatan masa kecil manusia, energi psikis yang besar serta instink.
Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi
ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari
mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.
12
Setiap manusia pasti mempunyai perasaan inferior karena berusaha melakukan
kompensasi terhadap kekurangannya dan perasaan ini. Kompensasi ini bisa berbentuk
penyesuaikan diri atau membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi
kelemahan- kelemahannya. Selanjutnya, Adler juga membahas tentang 'striving for
superiority' yaitu dorongan mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan.
Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu
sepanjang hidupnya. Adanya 'striving for superiority' menyebabkan manusia selalu ingin
berkembang ke arah berorientasi ke masa depan dibandingkan Freud yang lebih
berorientasi kesempurnaan (self perfection). Teori ini yang membuat Adler memiliki
pandangan optimistik dan positif terhadap manusia serta lebih ke masa lalu dan 'suram'.
Beberapa teori yang dihasilkan dari kalangan psikoanalisis diantaranya adalah :
1) Teori konflik
2) Psikologi ego
3) Teori hubungan-hubungan obyek
4) Teori struktural
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada
tahun 1950-an sebagai akar pemikiran kalangan eksistensialisme yang berkembang pada
abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti: Abraham Maslow,
Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya
mengkaji secara khusus berbagai keunikan manusia seperti: self (diri), aktualisasi diri,
kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan
behaviorisme serta dipandang sebagai "kekuatan ketiga" dalam aliran psikölogi.
Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama psikologi yang awal mulanya datang dari
psikoanalisis Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang
dikombinasikan dengan kesadaran pikiran kepribadian yang sehat.
13
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan detil
tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi
dengan menitik-beratkan kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan
menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan
pemaknaan. James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama psikologi
humanistik, yaitu :
(2) Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya
(3) Manusia memiliki kesadaran akan dirinya sendiri dalam berhubungan dengan orang
lain
(4) Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya
(5) Manusia memiliki kesadaran untuk mencari dan menemukan makna, nilai dan
kreativitas.
14
Metode dalam Psikologi Pendidikan
1. Observasi
Observasi dalam Bahasa lainnya adalah pengamatan. Pengamatan ini biasanya
dilakukan pada seseorang perserta didik atau sekelompok peserta didikdengan cara
yang sistematis.
2. Tes
Pada sebuah penelitian didalam dunia pendidikan seringkali melibatkan metode tes.
Pada metode ini diajukan berbagai pertanyaan yang telah dirancang untuk dijawab oleh
peserta didik yang akan diamati kondisi psikologisnya. Tes dilakukan dengan kaidah-
kaidah tertentu. Biasanya tes dimanfaatkan untuk keperluan praktis.
3. Eksperimen
Pada suatu rentang waktu tertentu dilakukan eksperimen untuk mengumpulkan data.
Pemberian perlakuan-perlakuan pada peserta didik atau siswa kemudian diamati
hasilnya. Apakah sesuai dengan yang diharapakan atau belum. Perlakuan mana yang
menjadi perlakuan terbaik atau paling efektif akan menjadi hasil yang akhir dari sebuah
eksperimen. Pengolahan data eksperimen biasanya dilakukan dengan statistik dan
analisis.
4. kuisioner atau angket
Angket adalah suatu instruemen pengumpul data. Bentuknya biasanya berupa
kumpulan-kumpulan pertanyaan yang telah dirancang oleh peneliti psikologi
pendidikan sesuai dengan tujuan penelitian. Daftar pertnyatanyaan yang tertulis pada
kuisioner biasanya diserahkan kepada peserta didik untuk dijawab oleh mereka.
Sebenarnya kuisioner mirip dengan wawancara atau interview hanya saja pada
wawancara pertnyaan berurutan diberikan secara lisan
5. Studi kasus
Studi kasus adalah metode yang digunakan dalam psikologi pendidikan dimana
dilakukan suatu studi atau penyelidikan pada anak didik atau siswa. Penyelidikan ini
dilakukan untuk mengetahui latar belakang peserta didik tersebut, baik berupa latar
belakang ekonomi, sosial, budaya maupun fisik dan mental. Studi kasus mungkin
memerlukan waktu dan tenaga yang lebih besar untuk memperoleh data yang akurat.
6. Metode klinis
Metode klinis merupakan suatu metode yang juga sering digunakan dalam psikologi
pendidikan. Metode
7. Proyeksi
Proyeksi adalah suatu metode dimana penelitian terhadap seorang anak didik dengan
memberikan gambar-gambar atau tulisan-tulisan atau bentuk khas sperti game
sehingga tanggapan terhadap gambar-gambar dan tulisan-tulisan atau game dapat
diterjemahkan untuk dapat memproyeksikan perilaku yang ditujukkan oleh peserta
didik.
8. Intropeksi
Ini adalah metode yang sebenarnya cukup rumit untuk diterapkan, dimana para ahli
psikologi atau praktisi pendidikan melakukan intropeksi atau pengamatan terhadap apa
yang terjadi didalam dirinya sendiri.
15
D. Manfaat Psikologi Pendidikan
Sebagaimana telah disebutkan diatas, psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin ilmu
yang secara khusus memepelajari tentang perkembangan tingkah laku manusia dalam
interaksinya dengan lingkungan. Oleh sebab itu, banyak manfaat yang akan diperoleh
dalam pembahasan ini dalam memepelajari perkembangan psikologi manusia, diantaranya :
2. Pengetahuan psikologi dapat membantu kita dalam memberikan respon yang tepat
terhadap perilaku tertentu seseorang. Psikologi pendidikan dapat membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan arti dan sumber pola berpikir, perasaan
dan tingkah laku seseorang.
16
5. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan kita memberikan
bimbingan belajar yang tepat kepada orang yang lebih mudah dari kita, seseorang yang
mau belajar tentang cara berperilaku yang tepat yang sesuai dengan norma-norma
manusia.
6. Studi psikologi pendidikan dapat membantu kita memahami diri sendiri. Melalu
psikologi pendidikan kita akan mendapatkan wawasan dan pemahaman perjalanan
hidup kita sendiri (sebagai bayi, anak, remaja dan orang dewasa), seperti bagaimana
hidup kita kelak kita bertumbuh sepanjang tahun-tahun dewasa (sebagai orang dewas
tengah baya, sebagai orang dewasa tua). Singkat mempelajari psikologi pendidikan
akan memberikan bnyak informasi tentang siapa kita, bagaimana kita, bagaimana kita
dapat seperti ini, dan kemana masa depan akan membawa kita.
Lebih dari itu, pengetahuan mengenai psikologi pendidikan akan membantu kita
sehingga dapat menimbulkan kesadaran terhadap diri sendiri, sehingga dapat
melaksanakan tuga-tugas dengan baik.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan dapat
disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam
penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada sebuah pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan
masalah pendidikan terutama yang memperngaruhi proses belajar.
2. Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi pendidikan konon
katantanya pernah dilakukan alakadarnya. para ahli juga berbeda pendapat tentang
arti psikologi itu sendiri. Ada yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu
jiwa.Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang tingkah
laku atau perilaku manusia. (Mahfud, 1992: 6)
3. Bertolak dari definisi psikologi bahwa jiwa itu selalu diekspresikan melalui raga atau
badan. Dengan mempelajari ekspresi yang tampak pada tubuh seseorang, maka kita
akan dapat mengetahui keadaan jiwa orang yang bersangkutan. Bila berbicara tentang
jiwa, terlebih dahulu kita harus membedakan antara nyawa dan jiwa.
4. Manfaat Psikologi Pendidikan
Untuk mempelajari situasi dalam proses belajar
Memhami perbedaan individu
Memilih strategi dan metode dalam pembelajaran
Menciptakan iklim bersosialisasi yang kondusif dilingkungan sekitar
5. Psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang khusus
mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan
menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori teori psikologi berkaitan dengan
pendidikan yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu dalam rangka efektifitas
proses pendidikan
B. Saran
Di dalama makalah ini yang membahas materi”Paikologi Pendidikan”. Yang dimana guru
sebagai pengajar haruslah paham akan psikologi pendidikan dikarenakan psikologi
pendididkan merupakan wadah yang harus dipahami guru agar menjadi pendidik yang
berkualitas.
18
DAFTAR PUSTAKA
Buku “ Teori-teori Dasar” Psikologi Pendidikan. By Ratna Yudawati, S.Pd., M.Si dan Dany
Haryanto, S.S.
Buku ”Psikologi Perkembangan Peserta Didik” Panduan bagi orang tua dan guru dalam
memahami psikologi anak usia SD, SMP, dan SMA. By Dra. Desmita, M.Si.
Buku “Psikologi belajar”. Hakikat perilaku pelajar, karakteristik, ragam, tinjauan teori
belajar dalam pembelajaran, hakikat, jenis-jenis, prosedur dan teknik diagnosis kesulitan
belajar. By Syarifan Nurjan, M.A.
19