Anda di halaman 1dari 24

Tugas kelompok

Mata kuliah : Pengantar pendidikan


Dosen pengampu: Perawati Bte Abustang. S.Pd.,M.Pd

MENGANALISIS ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

Kelompok 3
Ransi Rande (C1C121033)
Nur Aenatul Mujahida ( C1C121015)
Main Indra Gunawan ( C1C121024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2022
KATA PENGATAR

Pendidikan adalah proses pemartabat manusia menuju puncak optimasi potensi


kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya. Pendidikan merupakan proses
membimbing dan melatih, dan memandu manusia keluar dari kebodohan dan
pembodohan. Pendidikan sebagai metaformosis perilaku menuju kedewasaan sejati
(Sudarwan Danim, 2010: 2-3). Istilah pendidikan berasal dari bahasa Latin “
educere” yang berarti “ memimpin atau memandu keluar”. Pendidikan merupakan
istilah yang mengandung pengertian lebih luas dari pengajaran, karena pengajaran
bagian dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan bimbingan terhadap
perkembangan pribadi secara menyeluruh, perkembangan pribadi dengan segala
aspeknya. Sementara itu, pengajaran hanya berhubungan dengan pembentukan cipta
atau akal melalui pengetahuan ataupun kecakapan.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap
kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang
memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai
kepustakaan aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah
dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini.
Aliran-aliran klasik ini meliputi aliran empirisme, nativisme, naturalisme dan
konvergensi. Aliran ini mewakili berbagai variasi pendapat tentang pendidikan, mulai
dari yang paling pesimis sampai dengan yang paling optimis. Aliran yang paling
pesimis memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat, bahkan mungkin merusak
bakat yang telah dimiliki anak. Sedangkan aliran yang paling optimis memandang
anak seakan-akan tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati. Banyak pemikiran yang
berada di antara kedua kutub tersebut yang dapat dipandang sebagai variasi gagasan
dan pemikiran dalam pendidikan.

Makasaar ,19 September 2022

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................

A.Latar Belakang..................................................................................................

B.Rumusan Masalah.............................................................................................

C.Tujuan Penulisan...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................

A.Pengertian Aliran Pendidikan............................................................................

B.Macam Macam Aliran Pendidikan....................................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................................

A.Kesimpulan ......................................................................................................

B.Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….22

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam
memandang perkembangan manusia. Hal ini berdasarkan atas faktor-faktor dominan
yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi perkembangan manusia. Untuk
memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai hal itu, maka berikut ini disajikan
berbagai aliran klasik dan gerakan-gerakan baru dalam pendidikan. Ada seorang
tokoh filosof China klasik Kong Fu Che menyatakan bahwa “belajar merupakan
intisari hidup, hidup manusia yang selalu belajarlah yang dapat meningkatkan kualitas
hidup. Kita itu hidup untuk saat ini, bermimpi untuk masa depan dan belajar untuk
kebenaran abadi”. Artinya bahwa belajar itu bukanlah harus dipandang sebagai suatu
kewajiban namun suatu kebutuhan, belajar merupakan suatu proses yang tiada akhir,
terus- menerus, dan penuh kesadaran. Belajar itu kunci sukses untuk menghadapi
hidup dan kehidupan, mati dan kematian. Belajar merupakan proses perubahan yang
berlangsung terus menerus sepanjang hayat tanpa mengenal usia. Sesuai dengan
hadits nabi “tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat” (H.R Bukhari) ini
merupakan dasar belajar merupakan suatu proses yang terus-menerus tiada henti atau
“long life education”. Semangat belajar, kewajiban belajar ada pada setiap diri
manusia, baik untuk laki-laki maupun wanita, untuk yang tua ataupun yang muda,
mulai dari lahir hingga nafas berakhir.
Belajar sepanjang hayatnya manusia yang merupakan sebuah kebutuhan,
kesadaran, dan adanya perubahan, mengingatkan kita pada aliran klasik pendidikan.
Salahsatunya bahwa manusia belajar merupakan akibat adanya kesadaran interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya setelah adanya stimulus dan respon yang
diberlakukan. Menurut teori behaviorisme dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Teori belajar behavioristik ini
merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara
stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru.
Pengalaman baru inilah yang kemudian dalam aliran pendidikan klasik menyebutkan
dirinya sebagai aliran pendidikan yang berkonsep Empirisme. Aliran empirisme
mengacu pada psikologi behavioristik yang menyatakan bahwa setiap individu

4
mendapat proses pendidikan karena adanya pengaruh dari luar. Pavlov juga
menyimpulkan bahwa hasil eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada manusia
untuk belajar. Implikasi hasil eksperimen tersebut pada kegiatan belajar manusia
adalah bahwa belajar pada dasarnya membentuk asosiasi antara stimulus dan respons
secara reflektif, proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat
(M.Hamid, 2002:74). Secara definisi bahwa stimulus-respons yaitu suatu proses yang
memberikan respons tertentu terhadap apa yang datang dari luar individu. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku
dari stimulus yang diterimanya (Muhaimin dkk, 2002: 196).

B.Rumusan Masalah
1. Pengertian aliran-aliran pendidikan
2. Jenis- jenis aliran pendidikan
3. Apa saja teori pendukung aliran pendidikan

C.Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam menyusun makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian aliran-aliran pendidikan
2. Untuk mengetahui macam-macam aliran penidikan.
3. Untuk mengetahui teori pendukung aliran pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAAN
A.Pengertian aliran-aliran pendidikan

Gagasan dan pelaksanaan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia


dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan
perkembangan iptek. Pemikiran- pemikiran yang membawa pembaharuan
pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan.
Seperti bidang-bidang lainya, pemikiran–pemikiran dalam pendidikan itu
berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran
terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir-pemikir berikutnya,
dan karena dialog tersebut akan melhirkan lagi pemikiran-pemikiran baru dan
demikian seterusnya
Dalam aliran filsafat pendidikan, terdapat aliran Esensialisme,
Progresivisme, Perenialisme, dan Rekonstruksionisme. Sementara, dalam aliran-
aliran pendidikan adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi.
Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan
pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Selanjutnya, dalam teori-teori pendidikan, terdapat Behaviorisme, Kognitivisme,
Konstruktivisme, Humanistik
Sebelum membicarakan aliran dan teori pendidikan, tentunya kita harus
memahami terlebih dahulu hakekat pendidikan itu sendiri. Terdapat dua istilah yang
mengarah pada pemahaman hakekat pendidikan, yaitu kata paedagogie yang
bermakna pendidikan, dan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Terkait
paedagogiek atau ilmu pendidikan merupakan ilmu atau teori yang sistematis
tentang pendidikan bagi anak, bahkan sampai anak tersebut menuju dewasa.

6
Pendidikan adalah proses pemartabat manusia menuju puncak optimasi
potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya. Pendidikan merupakan
proses membimbing dan melatih, dan memandu manusia keluar dari kebodohan dan
pembodohan. Pendidikan sebagai metaformosis perilaku menuju kedewasaan sejati
(Sudarwan Danim, 2010: 2-3). Istilah pendidikan berasal dari bahasa Latin “
educere” yang berarti “ memimpin atau memandu keluar”. Pendidikan merupakan
istilah yang mengandung pengertian lebih luas dari pengajaran, karena pengajaran
bagian dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan bimbingan terhadap
perkembangan pribadi secara menyeluruh, perkembangan pribadi dengan segala
aspeknya. Sementara itu, pengajaran hanya berhubungan dengan pembentukan cipta
atau akal melalui pengetahuan ataupun kecakapan.

Tujuan pendidikan memuat tentang nilai-nilai kebajikan, luhur, pantas,


benar, dan indah bagi kehidupan, sehingga tujuan pendidikan mempunyai dua
fungsi, yaitu: memberikan arahan kepada segenap kegiatan pendidikan dan sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen
pendidikan, tujuan pendidikan memiliki posisi penting di antara komponen-
komponen pendidikan lainnya. Tujuan pendidikan bersifat normatif, yaitu
mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan
hakekat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai
nilai yang baik

B.Macam-macam aliran-aliran pendidikan

1. Aliran-aliran klasik dalam pendidikan


Aliran-aliran klasik dalam pendidikan adalah teori pendidikan klasik, yang
memandang pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan daripada prosesnya. Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil
dari sari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para
ahli di bidangnya dan disusun secara logis dan sistematis.
a.Aliran Nativisme

7
Kata nativisme berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti terlahir (Idris,
1987: 31). Dalam wikipedia bahasa Indonesia (wikipedia.org), dijelaskan bahwa
nativisme adalah aliran pendidikan yang berpandangan bahwa keterampilan-
keterampilan atau kemampuan-kemampuan tertentu bersifat alamiah atau sudah
tertanam dalam otak sejak lahir. Dalam ilmu kebahasaan aliran nativis, Douglas
Brow (Brow, 2008: 30) mengungkapkan bahwa istilah nativis diambil dari
pernyataan dasar bahwa pemerolehan bahasa sudah ditentukan dari sananya, bahwa
kita lahir dengan kapasitas genetik yang memengaruhi kemampuan kita memahami
bahasa di sekitar kita, yang hasilnya adalah sebuah konstruksi sistem bahasa yang
tertanam dalam diri manusia. Teori nativis dalam penerimaan bahasa pertama yang
diungkapkan oleh Douglas Brow ini nampaknya tidak jauh berbeda dengan teori
nativisme dalam pendidikan yang dipelopori oleh filosof Jerman Arthur
Schopenhauer (1788-1860). Arthur Schopenhauer (Blog Swandika 2011)
beranggapan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh
alam sekitar ataupun pendidikan.
Dengan tegas Arthur Schaupenhaur (Blog Swandika 2011) menyatakan yang
jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pandangan ini sebagai
lawan dari aliran empirisme atau optimisme yaitu pendidikan pesimisme
memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh faktor pendidikan,
ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab
lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Schaupenhaur (Idris, 1987: 31) juga berpendapat bahwa mendidik ialah membiarkan
seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya.
Jadi, menurut aliran ini, pengetahuan seseorang sepenuhnya dipengaruhi oleh
pembawaan lahir dan gen yang diturunkan oleh kedua orang tua. Pendidikan yang
diberikan haruslah disesuaikan dengan bakat dan pembawaan anak didik itu sendiri.
Teori ini percaya bahwa lingkungan pendidikan maupun lingkungan sekitar yang
telah direkayasa oleh orang dewasa tidak akan berpengaruh terhadap tumbuh
kembang pengetahuan manusia. Dengan kata lain aliran ini menekankan bahwa
pemerolehan pengetahuan manusia hanya berasal dari dalam (internal).
Pembawaan lahir itu ada yang baik ada pula yang buruk. Manusia tumbuh
dan berkembang membawa segala hal yang telah ia bawa sejak lahir. Dan apa yang
mereka bawa tersebut, akan berkembang sesuai arahnya masing-masing. Sedangkan
pendidikan tidak akan mempengaruhi apa- apa. Tokoh aliran Nativisme adalah

8
Schopenhauer. la adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini
juga didukung oleh Frans Josseph Gall (1785-1825). Tokoh lainnya, Plato, Descartes
dan Lambroso. Itulah tokoh-tokoh dalam aliran Nativisme.
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh
faktor bawaan sejak la¬hir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap
pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan
oleh bakat yang di¬bawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini,
keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat,
jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika
anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai
dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip
orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya,
pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah
terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis
yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda
dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik
maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu.
Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan
berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi ke-mampuan
orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya

b.Aliran empirisme

Kata empirisme berasal dari bahasa latin empericus yang memiliki arti
pengalaman (Idris, 1987: 30). Kemudian, John Lock seorang filsuf dari Inggris
(Purwanto, 2000: 16) berpandangan bahwa empirisme, adalah aliran atau paham
yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari
pengalaman (empiri) yang masuk melalui indra. Selain itu, dalam bukunya yang
berjudul Essay Concerning Human Understanding, ia mengatakan bahwa tak ada
sesuatu dalam jiwa, yang sebelumnya tak ada dalam indera. Dengan kata lain: Tak
ada sesuatu dalam jiwa, tanpa melalui indra (Soejono, 1987: 19). Pendapat ini
sebetulnya telah jauh dikemukakan oleh Plato (Husaini et. al., 2013: 4) yang
menyatakan bahwa ada dua cara untuk mengajarkan atau mengenalkan pengetahuan.

9
Pertama adalah pengenalan indrawi (empiris) dan yang kedua adalah pengenalan
melalui akal (rasional).
Selain pendapatnya di atas, John Lock (Purwanto, 2000: 16) sebagai tokoh
utama dari aliran ini, mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat
diumpamakan seperti kertas putih yang kosong dan yang belum ditulisi, atau lebih
dikenal dengan istilah teori tabulara (a sheet of white paper avoid of all characters).

Menurut aliran ini anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat
dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena itu anak-anak
dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan warna
pendidikannya. Aliran empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi
eksternal dalam perkembangan manusia. Aliran ini mengatakan bahwa
perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan anak yang
dibawa semenjak lahir tidak dianggap penting. Selain itu, Aliran ini juga
berpandangan bahwa perkembangan seseorang tergantung seratus persen kepada
pengaruh lingkungan atau kepada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam
kehidupannya. (Idris, 1987: 30).
Jadi, aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan bersumber utama dari
pengalaman yang masuk melalui indera dan pengaruh eksternal dalam kehidupan,
baik dalam keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, sedangkan
pembawaan lahir tidaklah dianggap penting sebagai faktor penentu pengetahuan.
Segala sesuatu yang tidak masuk atau dirasakan melalui indera, boleh jadi mereka
katakan tidak benar-benar ada. Oleh karena itu, aliran ini juga sering dikatakan
menolak keberadaan Tuhan dan benda-benda yang bersifat metafisika. Aliran ini
juga melahirkan sekularisasi dalam pendidikan.
Dalam kehidupan kehidupan sehari-hari, banyak sekali contoh yang
berkaitan dengan empirisme. Salah satu contoh nya seperti bagaimana kita
mengetahui bahwa api itu panas? Seorang empirisme akan berpandangan bahwa api
itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut
dan memperoleh pengalaman yang kita sebut ‘panas’.
Bagaimana kita tahu bentuk rupa jerapah? Tentu kita akan baru benar-benar
tahu setelah melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Atau bagaimana kita
mengetahui bahwa bunga melati itu wangi? Kita akan tahu pasti setelah mencium

10
baunya. Pengetahuan-pengetahuan melalui indera tersebut akan disimpan dalam
memori otak kita, dan dapat dikeluarkan pada saat dibutuhkan. Dengan kata lain,
dengan menggunakan alat inderawi, kita akan memperoleh pengalaman yang
menjadi pengetahuan kita kelak.
Contoh lain dalam kehidupan pribadi, misalnya kita melakukan sesuatu dengan
tujuan tertentu dan ternyata apa yang kita lakukan tadi mengalami kegagalan atau
tidak berhasil. Hal ini akan menjadi pelajaran bagi kita, agar saat kita akan mencoba
melakukan hal itu kembali, kita tidak akan gagal karena sebelumnya kita sudah
mengalami nya dan kita tidak akan jatuh dalam kesalahan yang sama. Pengalaman
menjadi bermanfaat saat pengalaman itu berisi pembelajaran bagi seseorang.
Contoh sederhananya, ketika kita belajar memasak, mungkin saat kita baru pertama
kali mencoba masakan yang telah kita masak, masakan nya terasa terlalu asin, atau
bahkan tidak ada rasa sama sekali, nah dari situ kita bisa belajar bagaimana
menciptakan masakan yang enak sesuai dengan pengalaman yang telah didapat.
Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada
tahun 1632-1704. George Berkeky (1685-1753) dengan bukunya New Theory of
Vision, David Hume (1711-1776), David Hartley (1705-1757) dan James Mill
(1773-1836). Itulah tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam aliran empirisme.
Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan
bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan
mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari
orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui
hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang
diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak.
Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting,
sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan
menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk
tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan. Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya
menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi
gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak
terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal.
Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di
lingkungan yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh keluarga petani

11
golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan keluarga kaya yang hidup di kota
dan disekolahkan di sekolah modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan
kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal, ada anak
yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung

c.Aliran konvergensi

Konvergensi berasal dari bahasa Inggris dari kata convergenry, artinya


pertemuan pada satu titik. Zahara Idris (1987:33) mengatakan bahwa aliran ini
mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara
nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan
dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi
perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh
lingkungan. Hendaknya pendidik dapat menciptakan lingkungan yang tepat dan
cukup kaya atau beraneka ragam, agar pembawaan dapat berkembang semaksimal
mungkin. Menurut William Stern (Purwanto, 2000:60) ahli ilmu jiwa sekaligus
pelopor aliran konvergensi berbangsa Jerman ini mengatakan bahwa pembawaan
dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia.
Akan tetapi, Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya tentang pendapat
W.Stern itu belum selesai. Dalam aliran ini terdapat dua aliran, yaitu aliran yang
dalam hukum konvergensi ini lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan
daripada pengaruh lingkungan, dan di pihak lain mereka yang lebih menekankan
pengaruh lingkungan atau pendidikan, sehingga belum tepat kiranya hal itu
diperuntukkan bagi perkembangan manusia.
Maka dari itu Ngalim Purwanto (2000:61) memberikan saran dengan jelas
kepada pendidik dalam mencari jalan untuk mengetahui pembawaan seseorang dan
kemudian mengusahakan lingkungan atau pendidikan yang baik dan sesuai.
Perkembangan manusia bukan hasil belaka dari pembawaan dan lingkungannya
melainkan manusia harus diperkembangkan dan memperkembangkannya.
Tokoh aliran Konvergensi adalah William Stem. la seorang tokoh
pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran Konvergensi merupakan
kompromi atau kombinasi dari aliran Nativisme dan Empirisme. Aliran ini
berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk,

12
sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi,
faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan
yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir
tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi
perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat
baik yang dibawa anak.
Dengan demikian, aliran Konvergensi menganggap bahwa pendidikan
sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan. Hanya saja,
William Stem tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua
faktor tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bisa
ditetapkan.

d.Aliran natualisme

Naturalisme mempunyai beberapa pengertian, yaitu dari segi bahasa,


Naturalisme berasal dari dua kata, “Natural” artinya “Alami” dan “Isme” artinya
“Paham”. Aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai “Paham Alami”.
Maksudnya, bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya
memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik dan tak ada seorangpun terlahir
dengan pembawaan yang buruk.
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai
keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan
bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia,
sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia
yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah kebalikan
dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam
dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam (Titus dalam
makalah Ahmad, 2012).
Naturalisme lahir pada abad ke-17 dan mengalami perkembangan pada abad
ke-18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan
bahwa “Learned heavily on the knowledge reported by man’s sense” (pembelajaran
yang hebat dalam ilmu pengetahuan berasal dari akal pikiran manusia). Aliran ini
dipelopori oleh J.J Rosseau, filsuf Perancis yang hidup pada tahun 1712-1778.

13
Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan
baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan.
Pendidikan yang diberikan orang dewasa, justru dapat merusak pembawaan baik
anak itu, sehingga aliran ini sering disebut negativism.

Selain Rosseau, ada juga Plato dan Aristoteles yang menganut paham yang sama.
Plato berpandangan (Tafsir, 2012 : 58-59) bahwa ajaran idea yang lepas dari objek,
yang berada di alam idea, bukan hasil abstraksi. Idea itu umum, berarti berlaku
umum. Dia berpendapat bahwa selain kebenaran yang umum itu ada kebenaran
yang khusus, yaitu “kongkretisasi” idea di alam ini. Contoh, “kucing” di alam idea
berlaku umum atau kebenaran umum, sedangkan “kucing hitam di rumah saya”
adalah kucing yang khusus. Tokoh lain adalah Aristoteles. Ia termasuk tokoh
filsafat yang rasional. Pemikiran filsafatnya lebih maju karena dasar-dasar sains
diletakkan. Ia berpendapat bahwa makhluk hidup di dunia ini terdiri atas dua
prinsip, yaitu prinsip matter dan form. Matter memberikan substansi sesuatu,
sedangkan form memberikan pembungkusnya.

Form disebut juga materi yaitu badan, sedangkan matter disebut juga
rohani. Badan material manusia pasti mati, sedangkan yang memberikan bentuk
kepada materi adalah jiwa. Jiwa manusia mempunyai beberapa fungsi yaitu
memberikan hidup vegetatif (seperti jiwa tumbuh-tumbuhan), lalu memberikan
hidup sensitif (seperti jiwa binatang) akhirnya membentuk hidup intelektif. Oleh
karena itu jiwa intelektif manusia mempunyai hubungan baik dengan dunia materi
maupun dengan dunia rohani, maka Aristoteles membedakan antara bagian akal
budi yang pasif dan bagian akal budi yang aktif. Bagian akal budi yang pasif
berhubungan dengan materi, dan bagian akal budi yang yang aktif berhubungan
dengan rohani. Mayer dalam Tafsir (2012 : 61) memberikan contoh lainnya,
kepercayaan pada Tuhan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapi ia percaya pada Tuhan.
Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak
berhubungan (tidak mempedulikan) dengan alam ini. Ia bukan persona.

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, penulis berkesimpulan bahwa


filsafat aliran naturalisme ini begitu menjunjung tinggi alam sebagai sarana utama
dalam kehidupan manusia, bahkan Tuhan pun diyakini tidak ada hubungannya atau

14
tidak peduli dengan alam. Landasan kebenaran berpatokan pada pemikiran ilmiah
yang dapat dibuktikan kebenarannya secara nyata.

Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran


naturalisme, yang berasal dari bahasa Latin, nature artinya alam. Tokoh pendukung
aliran naturalisme adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778), seorang filsuf
Perancis mengucapkan sesuatu yang terkenal yaitu “ Kembalilah ke Alam”. Ia
berpandangan bahwa semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik dan
tidak ada seorangpun anak yang lahir dengan pembawaan buruk. Lingkunganlah
yang merubah sifat baik yang dibawa sejak lahir menjadi buruk dan rusak.

Jean Jacques Rousseau juga berpendapat dalam bukunya yang berjudul


“Emile” yang menulis sebagai berikut “ Everything is good as it come from the
hand of the author of the nature, everything degenerates in the hand of man” artinya
“segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu
menjadi jelek atau rusak, manakala ia sudah berada di tangan manusia . Aliran ini
juga disebut negativisme, sebuah pandangan negatif tentang manusia karena
berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam.
Kekuatan alam yang akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara
alamiah.
Pemikiran Rousseau ingin menjauhkan anak dari aneka perilaku buruk
masyarakat, termasuk guru yang serba tidak orisinil (artificial). Dengan demikian,
anak-anak akan memperoleh pendidikan dan pembelajaran secara alamiah. Dengan
menyerahkan pendidikan anak ke alamnya, pembawaan anak yang baik tidam
berubah menadi rusak akibat intervensi guru dalam proses pendidikan. Pandangan
semacam ini disebut nafisme dan fatalisme ( Sudarwan Danim, 2010: 50).
Rousseau berpandangan ekstrim, bahwa kebaikan akan terus diserap setiap anak
yang terlahir, secara spontan dan bebas dari rekayasa orang dewasa, sehingga
pendidikan atau sekolah tidak perlu diadakan. Ia juga mengusulkan, perlunya
permainan bebas kepada anak didik untukmengembangkan pembawaannya,
kemampuan-kemampuannya dan kecenderungan- kecenderungannya. Pendidikan
harus dijauhkan dari anak karena dapat menjauhkan anak dari segala hal yang
bersifat artificial (hal-hal yang dibuat-buat).
Gagasan naturalisme ini memang bertolak belakang dengan fenomena yang ada.
Naturalisme menolak segala campur tangan pendidikan, namun sampai saat ini

15
pandangan tersebut tidak terbukti karena pendidikan semakin lama dan jaman
bertambah maju, semakin diperlukan

2.Aliran-aliran Moderen Dalam Pendidikan

Menurut Mudyaharjo (2001), setidaknya ada lima macam aliran modern


dalam pendidikan. Kelima aliran tersebut adalah Progresivisme, Esensialisme,
Rekonstruksionalisme, Perennialisme, dan Idealisme.

1.Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered),
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru
(teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Tujuan pendidikan
dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, 8Lbekerja secara
sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat
dan minat setiap anak.
Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi
pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap
peserta didik (experience curriculum). Metode-metode yang digunakan dalam aliran
progresivisme diataranya metode belajar aktif, metode memonitor kegiatan belajar,
dan metode penelitian ilmiah

2.Aliran Esensialisme
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang
memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan
budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai
budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-
angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di
dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan
waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi.

16
Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan
sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan
sepanjang waktu dan dengan demikian adalah berharga untuk diketahui oleh semua
orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai
yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan
intelek atau kecerdasan. Karakteristik metode-metode yang digunakan dalam aliran
esensialisme diantaranya adalah pendidikan berpusat pada guru, peserta didik
dipaksa untuk belajar, dan melatihkan mental.

3.Aliran Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi
pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang
menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran
kecil dari kehidupan sosial di masyarakat. Sekolah-sekolah rekonstruksionis
berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan
politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah
membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan
politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada
mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk
melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan
pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik
tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam
skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

4.Aliran Pernnialisme
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa
nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu
pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru
mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di
kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi,

17
karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi
dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk
mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan
yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan masalah
yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.

Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang


menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah
pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman
telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan
sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.

5.Aliran Idealisme
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan
jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan
jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan
yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata
hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh
bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan
yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur,
mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang
gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan
pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara
yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan
murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang
guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau
perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca
beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak
banyak bermakna.

18
Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme.
Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan
masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut
paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya.

C. Teori-Teori Pendukung Aliran-Aliran Pendidikan


a. Aliran Empirisme
Aliran ini berdasarkan atas konsepsi yang menyatakan bahwa perkembangan
individu bergantung pada pengalaman-pengalaman yang di peroleh individu
tersebut selama hidupnya. Tokoh aliran ini adalah John locke (1632-1704)
seorang filsuf inggris teorinya dikenal dengan Tabulae Rasae (meja ber;apis
lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang baru lahir ke dunia seperti kertas
kosong yang putih bersih. Jhon locke berpendapat anak dilahirkan di dunia ini
tanpa pembawaan melainkan tabula rasa, artinya pengalaman yang akan
dihadapinya dapat mempengaruhinya untuk membentuk tingkah laku, sikap,
serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
b. Aliran Nativisme
Aliran ini bertolak belakang dengan konsepsi empirisme , yaitu perkembangan
individu ditentukan faktor bawaan sejak lahir. Tokoh aliran ini adalah
Schopenhaeur seorang fiolsof Jerman yang hidup pada tahun (1788-1880).
Yang berpendapat: Bahwa bayi lahir dengan pembawaan baik dan pembawaan
buruk, hasil akhir perkembangan dan pendidikan manusia ditentukan oleh
pembawaan yang sudah di bawa sejak lahir. Prinsipnya , pandangan Nativisme
adalah pengakuan tentang adanya daya hasil yang telah terbentuk sejak
manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologisnya yang
bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda
dalam diri tiap individu.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini hampir bersamaan dengan aliran Nativisme , tokoh Aliran ini adalah
J.J Rousseau seorang filosof Prancis tahun (1712-1778) Rosseau berpendapat
dalam bukunya Email ”Semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari

19
sang pencipta, tetapi menjadi buruk ditangan manusia ”. Berbeda dengan
Schopenhaur, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir
mempunyai bawaaan yang baik, tidak seorangpun anak lahir dengan
pembawaan buruk. Namun akan rusak oleh tangan manusia. Rousseau ingin
menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat
atau bersifat “artificial”, sehingga kebaikan anak-anak yang dimiliki secara
alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan
bebas. Dengan demikian , aliran Naturalisme menitikberatkan pada strategi
pembelajaran yang bersifat paedosentris, artinya, factor kemampuan individu
anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.
d. Aliran Konvergensi
Tokoh aliran ini adalah William stern (1871-1939) seorang tokoh pendidikan
Jerman. Aliran yang berdasarkan konsepsi konvergensi ingin mengawinkan
dua aliran yang 180 derajat berlawanan, yaitu aliran empirisme dan aliran
nativisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki
bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan
dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi faktor pembawaan dan lingkungan sangat
penting.

20
21
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Pendidikan adalah proses pemartabat manusia menuju puncak optimasi
potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya. Pendidikan merupakan
proses membimbing dan melatih, dan memandu manusia keluar dari kebodohan dan
pembodohan. Pendidikan sebagai metaformosis perilaku menuju kedewasaan sejati
(Sudarwan Danim, 2010: 2-3).
Gagasan dan pelaksanaan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan
masyarakatnya. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan
perkembangan iptek. Pemikiran- pemikiran yang membawa pembaharuan
pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan.

B.Saran

Kami sangat berharap bimbingan ,serta kritikan tentang makalah ini ,karena tanpa
kritikan dosen pengajar kami tidak dapat memperbaikinya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ainul Yaqin, Fahrizal Muhaini. 2017. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan. Kencana:


Jakarta

Enday Mulyadi. 2014.Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam.. Bogor: UIK

Meidawati Suswandari. 2017. Jurnal Komunikasi Pendidikan. Universitas


Veteran Nusantara Sukoharjo.

Miptah Parid, Rosadi. 2019. Aliran Filsafat Dalam Pendidikan Islam Ditinjiau Dari
Perspektif Muhammad Jawwad Ridla. Journal of Islamic; Yogyakarta

Muhammad Syafiq Mughni, 2022. Studi Aliran Filsafat Pendidikan Islam.


DIRASAH; Surabaya.

Musdiam. 2011. Aliran-aliran Dalam Filsafat. STKIP Bina Bnagsa Getsempena:


Aceh.

Reno Wikandaru. 2012. Aliran Pendidikan Progresivisme dan Kontrubusinya


Dalam Pengembangan Pendidikan Pancasila. Jurnal Ilmiah CIVIS

Roni, H. Syahroni Ma`shum, Hinggil Permana. 2022. Analisis Aliran-aliran


Pemikiran Dalam Pendidikan Islam. Universitas Singaperbangsa;
Kerawang

23
24

Anda mungkin juga menyukai