Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SASTRA INDONESIA

“TATARAN SINTAKSIS BAHASA INDONESIA”


Dosen Pengampu:

BELLONA MARDHATILLAH SABILLAH, S.Pd., M.Pd

NIDN: 0922039003

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

- RISWANA (C1C121011)
- NUR AENATUL MUJAHIDA (C1C121015)
- NIRMAYANI TIALA (C1C121045)
- RAMLAH RAMADHANI NS. (C1C121008)
- DAHLIAN (C1C121039)
- ABDULLAH (C1C121030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022

i|Page
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini
kami buat dengan tujuan untuk membahas mengenai “SINTAKSIS BAHASA INDONESIA”
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca
untuk lebih memahami lagi tentang demokrasi yang ada di Negara Indonesia ini untuk
memperlancar proses pembelajaran.
Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang tepat. Dengan ini, kami memohon
maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Harapan saya semoga makalah
ini dapat bermanfaat.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb.

Makassar, 15 Juni 2022

Penulis

ii | P a g e
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………….…….…………..……………………………………………. ii


Daftar Isi ..…………………..…………..……….…………………………...……….…………………. iii
Bab I PENDAHULUAN ..…….………….…...………………………………………….…………. 1
A. Latar Belakang ………………...……………………………………………….……….... 1
B. Rumusan Masalah ...……………...…………………………………………………….... 1
C. Tujuan Masalah .….…………..….………………………………………………………. 1
Bab II PEMBAHASAN …………………...…………………………………..…………………….. 2
A. Pengertian Sintaksis ……….…..………………….....…..……………………………. 2
B. Frasa Bahasa Indonesia ……………………...…………...……………………….…… 2
C. Klausa Bahasa Indonesia ………….………………………..………..…………...…. 5
D. Kalimat dalam Bahasa Indonesia .………….………..…………..……..…………..…. 6
E. Fungsi Sintaksis dalam Kalimat ……...………………………………..…………….. 11
Bab III PENUTUP ……………………………......….……………..…………………..……………. 14
A. Kesimpulan …….……………………....………………………………...…………….... 14
B. Saran ……….……………………...…………………………………………………….. 14
Daftar Pustaka …..…………………………………...………………………………………................. 15

iii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses berkomunikasi sehari-hari dengan orang lain tentu perlu menggunakan kalimat
dengan makna yang tepat. Di samping itu, perlu pula memperhatikan pilihan kata atau diksi agar
gasasan/ide yang disampaikan kepada orang lain dapat terpahami secara efektif.
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat
sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar
tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak
permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman
dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tatabahasa yang membahas
hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan
hubungan antar kata dalam tuturan (speech).
Bagaimana supaya proses komunikasi tersebut dapat berjalan efektif, antara lain perlu
memiliki pemahaman yang berkaitan dengan sintaksis dan semantik bahasa Indonesia, seperti jenis-
jenis frase, klausa, kalimat, diksi, jenis-jenis makna, dan jenis perubahan makna. Dengan
memahami bagian-bagian sintaksis dan semantik bahasa Indonesia tersebut, tentu dapat
menciptakan komunikasi yang saling terpahami dengan jelas dan tepat. Didalam makalah ini akan
dibahas ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sintaksis?
2. Apakah yang dimaksud dengan frasa dan strukturnya?
3. Apakah yang dimaksud dengan klausa dan strukturnya?
4. Apakah yang dimaksud dengan kalimat dan strukturnya?
5. Apakah fungsi dari sintaksis?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk menjelaskan pengertian sintaksis.
2. Untuk menjelaskan pengertian frasa dan strukturnya.
3. Untuk menjelaskan pengertian klausa dan strukturnya.
4. Untuk menjelaskan pengertian kalimat dan strukturnya.
5. Untuk menjelaskan fungsi sintaksis.

1| P a g e
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah
syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2001). Tidak berbeda dengan pendapat tersebut,
Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang
membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa, misalnya:
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah
bagian dari tata bahasa yang membicarakan kaidah kombinasi kata menjadi satuan gramatik yang
lebih besar berupa frase, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem-morfem suprasegmental
(intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan oleh pembicara sebagai dasarnya.
Misalnya: “Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek Aminah sedang
memasak nasi goreng”
Contoh di atas dapat diklasifikasikan atas :
- satu kalimat :
“Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek Aminah sedang
memasak nasi goreng”
- dua klausa :
1. Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan;
2. ketika nenek Aminah sedang memasak nasik goreng
- enam frasa :
1. Saya dan Ali
2. sedang menggambar
3. lukisan pemandangan
4. nenek Aminah
5. sedang memasak
6. nasi goreng

B. Pengertian Frasa dan strukturnya


1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, frasa adalah gabungan dua kataatau lebih yang
bersifat nonpredikatif. Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang berdiri atas dua kata atau lebih. (Chaer,
1991:222).
Frasa adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk
suatu kesatuan yang tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frasa adalah suatu

2| P a g e
komponen yang berstruktur, yang dapat membentuk klausa dan kalimat (M.Asfandi Abdul,
1990:41).
Frase menurut Oscar (Keraf dalam Oscar, 1993:5), yaitu bagian-bagian dari kata bahasa
yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui
batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak
melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka
masih bisa disebut frasa.
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa frasa adalah kelompok kata
yang mendududuki suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek, dan keterangan) dan
kesatuan makna dalam kalimat.
Contoh : karya sastra (frasa)
Diperluas : - karya sastra indah itu (frasa)
- karya sastra itu indah (klausa)
S P
2. Ciri-Ciri Frasa
1. Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.
2. Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3. Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4. Bersifat Non-predikatif.
5. Konstistuen frasa adalh kata (bukan morfen).
6. Hanya menduduki atau mengisi satu fungsi.
7. Merupakan konstituen klausa.
8. Bagian-bagian frasa tidak boleh ditukar atau dibalik susunannya.
9. Frasa dapat diperluas dengan tambahan kata depan, tengah, atau di belakang.
10. Terdiri atas dua konstituen pembentukan atau lebih yang memiliki kedekatan hubungan
3. Macam-Macam Frasa
Ramlan (1981) membagi frasa berdasarkan kesetaraan distribusi unsur unsurnya
atas dua jenis, yakni frasa endosentrik dan frasa eksosentrik.
a. Frasa Endosentris
Frase endosentris yaitu frasa yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat.
Dalam frasa endosentris kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu dapat digantikan oleh
unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu disebut
unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur
pusat.
Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) di teras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa
adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.

3| P a g e
Frase endosentris terbagi atas tiga jenis:
 frase endosentris koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara, dapat
dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya :
- rumah pekarangan
- suami isteri
 frase endosentris atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak
dapat disisipkan kata penghubung dan, atau. Misalnya:
- buku baru
- sedang belajar
 Frase endosentris apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam
kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata ‘dan’ dan ‘atau’.
Misalnya:
- Almin, anak Pak Darto sedang membaca
- anak Pak Darto sedang belajar
b. Frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua
unsurnya. Misalnya : di pasar, ke sekolah, dari kampung
Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase
terdiri atas:
a. Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba
sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat
diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba
tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh : - Kapal laut itu sudah belabuh
- Ibu saya sedang mencuci
b. Frasa nomina, yaitu dua buah kata atau lebih yang intinya dari dari nominal atau benda dan
satuan itu tidak membentuk klausa.
Contoh : - Kakek membeli tiga buah layang-layang
- Amiruddin makan beberapa butir telur itik.
c. Frase ajektiva adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya
adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa,
Contoh : - Ibu bapakku sangat gembira
- Baju itu sangat indah
d. Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki
satu fungsi dalam kalimat.
Contoh : - Saya sendiri akan pergi ke pasar
- Kami sekalian akan bekunjung ke Tator
e. Frase numeralia yaitu dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat
namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia, yaitu kata-kata yang secara semantis

4| P a g e
menyatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi)
kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh : - Tiga buah rumah sedang terbakar
- Lima ekor ayam sedang terbang
f. Frasa Preposisi yaitu frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda
dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh : - ke rumah teman
- dari sekolah
g. Frasa Konjungsi yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai
penanda dan diikuti klausa sebagai petanda.
Contoh : - Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.

C. Pengertian Klausa dan Strukturnya


1. Pengertian
Klausa merupakan bagian dari kalimat. Klausa memiliki unsur subjek dan predikat, tetapi
tidak mengandung intonasi, jeda, tempo, dan nada. Klausa adalah satuan gramatikal yang
setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Pada umumnya klausa, baik tunggal maupun
jamak, berpotensi menjadi kalimat.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif artinya,
di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat,
dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan sebagai keterangan.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa merupakan unsur kalimat yang
mewajibkan adanya dua fungsi sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak
wajib. Penanda klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bisa juga tidak muncul misalnya
dalam kalimat jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi.
2. Macam-Macam Klausa
Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat terdiri
atas klausa: nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan. ( Ramlan,1981).
1. Klausa nominal, yaitu klausa yang predikatnya terdiri dari kata/frasa golongan nomina.
Contoh : - Ia guru IPA
- Yang dibeli pedagang itu kayu
2. Klausa verbal, yaitu klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori verbal.
Klausa vebal terbagi atas lima jenis, yakni:
a. Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal
yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya.
Contoh : - Rumahnya sangat luas
- Rumahnya indah sekali

5| P a g e
b. Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata kerja
intransitif sebagai unsur intinya.
Contoh : - Burung merpati sedang terbang di angkasa
- Adikku sedang bermain-main di lapangan
c. Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal
yang transitif sebagai unsur intinya.
Contoh : - Ibuku sedang mencuci piring
- Pamanku sedang mengajarkan IPS
d. Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang
tergolong kata kerja reflektif.
Contoh : - Mereka sedang mendinginkan diri
- Anak-anak itu sedang menyelamatkan diri
e. Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal
yang termasuk kata keja resiprok.
Contoh : - Mereka saling melempar batu karang.
- Mereka tolong menolong di sungai
3. Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh : - Kaki meja itu empat buah
- Mobil itu delapan rodanya.
4. Klausa depan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali
kata depan sebagai penanda.
Contoh : - Baju dinas itu untuk pegawai pemda.
- Makanan lezat itu buat adik-adikmu.

D. Pengertian Kalimat dan Strukturnya


1. Pengertian
Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai
nada akhir naik dan turun (Ramlan, 1981:6). Kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai
adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah
selesai (lengkap). Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis
sekurang-kurangnya harus memiliki S dan P.
Ahli tata bahasa tradisional menyatakan bahwa kalimat adalah satuan kumpulan kata
yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.
Misalnya : “Saya makan nasi.”
Definisi tersebut tidak universal karena kadangkala ada kalimat yang terdiri atas satu kata
tetapi maknanya dapat dipahami secara lengkap.
Misalnya : Pergi! (pergi dari sini sekarang juga).

6| P a g e
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah
bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titi nada, disela oleh jeda, diakhiri
oleh intonasi selesai, dan diikuti kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan bunyi.
2. Ciri-Ciri Kalimat
1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam
bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau
tanda seru.
2. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.Predikat transitif disertai objek,
prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
3. Mengandung pikiran yang utuh.
4. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek,
prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
5. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
6. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam
satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
3. Macam-Macam Kalimat
1. Berdasarkan Jenisnya
a. Kalimat Tunggal, yaitu kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau
kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa serta mengandung maksud.
Contoh : - Koko pergi ke pasar
S P Ket
- Toni menanam biji jarak di kebun
S P O Ket
Berdasarkan predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:
 Kalimat nominal adalah kalimat tunggal yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh : - Ayahnya seorang pelukis.
- Ayahku pegawai kantor pajak.
 Kalimat verbal adalah kalimat tunggal yang predikatnya berupa kata kerja.
Kalmat verbal di bagi menjadi lima macam, yaitu :
(1) Kalimat intransitive adalah kalimat tunggal yang prediktnya tidak memerlukan
objek.
Misalya : - Pak desa belum pergi ke kantor
- Adik-adikku telah belajar matematika.
(2) Kalimat ekatransitif, yakni kalimat tunggal yag predikatnya hanya memerlukan
objek tanpa diikuti pelengkap.
Misalnya : - Saya makan nasi goreng
- Ibu mencuci pakaian

7| P a g e
(3) Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek
dan pelengkap.
Misalnya : - Ali membelikan adiknya baju tadi malam
- Suwarni mendengakan neneknya bicara di kamar
(4) Kalimat semitransitif, yaitu kalimat tunggal yang predikatnya dari semitransitif.
Misalnya : - Alimuddin kehilangan uang milyaran kemarin
- Ibu Aminah kedatangan tamu dari Jakarta
(5) Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang subjeknya dikenai pekerjaan dan
predikatnya biasanya dari kata kerja berawalan di-.
Ciri-ciri kalimat pasif adalah sebagai berikut:
 Predikatnya berisi kata kerja berawalan di-, ter-, dan kofiks ke-an.
Contoh : Ina kehujanan tadi malam.
 Bentuk diri atau persona ku-, kau-.
Contoh : Coba kau lihat bunga ini.
Kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif. Caranya sebagai berikut:
 Tukarkan pengisi subjek (S), dengan pengisi objek (O).
 Ganti awalan me- dengan di- pada predikat.
 Tambahkan kata oleh di belakang predikat (mana suka).
Contoh: Pemerintah mencanangkan Progam Indonesia Sehat 2010. (Aktif)
S P O
Progam Indonesia Sehat 2010 dicanangkan (oleh) pemerintah. (Pasif)
O P S
 Kalimat adjectival adalah kalimat yang predikatnya berupa adjektiva atau kata sifat.
Contoh : - Soal ini sulit sekali.
- Tekatnya sangat kukuh.
 Kalimat preposisional yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau
preposisi.
Contoh : - Wesel pos ini untuk Miranda
- Tempat tinggalnya di Makasar
Menurt (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat
dikelompokkan atas empat macam, yakni:
a. Kalimat Berita, yaitu kalimat yang isinya memberitahukan suatu kejadian atau
suatu keadaan. Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan tanda titik
(.), sedangkan dalam bentuk lisan, nadanya naik di akhir kalimat.
Contoh : - Harga BBM akan dinaikkan mulai bulan Mei 2008.
- Ali pergi ke Jakarta kemarin

8| P a g e
b. Kalimat perintah, yaitu kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain
melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru (!)
atau titik (.).
Contoh : - bersihkan papan tulis itu!
- Carilah pekerjaan apa saja, yang penting halal.
Jenis – jenis kalimat perintah, yaitu sebagai berikut.
 Suruhan
Misalnya : - Pergi dari sini!
 Permintaan.
Misalnya : - Tolong bawa surat ini ke kantor pos!
 Memperkenankan
Misalnya : - Masuklah ke dalam kalau Anda perlu!
 Ajakan
Misalnya: - Marilah kita istirahat sejenak!
 Larangan
Misalnya : - Jangan pergi hari ini!
 Bujukan
Misalnya : - Tidurlah ibu menjagamu, sayang!
 Harapan
Misalnya: - Mudah-mudahan Anda selamat sampai di tujuan!
c. Kalimat Tanya, yaitu kalimat yang maksudnya berfungsi untuk menanyakan
sesuatu. yang di dalamnya terdapat tiga kemungkinan ciri :
 mengunakan intonasi tanya,
Contoh : Ibu datang?
 menggunakan kata tanya,
Contoh : Kapan Ibu datang?
 menggunakan partikel -kah.
Contoh : Akankah ibu datang?
2. jenis kata Tanya menurut sifatnya yaitu sebagai berikut.
 Untuk menanyakan benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa.
Contoh : - Apa yang kamu cari di sini?
- Untuk apa kamu bekerja siang dan malam?
 Untuk menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa.
Contoh : - Siapa yang kaucari kemarin sore?
- Dengan siapa Anda pergi ke Jakarta?
 Untuk menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak.
Contoh : - Berapa buku yang Anda perlukan bulandepan?
- Berapa banyak uang yang akan kaupinjam sekarang?
9| P a g e
 Untuk menanyakan pilihan: mana, yang mana,
Contoh : - Mana yang kausenangi, membeli baju atau celana?
- Yang mana kau pilih , belajar di Unhas atau di UNM?
 Untuk menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana.
Contoh : - Di mana engkau akan tiggal bulan depan?
- Ke mana Dia akan pergi merantau?
- Dari mana Amin pergi baru sekarang kelihatan?
 Untuk menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila.
Contoh : - Bila dia selesai studinya di UGM?
- Kapan Kamarudin menjadi dosen IPS di UNJ?
 Untuk menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat apa.
Contoh : - Mengapa Anda tidak mau menjadi guru?
- Apa sebabanya Anda jarang pergi ke kampung halamannya?
3. Kalimat tanya terdiri atas tiga macam:
 kalimat tanya biasa, yaitu kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.
 kalimat tanya retoris, yaitu kalimat yang menanyakan menggunakan ciri
kalimat tanya tetapi tidak perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang
berpidato sebagai cara untuk menarik perhatian pendengar.
 kalimat yang senilai perintah, yaitu bentuknya bertanya tetapi maksudnya
menyuruh, misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?”
d. Kalimat Seru, yaitu kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan
kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya
dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva (Depdikbud, 1988).
Contoh : - Alangkah bebasnya pergaulan mereka!
- Sungguh cerdas anak itu!
b. Kalimat Majemuk, yaitu kalimat yang didalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat,
misalnya: SP + SP, SPO + SPO, atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat
(diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan). Kalimat majemuk tersusun dari
beberapa kalimat tunggal.
Kalimat majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni:
(1) Kalimat majemuk setara/koordinatif, yaitu kalimat yang pola-pola kalimatnya
memiliki kedudukan yang sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya, kalimat
majemuk setara terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu:
 Kalimat majemuk penjumlahan/penambahan, ditandai oleh kata hubung dan,
lalu, serta, kemudian, lagipula dan sebagainya.
Contoh : Pak Heru membacakan soal dan siswa mendengarkan dengan saksama.
 Kalimat majemuk pemilihan, ditandai oleh kata hubung atau, maupun.
Contoh : Kamu mau pesan soto ayam atau soto sapi?

10 | P a g e
 Kalimat majemuk pertentangan, ditandai oleh kata hubung tetapi, namun,
padahal dan melainkan.
Contoh : Ayah sering menasihatinya, tetapi dia tetap tidak mau berubah.
 Kalimat majemuk sebab-akibat, ditandai oleh kata penghubung: sebab, karena,
behubung, akibat.
Contoh : Saya tidak berangkat sekolah karena sedang sakit.
(2) Kalimat majemuk bertingkat, yaitu kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau
lebih, satu pola sebagai induk kalimat (diterangkan) dan satu sebagai anak kalimat
(menerangkan). Misalnya:
- Pak tani yang rajin itu memberantas hama padi.
- Kebersamaan sangat penting bagi rakyat Indonesia agar negara ini semakin maju.
(3) Kalimat majemuk campuran, yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dengan
kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk campuran terdiri atas sebuah pola
atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua
pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan (Keraf, 1981).
Contoh : Artis cantik itu hanya bisa diam lalu pergi begitu saja ketika beberapa
wartawan menanyainya

E. Fungsi Kajian Sintaksis


Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk
bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen.
Diantaranya adalah subjek dan predikat yang harus ada dalam setiap kalimat, sedangkan unsur
lainnya yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat.
Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini :
1. Subjek dan Predikat
Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Fungsi subjek merupakan pokok
dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain,
yaitu predikat.
 Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
a. Dapat dicari dengan pertanyaan apa atau siapa yang tersebut dalam predikat,
b. dapat didahului oleh kata bahwa,
c. berupa kata atau frasa benda (nomina)
d. dapat diserta kata ini atau itu,
e. dapat disertai pewatas yang,
f. tidak diberi partikel –kah apabila diubah menjadi kalimat tanya
g. tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
h. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.

11 | P a g e
Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat
ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan
lain-lain’.
 Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut:
a. Kalimat yang menjelaskan pokok kalimat
b. Bagian dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,
c. Prediket umumnya diisi oleh frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun
preposisi.
d. Dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah,
e. Prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –kah,
f. Dapat dicari dengan pertanyaan apa, berapa, di mana, dll. yang tersebut dalam subjek.

Contoh kalimat yang memiliki subjek dan predikat adalah :

Adik sedang makan.’

S P

‘Adik’ menduduki fungsi subjek, sedangkan ’sedang makan’ menduduki fungsi predikat.

2. Objek dan Pelengkap


Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi
predikat dalam kalimat aktif.
 Ciri-ciri Objek
a. berupa frasa nomina atau pengganti frasa nominal
Contoh : Ayah Membaca Koran
S P O
Koran adalah frasa nominal
b. berada langsung di belakang predikat
c. Objek dapat diubah menjadi subjek
d. dapat diganti –nya, ku atau –mu
e. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan objek) atau semi
transitif
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan
objek, dan melengkapi struktur kalimat.
 Ciri-ciri Pelengkap
a. berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
b. pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek).
c. pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.

12 | P a g e
3. Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau
pelengkap. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat.
Contoh : Ibu membeli kue di pasar.
S P O Ket
 Ciri-ciri keterangan
a. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
b. Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat
dan pelengkap.
 Jenis-jenis Keterangan, yaitu :
 Keterangan Tempat, yaitu Keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan
tempat dimarkahi oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam.
Contoh : Saya Membeli Buku di Gramedia.
S P O Ket. Tempat
 Keterangan Waktu, yaitu Keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan
waktu dimarkahi oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang, selama, sebelum,
sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak diawali oleh preposisi, misalnya
sekarang, besok, kemarin, nanti.
Contoh : Dia baru pulang kemarin sore.
S P Ket. Waktu
 Keterangan sebab, yaitu Keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk makna
sebab. Keterangan sebab dimarkahi oleh konjungtor sebab dan karena.
Contoh : Sebagian besar rumah rusak karena gempa.
S P Ket. Sebab
 Keterangan akibat, yaitu Keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk makna
akibat. Keterangan akibat dimarkahi oleh konjungtor sehingga dan akibatnya.
Contoh : Dia sering berbohong sehingga temannya tidak percaya kepadanya.
S P Ket. Akibat
 Keterangan pengandaian,yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk
makna pengandaian dan dimarkahi oleh konjungtor seandainya dan andaikan.
Contoh :Andaikan bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong.
Ket. Pengandaian S P

13 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sintaksis merupakan bagian atau
cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Frase sendiri adalah kesatuan yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari kalimat. Frase
dilihat dari segi hubungan distribusi unsur- unsurnya terdiri atas frase endosentrik (atributif,
koordinatif, apositif) dan eksosentrik; frase dilihat dari segi kategori katanya terdiri atas empat
macam frase: nominal, verbal, ajektival, numeralia, fromina.
Klausa dilihat dari kategori kata yang menduduki predikat terdiri atas klausa verbal (ajektif,
intransitif, aktif, pasif, dan resiprokal), klausa nominal, klausa bilangan, dan klausa depan.
Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final. Kalimat ditinjau dari segi jumlah pola struktur dikandungnya terdiri atas kalimat
tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal terdiri atas beberapa jenis, yakni kalimat nominal,
kalimat verbal (intransitif, ekatransitif, dwritransitif, semi transitif, pasif) kalimat ajektival, kalimat
preposisional. Dan kalimat tunggal ditinjau dari segi maknanya terdiri atas kalimat berita, tanya,
dankalimat seru. Adapun jenis kalimat majemuk terdiri atas dua majenis, yakni kalimat majemuk
setara (penjumlahan pertentang, pemilihan, sebab), kalimat mejemuk bertingkat dan kalimat
majemuk bertingka

B. Saran
Saran Pemahaman satuan sintaksis bahasa Indonesia bagi guru ataupun calon guru adalah
dapat dijadikan bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari dan bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
Untuk mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan sintaksis,
pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena penulis
hanya membahas garis besar saja tentang sintaksis dan jenisnya.
Sehingga, materi ini menjadi modal awal bagi pengajar bahasa Indonesia karena dengan
dikuasainya materi ini, maka telah memiliki kemampuan yang mendukung dalam membimbing
anak didiknya sehingga semakin mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://serupa.id/sintaksis/ (13:20 WITA, Rabu, 15 Juni 2022)


https://lmsspada.kemdikbud.go.id/course/view.php?id=3364 ( 13:53 WITA Rabu 15 Juni, 2022)
https://penerbitbukudeepublish.com/materi/sintaksis-adalah/amp(14:15 WITA, Rabu, 15 Juni 2022)
https://dosenbahasa.com/contoh-sintaksis-dalam-bahasa-indonesia(15:43 WITA, Rabu, 15 Juni 2022)
Sitaksis Bahasa Indonesi, Dr. Supriyadi, M.Pd
Buku Ajar Sintaksis, Dr. Rusma Noortyani, M.Pd

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai