Anda di halaman 1dari 9

SINTAKSIS

(Frasa sebagai unsur pembangun kalimat)

Dosen Pengampu :

Sri Rahayu, M.Pd

Disusun oleh :

Andini Widya Adelia

Dwi Muklisum

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BALIKPAPAN

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah atas limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu sebagai salah satu tugas mata kuliah
sintaksis. Tugas ini adalah salah satu perwujudan dalam melaksanakan tugas semester dua
pada mata kuliah sintaksis yang akan membantu dalam meningkatkan pemahaman dalam
Belajar. Tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan sebagian pihak,
makalah ini akhirnya dapat diselesaikan. Sehubungan dengan hal ini, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Sri Rahayu, M.Pd sebagai pembimbing dalam mata kuliah sintaksis.
2. Orang tua dan teman-teman, serta pihak lain yang secara langsung maupun tidak
langsung membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis juga menyadari akan segala kekeliruan dalam makalah ini, sehingga dengan tangan
terbuka kami menerima masukan baik berupa saran ataupun kritikan guna mendapatkan
makalah yang lebih sempurna nantinya.

Balikpapan, 21 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................4

1.1.1 Latar Belakang…………….......................................………………………….........……………….4

1.1.2 Masalah……………………………………………………………......................................................…4

1.2 Tujuan Penulisan.…………........................................……………………………..........………....5

1.3 Manfaat Penulisan.………………………………………………...............................................….5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Frasa ………….......................................................………………………...……….5

2.2 Frasa sebagai unsur Pembangun Kalimat………….................................…………….…..6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa
atau gramatika. Kedua bidang tataran itu memang berbeda namun seringkali batas keduanya
menjadi kabur, karena pembicaraan bidang yang satu tidak dapat dilepaskan dari yang lain.
Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting tidak lain karena
melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa
yang sudah kita kepal sebelum sampai tataran kalimat adalah kata dan frasa atau kelompok
kata. Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat mengungkapkan suatu maksud dengan
jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebagai kalimat. Untuk dapat berkalimat
dengan baik, perlukita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat. Kalimat adalah
bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek(S) dan predikat (P) dan intonasinya
menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam
bahasa tulis adalahberupa tanda baca titik, tanda Tanya,atau tanda seru.penetapan
struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa semata-mata gabungan atau
rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.

Dalam sejarah studi linguistic istilah frase banyak digunakan dengan pengertian yang
berbeda-beda. Di sini istilah frase digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat
berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata. Frase adalah
satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non-predikatif atau gabungan
kata yang salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.

1.2 Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan perumusan makalah


sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian frasa?

2. Bagaimana frasa sebagai pembangun kalimat?

4
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan pengertian frasa,
dan bagaimana frasa sebagai pembangun kalimat.

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan penulisan di atas, manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah
adalah :

1. Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah dapat digunakan untuk menambah
wawasan pengetahuan, mengetahui, dan memperluas tentang apa yang dimaksud dengan
pengertian frasa, bagaimana frasa sebagai pembangun kalimat.

2. Secara praktis, manfaat tulisan dapat menjadi sebuah referensi bagi penulisan-
penulisan tugas analisis yang akan digunakan untuk kedepannya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Frasa

2.1.1 Pengertian Frasa

Banyak ahli tata bahasa yang merumuskan pengertian frasa. Karena frasa merupakan
unsur pembangun kalimat, perumusannya selalu dihubungkan dengan fungsinya dalam
kalimat. Misalnya Ramlan membatasi frasa dengan rumusan, “frasa ialah satuan gramatik
yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.” Kridalaksana
membatasinya dengan rumusan, “gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak
predikatif.”

Berdasarkan duah buah rumusan tentang pengertian frasa tersebut, bisa kita rumuskan
prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Frasa itu merupakan satuan ketatabahasaan.

2. Frasa itu terdiri atas dua kata atau lebih.

3. Frasa itu merupakan unsur kalimat yang tidak melewati batas fungsi.

5
4. Satuan frasa yang terbesar berada dalam satu fungsi ialah dalam S, P, Pel, O, K.

5. Sebuah unit konstruksi frasa bisa terdiri atas frasa-farsa yang lebih kecil.

6. Hubungan antarkomponen frasa itu tidak bersifat predikatif dan tidak bersifat
majemuk.

7. Unsur pembangun frasa bisa kata dan kata, kata dan frasa, dan bisa juga frasa
dan frasa.

Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, kita bisa mengidentifikasi semua frasa yang


terkandung dalam kalimat di bawah ini.

Di halaman kampus itu/ para mahasiswa/ akan mengadakan/ pertunjukan aneka


jenis seni.

Kalimat di atas terdiri atas empat fungsi gramatikal, yakni K + S + P + O. fungsi K


(keterangan) terdiri atas tiga buah, yakni di halaman kampus itu, halaman kampus itu, dan
kampus itu. fungsi S (subjek) terdiri atas satu frasa, yakni para mahasiswa. Fungsi P
(predikat) terdiri atas satu frasa, yakni akan mengadakan, dan fungsi O (objek) terdiri atas
tiga buah frasa, yakni pertunjukan aneka jenis seni, aneka jenis seni, dan jenis seni.

2.2 Frasa Sebagai Unsur Pembangunan Kalimat

2.2.1 Perbedaan Frasa dan Kata Majemuk

Kedua konsktruksi gramatika ini memiliki persamaan dan perbedaaan. Persamaannya


adalah bahwa kedua-duanya termasuk konsktruksi gramatika. Selain itu, baik frasa maupun
kata majemuk terdiri atas beberapa kata sebagai unsur pembentuknya. Konstruksi pasar
baru, gedung baru, orang tua, anak kecil bisa termasuk frasa dan bisa juga termasuk kata
majemuk. Penentuannya bergantung pada maknanya. Konstruksi kata majemuk di atas kita
terapkan dalam kalimat.

(1) ibu sedang ke pasar baru untuk membeli ikan asin dan sayur-mayur.

(2) gedung baru I yang sudah terlalu tua itu akan segera dipugar.

(3) orang tua anak itu masih cukup belia.

(4) hai, anak kecil, engkau tidak usah mendengarkan pembicaraan ini.

Jadi, dalam konstruksi kb + ks (kata benda + kata sifat ), antaraunsur frasa bisa
disisipkan yang, sedangkan kata majemuk sebaliknya. Untuk dibedakan dengan frasa, kata

6
majemuk memiliki ciri lain, yakni ciri bersusun balik dari kelaziman frasa dan cirri salah
satu atau semua unsurnya berbentuk pokok kata.

2.2.2 Pengelompokan Frasa

Frasa dapat dikelompokkan berdasarkan dua hal. Pertama berdasarkan sistem distribusi
unsur-unsurnya dan kedua berdasarkan kesamaan distribusinya dengan kata.

1. pengelompokan frasa berdasarkan sistem distribusi unsur-unsurnya

Secara linguistik, distribusi adalah semua posisi yang ditempati oleh unsur bahasa. Posisi
unsur jabatan kata : S, P, O, Pel, K merupakan tempat kata atau frasa berdistribusi. Frasa
dapat dipilah atas frasa tipe endosentrik dan frasa tipe eksosentrik.

a. Frasa tipe endosentrik adalah frasa yang berdistribusi sama dengan salah satu
unsurnya.

b. Frasa eksosentrik memiliki sistem distribusi yang berbeda dengan frasa endosentrik.
Frasa endosentrik frasa yang dalam sistem distribusinya bisa di-“wakil”-I oleh salah satu
atau oleh semua unsurnya.

2. pengelompokan frasa berdasarkan kesamaan distribusinya dengan kata

a. Jenis Kata

Jenis-jenis kata inilah yang menjadi tumpuan dalam menentukan jenis atau kategori.
Jenis-jenis kata yang dimaksudkan adalah kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan,
kata keterangan, dan kata depan.

b. Jenis Frasa

Berdasarkan penjelasan kata dengan pemaparannya itu, dapatlah ditentukan jenis atau
kategori frasa berdasarkan kesamaan distribusinya dengan kata. Menentukan kategori
frasa ini bisa juga dilakukan dengan jalan menentukan unsur inti atau unsur utama dari
frasa-frasa itu.

Berdasarkan dua macam cara pandang di atas dengan mudah dapat kita tentukan bahwa
kategori frasa sesuai dengan enam jenis kata yang dipaparkan di atas, yakni ada enam
ketegori pula. Kategori keenam tersebut ialah frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival,
frasa numeral, frasa adverbial, dan frasa preposisional.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Frasa dapat dibatasi dengan rumusan, (1) satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang tidak melebihi batas fungsi dalam satuan kalimat; (2) gabungan dua kata atau
lebih yang sifatnya tidak predikat dan tidak pula majemuk. Frasa bisa dikelompokan dengan
cara-cara berikut:

a. Berdasarkan sistem distribusi unsur-unsurnya, Frasa tipe endosentrik adalah frasa


yang berdistribusi sama dengan salah satu atau dengan semua unsurnya. Frasa
eksosentrik yakni tipe frasa yang tidak bisa berdistribusi sama baik dengan salah
satu maupun dengan semua unsurnya.
b. Berdasarkan kesamaan distribusi dengan jenis kata, frasa bisa dipilih menjadi frasa
nominal, verbal, adjektival, bilangan, preposisional, dan frasa adverbial.

3.2 Saran

Pembuatan tugas mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia yang membahas tentang apa yang
dimaksud dengan pengertian frase dan klausa, bagaimana frase sebagai pembangun kalimat,
bagaimana klausa sebagai alat pembangun kalimat, penulis telah mencoba memberikan hasil
pemikiran dengan sebaik mugkin. Namun, tentu saja tugas ini masih banyak terdapat
kekurangan yang tak luput dari perhatian penulis, baik dari struktur penulisan maupun
kelengkapan informasi yang terdapat didalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan masukan,
kritik dan saran yang dapat membangun guna untuk memenuhi kesempurnaan tugas ini.
Penulis juga mengharapkan semoga tulisan ini dapat menjadi acuan bagi tugas-tugas
berikutnya dan menjadi salah satu referensi yang bermanfaat.

8
DAFTAR PUTAKA

Mulyo,Iyo. 2012 .Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia dan Problematik Penggunaannya. Bandung: yrama
widya.

Parera, J.D.2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai