Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

“KATEGORI KLAUSA BERDASARKAN KATEGORI KATA ATAU FRASA

YANG MENJADI UNSURNYA”

Dosen Pengampu:

Prof. Jumadi, M. Pd. dan Lita Luthfiyanti, M. Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Dinda Ayu Nurkamila 2010116220008

Raisha Audya Rahmi 2010116220009

Salsa Bila Putri 2010116220011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kategori Klausa Berdasarkan Kategori
Kata atau Frasa yang Menjadi Unsurnya” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sintaksis Bahasa
Indonesia. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang klausa berdasarkan
kata atau frasa bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang dapat membangun
makalah ini akan kami nantikan demi membangun makalah ini lebih baik lagi.

Banjarmasin, 25 Februari 2022

Penyusun

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………4

A. Latar Belakang…………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………...4
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….5

A. Pengertian Klausa……………………………………………………………...5
B. Unsur Kategori Klausa…………………………………………………………7
C. Klausa Berdasarkan Kategori Kata/Frasa Yang Membentuk Unsur-
Unsurnya……………………………………………………………………….8

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………12

A. Simpulan………………………………………………………………………..12
B. Saran…………………………………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan
sesamanya. Tanpa bahasa tidak diketahui bagaimana arti dari klausa sebenarnya. Klausa ialah
satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek (S) dan
predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana dkk, 1980:208). Klausa
ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa (Rusmaji, 113).
Unsur inti klausa adalah S dan P. Tetapi penanda klausa P. Unsur S dan P tersebut dapat disertai
objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (KET) ataupun tidak. Tanda kurung menandakan
bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.
Unsur S sering ditiadakan dalam kalimat, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat
penggabungan klausa, dan dalam kalimat jawaban.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian klausa?


2. Apa saja ciri dan unsur-unsur dari klausa?
3. Apa sajakah unsur kategori klausa?
4. Bagaimana analisis klausa berdasarkan kategori kata atau frasa yang membentuk unsur-
unsurnya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian klausa.


2. Untuk mengetahui ciri dan unsur-unsur dari klausa.
3. Untuk mengetahui unsur kategori klausa.
4. Untuk mengetahui analisis klausa berdasarkan kategori kata pembentuk unsur-unsurnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Klausa

Sintaksis asal dari kata bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang
berarti ‘menempatkan’. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-bersama kata-
kata atau kelompok kata menjadi kalimat (Ahmad dalam Putrayasa, 2008: 1). Banyak pakar
memberikan definisi mengenai sintaksis ini. Ramlan dalam (Putrayasa, 2008:1) mengatakan,
bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frasa.

Klausa merupakan gabungan kelompok kata yang memiliki fungsi sintaksis yang
didalamnya terdiri atas unsur subjek dan predikat yang berpotensi menjadi kalimat. Fungsi klausa
sendiri merupakan hubungan antara unsur bahasa yang dilihat dari sudut pandang penyajiannya
dalam ujaranMenurut Alwi, dkk., (2003: 39), istilah klausa digunakan untuk merujuk pada deretan
kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda
baca tertentu. Menurut Ramlan dalam (Tarigan, 2009: 43) klausa adalah suatu bentuk linguistik
yang terdiri atas subjek dan predikat.

Klausa adalah suatu susunan yang berada di atas satuan frasa dan di bawah satuan kalimat,
berupa runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen
berupa kata atau frasa, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek,
sebagai objek, dan sebagainya (Chaer, 2009: 41).

Klausa merupakan sebuah susunan kebahasaan yang dapat dikembangkan menjadi kalimat.
Dapat dikatakan klausa sebagai kalimat dasar. Kalimat dasar merupakan kalimat deklaratif yang
memiliki struktur predikasi. Klausa dapat dikatakan sebagai bagian inti kalimat atau pembetuk
kalimat.

Dilihat dari segi konstruksinya, klausa mengandung predikasi (hanya satu predikat),
sedangkan frasa tidak. Relasi antarkonstituen dalam klausa adalah predikatif menurut (Elson &
Pickett, 1967:64-65; Matthews, 1981: 172), yakni memiliki struktur subjek (S) dan predikat (P),
baik disertai objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket) maupun tidak (Ramlan, 1987:89).

5
Klausa dibedakan dari kalimat berdasarkan ada tidaknya intonasi (Cook, 1970:39-40). Klausa
menurut lyons dalam soetikno (1995:168) adalah kelompok kata dengan subjek dan predikat
sendiri, jika termasuk dalam sebuah kalimat yang lebih besar. Apabila klausa merupakan bagian
dari sebuah kalimat majemuk bertingkat, maka klausa ini biasanya betindak sebagai nomina,
adjektiva dan advebal.

Untuk lebih mudah mengenali klausa, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang melekat pada
klausa:

a. Merupakan kelompok kata


b. Mempunyai unsur predikat
c. Satu klausa mempunyai satu predikat
d. Tidak mempunyai intonasi akhir di dalamnya
e. Tidak mempunyai tanda baca karena kedudukannya lebih rendah dari kalimat.

Berikut ini adalah beberapa contoh klausa:

a. Kakek / berolahraga

S P

b. Gedung itu / sangat tinggi

S P

c. Adik / bermain / kelereng

S P O

Unsur –Unsur Klausa


Secara umum unsur-unsur klausa dibedakan unsur inti dan unsur bukan inti. Unsur inti
klausa adalah S dan P. Subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal
yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara. Predikat ialah bagian klausa yang menandai
apa yang dinyatakan oleh pembicara tentang subjek. Predikat dapat berwujud nomina, verba,
ajektiva, numeralia, pronominal, atau frase preposisional.

6
B. Kategori Klausa

Kategori sintaksis adalah bentuk-bentuk tertentu yang mengisi fungsi sintaksis untuk
menggambarkan perbedaan kelas kata yang digunakan dalam membentuk suatu kalimat, seperti:
nomina, pronomina, verba, adjektiva, adverbial, preposisi, dan konjungsi. Klausa dibagi atas
beberapa jenis. Menurut Chaer (2009:42) klausa dapat dibedakan berdasarkan kategori dan tipe
kategori yang menjadi predikatnya. Berikut contoh dan penjelasan jenis-jenis klausa.
1. Klausa Nominal, yakni klausa yang predikatnya berkategori nomina.

Contoh:

Kakeknya / orang batak

S P

Ibunya/ kepala SD / di Bekasi

S P Ket

2. Klausa Verbal, yakni klausa yang predikatnya berkategori verba. Secara gramatikal dikenal
adanya beberapa tipe verba antara lain:
a) klausa verbal transitif, yakni yang predikatnya berupa verba transitif.
contoh:
Ayah / membaca / koran

S P O

b) klausa verbal intransitif, yakni klausa verbal yang predikatnya berupa


verba intransitif, klausa verbal instransitif menggunakan kata kerja berimbuhan ber-, ber-
an dan ter-, misalnya.
contoh:
Ibu-ibu / berjalan

S P

3. Klausa Adjektival, yakni klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, dalam klausa ini
predikat berkedudukan sebagai kata yang menjelaskan keadaan.

7
Contoh:
ibuku / masih cantik

S P

4. Klausa Preposisional, yakni klausa yang predikatnya berkategori


preposisi.
Contoh:
Ayah / ke Bali

S P

5. Klausa Numeral, yakni klausa yang predikatnya berkategori numeralia atau mengandung
unsur angka.
Contoh:
Sapinya / tiga ekor

S P

6. Klausa Bebas dan Klausa Terikat

a) Klausa bebas merupakan klausa yang memiliki potensi sebagai sebuah kalimat sebab
mempunyai subjek dan predikat. Jenis klausa ini dikenal sebagai induk kalimat atau klausa
utama. Ciri khusus pada klausa bebas ialah tanpa pemakaian kata hubung (konjungsi).
b) Klausa Terikat ialah klausa yang tak mempunyai susunan lengkap seperti pada klausa
bebas, sehingga klausa pada jenis ini tak memiliki potensi menjadi sebuah kalimat. Jenis
klausa ini dikenal sebagai anak kalimat atau klausa bawahan. Klausa ini berbeda dengan
klausa bebas yaitu tidak memakai konjungsi, klausa terikat bisa diidentifikasi dengan
penggunaan konjungsi yang ada di depannya.

C. Klausa Berdasarkan Kategori Kata Atau Frasa Yang Membentuk Unsurnya

Analisis kategori berhubungan dengan analisis fungsional, setelah diteliti lebih lanjut,
unsur-unsur fungsional (S, P, O, Pel, dan Ket) yang terdapat dalam klausa dan hanya dapat diisi

8
dengan kategori kata atau frasa tertentu. Analisis klausa berdasarkan kategori unsur-unsurnya
adalah kegiatan menentukan termasuk fungsi, kategori, dan peran apakah suatu unsur dalam suatu
klausa. Analisis kategori adalah analisis terhadap jenis kata atau kelas kata unsur-unsur pengisi
fungsi tertentu dalam sebuah klausa (verhaar,1977). Dalam menganalisis klausa atas kategori
unsur-unsurnya, kita dapat melakukan pembagian atas fungsi unsur-unsurnya terlebih dahulu.
Selanjutnya, unsur-unsur yang mengelompok dalam satu fungsi yang sama ditentukan termasuk
kategorinya. Analisis kategorial tidak dapat lepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan
lanjutan dari analisis fungsional.

Dalam melakukan analisis kategori yang perlu diingat adalah penentuan suatu unsur
termasuk jenis kata apa atau termasuk kategori apa. Dalam hubungan dengan kategori ini ada
beberapa penggolongan atau penentuan kategori kata yang berbeda-beda.

Seperti contoh dalam kalimat berikut:


1. Tina tidak sempat menyirami bunga matahari kemarin.

Kalimat di atas jika dianalisis secara fungsional, maka:

Tina : fungsi S

tidak sempat menyirami: fungsi P


bunga matahari : fungsi O
kemarin : fungsi Ket. Waktu
Kata atau frasa yang terdapat dalam kalimat diatas memiliki kategori yang berbeda.
(1) Fungsi S = kategori nomina (N)
(2) Fungsi P = kategori verba (V)
(3) Fungsi O = kategori nomina (N)
(4) Fungsi Ket= kategori Adverbia (Adv)

Beberapa contoh lain dari analisis kategori klausa berdasarkan kata/frasa yang membentuk
unsurnya:

1. Siswa itu akan membacakan sebuah puisi di depan kelas

S P O K. tempat

9
Analisis:

(a) Fungsi S : kategori nomina


(b) Fungsi P : kategori verba
(c) Fungsi O : kategori nomina
(d) Fungsi Ket: kategori preposisi

2. Aku sudah menghadap komandan tadi

S P O Ket

Analisis:

(a) Fungsi S : kategori nomina


(b) Fungsi P : kategori verba
(c) Fungsi O : kategori nomina
(d) Fungsi Ket: kategori keterangan waktu

3. (a) Dahulu mereka bersenjatakan bambu runcing


(b) Anak itu sedang belajar berjalan
(c) Harimaunya bertambah satu

Analisis:

Pada kalimat (a) pelengkapnya bambu runcing yang termasuk kategori FN.

Pada kalimat (b) unsur berjalan termasuk kategori FN.

Pada kalimat (c) unsur satu juga termasuk FN.

4. (a) Kini Inggris menjadi Negara sosialis yang kuat


(b) Lusa kita akan mengadakan rapat pula
(c) Koperasi mengumpulkan modal gotong royong
(d) Beberapa hari ini ia tidak kelihatan
(e) Minggu yang akan datang ahmad akan pergi ke luar negeri
(f) Cepat-cepat pencuri itu melarikan diri

10
(g) Pasien itu berjalan terhuyung-huyung

Pada kalimat (a) dan (b) terdiri atas Ket, yakni kini dan lusa. Pada kalimat (c) terdiri atas
FPre, yakni secara gotong royong. Kalimat (d) dan (e) terdiri atas FN, yakni beberapa hari
ini dan minggu yang akan datang. Kalimat (f) dan (g) terdiri atas FV, yakni cepat-cepat
dan terhuyung-huyung.

Jika analisis secara kategorial akan diperoleh ikhtisar sebagai berikut.


S : FN
P : FN/ FV/ FNum, atau FAjk
O : FN
Pel : FN
Ket : FKet/ FPre/ FN/ FV

Maksudnya subjek (S) terdiri atas FN, predikat (P) terdiri atas FN/ FV/ FNum/ FAjk atau
FPre, objek (O) terdiri atas N, Pelengkap terdiri atas FN, dan Keteranagn terdiri atas FKet/
FPre/ FN/ dan FV.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari
subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana dkk,
1980:208). Klausa ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa
(Rusmaji, 113). Unsur inti klausa adalah S dan P. Berdasarkan analisisnya klausa dapat dibagi
menjadi tiga salah satunya yaitu, kategori kata atau frasa yang menjadi unsurnya.

B. Saran

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa maupun pembaca
lainnya dalam memahami serta memperluas pemahaman tentang klausa, ciri-ciri klausa, unsur-
unsur pembentuk klausa, dan kategori klausa berdasarkan unsur pembentuknya. Serta dapat
dijadikan bekal dalam kehidupan sehari-hari dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Kami mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini masih kurang dari kata sempurna.
Oleh karean itu, kami memerlukan saran yang membangun untuk meningkatkan kualitas makalah
dalam pembahasan selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://febrirei.blogspot.com/2013/05/klausa_6238.html?m=1

Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Dewi, Wendi W. R. 2009. Sintaksis Bahasa indonesia.Klaten: PT. Intan Pariwara

https://id.scribd.com/document/359132981/MAKALAH-KLAUSA-BINDO

13

Anda mungkin juga menyukai