Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STRUKTUR PEMBENTUKAN KALIMAT

DISUSUN OLEH :

RADHIAH MUTMAINNA PO.714261192020

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI D IV ALIH JENJANG


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu. Makalah ini kami susun dengan semaksimal
mungkin dan akhirnya dapat terselesaikan tanpa adanya hambatan yang
sulit bagi kami.
Terlepas dari hal tersebut di atas, tentu saja makalah ini belum
mendekati kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar kami ke depannya dapat membuat makalah
yang bisa mendekati kesempurnaan.
Akhirnya, kami sangat mengharapkan makalah ini dapat berguna
bagi semua pihak, terkhususnya bagi kami, sehingga dapat menjadi
inspirasi bagi pembacanya.
Makassar, Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.............................................. 1
BAB II: PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat.......................................... 2
B. Koherensi yang baik ............................................................. 7
C. Penekanan kalimat ............................................................... 8
D. Penalaran ............................................................................. 10
BAB III: PENUTUP................................................................................... 12
A. Kesimpulan............................................................................ 12
B. Saran..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana berpikir untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain atau menerima dari orang lain atau yang biasa kita
sebut sebagai berkomunikasi. Komunikasi diungkapkan melalui rangkaian
kata-kata, disebut juga kalimat, yang memiliki pola-pola tertentu.
Kalimat ini hendaknya harus memenuhi syarat-syarat kelengkapan
dan kejelasan peran dari unsur pembentuknya. Pengenalan tentang
unsur-unsur tersebut tentu sangatlah bermanfaat dan kemudian dapat
digunakan untuk menilai apakah suatu kalimat telah memenuhi kaidah
tata bahasa atau belum.

B. Rumusan Masalah
Apakah struktur pembentukan kalimat ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Agar dapat diketahui apa saja yang menyusun suatu kalimat.
2. Untuk mengetahui lebih jelas struktur kalimat yang benar.
3. Untuk mengetahui koherensi yang baik.
4. Untuk mengetahui penalaran atau logika.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat


1. Pengertian
Kalimat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas
klausa.” Sehingga dari definisi tersebut, sebuah kalimat dapat
dikatakan tersusun atas kata, frasa, atau klausa.
1. Kata
Kata merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh
bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat
diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Misalnya saya, duduk,
makan, dll.
2. Frasa
Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif. Misalnya gunung tinggi, sapu tangan, anak
pertama, dll.
3. Klausa
Klausa merupakan satuan gramatikal yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P) dan
berpotensi menjadi kalimat. Misalnya dia datang, saya
membaca, Fikal menulis, dll.

Setidak-tidaknya sebuah kalimat harus memiliki subjek (S) dan


predikat (P). Sedangkan, bagian yang lainnya adalah objek (O) apabila
menggunakan kata kerja aktif transitif, serta pelengkap (Pel) dan
keterangan (K) sebagai penjelas terhadap predikat kalimat. Berikut
penjelasan dari bagian-bagian tersebut.

2
1. Subjek (S)
Subjek merupakan bagian dari kalimat yang menandai
pembicaraan atau yang menjadi pokok pembahasan. Unsur inilah
yang wajib ada pada suatu kalimat. Kadang-kadang, subjek juga
merupakan pelaku yang ada pada sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri
subjek, yaitu:
a. Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban
atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu
kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya
digunakan kata tanya siapa.
b. Biasanya disertai kata itu, ini, yang dan tersebut (sebagai
pembatas antara subjek dan predikat)
c. Mempunyai keterangan pewatas/atribut yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan
lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang.
Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
d. Tidak didahului preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke,
kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan
menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan
kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
e. Berupa kata benda atau frase kata benda
Subjek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda.
Di samping kata benda, subjek dapat berupa kata kerja atau
kata sifat, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang menandai pembicaraan atau
tindakan subjek serta penjelas dari subjek yang dapat berupa kata
atau frasa. Adapun ciri-ciri predikat, yaitu:
a. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana

3
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan
informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah
predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat
digunakan untuk menentukan predikat yang berupa kata benda
penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan
untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata
bilangan) atau frase numeralia.
b. Kata adalah atau ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat
itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang
panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak
jelas.
c. Dapat diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk
pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk
pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa
kata kerja atau kata sifat. Di samping tidak sebagai penanda
predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang
berupa kata benda atau predikat kata merupakan.
d. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Predikat kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat
disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum,
dan akan. Kata-kata itu terletak di depan kata kerja atau kata
sifat. Kalimat yang subjeknya berupa kata benda bernyawa
dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap
pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
3. Objek (O)
Objek adalah perkara atau orang yang menjadi pokok
pembicaraan. Objek berada di belakang predikat apabila bentuk
kalimatnya aktif transitif dan dapat berubah menjadi subjek (S)
apabila kalimatnya berbentuk pasif. Adapun ciri-ciri objek, yaitu:

4
a. Langsung di belakang predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi
subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif
ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan
perubahan bentuk kata kerja predikatnya.
c. Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat dan
tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat
dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
d. Kategori katanya kata benda/frase kata benda
e. Dapat diganti dengan -nya
f. Didahului kata bahwa
g. Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata bahwa
dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat
transitif.
h. Kebanyakan kata kerja berawalan ber- atau ter- tidak
memerlukan objek (intransitif)
i. Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan objek
(transitif)
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap merupakan unsur yang melengkapi predikat verbal dan
berada di belakang predikat. Berbeda dengan objek, pelengkap
tidak dapat berubah menjadi subjek ketika dipasifkan. Adapun ciri-
ciri pelengkap, yaitu:
a. Terletak di belakang predikat

5
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di
belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi
unsur lain, yaitu objek.
b. Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur
kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.
c. Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata
sifat.
5. Keterangan (K)
Sesuai namanya, unsur keterangan berfungsi sebagai penjelas
kata atau bagian kalimat yang lain. Posisi keterangan tidaklah
menentu, sehingga dapat berada pada posisi manapun di dalam
sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri keterangan, yaitu:
a. Bukan unsur utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap,
keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya
dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
b. Dapat dipindah-pindah posisi/letaknya bebas
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang
memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati
posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan
predikat. Jika tidak dapat di pindah-pindahkan, maka unsur
tersebut tidak termasuk keterangan.
c. Umumnya di dahului oleh preposisi seperti, di, dari, ke, atau
tentang

6
B. Pengertian Kohesi
Kohesi memiliki pengertian yaitu hubungan antarkalimat dalam sebuah
wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal
tertentu (Gutwinsky, 1976 : 26 dalam Tarigan, 2009 : 93). Untuk dapat
memahami wacana dengan baik, diperlukan pengetahuan dan
penguasaan kohesi yang baik pula, yang tidak saja bergantung pada
pengetahuan kita tentang kaidah-kaidah bahasa, tetapi juga kepada
pengetahuan kita mengetahui realitas, pengetahuan kita dalam proses
penalaran, yang disebut penyimpulan sintaktik (Van de Velde, 1984 : 6
dalam Tarigam, 2009 : 93). Kita dapat mengatakan bahwa suatu teks
atrau wacana benar-benar bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian
secara bentuk bahasa terhadap konteks (Tarigan, 2009 : 93).
Sedangkan untuk pengertian koherensi itu sendiri adalah pengaturan
secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian
yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya
(Wohl, 1978 : 25 dalam Tarigan, 2009 : 100). Pengertian yang lain
menyatakan bahwa koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau
kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang
berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta
yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika
seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana
untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan
wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa  (Teun A. Van Dijk
dalam Eriyanto, 2001 : 242).

C. Penekanan Kalimat
Penekanan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi,
pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu bagian kalimat,

7
agar bagian yang diberi penekanan itu lebih mendapat perhatian dari
pendengar atau pembaca. Bagian kalimat yang penting perlu diberi
penekanan atau penegasan agar maksud kalimat secara keseluruhan
dapat dipahami.

Adapun cara untuk penekanan kata, antara lain:

1. Mengubah posisi kata dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan


bagian yang penting di awal kalimat. Contoh:

Harapan kami adalah perencanaan pendidikan gratis segera


dicanangkan pemerintah.

2. Menggunakan partikel. Penekanan bagian kalimat dapat


menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah. Contoh:

a. Andalah yang harus bertanggungjawab soal itu.


b. Bisakah dia menyelesaikannya?
c. Kami pun berangkat dengan segera.

3. Menggunakan repetisi, yakni mengulang-ulang kata yang dianggap


penting.

Contoh:

Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan


murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat,
diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara
satu dan lainnya.

4. Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang


bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat
yang ingin ditegaskan. Contoh:

a. Anak itu tidak malas, tapi rajin.


b. Ia tidak membela satu partai pun, melainkan berada di pihak
netral.

8
5. Penekanan kata dengan intonasi. Caranya adalah dengan memberi
tekanan yang lebih keras kepada salah satu unsur atau bagian kalimat
yang ingin ditegaskan. Contoh:

-          Fadil membaca komik Conan di kamar.

-          Fadil membaca komik Conan di kamar.

-          Fadil membaca komik Conan di kamar.

-          Fadil membaca komik Conan di kamar.

Apabila tekanan diberikan pada kata Fadil maka kalimat itu


berarti ‘yang membaca komik Conan di kamar adalah Fadil, bukan
orang lain’. Apabila tekanan diberikan pada kata membaca maka
kalimat itu berarti ‘yang dilakukan Fadil di kamar adalah membaca,
bukan pekerjaan lain’. Apabila tekanan diberikan pada kata komik
Conan maka kalimat itu berarti ‘buku yang dibaca Fadil di kamar
adalah komik Conan, bukan buku atau komik lain’. Apabila tekanan
diberikan pada kata di kamar maka kalimat itu berarti tempat Fadil
membaca komik Conan adalah di kamar, bukan di tempat lain’.

D. Penalaran Kalimat

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-


hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar atau boleh
tidak benar.
Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek
atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi. Proposisi adalah
pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term
yang membentuk kalimat.
Penalaran deduktif merupakan sebuah konklusi atau simpulan yang di
dapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Penarikan

9
simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan
dapat pula dilakukan secara tak langsung.

a.       Menarik Simpulan secara Langsung


Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis disebut simpulan
taklangsung.

b.      Menarik Simpulan secara Tidak Langsung


Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara
tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis yang
pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua
adalah premis yang bersifat khusus.
Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak
langsung sebagai berikut.
·         Silogisme Kategorial
·         Silogisme Hipotesis
·         Silogisme Alternatif
·         Entimen

BAB III

10
PENTUP

A. Kesimpulan
1. Kalimat tersusun atas kata, frasa, atau klausa.
2. Setidaknya kalimat memiliki subjek (S) dan predikat (P).
3. Bagian kalimat selain subjek (S) dan predikat (P) yaitu objek (O),
pelengkap (Pel.), dan keterangan (K).
4. Subjek (S) adalah yang menjadi pokok pembahasan.
5. Predikat (P) adalah bagian yang menandai pembicaraan.
6. Objek (O) adalah orang yang menjadi pokok pembicaraan.
7. Pelengkap (Pel.) adalah unsur yang melengkapi predikat verbal.
8. Keterangan (K) adalah unsur yang berfungsi sebagai penjelas.

B. Saran
1. Sebagai warga negara yang baik, hendaknya kita mempelajari lebih
dalam mengenai Bahasa Indonesia.
2. Kita tidak boleh menyepelekan hal-hal kecil dalam menyusun
kalimat, hendaknya kita kembali merujuk kepada kaidah tata bahas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya:


Airlangga University Press.
Djafar, Muhammad Rasyidin S. 2013. “Pembentukan dan Perluasan
Kalimat,” (Online). (link:
http://rasydinsjatry.blogspot.com/2013/04/pembentukan-dan-
perluasan-kalimat.html, diakses pada hari Jumat tanggal 4
September 2015).
Madjid, Fadilah. 2013. “Pembentukan dan Perluasan Kalimat,” (Online).
(link: http://fadilahmadjid.blogspot.com/2013/03/pembentukan-dan-
perluasan-kalimat.html, diakses pada hari Jumat tanggal 4
September 2015).
Tim Wikipedia. 2015. “Kalimat,” Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia
Bebas (Online). (link: https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat, diakses
pada hari Jumat tanggal 4 September 2015).
Usman, Arifin, et. al. 2014. Himpunan Materi Kuliah Bahasa Indonesia,
edisi revisi. Modul UPT-MKU Universitas Hasanuddin.
Yulianto, Iqbal. 2008. “Perluasan Kalimat Tunggal,” (Online). (link:
http://iqbalyulianto.blogspot.com/2008/12/perluasan-kalimat-
tunggal.html, diakses pada hari Jumat tanggal 4 September 2015).

12

Anda mungkin juga menyukai