DISUSUN OLEH :
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.............................................. 1
BAB II: PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat.......................................... 2
B. Koherensi yang baik ............................................................. 7
C. Penekanan kalimat ............................................................... 8
D. Penalaran ............................................................................. 10
BAB III: PENUTUP................................................................................... 12
A. Kesimpulan............................................................................ 12
B. Saran..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana berpikir untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain atau menerima dari orang lain atau yang biasa kita
sebut sebagai berkomunikasi. Komunikasi diungkapkan melalui rangkaian
kata-kata, disebut juga kalimat, yang memiliki pola-pola tertentu.
Kalimat ini hendaknya harus memenuhi syarat-syarat kelengkapan
dan kejelasan peran dari unsur pembentuknya. Pengenalan tentang
unsur-unsur tersebut tentu sangatlah bermanfaat dan kemudian dapat
digunakan untuk menilai apakah suatu kalimat telah memenuhi kaidah
tata bahasa atau belum.
B. Rumusan Masalah
Apakah struktur pembentukan kalimat ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Subjek (S)
Subjek merupakan bagian dari kalimat yang menandai
pembicaraan atau yang menjadi pokok pembahasan. Unsur inilah
yang wajib ada pada suatu kalimat. Kadang-kadang, subjek juga
merupakan pelaku yang ada pada sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri
subjek, yaitu:
a. Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban
atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu
kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya
digunakan kata tanya siapa.
b. Biasanya disertai kata itu, ini, yang dan tersebut (sebagai
pembatas antara subjek dan predikat)
c. Mempunyai keterangan pewatas/atribut yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan
lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang.
Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
d. Tidak didahului preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke,
kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan
menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan
kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
e. Berupa kata benda atau frase kata benda
Subjek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda.
Di samping kata benda, subjek dapat berupa kata kerja atau
kata sifat, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang menandai pembicaraan atau
tindakan subjek serta penjelas dari subjek yang dapat berupa kata
atau frasa. Adapun ciri-ciri predikat, yaitu:
a. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
3
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan
informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah
predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat
digunakan untuk menentukan predikat yang berupa kata benda
penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan
untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata
bilangan) atau frase numeralia.
b. Kata adalah atau ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat
itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang
panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak
jelas.
c. Dapat diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk
pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk
pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa
kata kerja atau kata sifat. Di samping tidak sebagai penanda
predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang
berupa kata benda atau predikat kata merupakan.
d. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Predikat kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat
disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum,
dan akan. Kata-kata itu terletak di depan kata kerja atau kata
sifat. Kalimat yang subjeknya berupa kata benda bernyawa
dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap
pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
3. Objek (O)
Objek adalah perkara atau orang yang menjadi pokok
pembicaraan. Objek berada di belakang predikat apabila bentuk
kalimatnya aktif transitif dan dapat berubah menjadi subjek (S)
apabila kalimatnya berbentuk pasif. Adapun ciri-ciri objek, yaitu:
4
a. Langsung di belakang predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi
subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif
ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan
perubahan bentuk kata kerja predikatnya.
c. Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat dan
tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat
dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
d. Kategori katanya kata benda/frase kata benda
e. Dapat diganti dengan -nya
f. Didahului kata bahwa
g. Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata bahwa
dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat
transitif.
h. Kebanyakan kata kerja berawalan ber- atau ter- tidak
memerlukan objek (intransitif)
i. Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan objek
(transitif)
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap merupakan unsur yang melengkapi predikat verbal dan
berada di belakang predikat. Berbeda dengan objek, pelengkap
tidak dapat berubah menjadi subjek ketika dipasifkan. Adapun ciri-
ciri pelengkap, yaitu:
a. Terletak di belakang predikat
5
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di
belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi
unsur lain, yaitu objek.
b. Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur
kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.
c. Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata
sifat.
5. Keterangan (K)
Sesuai namanya, unsur keterangan berfungsi sebagai penjelas
kata atau bagian kalimat yang lain. Posisi keterangan tidaklah
menentu, sehingga dapat berada pada posisi manapun di dalam
sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri keterangan, yaitu:
a. Bukan unsur utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap,
keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya
dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
b. Dapat dipindah-pindah posisi/letaknya bebas
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang
memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati
posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan
predikat. Jika tidak dapat di pindah-pindahkan, maka unsur
tersebut tidak termasuk keterangan.
c. Umumnya di dahului oleh preposisi seperti, di, dari, ke, atau
tentang
6
B. Pengertian Kohesi
Kohesi memiliki pengertian yaitu hubungan antarkalimat dalam sebuah
wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal
tertentu (Gutwinsky, 1976 : 26 dalam Tarigan, 2009 : 93). Untuk dapat
memahami wacana dengan baik, diperlukan pengetahuan dan
penguasaan kohesi yang baik pula, yang tidak saja bergantung pada
pengetahuan kita tentang kaidah-kaidah bahasa, tetapi juga kepada
pengetahuan kita mengetahui realitas, pengetahuan kita dalam proses
penalaran, yang disebut penyimpulan sintaktik (Van de Velde, 1984 : 6
dalam Tarigam, 2009 : 93). Kita dapat mengatakan bahwa suatu teks
atrau wacana benar-benar bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian
secara bentuk bahasa terhadap konteks (Tarigan, 2009 : 93).
Sedangkan untuk pengertian koherensi itu sendiri adalah pengaturan
secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian
yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya
(Wohl, 1978 : 25 dalam Tarigan, 2009 : 100). Pengertian yang lain
menyatakan bahwa koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau
kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang
berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta
yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika
seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana
untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan
wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa (Teun A. Van Dijk
dalam Eriyanto, 2001 : 242).
C. Penekanan Kalimat
Penekanan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi,
pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu bagian kalimat,
7
agar bagian yang diberi penekanan itu lebih mendapat perhatian dari
pendengar atau pembaca. Bagian kalimat yang penting perlu diberi
penekanan atau penegasan agar maksud kalimat secara keseluruhan
dapat dipahami.
Contoh:
8
5. Penekanan kata dengan intonasi. Caranya adalah dengan memberi
tekanan yang lebih keras kepada salah satu unsur atau bagian kalimat
yang ingin ditegaskan. Contoh:
D. Penalaran Kalimat
9
simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan
dapat pula dilakukan secara tak langsung.
BAB III
10
PENTUP
A. Kesimpulan
1. Kalimat tersusun atas kata, frasa, atau klausa.
2. Setidaknya kalimat memiliki subjek (S) dan predikat (P).
3. Bagian kalimat selain subjek (S) dan predikat (P) yaitu objek (O),
pelengkap (Pel.), dan keterangan (K).
4. Subjek (S) adalah yang menjadi pokok pembahasan.
5. Predikat (P) adalah bagian yang menandai pembicaraan.
6. Objek (O) adalah orang yang menjadi pokok pembicaraan.
7. Pelengkap (Pel.) adalah unsur yang melengkapi predikat verbal.
8. Keterangan (K) adalah unsur yang berfungsi sebagai penjelas.
B. Saran
1. Sebagai warga negara yang baik, hendaknya kita mempelajari lebih
dalam mengenai Bahasa Indonesia.
2. Kita tidak boleh menyepelekan hal-hal kecil dalam menyusun
kalimat, hendaknya kita kembali merujuk kepada kaidah tata bahas.
11
DAFTAR PUSTAKA
12