Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“PEMBENTUKAN KONSONAN BAHASA INDONESIA”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kajian Kebahasaan

Dosen pengampu :
Raka Ismaya S.pd.I.,M.pd

Di susun :
KELOMPOK 2
Selly Alisyah (231012400057)
Cindy Aulia (231012400066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan kesehatan kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas karya ilmiah ini
dengan judul “PEMBENTUKAN KONSONAN BAHASA INDONESIA”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang selatan, 15 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan ........................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5


A.Pengertian Konsonan Bahasa Indonesia ..................................................... 5
B. Pembentukan Konsonan Bahasa Indonesia ............................................... 6
C. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasi dan Tempat
Artikulasi ..................................................................................................... 6
D. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Struktur nya ............................... 7
E. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Bergetarnya Pita Suara ............. 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 11

A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kerangka bahasa Indonesia, perbincangan ihwal fungsi bahasa itu harus
Dikaitkan dengan dua hal. Pertama, fungsi dalam kaitan dengan kedudukan bahasa
Indonesia di antara bahasa-bahasa Austronesia. Kedua, fungsi dalam kaitan dengan
kaitan sebagai bahasa negara dan bahasa nasional. Dari sumber-sumber yang dapat di
tinjau didapatkan bahwa dalam kerangka bahasa-bahasa Austronesia, bahasa
Indonesia termasuk kelompok bahasa Melayu Polinesia Barat. Dalam kelompok
Bahasa Melayu Polinesia Barat itu semuanya terdapat 175 bahasa, dan satu yang di
Antaranya ialah bahasa yang digunakan sebagai bahasa nasional dan negara bangsa
Indonesia, yakni Bahasa Indonesia.

Sistem bunyi bahasa Indonesia memiliki dua kategori yaitu sistem vokal dan
sistem konsonan. Bunyi vokal bahasa Indonesia memiliki enam bunyi vokal yaitu
bunyi [a], [i], [u], [e], [ ], [o]. Lain halnya dengan konsonan bahasa
Indonesia,Dardjowidjojo (2010: 35) mengungkapkan terdapat tiga faktor utama yang
perlu diperhatikan untuk menghasilkan bunyi konsonan, yaitu (a) titik artikulasi, (b)
cara artikulasi, dan (c) pita suara. Titik artikulasi merupakan ruang artikulator dapat
menghasilkan suara yang berbeda, berdekatan, atau berlekatan. Cara artikulasi
berkaitan dengan fungsi paru-paru sebagai pelepasan udara untuk menghasilkan
bunyi, dan pita suara dapat berfungsi terbuka penuh, semi tertutup, atau tertutup dari
faktor ini dapat dibedakan bunyi yang bersuara dan tidak bersuara. Perbedaan sistem
bunyi tersebut dapat ditandai dengan adanya penekanan-penekanan suara pada setiap
fonem atau huruf, dalam hal ini, penekanan tidak membedakan arti kata karena secara
teratur jatuh pada suku kata kedua dari belakang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana pembentukan konsonan bahasa Indonesia?


2. Bagaimana penyebutan konsonan bahasa Indonesia?

C. Tujuan
Adapun Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pembentukan konsonan bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui penyebutan konsonan bahasa Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsonan Bahasa Indonesia


Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:

1. Keadaan pita suara (merapat atau merenggang – bersuara atau tak bersuara)
2. Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi,
lidah, langit-langit)
3. Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan

Artikulator adalah alat ucap yang bersentuhan atau yang didekatkan untuk
membentuk bunyi bahasa.Daerah artiulasi adalah daerah pertemuan antara dua artikulator.
Macamnya:

1. Bilabial – bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup), mis.: [p], [b], [m]
2. Labiodental – bibir bawah dan ujung gigi atas, mis.: [f]
3. Alveolar – ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gusi, mis.: [t], [d], [s]
4. Dental – ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gigi depan atas
5. Palatal – depan lidah menyentuh langit-langit keras, mis.: [c], [j], [y]
6. Velar – belakang lidah menempel/mendekati langit-langit lunak, mis.: [k], [g]
7. Glotal (hamzah) – pita suara didekatkan cukup rapat sehingga arus udara dari
paru-paru tertahan, mis.: bunyi yang memisahkan bunyi [a] pertama dan [a] kedua
pada kata saat

Cara artikulasi adalah cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah artikulasi.
Macamnya:

1. Bunyi hambat – kedua bibir terkatup, saluran ke rongga hidung tertutup,


kemudian katup bibir dibuka tiba-tiba. Mis.: [p] dan [b]
2. Bunyi semi-hambat – kedua bibir terkatup, udara dikeluarkan melalui rongga
hidung. Mis.: [m]
3. Bunyi frikatif – arus udara dikeluarkan melalui saluran sempit sehingga terdengar
bunyi berisik (desis). Mis.: [f] dan [s]
4. Bunyi lateral – ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar melalui
samping lidah. Mis.: [l]
5. Bunyi getar – ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang. Mis.: [r]

Selain bunyi-bunyi di atas, ada bunyi yang cara pembentukannya sama seperti
pembentukan vokal, tetapi tidak pernah dapat menjadi inti suku kata. Mis.: [w] dan
[y]

5
B. Pembentukan Konsonan Bahasa Indonesia
Dalam Kegiatan Belajar ini dibahas berbagai jenis pembentukan konsonan. Menurut
Marsono (1989:60), perbedaan klasifikasi vokal dengan konsonan terletak pada
fisiologisnya karena antara konsonan yang konsonan yang satu dengan yang lainnya lebih
mudah dibedakan daripada vokal-vokal. Konsonan dibedakan menurut:

1. Cara hambat (cara artikulasi) atau tempat hambatan (tempat artikulasi),


2. Hubungan posisional antara penghambat-penghambatnya atau hubungan
Antara artikulator aktif dan pasif (striktur)
3. Bergetar nya pita suara

C.Pembentukan Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasi dan Tempat Artikulasi


Berdasarkan cara artikulasi atau jenis halangan udara yang terjadi pada Waktu udara
keluar dari rongga ujaran, konsonan dapat dibedakan atas konsonan Hambat, frikatif,
spiran, lateral, dan getar.

1. Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara


menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi. Konsonan yang dihasilkan
Ialah [p], [t], [c], [k], [b], [d], [j], [g], dan [?]. Konsonan hambat yang disudahi
dengan letupan disebut konsonan eksplosif, misalnya [p] pada kata lapar,
pukul,dan lipat. Konsonan hambat yang tidak diakhiri oleh letupan disebut
konsonan Implosif, misalnya [p] pada kata kelap, gelap, dan tetap.
2. Konsonan geser atau frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara
menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang dihasilkan ialah
[f], [v], [x], [h], [s], [Š], z, dan x.
3. Konsonan likuida atau lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan
lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui
kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah [l].
4. Konsonan getar atau trill, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan
dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga
udara bergetar. Bunyi yang terjadi disebut konsonan getar apikal [r]. Jika uvula
yang menjauh dan mendekat ke belakang lidah terjadi dengan cepat dan berulang-
ulang, akan terjadi konsonan getar uvular [R].
5. Semi-vokal, yaitu bunyi konsonan yang pada waktu diartikulasikan
belummembentuk konsonan murni. Misalnya, semivokal [w] dan [y]. Bunyi
bilabial [w] dibentuk dengan tempat artikulasi yang berupa bibir atas dan bibir
bawah.

6
D. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan strukturnya, yakni hubungan antara artikulator dan titik Artikulasi,
konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas konsonan Bilabial, labiodental,
apikodental, apiko-alveolar, [alatal, velar, glottal, dan Konsonan laringal.

1. Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan


kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai Artikulator dan titik
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah [p], [b], [m], dan [w].
2. Konsonan labiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan
gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai Artikulator. Bunyi yang
dihasilkan ialah [f] dan [v].
3. Konsonan apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah
(apex) yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi (alveolum) sebagai
titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah [s], [z], [r], [l].
4. Konsonan palatal atau lamino-palatal, yakni konsonan yang dihasilkan oleh
bagian tengah lidah (lamina) sebagai artikulator dan langit-langit keras (palatum)
sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan [c], [j], [Š], [ñ], dan [y].
5. Konsonan velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh belakang
lidah (dorsum) sebagai artikulator dan langit-langit lembut (velum) Sebagai titik
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah [k], [g], [x], dan [h].
6. Konsonan glottal atau hamzah, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan posisi pita
suara sama sekali merapat sehingga menutup glotis. Udara sama sekali Dihalangi.
Bunyi yang dihasilkan ialah?.
7. Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan pita suara terbuka
lebar sehingga udara yang keluar digesekkan melalui glotis. Bunyi yang
dihasilkan ialah h.

E. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Bergetarnya Pita Suara


Berdasarkan posisi pita suara atau bergetar tidaknya pita suara, konsonan
dapat dibedakan atas konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara. Konsonan
bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran turut
menggetarkan pita suara. Konsonan yang dihasilkan ialah [m], [b], [v], [n], [d], [r],
[ñ], [j], [h], [g], dan [R]. Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika
udara yang keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan pita suara. Konsonan yang
dihasilkan ialah [p], [t], [c], [k], [?], [b], [d], [j], [g], [f], [s], [Š],[x], [h], [r], [1],[w],
dan [y] .

Konsonan nasal, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga hidung.
Konsonan yang dihasilkan ialah [m], [n], [ñ], dan [h]. Di bawah ini diperikan masing-
masing konsonan beserta gambarnya.

7
a. Konsonan Hambat Letup Bilabial

Konsonan letup hambat bilabial terjadi bila penghambat artikulator aktifnya


adalah bibir bawah dan artikulkator pasifnya adalah bibir atas, contohnya [p, b].
Pada halaman-halaman berikutnya digambarkan proses pembentukan konsonan
beserta keterangan proses pembentukannya.
Artikulasi Hambat Letup Bilabial [p, b] (O’Connor, 1970:52)
Keterangan:

1) Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Bibir bawah


menekan rapat pada bibir atas, sehingga udara yang dihembuskan
dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat.
2) Bibir bawah yang menekan rapat pada bibir atas itu kemudian
secara tibatiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari
rongga mulut.
b. Konsonan Hambat Letup Apiko-Dental

Konsonan hambat letup apiko-dental terjadi bila penghambat


artikulator aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gigi
atas. Bunyi yang dihasilkan adalah [t, d], seperti dalam kata tiba.Artikulasi
Hambat Letup Apiko-dental [t, d] (Marsono, 1989:63)
Keterangan:

1) Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Ujung lidah menekan


rapat pada gigi atas bagian dalam, sehingga udara yang dihembuskan dari
paru-paru terhambat untuk beberapa saat.
2) Ujung lidah yang menekan rapat pada gigi atas itu kemudian secara tiba-
tiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari rongga mulut.
c. Konsonan Hambat Letup Apiko-Alveolar

Konsonan hambat letup apiko-alveolar terjadi bila penghambat


artikulator aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi.
Bunyi yang dihasilkan adalah [t, d] dalam bahasa Inggris town dan down.
Artikulasi Hambat Letup Apiko-alveolar [t, d] (Fries, 1954:99; O’Connor,
1970:56).
Keterangan:

1) Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Ujung lidah


menekan rapat pada gusi, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-
paru terhambat untuk beberapa saat.
2) Ujung lidah yang menekan rapat pada gusi itu kemudian secara tiba-
tiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari rongga mulut.

8
d. Konsonan Hambat Letup Apiko-Palatal [ț, d]

Konsonan hambat letup apiko-palatal terjadi bila penghambat


artikulator aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-
langit keras. Bunyi yang dihasilkan adalah [ț,, d] dalam bahasa Jawa thukul.
Artikulasi Hambat Letup Apiko-Palatal [ț, d] (Marson, 1986:44)
Keterangan:
1) Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Ujung lidah
menekan rapat pada langit-langit keras, sehingga udara yang
dihembuskan dari paruparu terhambat untuk beberapa saat.
2) Ujung lidah yang menekan rapat pada langit-langit keras itu kemudian
secara tiba-tiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari rongga
mulut.
e. Konsonan Hambat Letup Medio-Palatal [c, j]

Konsonan hambat letup medio-palatal terjadi bila penghambat


artikulator aktifnya adalah tengah lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-
langit keras. Bunyi yang dihasilkan adalah [c, j]. Artikulasi Hambat Letup
Medio-Palatal [c, j]
Keterangan:

1. Tengah lidah menekan rapat pada langit-langit lunak.


2. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan sehingga udara
tidak bisa keluar melalui rongga hidung.
3. Karena 1 dan 2 maka udara yang dihembuskan dari paru-paru
terhambat.
4. Secara tiba-tiba tengah lidah yang menekan rapat kemudian
dilepaskan, terjadilah letupan sehingga udara keluar dari mulut.
f. Konsonan Hambat Letup Dorso-Velar [k, g]

Konsonan hambat letup dorso-velar terjadi bila artikulator aktifnya


adalah pangkal lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit lunak. Bunyi
yang dihasilkan adalah [k, g].
Artikulasi Hambat Letup Dorso-Velar [k, g] (O’Connor, 1970:59).
Keterangan:

1. Pangkal lidah menekan rapat pada langit-langit lunak. Langit-langit lunak


beserta anak tekaknya dinaikkan, sehingga udara yang dihembuskan dari
paru-paru terhambat untuk beberapa saat.
2. Secara tiba-tiba pangkal lidah yang menekan rapat kemudian
dilepaskan,terjadilah letupan sehingga udara keluar dari mulut.
g. Konsonan Nasal Bilabial [m]

9
Konsonan nasal bilabial terjadi bila penghambat artikulator aktifnya
adalah bibir bawah dan artikulator pasifnya adalah bibir atas. Bunyi yang
dihasilkan adalah [m]. Artikulasi Nasal Bilabial [m] (Fries, 1954:119;
O’Connor, 1970:64)
Keterangan:

1. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan.


2. Bibir bawah menekan rapat pada bibir atas.
3. Karena 1 dan 2 maka jalannya udara dari paru-paru melalui rongga mulut
terhambat dan keluar melalui rongga hidung.
4. Pita suara ikut bergetar.

h. Konsonan Nasal Apiko-Aveolar [n]

Konsonan nasal apiko-alveolar terjadi bila penghambat artikulator


aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi. Bunyi yang
dihasilkan adalah [n]. Artikulasi Nasal Apiko-Aveolar [n] (Fries, 1954:119;
O’Connor, 1970:64).
Keterangan:

1. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan. Bersama dengan


itu ujung lidah ditekankan pada gusi.
2. Karena 1) maka jalannya udara melalui rongga mulut terhambat dan
keluar melalui rongga hidung.
3. Pita suara ikut bergetar.
i. Konsonan Nasal Medio-Palatal [ñ]
Konsonan nasal medio-palatal terjadi bila penghambat artikulator aktifnya
adalah tengah lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit keras. Bunyi
yang dihasilkan adalah [ñ]. Artikulasi Nasal Medio-Palatal [ñ]
j. konsonan Nasal Dorso-Velar [ŋ]
Konsonan nasal dorso-velar terjadi bila artikulator aktifnya adalah
pangkal lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit lunak. Bunyi yang
dihasilkan adalah [ŋ]. Artikulasi Nasal Dorso-velar [ŋ] (Fries, 1954:121;
O’Connor, 1970:67).
Keterangan:

1. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan. Bersama dengan itu


pangkal lidah dinaikkan rapat pada langit-langit lunak.
2. Karena jalannya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor: Keadaan pita suara (merapat atau merenggang
bersuara atau tak bersuara), Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat
ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit), Cara alat ucap tersebut
bersentuhan/berdekatan.

Sistem bunyi bahasa Indonesia memiliki dua kategori yaitu sistem vokal dan
sistem konsonan. Bunyi vokal bahasa Indonesia memiliki enam bunyi vokal yaitu
bunyi [a], [i], [u], [e], [ ], [o]. Lain halnya dengan konsonan bahasa
Indonesia,Dardjowidjojo (2010: 35) mengungkapkan terdapat tiga faktor utama yang
perlu diperhatikan untuk menghasilkan bunyi konsonan, yaitu (a) titik artikulasi, (b)
cara artikulasi, dan (c) pita suara. Titik artikulasi merupakan ruang artikulator dapat
menghasilkan suara yang berbeda, berdekatan, atau berlekatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://syifarhs.blogspot.com/2016/12/pembentukan-konsonan.html?m=1
https://id.m.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Konsonan

12

Anda mungkin juga menyukai