Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Menjadi seorang bilingual tentu menciptakan kontak antar bahasa yang dikuasai oleh
penutur. Katakanlah bahasa Jawa (B1) dengan bahasa Indonesia (B2) atau bisa jadi
bahasa Indonesia (B1) dan bahasa Inggris (B2). Apabila si penutur dihadapkan
dengan lawan tutur yang sama-sama memiliki kemampuan bahasa Jawa, ia akan
menggunakan bahasa Jawa. Namun, jika lawan bicaranya merupakan individu dari
lain daerah di Indonesia, tentu ia akan menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat
untuk berkomunikasi. Kontak antarbahasa membuka peluang besar akan terjadinya
interferensi. Weinreich (1953) menyebut istilah interferensi sebagai adanya
perubahan sistem suatu bahasa yang terjadi akibat adanya persentuhan satu bahasa
dengan unsur bahasa lain.
Pergantian pemakaian bahasa yang repetitif tidak selamanya berjalan lancar. Ada
beberapa kondisi di mana pelafal tidak mampu membedakan atau memisahkan unsur-
unsur dari dua bahasa yang dikuasainya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
transfer atau pemindahan unsur bahasa dan berujung pada pencampuran kedua unsur
atau kaidah bahasa tersebut secara tidak terkontrol (Weinrich dalam Chaer dan
Agustina, 1998:159). Kondisi ketidakmampuan seorang bilingual dalam memisahkan
ii
unsur-unsur kedua bahasa yang dikuasai itulah yang akan menimbulkan kesalahan
berbahasa yang disebut sebagai interferensi bahasa. Dalam masyarakat bilingual,
selain terdapat gejala interferensi dalam pemakaian bahasa, juga terdapat integrasi
unsur-unsur bahasa pertama ke bahasa kedua atau sebaliknya. Integrasi bahasa
merupakan fenomena kebahasaan yang menguntungkan bagi bahasa penerima,
karena akan memperkaya bahasa tersebut, misalnya bertambahnya kosakata,
perluasan makna kata, dan sebagainya.
Eksistensi dua fenomena bahasa yang telah dijelaskan di atas menarik perhatian
penulis untuk mengkaji lebih mendalam dan merinci. Makalah ini akan membahas
hakikat, latar belakang, macam-macam, serta pengaruh interferensi dan integrasi.
1.3 Tujuan
Dari lima permasalahan yang ada, setidaknya ada tiga tujuan yang ingin dicapai,
sebagai berikut.
1.3.1 Mendeskripsikan arti dan macam-macam interferensi serta integrasi secara
umum.
1.3.2 Mengidentifikasi latar belakang terjadinya interferensi dan integrasi dalam
berkomunikasi.
1.3.3 Mengidentifikasi pengaruh kesalahan dalam tutur berbahasa yang disebabkan
oleh interferensi dan integrasi dalam berkomunikasi.
iii
BAB II
ISI
Interferensi tak lepas dari penyebab munculnya integrasi. Bahkan, dapat dikatakan
interferensi menjadi cikal bakal integrasi. Mickey (1968) menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap
sudah menjadi warga bahasa tersebut, tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman atau
pungutan. Menurut Weinrich (1970: 11), bahasa yang terinterferensi ke dalam bahasa
lain secara berulang dalam waktu yang lama (konstan) akan dianggap sebagai bagian
dari bahasa yang menginterferensi. Hal ini mengakibatkan integrasi bahasa. Integrasi
semakin mungkin terjadi jika bahasa yang terinterferensi ini kemudian diwariskan
1
kepada penutur-penutur berikutnya sehingga dianggap sebagai bahasa asli (alami)
penutur.
2
2.2.7 Kebiasaan berbahasa ibu
Tingginya tingkat penguasaan bahasa Ibu yang tinggi akan berpengaruh
pada pelafalan bahasa penerima yang tergolong lebih rendah saat
menghadapi sebuah hambatan berbahasa.
Selain interferensi, ada pula integrasi yang merupakan proses peminjaman unsur
bahasa ke dalam bahasa lain dan kemudian akan mengalami penyesuaian menurut
sistem atau kaidah bahasa penerima. Apabila unsur bahasa sumber mempunyai
banyak kesamaan dengan bahasa penerima, maka proses penyesuaian akan cenderung
cepat. Solihah (2018: 375) menyebutkan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
terjadinya integrasi, yaitu sebagai berikut.
2.2.8 Semakin miripnya karakteristik sistem dan/atau kaidah kebahasaan maka
akan mempercepat proses integrasi.
2.2.9 Urgensi penyerapan unsur bahasa
Semakin penting unsur bahasa tersebut dalam pemakaian bahasa penerima
maka semakin sering digunakan.
2.2.10 Sikap bahasa pada penutur bahasa penerima
Apabila terdapat rasa kebanggaan terhadap norma dan sikap bahasa
semakain menurun maka semakin tinggi peluang terjadinya integrasi.
3
pengaruh pelafalan dalam bahasa asing. Misalnya bunyi dari /c/
diucapkan /se/ atau /k/.
2.3.1.2 Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi adalah tatabahasa yang menelaah struktur atau
bentuk kata, utamanya penggunaan morfem, sedangkan morfem
sendiri adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna
sendiri. Misalnya dalam penggunaan kata ekspress. Kata ekspress
memiliki arti sebuah hal yang singkat dan cepat. Jika dibedah dan
dikaji, ekspress adalah sebuah kata asing yang tidak hanya satu kata.
Disitulah terjadi sebuah interferensi morfologi.
2.3.1.3 Interferensi Sintaksis
Interferensi Sintaksis terjadi ketika adanya suatu gejala yang terjadi
dimana adanya penyusupan struktur bahasa sumber ke dalam bahasa
penerima, sehingga mengganggu struktur bahasa penerima tersebut.
Hal ini sebenarnya jarang terjadi, mungkin terjadi ketika seorang anak
yang berasal dari pedalam dan pindah ke kota. Anak itu sangat kental
dengan bahasa daerah yang sering digunakan di daerahya. Sehingga
anak itu sedikit kesulitan untuk berkomunikasi. Yang mengakibatkan
campur kode dalam aktivitas komunikasinya.
4
2.3.2 Macam Integrasi
Bentuk integrasi dalam bahasa Indonesia didominasi oleh beberapa bahasa daerah
dan bahasa asing produktif. Setidaknya ada empat bentuk integrasi (Solihah,
2018:374-375) sebagai berikut.
2.3.2.1 Integrasi Audial
Integrasi audial adalah integrasi yang terjadi pada sudut pandang
pendengar. Terjadinya integrasi audial ini didasari oleh seorang penutur
bahasa yang mendengar kata dari bahasa penutur aslinya kemudian
penutur bahasa tersebut akan mencoba menggunakan kata tersebut sesuai
dengan apa yang didengarnya.
Contoh integrasi audial:
Bioskoop (Belanda) menjadi bioskop (Indonesia)
Kantoor (Belanda) menjadi kantor (Indonesia)
Handdoek (Belanda) menjadi handuk (Indonesia)
Koelkast (Belanda) menjadi kulkas (Indonesia)
Apotheek (Belanda) menjadi apotek (Indonesia)
2.3.2.2 Integrasi Visual
Integrasi visual adalah integrasi yang penyerapannya terjadi pada bentuk
tulisan dalam bahasa aslinya. Bentuk tulisan yang diserap dari bahasa asli
akan diubah ke dalam bahasa penerima sesuai aturan yang berlaku dalam
bahasa penerima.
Contoh integrasi visual:
Standard (Inggris) menjadi standar (Indonesia)
Text (Inggris) menjadi teks (Indonesia)
Geography (Inggris) menjadi geografi (Indonesia)
Cartoon (Inggris) menjadi kartun (Indonesia)
Education (Inggris) menjadi edukasi (Indonesia)
2.3.2.3 Integrasi Penerjemah Langsung
Integrasi penerjemah langsung adalah bentuk integrasi dengan
mencarikan kata sepadan antara bahasa asing dengan bahasa penerima.
Contoh integrasi penerjemah langsung:
Income tax (Inggris) menjadi pajak penghasilan (Indonesia)
Public ownership (Inggris) menjadi kepemilikan publik (Indonesia)
Airport (Inggris) menjadi bandar udara (Indonesia)
Online (Inggris) menjadi dalam jaringan
5
Offline (Inggris) menjadi luar jaringan
2.3.2.4 Integrasi Penerjemah Konsep
Integrasi penerjemahan konsep merupakan integrasi yang mengkaji
konsep kata asing kemudian konsep tersebut dicairkan ke dalam bahasa
penerima.
Contoh integrasi penerjemah konsep:
Medication (Inggris) menjadi pengobatan (Indonesia)
Brother in law (Inggris) menjadi ipar laki-laki (Indonesia)
Network (Inggris) menjadi jaringan (Indonesia)
6
perdagangan. Pijin tidak memiliki penutur asli. Namun, apabila pijin ini
diturunkan ke generasi-generasi berikutnya, maka pijin ini disebut kreol.
Kreol merupakan perkembangan lebih lanjut dari pijin, yaitu setelah pijin
memiliki penutur asli.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Interferensi dan integrasi terjadi akibat adanya penggunaan dua bahasa atau lebih
dalam lingkungan masyarakat tutur yang multilingual. Interferensi menggunakan
unsur bahasa lain dalam suatu bahasa yang dianggap sebagai suatu kesalahan karena
adanya penyimpangan dalam kaidah atau aturan bahasa yang digunakan. Integrasi
menggunakan unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan telah
dianggap sebagai warga bahasa tersebut. Bahasa yang terinterferensi secara terus-
menerus dalam jangka waktu yang lama memungkinkan terjadinya integrasi, di
mana bahasa terinterferensi dianggap sebagai bahasa asli atau bahasa yang
menginterferensi. Proses tersebut mengakibatkan terserapnya bahasa lain (B2)
sehingga memperkaya kosakata penutur B1. Interferensi dan integrasi dapat
mempengaruhi bahasa resipien, seperti bahasa resipien tidak mengalami perubahan
yang mengubah sistem, bahasa resipien mengalami perubahan sistem, dan kedua
bahasa yang bersentuhan sama-sama menjadi donor dalam pembentukan bahasa
pijin.
3.2 Saran
Demi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, penulis menyarankan
beberapa hal, sebagai berikut.
3.2.1 Dalam penyusunan makalah, sangat penting menggunaan sumber materi
atau referensi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3.2.2 Buku dan jurnal menjadi rujukan utama penulisan makalah.
3.2.3 Penulis harus mempertanggungjawabkan apa yang ia tulis dalam makalah.
Demikian saran yang penulis sampaikan. Penulis berharap makalah “Interferensi dan
Integrasi” ini mampu menambah wawasan dan menambah rujukan atau sumber ilmu
pengetahuan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A., & Agustina, L. (2014). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Rineka
Cipta.