Anda di halaman 1dari 16

KESUSASTRAAN DAN NASIONALISME

KESADARAN KE-INDONESIAAN
§ Pujangga Baru tidak lepas dari organisasi-organisasi
kebudayaan kaum muda nasionalis daerah-daerah pada abad
ke-20 (Jong Java 1915 di bawah Budi Utomo, Jong Sumatranen
Bond 1917).

§ Organisasi-organisasi ini merasakan perlunya kaum muda


Indonesia yang berpendidikan Belanda agar mengenal warisan
kebudayaan asli Indonesia.

§ Perlu adanya penyesuaian persepsi terhadap norma-norma


budaya Eropa “kemodernan” dengan ikatan perasaan dan
kejiwaan yang mendalami identitas yang asli.

§ Mempersenyawakan yang “modern” itu ke dalam usaha


memgembangkan warisan tradisional.

§ Kesadaran ke-Indonesiaan yang muncul dalam gerakan-


gerakan pemuda itu, diperkuat oleh kegiatan-kegiatan politik.
FENOMENA KEBUDAYAAN AWAL ABAD 20
§ Para organisasi pemuda ini mulai merasakan
adanya tekanan dari cita-cita persatuan yang
meliputi 3 hal, Persatuan Indonesia dalam hal
tanah air, bangsa dan bahasa.

§ Pernyataan persatuan dalam tiga hal inilah yang


diwujudkan dalam Sumpah Pemuda pada tahun
1928.

§ Sejak saat itulah, bahasa persatuan dinamakan


“Bahasa Indonesia”, puisi baru yang diperkenalkan
Muhammad Yamin disebut dengan ‘Kesusastraan
Indonesia”

§ Sebelum Pujangga Baru muncul (berdiri) belum


ada suatu kesadaran diri untuk menjelaskan
gagasan budaya yang selaras dengan kesadaran
politik yang baru itu.
PEMBENTUKAN PUJANGGA BARU

§ Pujangga Baru adalah nama sebuah majalah Kebudayaan dan


Kesusastraan yang terbit antara tahun 1933 dan 1942 di Jakarta
§ Pujangga Baru dihubungkan dengan perjuangan kaum intektual
Indonesia dalam menjelaskan “Indonesia” sebagai kesatuan budaya
maupun politik
§ Pujangga Baru juga merupakan perwujudan nasionalisme Indonesia
yang penuh elan dan gairah yang menemukan ekspresinya dalam
esai polemik, sajak dan roman periode itu
§ Majalah Pujangga Baru digunakan untuk mengembangkan
munculnya Sastra Indonesia Modern yang bergaya barat meskipun
konotasi sebutan nasionalis tidak terpisahkan dalam penggunaan
istilah “Indonesia”.
AWAL PUJANGGA BARU
§ Pujangga Baru tahun pertama, nomor pertama, terbit
bulan Juli 1933.
§ Terbitan pertama berisi sebelas puisi, dengan kata
pengantar yang ditulis oleh Hoessein Djajadiningrat dan Ki
Hadjar Dewantara, serta dua karangan penting oleh
Sutan Takdir A dan Armijn Pane.
§ Karangan Takdir berjudul “Menuju Seni Baru” yang
berisikan sikap dasar bagi perkembangan Kebudayaan
Indonesia seperti yang pernah dikemukakannya dalam
“Menuju Kesusastraan Baru”.
§ Dia mengambil istilah “Kulit Kosong” peninggalan tradisi
kesenian kuno yang pernah menghasilkan monumen
besar Borobudur.
§ Ia menegaskan selama hanya meniru penemuan masa
lalu, seni Indonesia akan tetap mandul.
AWAL PUJANGGA BARU
§ Karangan Armijn Pane berjudul “Kesusastraan Baru”
menerapkan teori Takdir terhadap masalah yang dihadapi
oleh para pengarang muda.

§ Armijn menyebut sastra modern di Indonesia sebagai produk


masyarakat yang dualistik, lahir dari pertemuan Timur dan
Barat dalam lingkungan pergaulan kolonial.

§ Pujangga Baru meneruskan gaya nasionalisme kebudayaan


pada awal tahun 1920-an yang secara politis bisa diterima
oleh Pemerintah Hindia Belanda.

§ Sedangkan pada saat majalah Pujangga Baru ini lahir,


nasionalisme Indonesia secara keseluruhan telah mencapai
titik puncak non kooperatif, yaitu tahap radikal dalam politik.
SASTRA PUJANGGA BARU

§ Sastera Pujangga Baru adalah sajak yakni puisi non tradisional


melayu yang mulai diperkenalkan tahun 1920-an dan pada
awalnya disebarluaskan melalui “Memajukan Kesusasteraan”.
§ Antara tahun 1933 sampai 1942 Pujangga Baru kurang lebih
menerbitkan empat kumpulan sajak dan lebih dari tiga ratus
buah sajak yang dimuat secara terpisah.
§ Rata-rata yang dimuat di dalam Pujangga Baru adalah hasil
karya para pengarang dari seluruh Nusantara (pada saat itu
sudah disebut dengan Bahasa Indonesia) dalam karya yang
ditulis.
§ Para pengarang memperlhatkan kemodernan karyanya
dengan membuat variasi pada bentuk luar, seperti pola rima
dan jumlah serta susunan lariknya namun tetap susunan irama
pantun.
§ Ciri khas bentuk puisi tradisional itu yang paling utama
mendasari sajak-sajak mereka.
SASTRA PUJANGGA BARU

§ Soneta merupakan contoh yang tepat dalam


menggambarkan variasi pantun dalam mengejar
kemodernan.

§ Soneta pertama kali digunakan Muhammad Yamin


pada tahun 1920. Soneta merupakan pengembangan
dari pantun yang susunannya terdiri atas empat belas
larik serta pola rima yang selalu digubah sesuai dengan
irama pantun yang umum, empat ketukan setiap larik,
yang biasanya terbagi menjadi dua penggal di
tengah-tengahnya
SONETA

§ Contoh Soneta karya Muhammad Yamin yang dibuat tahun 1920


SONETA TERAKHIR DI PUJANGGA BARU
§ Soneta di dalam Pujangga Baru tahun 1941 karya A.M. Dg. Miyala
CIRI KHAS LAIN SASTRA PUJANGGA BARU

§ Aspek lain tradisi pantun yang nampak


sepanjang periode Pujangga Baru adalah
citra diri penyair yang mengingatkan
penggubah pantun, dan perasaan yang
dianggap sesuai untuk diungkapkan
dalam puisi.

§ Pandangan Romantik Eropa dan


munculnya puisi modern sebagai konversi
baru yang berkembang tentang
“kerinduan” memiliki tema tentang
kebahagiaan masa lampau ataupun
mendambakan harapan tentang masa
depan.
ROMANTISME DALAM KARYA PUJANGGA BARU

§ Contoh karya romantik dalam Sajak Sanusi Pane :


AKHIR ERA PUJANGGA BARU
Perang dunia II pada awal 1942 menjadikan terbitan Pujangga Baru mulai terganggu:
PENUTUP ZAMAN PUJANGGA BARU
§ Sajak Chairil yang paling awal dan mengangkat namanya adalah epigram dalam bentuk
kuatrin yang berjudul Nisan

§ Hubungan antara kuatrin sajak dengan kuatrin pantun yang tetap dipertahankan selama
periode Pujangga Baru, secara tegas diputuskan sehingga istilah sajak langsung diartikan
sebagai puisi bebas.
§ Dalam sajak Chairil dari awal sudah tidak menggunakan bentuk yang sudah menjadi baku
pada penulisan sebelumnya.
PUISI CHAIRIL ANWAR

Pada karya-karya Chairil Anwar kesusastraan


Indonesia melihat si penyair sebagai “manusia
modern”, yang merasa dirinya tidak dibiarkan
hidup di tengah-tengah masyarakat yang
mapan, menyadari kesepian dan keterasingan
serta mengutuki kebangkrutan spiritual yang
tampak mengelilinginya yang tidak nampak
dalam karya-karya atau kesusastraan
Indonesia Pujangga Baru
PUISI CHAIRIL ANWAR

Anda mungkin juga menyukai