Anda di halaman 1dari 5

Nama : Novita Aulia Rahmah

NIM : 2000025098

SASTRA INDONESIA B
1. Sejarah mencatat para pengarang/sastrawan/penyair Indonesia memiliki popularitas
serta pengaruh sesuai eranya, silahkan tuliskan secara detail sejarah hidup salah satu
pengarang/sastrawan/penyair baik dari periode balai pustaka, pujangga baru maupun
angkatan 45, 60, 70, 80, 90, 20an yang menginspirasi saudara.

Nh.Dini: Sastrawan Pejuang Feminisme Indonesia

Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau yang lebih kita kenal dengan Nh.Dini
merupakan sastrawan, novelis, serta pejuang feminisme Indonesia. Wanita yang kerap
dipanggil Nh.Dini ini merupakan seorang berdarah Jawa Bugis yang lahir di Semarang,
Jawa Tengah, tepatnya pada 29 Februari 1936. Uniknya, ia hanya merayakan hari
lahirnya sekali dalam empat tahun karena lahir pada tahun kabisat. Nh.Dini lahir dari
pasangan Salyowijoyo, seorang pegawai perusahaan kereta api dan Kasminah, seorang
buruh batik. Nh.Dini merupakan anak terakhir atau bungsu dari pasangan tersebut. Ia
memiliki empat orang kakak, yaitu Heratih, Mohammad Nugroho, Siti Maryam, dan
Teguh Asmar. Teguh Asmar, seorang yang paling dekat dengan Nh.Dini di antara
keempat saudaranya. Mereka sama-sama memiliki darah seniman yang mengalir
ditubuhnya. Darah seniman tersebut mengalir dari sang ibunda yang seringkali
membacakan cerita-cerita, tembang hingga aksara Jawa. Ibunda Nh.Dini merupakan
seorang perempuan priyayi yang menjunjung tinggi budaya dan aturan Jawa sehingga
terkesan kaku. Sifat kaku tersebut juga berlaku dalam mendidik anak-anaknya. Nh.Dini
menilai hal itu sebagai sesuatu yang rumit dan terlalu banyak aturan. Ketika ayahnya
meninggal saat ia duduk di bangku smp, ia menjadi pendiam dan sering merenung
sehingga membuat ia menuangkan pikiran dan isi hatinya dalam sebuah tulisan.

Pendidikan dan Karir


Nh.Dini tumbuh dan besar di Semarang. Ia adalah pribadi yang berpendidikan. Ia
menempuh pendidikan dasar hingga menegah atas di tempat kelahirannya. Nh.Dini
kecil mulai tertarik dan hanyut dalam dunia sastra sejak duduk di bangku sekolah
dasar. Mulanya, ia suka membaca. Kemudian, ia tertarik dan menantang dirinya untuk
menulis. Karya pertamanya, Pendurhaka, dimuat dalam majalah Kisah pada tahun
1951. Karya tersebut bahkan mendapat atensi positif dari kritikus sastra kondang
masanya, H.B. Jassin. Ini merupakan sebuah langkah epic dari seorang Nh.Dini muda. Ia
terus menulis hingga menerbitkan karya keduanya, kumpulan cerita pendek berjudul Dua
Dunia yang terbit tahun 1956 ketika ia duduk di bangku menengah atas. Nh.Dini bahkan
pernah menjuarai lomba menulis naskah drama RRI Semarang. Sejak saat itu, Nh.Dini
rajin mengirim dan membacakan buah karyanya berupa sajak-sajak ke siaran radio
nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar. Tak hanya menulis, ia pun aktif
dalam kelompok sandiwara radio Kuncup Berseri hingga membentuk kelompok
sandiwara Pura Bhakti di sekolahnya. Setelah lulus dari pendidikan menengah atas, ia
mengikuti seleksi pendidikan untuk pegawai Garuda Airlines. Ia berhasil lolos dan
menjadi pramugari Garuda Airlines selama tiga tahun, sejak tahun 1957 hingga 1960.
Profesinya sebagai pramugari tak pernah menjadi penghalang baginya untuk tetap
menulis. Nh.Dini memutuskan mengikuti pendidikan kuliah B-1, Sejarah, dan Bahasa
yang diselenggarakan oleh Atase Kebudaayan Kedutaan Prancis di Indonesia. Namun,
ia tetap menjalankan kewajiban dengan meneken kontrak pramugarinya. Nh.Dini juga
pernah menjadi penari Bali di Isatana Jakarta pada tahun 1957 karena kemahirannya
dalam seni tari.

Prancis dan Kehidupan Rumah Tangga


Pada tahun 1960, Nh.Dini dipersunting oleh Yves Coffin, seorang diplomat Prancis
yang sedang bertugas di Indonesia selama empat tahun. Profesi sang suami menuntut
Nh.Dini untuk hidup berpindah dari satu negara ke negara lain. Sepasang suami istri ini
kemudian hidup di Jepang, lalu berpindah ke Kamboja, dan berakhir menetap di
Prancis. Hal inilah yang nanti akan membawa pengaruh besar dalam hidup dan karir
menulisnya. Nh.Dini dikaruniani dua orang anak, yaitu Marie Glaire Lintang dan
Pierre Louis Padang Coffin. Marie Glaire Lintang kemudian menjadi sosok penggiat
pendidikan, sedangkan Pierre Coffin berkarir sebagai seorang sutradara film animasi
atau animator. Salah satu film yang membesarkan namanya adalah film animasi
Despicable Me dan Minions. Karir cemerlang kedua anaknya tidak lain adalah hasil
didikan dan ajaran Nh.Dini beserta suaminya, Yves Coffin. Selama menetap di Prancis,
Nh.Dini bergabung dan menjadi anggota les amis de la natura (green peace) Paris. Ia pun
pernah menjadi perawat bagi Tuan Pierre Willm yang tinggal di daerah Argenteuil.
Nh.Dini menjadi sosok teman, sahabat, dan keluarga bagi Tuan Pierre hingga akhir
hidupnya. Di sisi lain, kehidupan rumah tangga Nh.Dini tidak berjalan mulus-mulus
saja. Titik puncak perjalanan rumah tangga selama 20 tahunan itu adalah perceraian.
Setelah bercerai, Nh.Dini memutuskan untuk kembali ke tanah air.

Karya dan Penghargaan


Nh.Dini merupakan sastrawan dan novelis yang mulai aktif pada tahun atau generasi
60-an. Kehidupan Nh.Dini yang dituntut untuk selalu berpindah dari satu negara ke
negara lain menjadi latar dan inspirasinya dalam berkarya. Dalam menulis, Nh.Dini
selalu menuangkan ide dan pikiran berdasarkan apa yang telah ia lalui. Novel
pertamanya berjudul Hati yang Damai merupakan isi curahan hatinya ketika ia menjadi
seorang pramugari Garuda Airlines dan novel Pada Sebuah Kapal, mengisahkan lika
liku kehidupan dan masalah percintaan yang digambarkan oleh seorang tokoh wanita
bernama Sri. Nh.Dini telah melahirkan 32 buku termasuk novel dan kumpulan cerita
pendek dan puisi, diantaranya La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-Orang
Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), dll. Puisi dan kumpulan cerita pendek
seperti Bagi Seorang Jang Menerima (Gadjah Mada, 1954), Kematian (Indonesia,
1958), dll. Sebagian besar novelnya mengisahkan tokoh wanita yang berjuang dalam
menegakkan keadilan dan kebebasan kaumnya baik dalam bidang pendidikan,
ekonomi, maupun sosial. Oleh karena itu, Nh.Dini dianggap sebagai pelopor sastrawan
pejuang feminisme Indonesia. Karya-karya luar biasanya melambungkan nama
Nh.Dini dalam kancah internasional. Nh.Dini dianugerahi Hadiah Seni untuk Sastra
dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang
Sastra dari Pemda Jateng (1991), Southeast Asian Write Award dari pemerintah
Thailand (2003), Francophonie (2008), Achmad Bakrie Award di Bidang Sastra
(2011), Penghargaan Prestasi Seumur Hidup (Lifetime Achievement Award) dari Ubud
Writers and Readers Festival (2017), dan lain-lain. Ia juga diundang untuk memberi
kuliah atau pengajaran di berbagai universitas dalam maupun luar negeri.

Nh.Dini dan Senja


Setelah bercerai dengan Yvess Coffin, Nh.Dini pulang dan mendapatkan kembali
kewarganegaraannya. Ia menderita kanker, tetapi beruntung, penyakit itu tidak lama-
lama menugganginya. Selama menetap di tanah air, ia memilih hidup sederhana di
Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran. Di masa senjanya, Nh.Dini tetap aktif
menulis hingga mendirikan sebuah Pondok Baca Sekayu, di Desa Kedung Pani,
Semarang pada tahun 1986. Kemudian pondok tersebut dipindah ke Yogyakarta karena
Nh.Dini menetap di sana. Selain itu, Nh. Dini juga mempunyai pondok baca cabang
Jakarta dan Kupang Timur.

Nh.Dini menemui ajalnya pada 4 Desember 2018 pada usia 82 tahun. Ia meninggal
akibat kecelakaan lalu lintas di ruas Jalan Tol Tembalang Kilometer 10, Semarang,
Jawa Tengah. Karya terakhirnya berjudul Gunung Ungaran: Lerep di Lerengnya,
Banyumanik di Kakinya (2018) berisi tentang kematian. Memang, sesuatu tidaklah ada
yang abadi. Namun, karya-karya dan jasa Nh.Dini akan tetap menginspirasi.

2. Bagaimana kontribusi pengarang tersebut di dalam arena sastra Indonesia baik secara
lokal, nasional, maupun dunia?

Nh.Dini dalam Dunia Sastra Indonesia

Nh.Dini merupakan sastrawan dan novelis terkemuka di Indonesia. Ia juga merupakan


tokoh pilar atau penggagas pejuang feminisme di Indonesia. Nh.Dini telah
berkontribusi dalam dunia sastra sejak ia masih duduk di bangku SMP. Ia memulai
karirnya pada tahun 1951. Karya pertamanya, Pendurhaka, dimuat dalam
majalah Kisah. Pendurhaka bahkan mendapat perhatikan kritikus terkemuka masanya,
H.B.Jassin. Karya keduanya, yaitu kumpulan cerita pendek berjudul Dua Dunia terbit
tahun 1956 ketika ia masih SMA. Semangat dan keuletan Nh.Dini menyuburkan benih-
benih sastrawannya. Nh.Dini bahkan menjuarai lomba menulis naskah dalam RRI
Semarang hingga menjadi penyiar yang membacakan puisi serta sajak buah karyanya.
Nh.Dini juga aktif dalam kegiatan sandiwara radio Kuncup Berseri.

Nh.Dini dikenal sebagai sastawan yang menggunakan teknik konvensional. Ia kerap


menyisipkan penggalan-penggalan kisah hidupnya dalam cerita yang ia tulis. Hal
tersebut merupakan suatu hal baru dalam dunia sastra Indonesia tahun 1950-an. Nh.Dini
tercatat telah menulis 32 buah buku termasuk novel dan kumpulan puisi atau sajak
serta cerita pendek. Ia juga menerjemahkan karya-karya asing ke dalam bahasa
Indonesia. Berikut karya Nh.Dini hingga kini:
Dua dunia (1959), Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Namaku Hiroko
(1977), keberangkatan (1977), sebuah lorong di kotaku (1978), Orang-orang Tran
(1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1961), Bagi Seorang Jang
Menerima (Gadjah Mada, 1954), Kematian (Indonesia, 1958), Tirai Menurun (1993),
Pencakar Langit (2003), Pondok Baca Kembali ke Semarang (2011), dll; karya
terjemahan seperti Sampar karya Albert Camus (1985), 20.000 Mil di Bawah
Lautan karya Jules Verne (2004), hingga Tukang Kuda Kapal La Providence karya
George Simenon (2009). Karya-karyanya sebagian besar mengisahkan tokoh wanita
yang hidup dalam memperjuangkan kebebasan dan melawan ketidakadilan gender
dalam segala aspek kehidupan. Meskipun berlatarkan negara-negara asing yang
terinspirasi dari perjalanan hidupnya, Nh.Dini tidak kehilangan jadi diri sebagai orang
Indonesia. Nh.Dini mendirikan Pondok Baca di Semarang yang kemudian dipindahkan ke
Yogyakarta di mana ia menetap. Nh.Dini berharap dengan didirikannya pondok baca
ini, minat literasi generasi muda semakin meningkat.
Kontribusi Nh.Dini dalam dunia sastra Indonesia memang luar biasa. Ia kemudian
dianugerahi Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1989), Bhakti Upapradana Bidang Sastra dari Pemda Jateng (1991), Southeast Asian
Write Award dari pemerintah Thailand (2003), Francophonie (2008), Achmad Bakrie
Award di Bidang Sastra (2011), Penghargaan Prestasi Seumur Hidup (Lifetime
Achievement Award) dari Ubud Writers and Readers Festival (2017), dan lain-lain.
Nh.Dini juga kerap diundang untuk memberi kuliah atau pengajaran di berbagai
universitas dalam maupun luar negeri serta menjadi pembicara dalam acara sastra dan
budaya. Nh.Dini pernah memenuhi undangan The Japan Foundation untuk bertemu
dengan pengarang dari dari negara tersebut, mengunjungi Australia atas undangan The
Flinders University dan berceramah di Murdoch University di Perth, Monash University
di Melbourne, New South Wales University di Sydney, dan mendapat undangan dari
Amerika Serikat serta diundang oleh Murdoch University di Perth untuk membacakan
salah satu cerpen karyanya serta memaparkan proses kreatifnya.

3. Apa pemikiran dan ide dari pengarang/sastrawan/penyair yang saudara kagumi


tersebut, yang masih relevan serta dapat digunakan menjadi sumber inspirasi bagi para
pembelajar sastra Indonesia saat ini?

Ide dan Pemikiran Nh.Dini

Nh.Dini dikenal sebagai sastrawan penggiat atau pelopor pejuang feminisme di


Indonesia. Ia vokal dalam menyuarakan pemikirannya. Nh.Dini beranggapan bahwa
budaya patriarki dan pemikiran-pemikiran lain yang mengatasnamakan kekuasaan laki-
laki lebih tinggi dari pada perempuan hanyalah sebuah pikiran kolot dan belenggu
kemajuan kaum perempuan. Perempuan berhak memperoleh kedudukan, kebebasan,
dan kemerdekaan bertindak layaknya apa yang laki-laki punya. Adat, aturan, serta tata
sosial mengikat yang tidak berorientasi pada kesetaraan dan kemajuan kaum
perempuan haruslah ditinggalkan. Lahirnya karya-karya Nh.Dini merupakan suatu
perjuangan feminisme yang apik di tengah dunia sastra yang didominasi laki-laki, di
tengah kehidupan masyarakat yang subur partriarki, dan di tengah ketimpangan sosial
yang melingkari.

Karya-karya Nh.Dini, khususnya novel, selalu berpusat pada perjuangan tokoh wanita.
Tokoh tersebut digambarkan oleh Nh.Dini sebagai wanita yang menentang
ketidakadilan gender. Wanita itu memperjuangkan haknya sebagai pribadi yang bebas
dan merdeka. Hal tersebut dapat kita lihat dalam salah satu novelnya yang berjudul
Pada Sebuah Kapal. Melalui novel ini, Nh.Dini kokoh pada pendirian dan
pemikirannya dalam menyuarakan protes atau usulan yang ingin ia sampaikan,
khususnya mengenai feminisme. Ia menyuarakan pikirannya dalam novel melalui
bahasa yang halus namun melekat di hati pembaca. Tulisannya menyadarkan dan
memahamkan situasi kehidupan kepada pembaca sehingga terasa jujur dan nyata.
Dalam menuliskan karyanya, Nh.Dini menggunakan teknik konvensional. Ia
menyertakan lembaran-lembaran hidupnya dalam cerita yang ditulis.

Sebagai penulis, Nh.Dini memiliki ciri khas dan gaya bahasa sendiri sebagai
interpretasi gagasan pro-kebebasannya. Contohnya, Nh.Dini lebih memilih
menggunakan kata moderen bukan modern, kata Parangakik bukan Prancis, dsb. Ia
juga berpendapat bahwa menulis adalah pekerjaan yang menyenangkan seperti
mengungkapkan isi hati dan pikiran sendiri. Setiap proses kreatif menulis hendaklah
tidak tergesa-gesa dan bertahap mengingat ide, gagasan, dan inspirasi dapat diperoleh
dari mana saja. Ia juga tidak ragu menulis sesuatu yang tabu atau tidak lumrah dalam
masyarakat. Hal yang menjadi kunci, pilar, serta dasar menurutnya dalam proses
menulis adalah keadilan yang bertitik pada kemanusiaan.

Sumber:

Erowati, Rosida dan Ahmad Bahtiar. 2011. Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Kemdikbud.go.id. Nh.Dini. Diakses pada 10 Januari 2021, dari
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Nh_Dini
Satupena.id. (2019, 23 Februari). Nh.Dini: Kehidupan, serta Relevansi Karya-Karyanya
Saat Ini. Diakses pada 10 Januari 2021, dari
http://satupena.id/2019/02/23/nh-dini-kehidupan-serta-relevansi-karya-
karyanya-saat-ini/
Kenangan.com. (2018, 25 Oktober). N.H.Dini. Diakses pada 10 Januari 2021, dari
https://www.kenangan.com/biografi/n-h-dini
Dpad.jogjaprov.go.id. Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin (NH Dini). Diakses pada 10
Januari 2021, dari
http://dpad.jogjaprov.go.id/coe/jateng/view?id=429&slug=nurhayat
i-sri-hardini-siti-nukatin-nh-dini
Tagar.id. (2018, 4 Desember). Mengenal 2 Anak NH Dini, Pencipta Animasi Minions dan
Penggiat Pendidikan. Diakses pada 12 Januari 2021, dari
https://www.tagar.id/mengenal-2-anak-nh-dini-pencipta-animasi-minions-dan-
penggiat-pendidikan
Rizqi, syarifatur. 2014. Tuntutan Feminism Radikal Terhadap Sistem Patriarki pada
Pemikiran Nh.Dini dalam Karya Sastranya. Jurnal Pendidikan Sejarah
[Internet]. [Diunduh pada 2021 14 Januari]; 2 (3): 1-14. Tersedia pada:
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/880
0/8832
Afdholy, Nadya dan Tengsoe Tjahjono. 2020. Menghalau Domestifikasi dan Feodalisme:
Daya Subjektivitas Nh. Dini dalam Novel Jalan Bandungan. Jurnal
Puitika [Internet]. [Diunduh pada 2021 14 Januari]; 16 (1); 1-19.
Tersedia pada:
http://jurnalpuitika.fib.unand.ac.id/index.php/jurnalpuitika/article/vi
ew/107/95

Anda mungkin juga menyukai