Kelompok 4:
Sastra
Tiga Menguak Takdir (kumpulan sajak bersama Chairil
Anwar dan Rivai Avin, 1950)
Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat (kumpulan cerpen, 1972)
Mantera (kumpulan sajak, 1975)
Mahkamah (drama, 1988)
Jenderal Nagabonar (skenario film, 1988)
Surat-Surat Kepercayaan (kumpulan esai, 1997)
Film
Titian Serambut Dibelah Tudjuh, 1959
Pagar Kawat Berduri (1963)
Apa Jang Kau Tjari, Palupi? (1970)
Jembatan Merah (1973)
Salah Asuhan (1974)
Bulan di Atas Kuburan (1976)
Kemelut Hidup (1978)
Di Bawah Lindungan Ka'bah (1981)
3.) W.S Rendra
Penghargaan WS Rendra
Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di
luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Ia
juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The
Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki
International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte
Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988),
Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal
(1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival
(1995). Untuk kegiatan seninya Rendra telah menerima banyak
penghargaan, antara lain Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari
Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta
(1954) Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956); Anugerah Seni dari
Pemerintah Republik Indonesia (1970); Hadiah Akademi Jakarta (1975);
Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1976) ; Penghargaan Adam Malik (1989); The S.E.A. Write Award (1996)
dan Penghargaan Achmad Bakri (2006).
Baru pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti
Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra
mendapat lima anak: Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana,
Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta. Satu di antara muridnya adalah
Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, putri darah biru Keraton
Yogyakarta, yang bersedia lebur dalam kehidupan spontan dan urakan di
Bengkel Teater. Tugas Jeng Sito, begitu panggilan Rendra kepadanya,
antara lain menyuapi dan memandikan keempat anak Rendra-Sunarti.
Peristiwa itu, tak pelak lagi, mengundang berbagai komentar sinis seperti
Rendra masuk Islam hanya untuk poligami. Terhadap tudingan tersebut,
Rendra memberi alasan bahwa ketertarikannya pada Islam sesungguhnya
sudah berlangsung lama. Terutama sejak persiapan pementasan Kasidah
Barzanji, beberapa bulan sebelum pernikahannya dengan Sito. Tapi alasan
yang lebih prinsipil bagi Rendra, karena Islam bisa menjawab persoalan
pokok yang terus menghantuinya selama ini: kemerdekaan individual
sepenuhnya. Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan
pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai,
katanya sambil mengutip ayat Quran, yang menyatakan bahwa Allah lebih
dekat dari urat leher seseorang. Toh kehidupannya dalam satu atap dengan
dua istri menyebabkan Rendra dituding sebagai haus publisitas dan gemar
popularitas. Tapi ia menanggapinya dengan ringan saja.
]
Duka-Mu Abadi (1969)
Lelaki Tua dan Laut (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
Mata Pisau (1974)
Sepilihan Sajak George Seferis (1975; terjemahan karya George
Seferis)
Puisi Klasik Cina (1976; terjemahan)
Lirik Klasik Parsi (1977; terjemahan)
Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak (1982, Pustaka Jaya)
Perahu Kertas (1983), Dan karya lainnya
6.)Abdul Hadi WM
Prof. Dr. Abdul Hadi WM atau nama lengkapnya Abdul Hadi Wiji
Muthari (lahir di Sumenep, 24 Juni 1946; umur 71 tahun) adalah
salah satu sastrawan, budayawan dan ahli filsafat Indonesia. Ia
dikenal melalui karya-karyanya yang bernafaskan sufistik, penelitian-
penelitiannya dalam bidang kesusasteraan Melayu Nusantara dan
pandangan-pandangannya tentang Islam dan pluralisme.
Abdul Hadi WM terlahir dengan nama Abdul Hadi Wijaya. Ketika
dewasa ia mengubah nama Wijaya menjadi Wiji. Ia lahir dari garis
keturunan peranakan Tionghoa di wilayah Sumenep,
Madura.[1] Ayahnya, saudagar dan guru bahasa Jerman bernama K.
Abu Muthar, dan ibunya adalah putri keturunan Mangkunegaran
bernama RA Sumartiyah atau Martiyah. Mereka dikaruniai sepuluh
orang anak dan Abdul Hadi adalah putra ketiga; tetapi kedua
kakaknya dan empat adiknya yang lain meninggal dunia ketika masih
kecil. Anak sulung dari empat bersaudara (semua laki-laki) ini pada
masa kecilnya sudah berkenalan dengan bacaan-bacaan yang berat
dari pemikir-pemikir seperti Plato, Sokrates, Imam
Ghazali, Rabindranath Tagore, dan Muhammad Iqbal. Sejak kecil pula
ia telah mencintai puisi dan dunia tulis menulis. Penulisannya
dimatangkan terutama oleh karya-karya Amir Hamzahdan Chairil
Anwar. Bersama teman-temannya Zawawi Imron dan Ahmad Fudholi
Zaini, Hadi mendirikan sebuah pesantren di kota kelahirannya tahun
1990 yang diberi nama "Pesantren An-Naba", yang terdiri dari
masjid, asrama, dan sanggar seni tempat para santri diajari sastra,
seni rupa (berikut memahat dan mematung), desain, kaligrafi,
mengukir, keramik, musik, seni suara, dan drama.[2]
Pendidikan dasar dan sekolah menengah pertamanya diselesaikan di
kota kelahirannya. Ketika memasuki sekolah menengah atas, Abdul
Hadi meninggalkan kota kelahirannya, pergi ke Surabaya untuk
menuntut ilmu di kota itu. Ia kemudian menempuh pendidikan di
Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta hingga
tingkat sarjana muda, lalu pindah ke studi Filsafat Barat di
universitas yang sama hingga tingkat doktoral, namun tidak
diselesaikannya. Ia beralih ke Fakultas Sastra, Universitas
Padjadjaran, Bandung dan mengambil program studi Antropologi.
Selama setahun sejak 1973-1974 Hadi bermukim di Iowa, Amerika
Serikat untuk mengikuti International Writing
Program di Universitas Iowa, lalu di Hamburg, Jerman selama
beberapa tahun untuk mendalami sastra dan filsafat. Pada tahun
1992 ia mendapatkan kesempatan studi dan mengambil
gelar master dan doktorFilsafat dari Universiti Sains
Malaysia di Penang, Malaysia, di mana pada saat yang bersamaan ia
menjadi dosen di universitas tersebut. Sekembalinya ke Indonesia,
Hadi menerima tawaran dari teman lamanya Nurcholis Madjid untuk
mengajar di Universitas Paramadina, Jakarta, universitas yang sama
yang mengukuhkannya sebagai Guru Besar Falsafah dan Agama pada
tahun 2008.[3]
Keterlibatannya dalam dunia jurnalistik diawali sejak menjadi
mahasiswa, di mana Hadi menjadi redaktur Gema Mahasiswa (1967-
1968) dan redaktur Mahasiswa Indonesia (1969-1974). Kemudian ia
menjadi Redaktur Pelaksana majalah Budaya Jaya (1977-1978),
redaktur majalah Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN)
(1979-1981), redaktur Balai Pustaka (1981-1983) dan redaktur jurnal
kebudayaan Ulumul Qur'an. Sejak 1979 sampai awal 1990-an ia
menjabat sebagai redaktur kebudayaan harian Berita Buana. Tahun
1982 ia dilantik menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta dan ketika
reformasi bergulir, dalam pemilu multi partai 1999, atas desakan
rekannya Dr. H. Hamzah Haz, Abdul Hadi didesak maju sebagai wakil
daerah wilayah pemilihan Jawa Timur dari Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Tahun 2000 ia dilantik menjadi anggota Lembaga
Sensor Film dan sampai saat ini dia menjabat Ketua Dewan
Kurator Bayt al-Qur'an dan Museum Istiqlal, Ketua Majlis
Kebudayaan Muhammadiyah, anggota Dewan Pakar Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan anggota Dewan
Penasihat PARMUSI (Persaudaraan Muslimin Indonesia). Keterlibatan
Abdul Hadi WM dalam lingkaran aktivis Muslim telah dimulai sejak ia
menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) selama menjadi
mahasiswa di UGM, kemudian ikut merintis lahirnya Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada tahun 1964 bersama-
sama Amin Rais dan sahabatnya sesama penyair, Slamet Sukirnanto
Sebagai pengajar, saat ini tercatat sebagai dosen tetap Fakultas
Falsafah Universitas Paramadina, dosen luar biasa Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Indonesia, dan dosen pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Jakarta dan The Islamic College for Advanced
Studies (ICAS) London kampus Jakarta.
Sebagai sastrawan, Hadi bersama sahabat-sahabatnya antara
lain Taufik Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabar dan Leon
Agustamenggerakkan program Sastrawan Masuk Sekolah (SMS), di
bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional dan Yayasan
Indonesia, dengan sponsor dari The Ford Foundation
Sekitar tahun 1970-an, para pengamat menilainya sebagai pencipta
puisi sufis. Ia memang menulis tentang kesepian, kematian, dan
waktu. Seiring dengan waktu, karya-karyanya kian kuat diwarnai oleh
tasawuf Islam. Orang sering membandingkannya dengan sahabat
karibnya Taufik Ismail, yang juga berpuisi religius. Namun ia
membantah. “Dengan tulisan, saya mengajak orang lain untuk
mengalami pengalaman religius yang saya rasakan. Sedang Taufik
menekankan sisi moralistisnya.”
Saat itu sejak 1970-an kecenderungan estetika Timur menguat dalam
sastra Indonesia kontemporeran, puitika sufistik yang dikembangkan
Abdul Hadi menjadi mainstream cukup dominan dan cukup banyak
pengaruh dan pengikutnya. Tampak ia ikut menafasi kebudayaan
dengan puitika sufistik dan prinsip-prinsip seni Islami,ikut mendorong
masyarakat ke arah pencerahan sosial dan spiritual yang dianggap
sebagai penyeimbang pengaruh budaya Barat hedonis dan sekuler.[4]
Sampai saat ini Abdul Hadi telah menulis beberapa buku penelitian
filsafat di antaranya Kembali ke Akar Kembali ke Sumber: Esai-esai
Sastra Profetik dan Sufistik (Pustaka Firdaus, 1999), Islam:
Cakrawala Estetik dan Budaya (Pustaka Firdaus, 1999), Tasawuf Yang
Tertindas, serta beberapa buku kumpulan puisi antara lain At Last
We Meet Again, Arjuna in Meditation (bersama Sutardji Calzoum
Bachri dan Darmanto Yatman), Laut Belum
Pasang, Meditasi, Cermin, Tergantung pada Angin, Potret Panjang
Seorang Pengunjung Pantai Sanur, Anak Laut Anak Angin, Madura:
Luang Prabhang dan Pembawa Matahari, sejumlah karya terjemahan
sastra sufi dan sastra dunia, terutama karya Iqbal, Rumi, Hafiz,
Goethe, penyair sufi Persia dan penyair modern Jepang. Selain itu, ia
juga menulis beberapa buku dongeng anak-anak untuk Balai Pustaka.
Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jepang, Jerman, Cina, Thailand, Ara
b, Bengali, Urdu, Korea dan Spanyol.
7.) Pramoedya Ananta Toer
Karya-karyanya
Sebagai penulis
Sebagai editor
Kreativitas (kumpulan esai, 1984)
Dasar-Dasar Kritis Semesta dan Tanggung Jawab Kita (kumpulan esai,
1984).
Sebagai penerjemah
Penghargaan
Hasil karya:
Putu Wijaya lahir di Puri Anom Tabanan, Tabanan, Bali, pada 11 April
1944. Ia adalah bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga
bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks perumahan besar, yang dihuni
sekitar 200 orang, yang semua anggota keluarganya dekat dan jauh, dan
punya kebiasaan membaca. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang
pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak dan ibunya
bernama Mekel Ermawati. Semula, ayahnya mengharapkan Putu jadi
dokter. Namun, Putu lemah dalam ilmu pasti. Ia akrab dengan sejarah,
bahasa, dan ilmu bumi.
Pendidikan
Antara lain:
Antara lain:
Keluarga Rahmat
Pas
None
Warung Tegal
Dukun Palsu (komedi terbaik pada FSI 1995)
Jari-Jari Cinta
Balada Dangdut
Dendam
Cerpen Metropolitan
Plot
Klop
Melangkah di Atas Awan
Nostalgia
Tiada Kata Berpisah
Intrik
Bukan Impian Semusim
Pantang Menyerah
Api Cinta Antonio Blanco
Sejuta Makna dalam Kata
Nona-Noni
Karya drama
Karya novel
Karya cerpen
Karyanya yang berupa cerpen terkumpul dalam kumpulan cerpen
Bom (1978)
Es Campur (1980)
Gres (1982)
Klop
Bor
Protes (1994)
Darah (1995)
Yel (1995)
Blok (1994)
Zig Zag (1996)
Tidak (1999)
Peradilan Rakyat (2006)
Keadilan (2012)
Karya Novelet:
MS (1977)
Tak Cukup Sedih (1977)
Ratu (1977)
Sah (1977)
Karya esai
Kegiatan lainnya
Mengundurkan diri secara resmi dari partai NasDem pada tahun 2013
yang disebabkan adanya perbedaan pendapat. Hengkan dari NasDem,
Hary Tanoe kemudian bergabung dengan partai Hanura. Hanura
memberi kesempatan kepadanya untuk menduduki jabatan ketua
dewan pertimbangan dan kemudian menjadi ketua Bapilu dan mencalon
sebagai wakil presiden bersama Wiranto. Selang setahun
keanggotaannya di Hanura, Ia keluar dari partai tersebut, dan pada
tahun 2015 Ia medirikan Partai persatuan Indonesia (Perindo).
Pendidikan:
Karir:
Penghargaan:
2
2. Bob Sadino
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun
1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang,
Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar
sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob
sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali,
tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya
ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas
bekerja jadi kuli bangunan.
Meninggal Dunia
Setelah sempat dirawat selama dua bulan, pengusaha nyentrik Bob
Sadino akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit
Pondok Indah Jakarta pada hari Senin, tanggal 19 januari 2015
setelah berjuang dengan penyakitnya yaitu infeksi saluran
pernafasan kronis.
Bob Sadino dikatakan sudah tak sadar dalam 2-3 minggu. Penyakitnya
terkait dengan usianya yang sudah lanjut serta kondisinya yang makin
menurun setelah istrinya meninggal dunia pada Juli 2014.
Profil dan Biodata Bob Sadino
Pendidikan :
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
3. Susi Pudiastuti
Mengenai Ferry Unardi, anak muda ini lahir pada tanggal 16 Januari
1988 di kota Padang, Sumatera Barat. Selepas lulus SMA, ia
kemudian melanjutkan pendidikannya di luar negeri tepatnya di
Jurusan Science and Engineering di Purdue University yang terletak
di wilayah bagian Indiana, Amerika Serikat.
Naluri bisnis Ferry Unardi mulai muncul ketika ia sudah melewati satu
semester di kampusnya. Ia memilih mengembangkan bisnis dibidang
reservasi tiket pesawat. Hal ini didasarkan pada pengalamannya saat
ia merasa kesulitan dalam reservasi tiket dari Amerika menuju
Padang sebab rute yang tersedia hanya sampai di Jakarta saja
sedangkan untuk ke Padang harus melanjutkan perjalanan lagi.
Disamping itu ia sudah berpengalaman selama 8 tahun mempelajari
sistem reservasi pesawat. Ferry juga berharap dengan bisnisnya ini
dapat memudahkan masyarakat dalam memudahkan pemesanan tiket
pesawat.
Hingga saat ini Traveloka memiliki nilai valuasi mencapai sekitar 26,2
triliun rupiah. Total kunjungan ke website traveloka mencapai 16.5
juta orang tiap bulannya. Hal ini membuat Traveloka dijuluki sebagai
perusahaan startup Unicorn bersama dengan Gojek dan Tokopedia
yaitu perusahaan startup dengan valuasi diatas 1 milyar dollar.
Kesuksesan Traveloka sebagai agen tiket online nomor satu di
Indonesia membuat nama Ferry Unardi yang kini menjabat sebagai
CEO Traveloka
Ia memiliki Ayah bernama Haji Ahmad Karlan serta ibu yang bernama
Hajjah Suwuh Lasminah yang berasal dari Jawa Tengah. Keluarga
dari Susi Pudjiastuti merupakan adalah saudagar sapi dan kerbau,
yang membawa ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk
diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya Haji Ireng dikenal
sebagai tuan tanah.
Hal yang menarik dari Susi Pudjiastuti adalah ia hanya memiliki ijazah
SMP. Setamat SMP ia sempat melanjutkan pendidikan ke SMA.
Namun, di kelas II SMAN Yogyakarta dia berhenti sekolah karena
keputusannya untuk terjun kedua bisnis.
Bisnis pengolahan ikan ini pun meluas dengan pasar hingga ke Asia dan
Amerika. Karena hal ini, susi memerlukan sarana transportasi udara
yang dapat dengan cepat mengangkut produk hasil lautnya dalam
keadaan masih segar.
Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air. Dua hari setelah
gempa tektonik dan tsunami Aceh melanda Aceh dan pantai barat
Sumatera pada 26 Desember 2004, Cessna Susi adalah pesawat
pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk
mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah
terisolasi.
Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi. Di saat bisnis perikanan
mulai merosot, Susi menyewakan pesawatnya itu yang semula
digunakan untuk mengangkut hasil laut untuk misi kemanusiaan.
Selama tiga tahun berjalan, maka perusahaan penerbangan ini
semakin berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada 4 di Papua, 4
pesawat di Balikpapan, Jawa dan Sumatera.
Selain itu, alasan lain Susi melepas semua jabatannya adalah agar
dapat bekerja maksimal menjalankan pemerintahan, khususnya di
bidang kelautan dan perikanan. Saat pelantikan, Susi menuai
kontroversi karena kedapatan menghisap sebatang rokok dan memiliki
tato di kakinya bergambar Burung Phoenix yang dalam mitologi kuno
diartikan sebagai burung api abadi.
Sejak usia remaja, saat libur sekolah, tiap pagi dia diajak orang
tuanya untuk ikut ke pabrik. Di sana ia ikut bekerja penuh seharian
layaknya buruh-buruh lainnya. Di situlah Rachmat menemukan
persoalan dan ia selalu mendiskusikan kepada bapaknya.
KELUARGA
Istri : Retno Damayanti
Anak : Nurfitria Sekarwillis Kusumawardhani
Mohammad Arif Gobel.
PENDIDIKAN
Sarjana Ilmu Perdagangan Internasional, Chuo University, Tokyo,
Jepang (1987).
KARIER
Direktur Utama, PT. Gobel International (holding company Kelompok
Usaha, Gobel), 1994
Komisaris, PT. Panasonic Manufacturing Indonesia (d/h PT. National
Gobel), 2002
Wakil Direktur Utama, PT. National Gobel, 1993 – 2002
Direktur Perencanaan, PT. National Gobel, 1991 – 1993
Assisten Direktur Utama, PT. National Gobel, 1989 – 1991
Komisaris Utama,PT. Panasonic Gobel Indonesia(d/h PT. National
Panasonic Gobel), 2004 -
Direktur Utama, PT. National Panasonic Gobel, 1993 - 2004
Wakil Direktur Utama, PT. National Panasonic Gobel, 1992 – 1993
Komisaris Utama, PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia (d/h PT.
Matsushita Gobel Battery Industry), 1998
Direktur, PT. Matsushita Gobel Battery Industry, 1994 - 1998
Komisaris Utama, PT. Panasonic Gobel Eco Solutions Manufacturing
Indonesia(d/h PT Matsushita Gobel Electric Works Manufacturing),
1994
Komisaris Utama, PT Panasonic Gobel Eco Solutions Sales
Indonesia(d/h PT Matsushita Denko Gobel), 1994 -
Komisaris Utama, PT Panasonic Healthcare Indonesia (d/h PT
Matsushita Kotobuki Electronic Industries Indonesia), 1995 -
sekarang
Komisaris Utama, PT Nusantara Parkerizing, 2000
Wakil Komisaris Utama, PT Nusantara Parkerizing, 1999 - 2000
Wakil Komisaris Utama, PT Parker Metal Treatment Indonesia, 2002
- sekarang
Komisaris Utama, PT. Gobel Dharma Nusantara, 2013
Direktur Utama, PT. Gobel Dharma Nusantara, 2006 – 2013
Komisaris, PT. Smart, Tbk, 2004
Komisaris, PT. Indosat, Tbk. (Agustus 2008, ditunjuk Qatar
Telecomm (Qtel) sebagai mitra strategis, sekaligus mewakili
kepentingan Qtel dalam jajaran Komisaris PT. Indosat, Tbk.), 2008 -
Komisaris Utama, PT Visi Media Asia, Tbk, 2014
PENGHARGAAN
Doktor Kehormatan dari Chuo University, Tokyo, Jepang (2014)
Doktor Kehormatan dari Takushoku University, Tokyo, Jepang
(2002)
“Anugerah Dharma Cipta Karsa”, sebagai tokoh promosi warisan
budaya dan ekonomi kreatif, atas karsa atau tindakannya yang telah
mendorong terbentuknya ekonomi kreatif. Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif RI (2014),
“Tokoh Standardisasi Indonesia”, atas prestasi dan kontribusi dalam
pengembangan standar nasional di Indonesia. Badan Standardisasi
Nasional (BSN) (2013)
“Special Achievement Award for Extraordinary Leadership and
Personal Commitment to Energy Saving and Industry”, atas prestasi
dan kontribusi positif dalam memasyaratkan kegiatan hemat energi,
serta pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Majalah bisnis dan
ekonomi WARTA EKONOMI, Jakarta (2012}
“The Jewel of Muslim World Award”, atas kerja keras dan kontribusi
dalam pengembangan ekonomi Islam. Majalah bisnis dan investasi
OIC Today Magazine, Organisasi Kerjasama Islam/Organization of
Islamic Cooperation, Kuala Lumpur 2012.
“Anugerah Olah-raga Indonesia”, atas kepedulian terhadap
pengembangan olah-raga nasional. Tabloid olah-raga BOLA, Kompas-
Gramedia Group, Jakarta (2012)
“Asian Productivity Organization Regional Award”, atas kontribusi
dalam mendorong peningkatan produktivitas sektor industri di
Indonesia, serta peranan yang signifikan sebagai pemimpin sektor
swasta dalam memperkenalkan pembangunan berkelanjutan melalui
produktivitas hijau dan mendorong terjalinnya kemitraan strategis di
Asia – Pasific. Asian Productivity Organization (APO), Tokyo, Japan
(2011).
5. Chairul Tanjung
Chairul Tanjung MBA merupakan seorang pengusaha Indonesia yang
pernah menjabat sebagai Menko Perekonomian pada 19 Mei 2014
hingga 20 Oktober 2014. Pria kelahiran Jakarta, 16 Juni 1962 ini
merupakan CEO utama CT Corp yaitu perusahaan konglomerasi yang
membawahi beberapa anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank
Mega, dan CT Global Resources.
Kehidupan Pribadi