Anda di halaman 1dari 20

Karya Sastra Angkatan 45

Beberapa karya sastra yang dihasilkan angkatan 45, di antaranya adalah sebagai berikut.

• Kerikil Tajam (Chairil Anwar, 1949)


• Deru Campur Debu (Chairil Anwar, 1949)
• Tiga Menguak Takdir (Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar, 1950)
• Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (Idrus, 1948)
• Atheis (Achdiat K. Mihardja, 1949)
• Katahati dan Perbuatan (Trisno Sumardjo, 1952)
• Suling (Utuy Tatang Sontani, 1948)
• Tambera (Utuy Tatang Sontani, 1949)
kemerdekaan. Pelopor Angkatan 45 pada bidang puisi adalah Chairil Anwar, sedangkan pelopor
Angkatan 45 pada bidang prosa adalah Idrus. Karya Idus yang terkenal adalah Corat-Coret di
Bawah Tanah
pelopor Angkatan 45 (essai) karya H.B.Jassin, dan sebagainya
Karya Angkatan 45 memiliki kedekatan yang intim dengan realitas politik.
Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949
pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku),
adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi.
Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45
sekaligus puisi modern Indonesia.

Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya
pada tahun 1940, di mana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi
pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari
pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.

Chairil Anwar
Pelopor Angkatan 1945

Karya tulis yang diterbitkan

 Deru Campur Debu (1949)


 Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
 Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
 "Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949", disunting oleh Pamusuk Eneste, kata
penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986)
 Derai-derai Cemara (1998)
 Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
 Kena Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck

Asrul Sani (lahir di Rao, Sumatera Barat, 10 Juni 1926 – meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004
pada umur 77 tahun) adalah seorang sastrawan dan sutradara film ternama asal Indonesia. Tahun
2000 Asrul menerima penghargaan Bintang Mahaputra dari Pemerintah RI.

Asrul Sani merupakan anak bungsu dari tiga orang bersaudara. Ayahnya, Sultan Marah Sani Syair
Alamsyah Yang Dipertuan Padang Nunang Rao Mapat Tunggul Mapat Cacang, merupakan kepala
adat Minangkabau di daerahnya. Ibunya Nuraini binti Itam Nasution, adalah seorang keturunan
Mandailing.

Karya Sastra

 Tiga Menguak Takdir (kumpulan sajak bersama Chairil Anwar dan Rivai Avin, 1950)
 Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat (kumpulan cerpen, 1972)
 Mantera (kumpulan sajak, 1975)
 Mahkamah (drama, 1988)
 Jenderal Nagabonar (skenario film, 1988)
 Surat-Surat Kepercayaan (kumpulan esai, 1997)

Asrul Sani
Karya Film

 Titian Serambut Dibelah Tudjuh, 1959


 Pagar Kawat Berduri (1963)
 Apa Jang Kau Tjari, Palupi? (1970)
 Jembatan Merah (1973)
 Salah Asuhan (1974)
 Bulan di Atas Kuburan (1976)
 Kemelut Hidup (1978)
 Di Bawah Lindungan Ka'bah (1981)
(lahir di Padang, Sumatera Barat, 21 September 1921 – meninggal di Padang, Sumatera Barat, 18
Mei 1979 pada umur 57 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia. Ia menikah dengan Ratna Suri
pada tahun 1946. Mereka dikaruniai enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir.
Nirwan Idrus, Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik Idrus.

Perkenalan Idrus dengan dunia sastra sudah dimulainya sejak duduk di bangku sekolah, terutama
ketika di bangku sekolah menengah. Ia sangat rajin membaca karya-karya roman dan novel Eropa
yang dijumpainya di perpustakaan sekolah. Ia pun sudah menghasilkan cerpen pada masa itu.

Idrus
Karya Novel

 Aki (1949)
 Corat-Coret di Bawah Tanah
 Dengan Mata Terbuka
 Hati Nurani Manusia
 Hikayat Petualang Lima
 Hikayat Putri Penelope
 Perempuan dan Kebangsaan
 Surabaya
Karya Cerita pendek

 Anak Buta
 Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (1948)
 Karya Drama
 Dokter Bisma
 Jibaku Aceh
 Kejahatan Membalas Dendam
 Keluarga Surono

(lahir di Cibatu, Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911 – meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli 2010
pada umur 99 tahun), yang lebih dikenal dengan nama pena singkatnya Achdiat K. Mihardja, adalah
seorang sastrawan dan penulis Indonesia.

Achdiat K. Mihardja adalah kakek dari Jamie Aditya, presenter, aktor, dan penyanyi Indonesia yang
kerap dikenal dari acara musik MTV. Salah satu putrinya, Ati Ashyawati, menikah dengan seorang
berkebangsaan Australia saat Achdiat sedang mengajar di Canberra, dan Jamie adalah anak ketiga
dari pasangan tersebut.
Achdiat K. Mihardja
Karya sastra

 Polemik Kebudayaan (editor, 1948)


 Atheis (novel, 1949) - diangkat ke film layar lebar dengan judul yang sama tahun 1974
 Bentrokan Dalam Asrama (drama, 1952)
 Keretakan dan Ketegangan (kumpulan cerpen, 1956)
 Kesan dan Kenangan (1960)
 Debu Cinta Berterbangan (novel, Singapura, 1973)
 Belitan Nasib (kumpulan cerpen, 1975)
 Pembunuhan dan Anjing Hitam (kumpulan cerpen, 1975)
 Pak Dullah in Extrimis (drama, 1977)
 Si Kabayan, Manusia Lucu (1997).
 Si Kabayan Nongol di Zaman Jepang
 Manifesto Khalifatullah (novel, 2006).

(Lahir 1916, Meninggal 21 April 1969) adalah seorang penerjemah Indonesia yang antara lain
menterjemahkan A Midsummer Night's Dream karya Shakespeare.

Trisno Sumardjo

Karya Puisi

 Silhuet (kumpulan). Jakarta: Yayasan UNIK 1965.


 Kata Hati dan Perbuatan. Jakarta: Balai Pustaka, 1952.
Karya Cerpen
 Katahati dan Perbuatan, kumpulan cerpen, drama, dan sajak, Balai Pustaka, 1952.
 Rumah Raja (kumpulan). Jakarta: Pembangunan, 1957.
 Daun Kering. Jakarta: Balai Pustaka, 1962.
 Penghuni Pohon. Jakarta: Balai Pustaka 1963.
 Keranda Ibu. Jakarta: Balai Pustaka, 1963.
 Wajah-wajah yang Berubah. Jakarta: Balai Pustaka, 1968.
 Pak Iman Intelek Istmewa.
Karya Drama

 Tjita Teruna. Jakarta: Balai Pustaka, 1953

(lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 – meninggal di Moskwa, 17 September 1979 pada umur 59 tahun)
adalah seorang sastrawan Angkatan 45 terkemuka. Utuy diutus oleh pemerintah Indonesia pada
1958 sebagai salah seorang wakil Indonesia dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent,
Uzbekistan. Pada 1 Oktober 1965 Utuy bersama sejumlah pengarang dan wartawan Indonesia
menghadiri perayaan 1 Oktober di Beijing atas undangan pemerintah Tiongkok.

Karya tulis

 Tambera (1948)
 Orang-orang Sial: sekumpulan tjerita tahun 1948-1950 (1951)
 Selamat Djalan Anak Kufur (1956)
 Si Kampeng (1964)
 Si Sapar: sebuah novelette tentang kehidupan penarik betjak di Djakarta (1964)
 Kolot Kolotok
 Di bawah langit tak berbintang (2001)
 Menuju Kamar Durhaka - kumpulan cerpen (2002)

Utuy Tatang Sontani


Drama:

 Suling (1948)
 Bunga Rumah Makan: pertundjukan watak dalam satu babak (1948)
 Awal dan Mira: drama satu babak (1952)
 Sajang Ada Orang Lain (1954)
 Di Langit Ada Bintang (1955)
 Sang Kuriang: opera dua babak (1955)
 Si Kabajan: komedi dua babak (1959)
 Tak Pernah Mendjadi Tua (1963)
 Manusia Kota: empat buah drama (1961)
 Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
Selain ke dalam bahasa Rusia dan Estonia, karya-karya Utuy juga diterjemahkan ke dalam bahasa-
bahasa lain, mis. bahasa Inggris, Mandarin, Tagalog, dll.

(EYD: Suman Hasibuan; 1904 – 8 Mei 1999) (lahir 1904, Bengkalis, Riau ; Meninggal 8 Mei 1999,
Pekanbaru, Riau), yang lebih dikenal dengan nama pena-nya Soeman Hs, adalah seorang
pengarang Indonesia yang diakui karena mempelopori penulisan cerita pendek dan fiksi detektif
dalam sastra negara tersebut. Lahir di Bengkalis, Riau, Hindia Belanda, dari keluarga petani,
Soeman belajar untuk menjadi guru dan, di bawah bimbingan pengarang Mohammad Kasim,
seorang penulis. Ia mulai bekerja sebagai guru bahasa Melayu setelah menyelesaikan sekolah
normal pada 1923, mula-mula di Siak Sri Indrapura, Aceh, kemudian di Pasir Pengaraian, Rokan
Hulu, Riau. Pada waktu itu, ia mulai menulis, menerbitkan novel pertamanya, Kasih Tak Terlarai,
pada 1929. Selama dua belas tahun, ia menerbitkan lima novel, satu kumpulan cerita pendek, dan
tiga puluh lima cerita pendek dan puisi.

Suman Hs

Karya
 Kasih Ta' Terlarai (1961)
 Mentjari Pentjuri Anak P3r4w4n (1957)
 Pertjobaan Setia (1940)

Karya Sastra Angkatan 45

Beberapa karya sastra yang dihasilkan angkatan 45, di antaranya adalah sebagai berikut.

• Kerikil Tajam (Chairil Anwar, 1949)

• Deru Campur Debu (Chairil Anwar, 1949)

• Tiga Menguak Takdir (Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar, 1950)

• Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (Idrus, 1948)


• Atheis (Achdiat K. Mihardja, 1949)

• Katahati dan Perbuatan (Trisno Sumardjo, 1952)

• Suling (Utuy Tatang Sontani, 1948)

• Tambera (Utuy Tatang Sontani, 1949)

kemerdekaan. Pelopor Angkatan 45 pada bidang puisi adalah Chairil Anwar, sedangkan pelopor

Angkatan 45 pada bidang prosa adalah Idrus. Karya Idus yang terkenal adalah Corat-Coret di Bawah

Tanah

pelopor Angkatan 45 (essai) karya H.B.Jassin, dan sebagainya

Karya Angkatan 45 memiliki kedekatan yang intim dengan realitas politik.

4. Karakteristik Sastra Angkatan 45

a. Revolusioner dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan menciptakan bentuk baru sesuai

dengan getaran sukmanya yang merdeka.

b. Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu bahasanya pendek, terpilih, padat

berbobot. Dalam proses mencari dan menemukan hakikat hidup. Seni adalah sebagai sarana untuk

menopang manusia dan dunia yang sedalam-dalamnya.

c. Ekspresionis, mengutamakan ekspresi yang jernih.

d. Individualis, lebih mengutamakan cara-cara pribadi.

e. Humanisme universal, bersifat kemanusiaan umum. Indonesia dibawa dalam perjuangan keadilan

dunia.

f. Tidak terikat oleh konvesi masyarakat yang penting adalah melakukan segala percobaan dengan

kehidupan dalam mencapai nilai kemansiaan dan perdamaian dunia.

g. Tema yang dibicarakan: humanisme, sahala (martabat manusia), penderitaan rakyat, moral,

keganasan perang dengan keroncongnya perut lapar.

Latar Belakang

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang

mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Misalnya, sejarah sastra Indonesia,

sejarah sastra Jawa, dan sejarah sastra Inggris. Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek

sejarah sastra adalah segala peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan
suatu bangsa. Telah disinggung di depan bahwa sejarah sastra itu bisa menyangkut karya sastra,

pengarang, penerbit, pengajaran, kritik, dan lain-lain.

Karya-karya angkatan 45 yang kita baca dan ketahui pada saat sekarang ini bukanlah ada dengan

sendirinya. Karya-karya tersebut merupakan hasil pemikiran dan imajinasi para sastrawan yang terdesak

oleh tantangan zaman pada masa itu. Yaitu, masa penduduk Jepang dan masa revolusi di Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Jepang adalah bangsa terakhir menjajah sampai akhirnya

Indonesia meraih kemerdekaan. Para sastrawan yang ada pada masa ini selain ikut berjuang dengan fisik

dalam perang kemerdekaan, mereka juga menyibukkan diri untuk mencoba merumuskan dan mencari

orientasi pada berbagai kemungkinan bangunan kebudayaan bagi Indonesia kedepan

Setelah merdeka Indonesia memasuki era revolusi, yakni masa pembaharuan baik dari segi

pemerintahan, sosial, budaya dan kenegaraan. Hal ini juga memberi dampak pada sastrawan dan hasil

karya sastra mereka pada saat itu. Sehingga angkatan 45 memiliki konsepsi estetik tersendiri.

Sejarah Lahirnya Angkatan ‘45

Angkatan 45 tidak dapat dilepaskan dari lingkungan kelahirannya, yakni masa penduduk Jepang dan

masa revolusi Indonesia. Perjuangan bangsa yang mencapai titik puncak pada Proklamasi 17 Agustus

1945 beserta gejolak politik yang mengawali maupun mengikutinya, memberi pengaruh sangat besar

pada corak sastra.

Generasi yang aktif pada masa revolusi 45 dipaksa oleh keadaan untuk merumuskan diri dan tampil

menjawab tantangan-tantangan zaman yang mereka hadapi. Selain ikut berjuang secara fisik dalam

perang kemerdekaan, mereka juga menyibukkan diri untuk merumuskan dan mencari orientasi pada

berbagai kemungkinan bangunan kebudayaan bagi Indonesia kedepan.

Latar belakang perubahan politik yang sangat mendadak pada masa pendudukan Jepang (1942-

1945) menjadi awal kelahiran karya sastra Angkatan 45. Kehadiran Angkatan 45 serta karya sastra

Angkatan 45 meletakkan pondasi kokoh bagi sastra Indonesia, karena angkatan sebelumnya dinilai tidak

memiliki jati diri ke-Indonesiaan. Jika Angkatan Balai Pustaka dinilai tunduk pada “Volkslectuur”,

lembaga kesustraan kolonial Belanda, dan Angkatan Pujangga Baru dinilai menghianati identitas bangsa

karena terlalu berkiblat ke Barat, maka Angkatan 45 adalah reaksi penolakan terhadap ankatan-

angkatan tersebut.
Sebagai salah satu hasil dari pergolakan, karya sastra Angkatan 45 menjadi sebuah karya yang lahir

dengan identitas baru yang penuh kontroversia. Kehadirannya sebagai pendobrak nilai-nilai serta

aturan-aturan sastra terdahulu membuat karya sastra Angkatan 45 menjadi pusat perhatian para

sastrawan.

Para sastrawan penggerak karya sastra angkatan 45 adalah mereka yang menaruh perhatian besar

pada karya sastra Indonesia. Mereka seolah ingin lepas dari pengaruh asing yang saat itu masih kuat

pengaruhnya terhadap karya sastra Indonesia.

Nama angkatan 45 sendiri dimunculkan oleh Rosihan Anwar pertama kali pada lembar kebudayaan

“Gelanggang”. Sejak itu, penamaan yang dibuat Rosihan Anwar diakui dan disepakati banyak kalangan

sebagai nama angkatan sastra periode-40-an.

Angkatan 1945 memperoleh saluran resmi melalui penerbitan majalah kebudayaan Gema

Suasana, Januari 1948. Majalah ini diasuh oleh dewan redaksi yang terdiri dari Asrul Sani, Chairil Anwar,

Mochtar Apin, Riva’I Apin dan Baharudin. Majalah ini dicetak dan diterbitkan oleh percetakan Belanda

Opbouw (Pembangun). Dalam konfrotasi dengan Belanda, mereka kemudian pindah ke “Gelanggang”,

sebuah suplemen kebudayaan dari jurnal mingguan, siasat yang muncul pertama kali pada Februari

1948 dengan redaktur Chairil Anwar dan Ida Nasution. Disuplemen inilah mereka kemudian

menerbitkan kredo Angkatan 45, yang dikenal luas dengan nama “Surat Kepercayaan Gelanggang”.

B. Beberapa Pendapat Tentang Angkatan ‘45

1. Armijn Pane: Pujangga Baru menentang adanya Angkatan ‘45 dan menganggap bahwa tak ada

yang disebut Angkatan ‘45.

2. Sutan Takdir Alisyahbana: Angkatan ‘45 merupakan sambungan dari Pujangga Baru.

3. Teeuw: Memang berbeda Angkatan ‘45 dengan Angkatan Pujangga Baru, tetapi ada garis

penghubung, misalnya Armijn Pane dengan Belenggu-nya. (puncak-puncak kesusastraan Indonesia).

4. Sitor Situmorang: Pujangga Baru masih terikat oleh zamannya, yaitu zaman penjajahan, sedangkan

Angkatan ‘45 dalam soal kebudayaan tidak membedakan antara Barat dan Timur, tetapi yang

penting hakikat manusia. Perjuangan Pujangga Baru baru mencapai kepastian dan ilmu pengetahuan.

5. Pramoedya Ananta Toer: Angkatan Pujangga Baru banyak ilmu pengetahuannya tetapi tidak

banyak mempunyai penghidupan (pengalaman). Angkatan ‘45 kurang dalam ilmu pengetahuan
(karena perang) tetapi sadar akan kehidupan.

C. Karakteristik Karya Angkatan ‘45

a. Bercorak lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantik-idealistik.

b. Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya mewarnai karya sastrawan Angkatan ’45.

c. Bahasanya lugas, hidup dan berjiwa serta bernilai sastra.

d. Sastrawannya lebih berjiwa patriotik.

e. Bergaya ekspresi dan revolusioner (H.B.Yassin).

f. Bertujuan universal nasionalis.

g. Bersifat praktis.

h. Sikap sastrawannya “tidak berteriak tetapi melaksanakan” .

D. Konsepsi Estetik Angkatan ‘45

Konsepsi estetik Angkatan 45 tergambar dalam “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Dengan “Surat

Kepercayaan Gelanggang” inilah para penyair Angkatan 45 mendefenisikan diri dan konsep estetik

budayanya. Pendefenisian ini dilakukan sastrawan Angkatan 45 lewat “pemisahan diri” dan kritik keras

terhadap generasi sastra sebelumnya, khususnya kritik dan pemisahan diri dengan visi budaya yang

ditegakkan Sutan Takdir Alisjahbana. Yang menjadi fokus pemisahan diri disini adalah pada ideologi yang

digunakan serta orientasi budaya.

Pemisahan konsep sastra dan visi inilah yang kemudian dijadikan banyak pengamat sastra sebagai

ciri utama angkatan 45 dibanding angkatan sebelumnya. H.B. Jassin dalam banyak tulisannya

mengemukakan terhadap pemisahan yang tegas antara konsepsi sastrawan Pujangga Baru dengan

konsepsi sastrawan generasi 45. Andaian ini pulalah yang dianut dan dipercayai banyak sastrawan

angkatan 45.

Karya sastra Angkatan 45 memiliki kedekatan yang intim dengan realitas politik. Ini sangat berbeda

dengan karya sastra Angkatan Pujangga Baru yang cenderung romantik-idealistik. Karena lahir dalam

lingkungan yang keras dan memprihatikan karya sastra Angkatan 45 lebih terbuka, pengaruh unsur

sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya, isinya bercorak realis dan naturalis,

meninggalkan corak romantis, sastrawan periode lebih individualisme, dinamis dan kritis, adanya

penghematan kata dalam karya, lebih ekspresif dan spontan, terlihat sinisme dan sarkasme, didominasi
puisi dan prosa berkurang.

Pada periode Angkatan 45 berkembang jenis-jenis sastra puisi, cerita pendek, novel dan drama.

Keadaan perang pada saat itu mempengaruhi penciptaan sastra dalam permasalahan dan gayanya. Ada

beberapa ciri stuktur estetik Angkatan 45 baik pada karya sastra puisi maupun prosa. Pada karya sastra

puisi ciri struktur estetiknya yaitu, pertama, puisinya bebas, tidak terikat pada pembagian bait, jumlah

baris dan persajakan. Kedua, gaya alirannya ekspresionisme dan realisme. Ketiga,pilihan kata (diksi)

untuk mencerminkan pengalaman batin yang dalam dan untuk intensitas arti. Ketiga, bahasa kiasannya

dominan metafora dan simbolik, kata, frasa dan kalimatnya ambigu sehingga multitafsir. Keempat, gaya

sajaknya prismatis dengan kata-kata yang ambigu dan simbolik, hubungan baris-baris dan kalimat-

kalimat implisit. Kelima, gaya pernyataan pikiranya berkembang yang nantinya menjadi gaya

sloganis. Keenam,gaya ironi dan sinisme menonjol.

Pada karya sastra prosa, ciri stuktur estetiknya adalah banyak alur sorot balik, walaupun ada juga

alur lurus, digresi dihindari sehingga alurnya padat, pada penokohan analisis fisik tidak dipentingkan,

yang ditonjolkan analisis kejiwaan, tetapi tidak dengan analisis langsung melainkan dengan cara

dramatik melalui arus kesadaran dan percakapan antar tokoh, banyak menggunakan gaya ironi dan

sinisme, gaya realisme dan naturalisme, menggambarkan kehidupan sewajarnya secara mimetik.

Inilah ciri struktur estetik dari karya sastra puisi dan prosa Angkatan 45, yang membuat karya sastra

Angkatan 45 menjadi karya sastra yang fenomenal dalam sejarah sastra Indonesia.

E. Para Sastrawan Angkatan ‘45

Para sastrawan yang menjadi motor dan pelopor Angkatan 45 adalah para pencipta karya sastra

Angkatan 45 yang begitu fenomenal di dunia sastra. Mereka adalah:

1. Chairil Anwar

Chairil Anwar merupakan sastrawan terpenting Angkatan 45, sekaligus sastrawan Indonesia yang

palin dikenal luas oleh masyarakat. Sastrawan kelahiran Medan, 26 Juli 1922 dan tutup usia di Jakarta,

28 April 1949 ini tumbuh menjadi legenda. Banyak kalangan yang menjadikan hari kematiannya sebagai

hari sastra nasional.

Masa-masa kehadiran Chairil Anwar adalah masa-masa yang menarik untuk menciptakan karya

sastra. Karena pada masa itu, secara sosial merupakan masa revolusioner Indonesia dari bangsa terjajah
menuju gairah kemerdekaan dari sebuah bangsa yang muda. Selain itu Chairil juga tumbuh dalam

sebuah komunitas Alisyahbana muda yang membara, menolak ketentraman lama. Di sana, tradisi silam

ditolak tegas serta dianggap mandul dan membekukan.

Sajak-sajak Chairil sendiri tidaklah banyak jumlahnya dan tidak semuanya berkualitas, namun cukup

banyak sajak-sajak yang hinga kini menunjukkan kualitas yang prima. Chairil Anwar menjadi masyhur

lewat sajak-sajak “Aku”, “Perjanjian dengan Bung Karno”, “Diponegoro”, “Siap Sedia”, dan “Karawang

Bekasi”. Dikalangan kritikus, Chairil juga dipuji berkat sajak-sajaknya yang indah seperti,”Senja di

Pelabuhan Kecil”, “Derai-Derai Cemara”, “Kawanku dan Aku” serta “Cinta Jauh di Pulau”.

Karya sastra Chairil Anwar dipengaruhi oleh sastrawan dunia seperti Rainer N.Rilke, W.H Auden,

Archibald Macleish, H. Marsman, J. Slawurhoff dan Edgar Duperron. H.J Jassin adalah orang yang ikut

dalam mempopulerkan karya-karya Chairil Anwar. Faktor penting lain yang menjadikan Chairil legenda

adalah gaya hidupnya yang bohemian dan kenyataan bahwa ia mati muda. Chairil bisa diangap sebagai

sosok seniman optima performa dalam citra romantik.

2. Idrus

Idrus dilahirkan pada 21 september 1921 di Padang. Ia mengikuti pendidikan di HIS, Mulo, AMS-SMT

dan tamat pada 1943. Selesai sekolah, ia menjadi redaktur Balai Pustaka. Idrus juga menjadi kepala

bagian pendidikan Garuda IndonesiaAirways, sampai oktober 1952.

Idrus mulai menulis berupa sketsa-sketsa, cerpen dan naskah sandiwara. Tulisan-tulisannya hampir

semuanya berupa laporan pandangan mata. Namun, beberapa diantaranya boleh dikatan

mencerminkan perjalanan pandangan mengenai hidup dan berbagai persoalan.

Idrus banyak dipengaruhi oleh pengarang-pengarang Rusia seperti Ilya Ehrenburg dan Vsevolod

Ivanov. Karya-karya dari Idrus diantaranya, sketsa “Coret-Coret di Bawah Tanah”. Sandiwara Ave Maria,

Keluarga Surono, Lukisan Pujangga, Kejahatan Membalas Dendam, Dr. Bhisma dan Jibaku Aceh.

3. Asrul Sani

Asrul Sani lahir di Rao, Sumatra Barat, 10 Juni 1927. Menempuh pendidikan di HIS Bukittinggi, KWS

di Jakarta, Taman Dewasa, Perguruan Taman Siswa Jakarta, Sekolah Dokter Hewan Bogor, Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Indonesia di Bogor, Akademi Seni Drama di Amsterdam, USC,

Departeman of the Antre-Departeman of Cinema di Los Angeles.


Asrul Sani menjelajahi berbagai bidang kesenian, mulai dari sastra hingga film, mulai dari esai hingga

sinetron. Gaya sajaknya mencerminkan kecendrungan umum sebagaimana yang dipelopori oleh Chairil

Anwar. Karya skenario Asrul Sani diantaranya Burung Camar, Pintu Tertutup,Monserrat, dan Yerma.

Naskah dramanya yang telah terbit sebagai buku adalah Naga Bonar dan Mahkamah.

4. Sitor Situmorang

Sastrawan kelahiran Harian Boho, Samosir, 2 Oktober 1923 ini memulai pendidikannya di Mulo.

Setelah lulus Mulo di Tarutung, ia melanjutakan studinya di AMS Jakarta, tetapi tidak tamat. Pada awal

masa revolusi ia bekerja sebagai wartawan di Medan. Pada tahun 1948 ia berangkat ke Yogyakarta.

Dalam puisi-puisi modernnya Sitor Situmorang berbeda dengan Chairil Anwar, Sitor Situmorang

sering memanfaatkan khasanah berpuisi lama. Karya-karya Sitor Situmorang yang telah diterbitkan pada

berbagai koran dan majalah yaitu Jalan Mutiara, Surat Kertas Hijau, Dalam Sajak, Wajah Tak Bernama,

Zaman Baru, Angin Daananu, Dinding Waktu, Peta Perjalanan,dan sebuah cerpen yang

berjudulPertempuran dan Salju di Paris.

5. Muhammad Ali

Pada 23 April 1927 Muahammad Ali lahir di kampung Ketapang kawasan Ampel, Surabaya.

Muahmmad Ali bersekolah di GHAS, kemudian melanjutkan di MULO namun tidak tamat. Pada masa

pendudukan Jepang ia mengikuti kursus kebudayaan (Keimin Sidhoso) dan setelah itu ia belajar secara

otodidak dalam berbagai hal yang berkaitan dengan dunia tulis-menulis. Walaupun otodidak

Muhammad Ali tidak merasa rendah diri, ia pun sudah berkali-kali berceramah di lingkungan perguruan

tinggi.

Muhammad Ali mulai mengarang sejak tahun 1942. Sebagai pengarang ia pernah mengasuh

majalah Mimbar Pemuda, Mingguan Pahlawan, Cetusan, Bakat, dan majalah Fithrah. Muhammad Ali

dikenal sebagai sastrawan serba bisa. Karena ia menulis cerpen, novel, naskah drama dan puisi.

Karya-karya sastra Muhammad Ali yaitu naskah drama yan pernah ditulisnya antara lain Si

Gila, Kembali Kepada Fithrah, serta sandiwara radio seperti lapar dan Sel 13. Ali juga menulis Novel

diantaranyaKiamat, kubur Tak Bertanda, dan Ibu Kita Raminten. Karya sastra cerpen yang ditulisnya

yaitu Buku Harian Pengangur dan Gerhana. Selain menulis kumpulan puisi berjudul Bintang Dini, Ali
menulis juga buku esai seperti Izinkan Saya Bicara, Mari Mengarang Cerpen, Nyanyian Burdah, Teknik

Penulisan Skenario Drama dan Film, Aktor dan Artis, Teknik Penghayatan Puisi, Ikhwal Dunia Sastra,

Kamus Bahasa Indonesia, dan Puitisasi Jus Amma.

6. Toto Sudarto Bachtiar

Toto Sudarto Bachtiar dilahirkan 12 Oktober 1929 di Paliman, Cerebon. Mengenai pendidikannya,

Toto menamatkan sekolanya di Cultuurschool Tasikmalaya dan melanjutkan ke MULO Bandumg dan

lulus tahun 1948. Toto Sudarto Bachtiar memasuki dinas ketentraan, dimasa revolusi.

Dalam hal bersajak Toto Sudarto Bactiar secara struktur dan pengolahan bahannya tidak jauh

berbeda dengan Chairil Anwar. Perbedaan yang terlihat cukup jelas pada sikap dan cara pandang

mereka terhadap kehidupan. Sajak-sajak yang diciptakan Toto antara lain Gadis Peminta-minta, Ibu Kota

Senja, Malam Laut, Tentang Kemerdekaan, dan Pahlawan Tak Dikenal

Karya – karya satra yang termasuk ke dalam angkatan ini adalah karya sastra yang muncul pada

tahun 1940-an, yaitu pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dan masa awal kemerdekaan. Ciri-

cirinya adalah sebagai berikut:

1. Tema – tema yang diangkat kebanyakan berupa kebebasan – kebebasan Individu

2. Karya – karya sastra dikembangkan dengan prinsip keberanian dan kebebasan

3. Telah menggunakan bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari - hari

4. Sudah mulai terpengaruh budaya – budaya luar negeri

Sastra angkatan 45 ini lahir saat Indonesia masih dalam belenggu pendudukan Jepang
menuju kemerdekaan dan terjadinya perubahan iklim politik di Indonesia. Kelahiran angkatan ini
memberi warna baru dalam angkatan sastra Indonesia dan penuh kontroversi. Kontroversinya
adalah angkatan 45 berani untuk mendobrak dan melanggar aturan-aturan sastra yang telah dibuat
sebelumnya. Sastra angkatan ini mengikrarkan dirinya dan mempunyai identitas yang jelas, tidak
seperti angkatan sebelumnya yang tunduk pada penjajah yang dianggap mencoreng dan
mengkhianati bangsa Indonesia itu sendiri. Seperti halnya yang dilakukan oleh angkatan Balai
Pustaka yang dinilai tunduk pada “Volkslectuur”, yakni lembaga kesustraan kolonial Belanda, dan
ngkatan Pujangga Baru dinilai menghianati identitas bangsa karena terlalu berkiblat ke Barat.
Angktan ini pun berdiri dengan tegak sebagai penolakan dari angkatan-angkatan sebelumnya.
Sastra angkatan 45 ini pun menjadi pusat perhatian para sastrawan diseluruh Indonesia.
Hal ini merujuk pada beraninya sastra ini dalam melanggar aturan-aturan sastra yang di ada. Oleh
karena itu, hal inilah yang menjadi ciri khas dan lahirnya identitas barudalam sastra angkatan 45
ini. Penggerak dalam sastra angkatan ini pun adalah mereka yang menaruh perhatian besar,
memberi sumbangsih buah pikirannya dan berjuang bersama dalan sastra angkatan ini. Para
sastrawan yang tergabung dalam sastra angkatan ini seolah ingin bebas dari kekangan budaya asing
yang mengikat budaya Indonesia.
Pelopor dari sastra angkatan 45 adalah Rosihan Anwar, seorang sejarawan, sastrawan,
dan budayawan di Indonesia. Beliau mengikrarkan nama angkatan ini dalam lembar kebudayaan
“Gelanggang.” Setelah penamaan angkatan itu, banyak tanggapan positif yang di dapat Rosihan
Anwar, para sastrawan pun setuju dan menyepakati atas penamaan angkatan ini, terutama mereka
yang tergabung dalam sastra periode 40-an.
Adapun tokoh yang tergabung dalam sastra angkatan 45 adalah Asrul Sani, Chairil Anwar,
Mochtar Apin, Riva’I Apin dan Baharudin. Mereka aktif dalam menciptakan karya sastra dan
mereka mendapatkan saluran resmi untuk menerbitkan karya-karya yang telah mereka ciptakan
melalui majalah kebudayaan Gema Suasana, pada Januari 1948. Awalnya majalah ini masih
dalam naungan percetakan Belanda Opbouw (Pembangun). Namun, dalam konfrontasinya mereka
berhasil lepas dan pindah ke “Gelanggang.” Setelah pindah, mereka kemudian menerbitkan kredo
Angkatan 45, yang dikenal luas dengan nama “Surat Kepercayaan Gelanggang”.
Setiap angkatan pasti memiliki ciri khas dalam setiap karya-karya yang dihasilkan, begitu pula
dengan sastra angkatan 45 ini. Berikut ini adalah ciri-ciri dari karya sastra angkatan 45:
1) terbuka,
2) pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya,
3) bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis,
4) sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya,
5) dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya,
6) penghematan kata dalam karya,
7) lebih ekspresif dan spontan, serta
terlihat sinisme dan sarkasme, didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang.

http://mainsastra.blogspot.com/2012/03/sastra-angkatan-45.html

4. GENRE SASTRA YANG PALING DOMINAN.

Genre sastra yang palang dominan pada angkatan '45 adalah puisi dan prosa. Chairil anwar

membawa corak baru dalam biudang puisi, sedangkan Idrus membawa corak baru dalam prosa.

Selama 6 setengah tahun, yakni antara tahun 1942- 1949, chairil anwar menghasilkan 69 sajak

asli, 4 slak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, 4 prosa terjemahan. Sedangkan Idrus

banyak menghasilkan novel dan prosa.


Apa yang dimaksud dengan prosa? Pengertian Prosa adalah suatu karya sastra yang
bentuknya tulisan bebas dan tidak terikat dengan berbagai aturan dalam menulis seperti
rima, diksi, irama, dan lain sebagainya.

Arti tulisan di dalam prosa bersifat denotatif atau tulisan yang mengandung makna
sebenarnya. Walaupun terkadang terdapat kata kiasan di dalamnya, hal tersebut hanya
berfungsi sebagai ornamen untuk memperindah tulisan dalam prosa tersebut.

Secara etimologis, kata prosa diambil dari bahasa Latin “Prosa” yang artinya “terus terang”.
Sehingga pengertian prosa adalah karya sastra yang digunakan untuk mendeskripsikan
suatu fakta.

1. Bentuknya Bebas

Seperti yang dijelaskan pada pengertian prosa di atas, bentuk prosa tidak terikat oleh
baris, bait, suku kata, dan irama. Umumnya bentuk prosa adalah rangkaian kalimat yang
membentuk paragraf, misalnya dongeng, hikayat, dan lainnya. Prosa dapat disajikan
dalam bentuk tulisan maupun secara lisan.

2. Memiliki Tema

Setiap prosa pasti memiliki tema yang menjadi dasar dalam cerita dan merupakan pokok
bahasan di dalamnya.

3. Mengalami Perkembangan

Prosa selalu mengalami perkembangan karena dipengaruhi oleh perubahan yang ada di
masyarakat.

4. Terdapat Urutan Peristiwa

Biasanya di dalam prosa terdapat alur cerita yang menjelaskan urutan peristiwa. Alur
peristiwa tersebut ada yang berbentuk alur mundur, maju, atau campuran.
5. Terdapat Tokoh di Dalamnya

Seperti halnya karya sastra lain, di dalam prosa terdapat tokoh, baik itu manusia, hewan,
ataupun tumbuhan.

6. Memiliki Latar

Di dalam prosa terdapat latar pada masing-masing kejadian, baik itu latar tempat, waktu,
dan suasana.

7. Terdapat Amanat

Di dalam prosa mengandung amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca atau
pendengarnya sehingga dapat mempengaruhi mereka.

8. Pengaruh Bahasa Asing

Pada prosa bisa dipengaruhi oleh bahasa asing, misalnya bahasa Jepang, atau bisa juga
tidak terpengaruh.

9. Nama Pengarang

Setiap prosa tentu ada yang mengarangnya. Namun, nama pengarang tidak selalu
dipublikasikan.

Baca juga:

 Pengertian Novel
 Pengertian Fiksi

Jenis-Jenis Prosa
Secara umum prosa dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu prosa lama dan prosa
baru. Mengacu pada pengertian prosa, adapun jenis-jenis prosa adalah sebagai berikut:
A. Prosa Lama
Prosa lama adalah jenis prosa yang tidak atau belum dipengaruhi oleh kebudayaan luar
dan biasanya disajikan secara lisan. Beberapa yang termasuk dalam prosa lama adalah:

1. Hikayat

Bentuk prosa lama yang sifatnya fiktif yang mengisahkan tentang kehidupan peri, dewi,
pangeran, puteri, dan raja-raja yang mempunyai kekuatan gaib.

Contoh; Hikayat Hang Jebat, Hikayat Raja Bijak

2. Sejarah (Tambo)

Bentuk prosa lama yang menceritakan peristiwa sejarah dan sesuai fakta. Di dalamnya
juga terdapat silsilah raja-raja.

Contoh; Sejarah Melayu oleh Tun Sri Lanang (1612).

3. Kisah

Bentuk prosa lama yang menceritakan mengenai perjalanan, pengalaman, atau


petualangan seseorang di jaman dahulu.

Contoh; Kisah Raja Abdullah Menuju Kota Mekkah.

4. Dongeng

Bentuk prosa lama yang berisi cerita khayalan masyarakat di jaman dahulu. Dongeng
memiliki beberapa bentuk, yaitu;

 Mitos (myth), dongeng yang menceritakan kisah-kisah gaib. Contoh; Ratu


Pantai Selatan, Batu Menangis, dan lain-lain.
 Legenda, dongeng yang menceritakan tentang asal-usul terjadinya suatu
peristiwa atau tempat. Contoh; Legenda Danau Toba, Legenda Tangkuban
Perahu, dan lainnya.
 Fabel, dongeng yang tokoh di dalam adalah binatang. Contoh; Si Kancil dan
Buaya, dan lain-lain.
 Sage, dongeng yang menceritakan tentang kisah kepahlawanan, kesaktian, atau
keberanian seorang tokoh. Contoh; Patih Gadjah Mada, Calon Arang, Ciung
Winara, dan lainnya.
 Jenaka atau Pandir, dongeng yang menceritakan tentang perilaku orang
bodoh, malas, cerdik, dimana penyampaiannya dengan humor. Contoh; Lebai
Malang, Pak Belalang, dan lainnya.

5. Cerita Berbingkai

Bentuk prosa lama dimana cerita di dalamnya terdapat cerita lagi yang disampaikan oleh
tokoh di dalamnya.

Contoh; Cerita Berbingkai Seribu Satu Malam.

B. Prosa Baru
Prosa baru adalah jenis prosa yang telah mengalami perubahan akibat pengaruh
kebudayaan barat. Beberapa yang termasuk dalam prosa baru adalah:

1. Novel

Bentuk prosa baru yang di dalamnya terdapat cerita yang panjang mengenai kehidupan
tokoh di dalamnya, dan bersifat fiktif atau non-fiktif.

Contoh; Novel Laskar Pelangi, Ave Maria dan lainnya.

2. Cerpen

Bentuk prosa baru yang di dalamnya terdapat kisah tokoh utamanya, konflik serta
penyelesaiannya yang ditulis secara ringkas dan padat.

Contoh; Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta, Robohnya Surau Kami oleh A. A. Navis.

3. Roman
Bentuk prosa baru yang di dalamnya terdapat kisah hidup seseorang secara menyeluruh,
mulai dari lahir hingga meninggal.

Contoh; Layar Terkembang oleh Sultan Takdir Ali Syahbana.

4. Riwayat

Jenis prosa baru berupa tulisan yang menceritakan mengenai kisah hidup seseorang yang
menginspirasi.

5. Kritik

Jenis prosa baru berupa tulisan dimana isinya merupakan tulisan yang memberi alasan
atau menilai hasil kerja orang lain.

6. Resensi

Jenis prosa baru berupa tulisan yang berisi rangkuman atau ulasan suatu karya (buku, seni,
film, musik, dan lainnya). Di dalam resensi berisi pendapat dari sudut pandang penulis
mengenai kelebihan dan kekurangan suatu karya.

7. Esai

Bentuk tulisan yang isinya adalah opini atau sudut pandang pribadi mengenai suatu hal
yang menjadi topik utama di dalam tulisan tersebut.

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-prosa.html

Anda mungkin juga menyukai