Anda di halaman 1dari 13

PERIODE ‘50

Slamet Muljono menyebut: Angkatan ‘50 hanyalah pelanjut


(successor) saja, dari angkatan sebelumnya (’45).

Ciri-cirinya, Angkatan Periode ‘50:


Kebebasan sastrawan yang lebih luas lagi, lebih dari angkatan ‘45.
Periode ‘50 tidak hanya pengekor (epigon) dari angkatan ‘45,
melainkan merupakan survival, setelah melalui masa-masa
kegonjangan.
Pusat kegiatan sastra makin banyak dan makin meluas daerahnya,
tidak hanya berpusat di Jakarta dan Yogyakarta.
Terdapat pengungkapan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan
daerah dalam menuju perwujudan sastra nasional Indonesia.
Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan kepada
kekuasaan asing, tetapi lebih kepada peleburan (kristalisasi) antara
ilmu dan pengetahuan asing dengan perasaan dan ukuran nasional.
Periode ‘50
 Ditandai terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jasin.
 Karya sastra didominasi oleh cerita pendek dan kumpulan puisi.
 Angkatan ini dikenal dengan karyanya berupa sastra majalah
 Muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan yang bergabung
dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra)  berkonsep sastra
realisme sosialis.
 Karena masuk ke dalam politik praktis, timbul perpecahan antara
sastrawan sehingga menyebabkan mandegnya perkembangan
sastra, sampai berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30
S/PKI di.
 Umumnya karya sastrawan sekitar tahun 1950-1960-an.
 Sampai tahun 1950-1955, sastrawan angkatan ‘45 juga masih
menerbitkan karyanya.
 Corak karya cukup beragam, karena pengaruh faktor politik/idiologi
partai;
 Terjadi peristiwa G 30 S/PKI sehingga sastrawan Lekra disingkirkan.
Masalah yang Dihadapi Periode 50
Angkatan ’50 mengalami kendala dalam menerbitkan karya-karyanya 
Balai Pustaka kedudukannya tidak menentu. Penerbit ini bernaung
dibawah P dan K dan pergantian status yang dilakukan hanya dalam waktu
singkat dan tidak menentu, penempatan pemimpin yang bukan ahli.

Setelah Balai Pustaka mengalami kesulitan penerbitan, penerbit lain pun


mengalami nasib serupa, seperti penerbit Pembangunan dan Tintamas.

Oleh sebab itu, karya-karya banyak bermunculan di majalah-majalah


seperti Gelanggang/Siasat, Mimbar Indonesia, Zenith, dan Pudjangga
Baru.  karya yang ditampilkan terutama sajak, cerpen, dan karangan-
yang pendek-pendek, sesuai kebutuhan majalah  sastra majalah.

Istilah sastra majalah dilansir dan diperkenelkan oleh Nugroho


Notosusanto dalam tulisannya Situasi 1954 , dimuat di majalah Kompas
yang dipimpinnya.
Pengarang periode ‘50
1. Ajip Rosidi
Lahir di Jatiwangi, Majalengka, 1938. Sejak berumur 13 tahun sudah
menulis di majalah-majalah sekolah, kemudian di majalah dewasa.

Karya-karyanya antara lain:


Cari Mauatan (kumpulan sajak, 1956)
Ditengah keluarga (1956)
Pertemuan Kembali (1960)
Sebuah Rumah Buat Hari Tua
Tahun-Tahun Kematian (1955)
Ketemu di Jalan$ (kumpulan sajak bersama Sobrone Aidit dan
Adnan, 1956)
Perjalanan Pengantin (prosa,1958)
Pesta (kumpulan sajak, 1956)
2. Ali Akbar Navis
Lahir di Padang Panjang, 17 November 1924. Sejak tahun 1950 mulai
terlibat dalam kegiatan sastra. Ia keluaran INS Kayu Taman.

Karya-karyanya antara lain:


Bianglala (kumpulan cerita pendek, 1963)
Hujan Panas (kumpulan cerita pendek, 1963)
Robohnya Surau Kami (kumpulan cerita pendek, 1950)
Kemarau (novel, 1967)
 
3. Bokor Hutasuhut
Karyanya: Datang Malam (1963)

4. Enday Rasyidin
Karyanya: Surat Cinta
5. NH. Dini
Nama lengkapnya Nurhayati Suhardini, lahir 29 Pebruari 1936. Setamat SMA 1956,
masuk kursus stewardess, kemudian bekerja di GIA Jakarta. Karya-karyanya
banyak mengisahkan kebiasaan barat yang bertentangan dengan timur.

Karya-karyanya antara lain:


Dua Dunia (1950)
Hati yang Damai (1960)

6. Nugroho Notosusanto
Lahir di Rembang, 15 Juni 1931. Dia bergerak dalam kemasyarakatan dan pernah
menjadi Tentara Pelajar, lulusan Fakultas sastra UI Jakarta.

Karya-karyanya antara lain:


Hujan Kepagian (kumpulan cerita pendek, 1958)
Rasa Sayange (1961)
Tiga Kota (1959)
Hujan Tanahku Hijau Bajuku (kumpulan cerita pendek, 1963)
7. Ramadhan K.H.
 Lahirkan di Bandung, 16 Maret 1927. Namanya mulai muncul sekitar tahun
1952. Karyanya berupa sajak, cerita pendek, dan terjemahan-terjemahan
karya Lorca, pengarang Spanyol.
Karya-karyanya antara lain:
 Api dan Sirangka
 Priangan si Jelita (kumpulan sajak, 1958, mendapat hadiah BMKM)
 Yerna (terjemahan dari Lorca, 1959)
 
8. Sitor Situmorang
Lahir di Tapanuli, 21 Oktober 1924. Dia adalah angkatan ‘45, yang tetap
produktif menghasikan karya di tahun 50-an.
Karya-karyanya antara lain:
 Pertempuran dan Salju di Paris (1956, mendapat hadiah dari BMKM)
 Jalan Mutiara (kumpulan tiga sandiwara, 1954)
 Surat Kertas Hijau (kumpulan sajak, 1953)
 Wajah Tak Bernama (kumpulan sajak, 1955)
 Jaman Baru (kumpulan sajak)
 Dalam sajak
9. Subagio Sastrowardojo
Karyanya antara lain:
Simphoni (sajak, 1957)
Kejantanan di Sumbing (1965)
Perawan Tua (cerpen)
Daerah perbatasan
Salju.

10. Titis Basino


Karyanya antara lain: Dia, Hotel, Surat Keputusan (cerpen, 1963)

11. Toto Sudarto Bachtiar


Lahir di Palimanan, Cirebon, 12 Oktober 1929. Pendidikannya Cultuur-School
di Tasikmalaya tahun 1946, Mulo Bandung 1948, SMA Bandung 1950, dan
Fakultas Hukum UI.
Karya-karyanya antara lain:
Suara (kumpulan sajak, 1950-1955)
Elsa (kumpulan sajak, 1958)
12. Trisnojuwono
Lahir di Yoyakarta, 5 Desember 1929. Sejak 1946 masuk Tentara Rakyat Mataram,
1947-1948 anggota Corps Mahasiswa di Magelang dan Jombang. Tahun 1950 masuk
tantara Siliwangi, Combat Intelligence, Kesatuan Komando, Pasukan Payung AURI
sampai dapat Brevet.
Karya-karyanya antara lain:
Laki-laki dan Mesiu (kumpulan cerita pendek, 1951/1957)
Angin Laut (kumpulan cerita pendek, 1958)
Di Medan Perang (1962)
Pagar Kawat Berduri.

13. Muhammad Ali


Lahir di Surabaya, 25 April 1927. Pandidikannya HIS dan kursus bahasa pada masa
Jepang. Bekerja di Kotapraja Surabaya, menjadi redaktur Mingguan Pemuda dan
Mingguan Pahlawan (1949-1950). Mulai bergerak di bidang Sastra tahun 1942.
Karya-karyanya antara lain:
Siksa dan Bayangan (Balai Buku Surabaya, 1955)
Persetujuan dengan Iblis
Kubur Tak Bertanda (1955)
Hitam Atas Putih (1959)
14. Alexander Leo
Lahir di Lahat, 1935. Pendidikannya SMA Malang 1945. Bekerja di Balai Pustaka
bagian redaksi,
Karya-karyanya antara lain:
a. Orang-orang yang Kembali (kumpulan cerita pendek, 1956)
b. Mendung (Novel)

15. Toha Muchtar


Karya-karyanya antara lain:
Pulang (novel, 1958)
Daerah Tak Bertuan ( 1963)
Bukan Karena Kau (1968)
Kabut Rendah (1968)

16. Riono Praktikto


Lahir di Semarang, 27 Agustus 1932. Lulusan Fakultas Pengetahuan Teknik bagian
bangunan umum.
Karyanya-karyanya antara lain:
• Api (kumpulan cerita pendek, 1951)
• Si Rangka (1958)
17. Kirdjomuljo
Lahir di Yogyakarta, 1930. Sejak tahun 1958 termasuk penyair produktif.
Karyanya antara lain: Romance Perjalanan (1955).
 
18. Montinggo Busje
Karya-karyanya antara lain:
Malam Jahanam (drama, mendapat hadiah ke-1 Departemen P &K)
Hari Ini Tak Ada Cinta
Sejuta Matahari
Malam Penganten di Bukit Kera (Novel)
 
19. Misbah Jusa Biran
Karyanya antara lain: Bung Besar (drama)

20. Nasjah Jamin


Karya-karyanya antara lain:
• Sekelumit Nyanyian Sunda (drama, mendapat hadiah ke-3)
• Hilanglah Si Anak Hilang (novel, 1936)
• Di Bawah Kaki Pak Dirman (kumpulan cerita pendek, 1967)
21. N. Susy Aminah Aziz
Lahir di Jakarta, 24 Oktober 1937. Sejak 1957 menulis sajak dan cerita pendek
dalam majalah-majalah ibu kota. Ia juga deklamator Tunas Mekar RRI Jakarta.
Karya-karyanya antara lain:
Seraut Wajahku (kumpulan sajak, 1961)
Tetesan Embun (kumpulan sajak, 1961)
Mutiaraku Hilang (novel biografi)
 
22. Titie Said
Lahir di Bojonegoro, 11 Juni 1935. Ia pernah menjadi redaksi majalah wanita.
Karyanya antara lain: Perjuanagan dan Hati Perempuan (kumpulan cerpen,
1962)

23. W.S. Rendra


Karya-karyanya antara lain:
Balada Orang-orang Tercinta (1957)
Empat Kumpulan Sajak (1961)
Ia Sudah Bertualang dan Cerita-Cerita Pendek Lainya (1963)
24. Iwan Simatupang
Lahir di Sibolga, 18 Januari 1928. Sangat taat mempraktikan filsafat
eksistensialisme dalam karya-karyanya. dikenal juga sebagai penulis puisi,
cerpen, esai, dan drama. Ia sastrawan yang mewakili paradigma
postmodernisma dan menganut civil society international. Dalam
pandangannya: penyakit kebudayaan seperti etatisme, liberalisme, dan
individualisme dapat diselesaikan atau disembuhkan melalui pertolongan
orang luar (di antaranya satrawan-penulis) secara proposional, sistematis, dan
universal. Esainya dimuat di majalah kebudayaan seperti Zenith (1951-1954),
Kisah (1953-1957), Mimbar Indonesia, Siasat, dan Sastra (1961-1964).
Karya-karyanya antara lain:
 Bulan Bujur Sangkar
 Taman Drama, kemudian dibukukan menjadi Petang di Taman.
 RT Nol /RW Nol
 Lebih Hitam dari Hitam (cerpen, 1959)
 Ziarah (1968)
 Kering (1968)
 Merahnya Merah (1968).

Anda mungkin juga menyukai