Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berjudul Teori Sastra Angkatan 45 yang membahas tentang periode
sastra angkatan 45. Makalah ini berisikan tentang tujuan pembelajaran sastra, cara
mengembangkan potensi pribadi melalui sastra, realitas kehidupan sastra pada
masyarakat Indonesia saat ini, dan lain sebagainya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dan mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian
penulis tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membacanya. Terima kasih.
Lubuklinggau, 22 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 3
B. Rumusan masalah ....................................................................................... 3
C. Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. 45 sebagai Nama Angkatan ........................................................................ 4
B. Karakteristik Angkatan 45 ........................................................................... 4
C. Sastrawan-Sastrawan Angkatan 45 ............................................................ 6
D. Karya Sastra Angkatan 45 .......................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Penutup ....................................................................................................... 9
B. Saran ........................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode Angkatan 45 dimulai tahun 1942, tidak lama sesudah masuknya
Jepang ke Indonesia. Periode ini merupakan pengalaman dan saat yang penting
dalam sejarah bangsa dan juga sastra Indonesia. Pada masa ini, Jepang melarang
penggunaan bahasa Belanda dan diganti dengan bahasa Melayu. Hal ini memberi
dampak pada intesifikasi pada penggunaan bahasa Melayu (Indonesia) dan, tentu
saja, mengintensifkan perkembangan kesusastraan Indonesia.
Secara politik, Jepang mengumpulkan para seniman di Kantor Pusat
Kebudayaan (Keimin Bunka Shidosho). Awalnya, banyak seniman yang dengan
penuh semangat menerima panyatuan di bawah satu organisasi. Namun, bersama
lalunya waktu, para seniman tersebut sadar bahwa mereka diperalat untuk
kepantingan propaganda Jepang yang sedang berusaha menguasai seluruh Asia.
Kesadaran tersebut muncul setelah mengetahui janji-janji kosong, kekejaman, dan
penindasan yang dilakukan oleh Jepang.
Dalam bidang seni, kekecewaan itu merupakan dampak dari kebijakan
Jepang
yang membatasi kreativitas para seniman. Kebijakan tersebut antara lain sebagi
berikut.
1. Segala macam surat kabar dan majalah dilarang terbit kecuali terbitan yang berada
di bawah pengawasan Jawa Shimbun Kai.
2. Pendirian Kantor Pusat Kebudayaan yang pada dasarnya digunakan untuk
menindas kebudayaan Indonesia dan sebagai alat propaganda Jepang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini,ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik angkatan 45
2. Siapa saja Sastrawan-Sastrawan Angkatan 45
3. Apa ciri-ciri karya sastra angkatan 45
Manfaat
Fungsi kemanfaatan dari makalah ini ialah:
C.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pandangan hidup angkatan 45 adalah humanisme universal. Hal ini, secara implisit,
ditunjukkan pada studi-studi mereka terhadap sastra dunia antara lain Prancis,
Rusia, Inggris, dan Amerika. Secara eksplisit pandangan hidup ini diungkapkan
dalam Surat Kepercayaan Gelanggang.
SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG
Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini
kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang-banyak dan
pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur-baur dari mana dunia-dunia
baru yang sehat dapat dilahirkan.
Ke-Indonesia-an kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang,
rambut kami yang hitam atau tulang pelipis kami yang menjorok ke depan, tapi lebih
banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan pikiran kami. Kami
tidak akan memberikan suatu kata-ikatan untuk kebudayaan Indonesia. Kalau kami
berbicara tentang kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat kepada melap-lap hasil
kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan
suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkan
oleh kesatuan berbagai-bagai rangsang suara yang disebabkan oleh suara-suara
yang dilontarkan dari segala sudut dunia yang kemudian dilontarkan kembali dalam
bentuk suara sendiri. Kami akan menentang segala usaha-usaha yang
mempersempit dan menghalangi tidak betulnya pemeriksaan ukuran-nilai.
Revolusi bagi kami ialah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang
harus dihancurkan. Demikianlah kami berpendapat bahwa revolusi di tanah air kami
sendiri belum selesai.
Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu aseli; yang pokok ditemui itu
ialah manusia. Dalam cara mencari, membahas dan menelaah kami membawa sifat
sendiri.
Penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat) adalah
penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling pengaruh antara
masyarakat dan seniman.
Jakarta, 18 Februari 1950
2)Individualisme menonjol dalam genre puisi; kesadaran akan eksistensi diri terpancar
kuat dalam sajak-sajak periode ini.
3)Dalam filsafat, periode ini banyak mengindikasikan adaya pengaruh eksistensialisme.
3. Tema
1) Dalam puisi, periode ini menghadirkan karya yang berbicara tentang kehidupan
batin/jiwa manusia melalui peneropongan diri sendiri.
2) Menggambarkan masalah kemasyarakatan, di antaranya ketimpangan sosial dalam
masyarakat, kemiskinan, dsb.
3) Pemecahan masalah dengan menyajikan pandangan hidup dan pemikiran pribadi.
Beberapa sastrawan yang menjadi motor dan pelopor Angkatan 45, di antaranya
sebagai berikut.
a. Chairil Anwar
Lahir di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Chairil
menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Karya sastranya
dipengaruhi oleh sastrawan dunia yang dia gandrungi, seperti Rainer M. Rilke, W.H.
Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron.
b. Asrul Sani
Lahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004.
Kiprahnya sangat besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya
sastrawan dunia seperti: Vercors, Antoine de St-Exupery, Ricard Boleslavsky,
Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, William
Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol.
c. Rivai Apin
Lahir di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995.
Pernah menjadi redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru.
Keterlibatannya dalam Lekra menyebabkan dia ditahan dan baru dibebaskan tahun
1979.
d. Idrus
Lahir di Padang, 21 September 1921, dan 18 Mei 1979. Sastrawan dunia yang ia
sukai: Anton Chekov, Jaroslov Hask, Luigi Pirandello, dan Guy de Maupassant.
Pada masa Lekra, Idrus memutuskan pindah ke Malaysia karena tekanan lembaga
tersebut.
e. Achdiat Karta Mihardja
Lahir di Jawa Barat, 6 Maret 1911, dan meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli
2010. Kiprahnya guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan
Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakultas Sastra UI.
f. Trisno Sumardjo
Lahir 1916, dan meninggal 21 April 1969. Selain sebagai sastrawan, dikenal juga
sebagai pelukis.
g. Utuy Tatang Sontani
Lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 , dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979. Ia
adalah utusan dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan,
1958. Utuy mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskwa.
D. Karya Sastra Angkatan 45
Beberapa karya sastra yang dihasilkan angkatan 45, di antaranya adalah sebagai
berikut.
Kerikil Tajam (Chairil Anwar, 1949)
Tiga Menguak Takdir (Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar, 1950)
terbuka,
dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya,
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
puisi dan novel masih dominan dipergunakan oleh para sastrawan pujangga
baru angkatan 45 untuk mengekspresikan karya yang ada. Para sastrawan
pujangga angkatan 45 lebih menggambarkan keadaan jaman tersebut dengan
berbagai keadaan sebelumnya. Para sastrawan ini berani menciptakan sebuah
aturan baru dalam dunia sastra yang lepas dari aturan yang lebih mengikat
diangkatan sebelumnya, walaupun sebelumnya aturan ini ditentang tetapi lambat
laun dapat diterima. Tetapi, masih ada ikatan atau keterkaitan tema tema yang
digunakan dalam karya satra pujangga baru. Misalnya, tentang tema kawin paksa
dan tema yang lain, meskipun ada tema baru yang di angkat. Pencetus pujangga
angkatan 45 adalah Rosihan Anwar yang karyanya dimuat dalam majalah
Gelanggang. Setelah itu diikuti oleh para pujangga pujangga baru yang lainnya.
Berikut ini karya satra yang sempat menonjol dari angkatan 45 :
1. Deru Campur Debu dan Kerikil Tajam (antologi puisi karya Chairil Anwar)
2. Tiga Menguak Takdir (antologi puisi Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin)
3. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (antologi cerpen karya Idrus)
4. Atheis (novel karya Achdiat Karta Mihardja)
5. Surat Kertas Hijau dan Wajah Tak Bernama (antologi puisi Sitor Situmorang).
B. SARAN
Bagi mahasiswa, diharapkan dapat memahami lebih mendalam tentang sastra dan
perkembangannya
sehingga dalam memberikan pembelajaran sastra lebih maksimal.