Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN KE-11

PROSEDUR ANALIS FONEM

1. Tujuan Perkuliahan
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami alur dalam
sebuah analisis fonem. Nantinya prosedur analisis fonem ini digunakan saat
menganalisis penelitian perubahan bunyi bahasa.

2. Uraian Materi
Muclich (2008:79) menyatakan bahwa dasar-dasar analisis fonem adalah
pokok-pokok pikiran yang dipakai sebagai pegangan untuk menganalisis fonem-
fonem suatu bahasa. Karena pokok-pokok pikiran tentang bunyi ini berbentuk
pernyataan-pernyataan yang lumrah atau maklum sehingga tidak perlu dipersoalkan
lagi,maka pokok-pokok pikiran itu bisa disebut premis-premis.
A. Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung dipengaruhi oleh lingkungannya
Premis ini bisa dibuktikan dengan deretan bunyi pada kata-kata bahasa
Indonesia berikut.
[nt] pada [tinta] dan [nd] pada [tunda]
[mp] pada [mampu] dan [mb] pada [kembar]
[nc] pada [pincang] dan [nj] pada [panjang]
[ng] pada [nangka] dan [ng] pada [tangga]
Deretan bunyi tersebut saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan demi
kemudahan pengucapan. Deretan bunyi tersebut mempunyai kesamaan fonetis
B. Sistem bunyi bahasa cenderung bersifat simertis.
Kesimetrisan sistem bunyi ini bisa dilihat pada bunyi-bunyi bahasa Indonesia
sebagai berikut.
Pada bunyi hambat bilabial [p] dan [b]
[paku] Î[buku]
Pada bunyi hambat dental
[tari] Î [dari]
Pemikiran pola simetris ini bisa dikembangkan pada sistem bunyi yang lain
ketika menemukan fonem-fonem yang menyangkut bunyi-bunyi bahasa yang diteliti,
baik pola-pola atau sistem pengucapan maupun pola-pola atau sistem fonemnnya.
C. Bunyi-bunyi bahasa cenderung berfluktuasi
Gejala fluktuasi bunyi ini sering dilakukan oleh penuturnya. Tetapi masih
dalam batas-batas wajar. Tidak sampai membedakan makna.
[papaya] Î [pƏpaya]
[sƏkadar] Î [sƏkƏdar]

D. Bunyi-bunyiyang memiliki kesamaan fonetis digolongkan tidak berkontras


apabila berdistribusi komplementer atau bervariasi bebas
Tidak berkontras adalah tidak membedakan makna. Berarti, karena tidak
membedakan makna, bunyi-bunyi itu termasuk ke dalam fonem yang sama.
Bunyi-bunyi berdistribusi komplementer apabila bunyi-bunyi yang
mempunyai kesamaan fonetis itu saling mengekslusifkan. Bunyi yang satu tidak
pernah menduduki posisi bunyi yang lain. Begitu juga sebaliknya.
Contohnya
Bunyi [K] dengan [?] pada kata [pokok] dan [katak]

E. Bunyi-bunyi yang memiliki kesamaan fonetis digolongkan ke dalam fonem yang


berbeda apabila berkontras dalam lingkungan yang sama atau mirip.
Cara mengetahui kontras tidaknya bunyi suatu bahasa dilakukan dengan cara
pasangan minimal. Yaitu penjajaran dua atau lebih bentuk bahasa terkecil dan
bermakna dalam bahasa tertentu yang secara ideal berbunyi sama,kecuali satu bunyi
yang berbeda. Bunyi yang berbeda tersebut bertentangan atau berkontras dalam posisi
atau distributor yang sama atau mirip.
Prosedur Analisis fonem
Banyak variasi langkah atau prosedur yang dilakukan para linguis dalam
analisis fonem terhadap bahasa yang diteliti. Dari sekian banyak prosedur yang ada,
prosedur berikutlah yang sering dilakukan karena lebih praktis.
Pertama mencatat korpus data secepat mungkin dalam transkrip fonetis.
(Korpus data bisa dari percakapan sehari-hari, cerita sehari-hari, nyanyian,
percakapan, guyonan, dll)
Contoh : [#pa+pan#] Îpapan
[#ku+ku#] Î kuku
Kedua mencatat bunyi yang ada dalam korpus ke dalam peta bunyi
Bunyi vokoid

Depan Tengah Belakang


Tinggi I U
Agak tinggi I A
Agak rendah E O
Tendah A

Bunyi kontoid
Bilabial Labio Dental Palato Patalal Veraar[ Glotal
dental Slveah
Plosif P,b,d t, r, d Kk
Aprikatif C
Frikatif
Lateral R S H

Tril 1
Flap
Nasal M N
Semi 1 Y
viokal

Ketiga , memasangkan bunyi-bunyi yang dicurigai karena mempunyai


kesamaan fonetis, “bunyi-bunyi mempunyai kesamaan fonetis apabila bunyi tersebut
terdapat pada lajur yang sama dan kolom yang sama.
(1). [p] – [p`] (5) [m] – [n]
(2). [p] – [b] (6) [i] –[i]
(3). [t] – [d] (7) dll
(4). [r] –[l]
Keempat, mencatat bunyi-bunyi selebihnya karena tidak mempunyai kesaman
fonetis. Bunyi-bunyiyang tidak mempunyai kesamaan fonetis adalah bunyi [c], [s],
dan [h]
Kelima , mencatat bunyi-bunyi yang berdistribusi komplementer. Penamaan
fonem didasarkan pada bunyi yang paling banyak distribusinya. Samsuri (1983:136)
mengatakan, pilihlah sebagai borma fonem pilihlah bunyi yang paling dikiti dibatasi
secara distribusi.
Misal korpus [p] dan [p`]
[#pa+pan#] papan Î [#ra+tap `#]
[#pi+kir#] fikir Î [#ke+lap`+ke+lip`]
Keenam mencatat bunyi-bunyi yang bervariasi bebas
Ketujuh mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang sama
Kedelapan Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang
mirip
Contoh :
[pa+sar] pasar Î [bƏ+sar] besar
Kesembilan mencatat bunyi-bunyi yang berubah karena lingkungan
Dari korpus di atas, bunyi [k] dan [?] kemungkinan berubah karena
lingkungannya.
Kesepuluh, mencatat bunyi-bunyi dalam inventori fonetis dan fonemis
condong menyebar secara simetris.
Telah diketahui pada langkah kelima bahwa [p] dan [p’] adalah alofon dari
fonem yang sama. yaitu [p], karena kedua bunyi sefonetis tersebut berdistribusi
komplementer. Kalai begitu, berdasarkan premis kesimetrisan, [t] dan [t’] mestinya
juga merupakan alofon dari fonem [t].
Kesebelas, mencatat bunyi-bunyi yang berfluktuasi
Kedua belas, mencatat bunyi-bunyi selebihnya sebagai fonem tersendiri.
Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis, tetapi datanya kurang
mendukung perlu dicarikan data tambahan..
3. Latihan Soal
1. Apa yang dimaksud dengan distribusi dan lingkungan ? apa kaitannya dengan
analisis fonem!
2. Mengapa korpus data yang dipakai sebagai acuan analisis fonem harus diyakini
sebagai korpus yang lengkap?

Anda mungkin juga menyukai