Anda di halaman 1dari 6

MORFOFONEMIK

Ervina Kusuma Dewi


18020074114
Sutron: ervina.18114@mhs.unesa.ac.id

ABSTRAK

Perubahan susunan kata yang dapat merubah makna kata yang


terjadi akibat adanya perubahan fonem dalam pembentukan
kata karena pertemuan morfem dengan morfem yang berkaitan
dengan tata cara pelafalan suatu kata yang menitik beratkan
pada susunan bunyi yang sistemis serta mencakup pembentukan
dan pembedaan bunyi-bunyi bahasa dengan adanya proses
perubahan morfemis dalam proses morfologis, perubahan fonem
dalam proses morfofonemik dapat berwujud pemunculan fonem,
pelepasan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem, dan
pergeseran fonem. Berdasarkan hal tersebut makalah ini
membahas tentang morfofonemik dalam studi linguistik.
Kata Kunci: fonem, morfem, morfemis, morfologis.

Proses perubahan tatanan kata yang melibatkan morfem sebagai satuan


bahasa terkecil dalam peristiwa morfologi yang mengkaji proses terbentuknya
kata yang dapat berubah akibat adanya penambahan fonem dalam kata yang
berakibat pada perubahan makna kata serta berpengaruh pada perubahan tata
cara pelafalan kata yang melibatkan unsur terkecil bunyi berupa fonem yang
mencakup pembentukan dan pembedaan bunyi bahasa.
Dalam data “PECAH! JOKOWI TERTAWA TERPINGKAL-PINGKAL LIHAT
BAPAK INI” terdapat perubahan kata dalam pemakaian bahasa yang
mempengaruhi perubahan makna kata dan tata cara pelafalannya, proses
morfofonemik mengkaji perubahan kata yang berkaitan dengan perubahan bunyi
bahasa dengan adanya proses morfemis yang dapat merubah struktur kata yang
merujuk pada perubahan tata cara pelafalannya.

1. HAKIKAT MORFOFONEMIK
“Morfofonemik merupakan analisis mengenai perwujudan yang memberi
gambaran morfem, struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis dari
morfem, termasuk di dalamnya penambahan, pengurangan, penggantian fonem,
atau perubahan tekanan yang menentukan bangun morfem” (Kridalaksana,
2008:159) Harimurti menjelaskan bahwa morfem merupakan realisasi dari
adanya morfofonemik berupa satuan terkecil dalam kebahasaan yang memiliki
makna serta tatanan kebahasaan yang kemudian dilafalkan, morfofonemik juga
menunjukan gambaran mengenai bentuk berupa penambahan, pengurangan,
perubahan, dan penggantian morfem dalam kaitannya dengan morfofonemik
pengelompokan morfem dalam berbagai bentuk terjadI akibat adanya
perubahan struktur morfem yang merujuk pada perubahan makna kata serta
tata cara pelafalannya.
Objek kajian morfofonemik yaitu morfem dan fonem. “Fonem diartikan
sebagai bunyi fungsional” (Verhaar, 1996: 12) yang dimaksud dengan bunyi
fungsional merupakan penggunaaan pelafalan bunyi-bunyi bahasa dan maing-
masing fonem membedakan kata-kata menurut artinya dalam kaitannya dengan
morfofonemik bunyi fungsional merupakan tata cara pelafalan suatu kata yang
menitik beratkan pada susunan bunyi-bunyi bahasa, didukung dengan
pernyataan Harimurti yang menerangkan “Satuan bunyi terkecil yang mampu
menunjukan kontras makna” (Kridalaksana, 2008:62) dalam setiap susunan bunyi
tertentu terdapat makna maupun maksud dalam penyampaiannyadalam
kaitannya dengan morfofonemik, pelafalan bunyi bahasa dapat mempunyai arti
yang dapat merujuk pada suatu makna dalam penyampaiannya. “Morfem
mengacu pada bentuk gramatikal kelas tertentu” (Robins, 1992: 238)
mengungkapkan bahwa morfem merupakan susunan kata dalam gramatikal yang
merujuk pada satuan terkecil bahasa yang memiliki keterkaitan pada makna
tertentu, didukung dengan pernyataan Harimurti “Satuan bahasa terkecil yang
dimaknai secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian yang bermakna
yang lebih kecil” (Kridalaksana, 2008: 159) menerangkan bahwa morfem
merupakan unsur terkecil dari kata yang memiliki makna dalam kaitannya
dengan morfofonemik, morfem merupakan segmen terkecil dalam suatu kata
dalam kebahasaan yang dapat ditafsirkan atau mempunyai arti.
Proses morfofonemik dapat dilihat dalam proses afiksasi prefix me- dapat
berubah menjadi meng-, menge-, mem-, meny-, ataukah tetap me-, menurut
tata kebahasaan dalam proses morfofonemik. “Dalam proses morfemis
pengimbuhan afiksasi sangat penting” (Verhaar, 1996: 107) menjelaskan bahwa
proses morfemis pengimbuhan afiks sangat penting berupa prefix, sufiks, infiks,
dan konfiks, dalam kaitannya dengan morfofonemik proses afiksasi
mempengaruhi tatanan kata yang dapat merubah cara pelafalan pada ujaran
kata tersebut.
Dalam kajian morfofonemik terdapat proses morfemis yang merupakan
proses pembentukan kata dengan pengubahan morfem yang bersifat leksikal,
afiks merupakan morfem terikat, jika ditambahkan pada kata dasar akan
mengubah makna gramatikal kata dasar. Afiks dibedakan menjadi empat jenis
yaitu, prefix merupakan morfem yang berada di sebelah kiri kata dasar misalnya,
ber-. me-, ter-, sufiks merupakan morfem yang berada di sebelah kanan kata
dasar misalnya -an. Infiks merupakan morfem yang diletakkan di tengah kata
dasar atau disisipkan dalam kata dasar misalnya, -em-, konfiks merupakan
gabungan antara dua morfem berada di awal dan di akhir kata dasar.
peristiwa homorganisasi yang merupakan pertemuan huruf dengan huruf
yang terletak dalam satu daerah alat ucap juga mempengaruhi pelafalan dan
pembedaan bunyi pada peristiwa pemunculan fonem, pelesapan fonem,
peluluhan fonem, perubahan fonem, dan pergeseran fonem.

 Pemunculan fonem
Mencakup adanya peristiwa morfemis dan homorganisasi yakni pertemuan
huruf yang berasal dari daerah ucap yang sama sehingga dapat memunculkan
fonem.
a) Pemunculan fonem /w/ dapat dilihat dalam kata dasar yang berakhiran fonem
/aw/, /u/, atau /o/ dan diikuti imbuhan di sebelah kanan kata dasar (sufiks)
atau diawali vokal /a/ pada.
b) Pemunculan fonem /y/ dapat dilihat dalam kata dasar yang berakhiran fonem
/ay/, /i/, atau /e/ dan diikuti imbuhan di sebelah kanan kata dasar (sufiks)
atau diawali vokal /a/ pada.
c) Pemunculan fonem /n/ dapat dilihat dalam kata dasar /diri/ yang diikuti
prefiks /se-/
Pemunculan fonem/n/ dapat dilihat pada kata dasar yang diawali /c/ dan /j/
yang diberi imbuhan prefiks /me-/, /pe-/, serta konfiks /pe-an/
d) Pemunculan fonem /m/ dapat dilihat dalam kata dasar yang diawali dengan
morfem /b/, /f/, /p/ pada prefiks /me-, /pe-/

 Pelesapan fonem
Mencakup adanya peristiwa morfemis dan homorganisasi yakni pertemuan
huruf yang berasal dari daerah ucap yang sama sehingga dapat melesapkan
fonem.
a) Pelesapan fonem dapat dilihat pada kata dasar yang berakhiran konsonan
yang mendapatkan sufiks yang berakhiran konsonan
b) Pelesapan fonem /r/ dapat dilihat dalam kata dasar yang diawali dengan
morfem /r/ pada prefiks /ber-/, /ter-/, /per/

 Peluluhan fonem
Mencakup adanya peristiwa morfemis dan homorganisasi yakni pertemuan
huruf yang berasal dari daerah ucap yang sama sehingga dapat meluluhkan
fonem dalam proses morfologi.
a) Peluluhan fonem dapat dilihat pada kata dasar yang diawali fonem /k/ yang
mendapat pengimbuhan dari prefix /me-/, /pe-/, maupun yang mendapat
imbuhan dari konfiks /me-kan/, /me-i/, /pe-an/
b) Peluluhan fonem dapat dilihat dari kata dasar yang diawali fonem /p/ yang
mendapat imbuhan prefiks /pe-/, /me-/, ataupun imbuhan konfiks /me-kan/,
/me-i/, /pe-an/
c) Peluluhan fonem dapat dilihat dari kata dasar yang diawali fonem /s/ yang
mendapat imbuhan prefiks /pe-/, /me-/, ataupun imbuhan konfiks /me-kan/,
/me-i/, /pe-an/
d) Peluluhan fonem dapat dilihat dari kata dasar yang diawali fonem /t/ yang
mendapat imbuhan prefiks /pe-/, /me-/, ataupun imbuhan konfiks /me-kan/,
/me-i/, /pe-an/

 Perubahan fonem
Mencakup adanya peristiwa morfemis dan homorganisasi yakni pertemuan
huruf yang berasal dari daerah ucap yang sama sehingga dapat merubah sebuah
fonem yang terjadi akibat peristiwa morfologi.
a) Perubahan fonem dapat dilihat dalam kata dasar /ajar/ yang mendapat
imbuhan prefiks /ber-/, /per-/ dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/
b) Perubahan fonem dapat dilihat pada kata dasar /antar/ dan /anjur/ yang
mendapat prefiks /ter-/ dimana fonem /a/ berubah menjadi fonem /l/

 Pergeseran fonem
Mencakup adanya peristiwa morfemis dan homorganisasi yakni pertemuan
huruf yang berasal dari daerah ucap yang sama yang dapat merubah posisi
sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata lainnya.
a) Pergeseran depan dapat dilihat dalam kata dasar yang berakhiran vokal dan
diikuti oleh sufiks yang diawali dengan konsonan.
b) Pergeseran belakang dapat dilihat dalam kata dasar yang berakhiran
konsonan dan diikuti oleh sufiks yang diawali dengan vokal.

2. Penerapan Morfofonemik
Dalam data “PECAH! JOKOWI TERTAWA TERPINGKAL-PINGKAL LIHAT BAPAK
INI” terdapat perubahan struktur kata dalam kaitannya dengan morfofonemik
yang mempelajari perubahan tatanan kata yang juga dapat merubah pelafalan
kata tersebut.

2.1 Proses Pergeseran Fonem dalam Morfofonemik


Mencakup adanya peristiwa morfemis dan homorganisasi yakni pertemuan
huruf yang berasal dari daerah ucap yang sama yang dapat merubah posisi
sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata lainnya. Pergeseran
belakang pada fonem dapat dilihat dalam kata dasar yang berakhiran konsonan
dan diikuti oleh sufiks yang diawali dengan vokal.
Terdapat pergeseran belakang yang dialami oleh kata “tunjuk” pada data
“PECAH! JOKOWI TERTAWA TERPINGKAL-PINGKAL LIHAT BAPAK INI” dimana kata
“tunjuk” yang berakhiran konsonan diikuti oleh sufiks yang berawalan vokal.
tunjuk + -an tun.ju.kan

2.2 Morfemis dalam Morfofonemik


Morfemis merupakan proses pembentukan kata dengan pengubahan
morfem yang bersifat leksikal, afiks merupakan morfem terikat, jika ditambahkan
pada kata dasar akan mengubah makna gramatikal kata dasar seperti afiks yang
dibedakan menjadi empat macam salah satunya adalah sufiks “-an”.
Tuturan kata “tunjuk” juga dipengaruhi oleh adanya peristiwa morfemis yaitu
proses pembentukan kata dengan pengubahan morfem yang bersifat leksikal
dimana terdapat penambahan sufiks merupakan morfem yang berada di sebelah
kanan kata dasar “tunjuk” yaitu “-an”.

2.3 Peristiwa Homorganisasi


Homorganisasi merupakan pelafalan huruf yang terletak sesuai dengan
daerah ucap yang berpengaruh pada pelafalan dan pembedaan bunyi bahasa
pada peristiwa pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem,
perubahan fonem, dan pergeseran fonem..
Pada tuturan kata “tunjuk” dalam data “PECAH! JOKOWI TERTAWA
TERPINGKAL-PINGKAL LIHAT BAPAK INI” juga mencakup adanya peristiwa
homorganisasi yakni pertemuan huruf yang berasal dari daerah ucap yang sama
sehingga dapat merubah posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku
kata lainnya fonem “k” berasal dari daerah ucap dorso-velar (pangkal lidah-langit
lunak tekak) sehingga dapat merubah posisi fonem “k” pada kata dasar “tunjuk”
dimana fonem “k” masuk melengkapi sufiks –an sehingga pelafalannya menjadi
“-kan”.
Terdapat pelesapan fonem yang dialami oleh kata “kula” pada data “PECAH!
JOKOWI TERTAWA TERPINGKAL-PINGKAL LIHAT BAPAK INI” dimana fonem “w”
hilang pada kata “kawula” dimana terdapat peristiwa homorganisasi antara
fonem “w” yang terdapat pada daerah ucap labio-dental (bibir-gigi) dan fonem
“u” berada pada vokal tinggi-tengah yang hampir sama daerah ucapnya sehingga
dapat melesapkan fonem.
kawula kula
Tuturan “nyuwun” pada data “PECAH! JOKOWI TERTAWA TERPINGKAL-
PINGKAL LIHAT BAPAK INI” yang mengalami pelesapan fonem dimana terdapat
peristiwa homorganisasi pada fonem “y” yang terdapat pada daera ucap medio-
laminal (tengah lidah-daun lidah) dan fonem “u” berada pada vokal tinggi-tengah
yang hampir sama daerah ucapnya sehingga dapat melesapkan fonem.
nyuwun nuwun

Simpulan
Perubahan susunan kata dapat terjadi akibat adanya proses morfemis dan
peristiwa homorganisasi yang merubah tatanan kata sehingga dapat
berpengaruh pada pelafalan bunyi yang menitik beratkan susunan bunyi yang
mencakup pembentukan dan pembedaan bunyi bahasa.
Daftar Acuan

Kridalaksana, H. 2008. Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia.


Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Robins, R.H. 1992.Linguistik Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
youtube

Anda mungkin juga menyukai