Anda di halaman 1dari 5

Prinsip – Prinsip Pengenalan Morfem

Ramlan (1980:36-44) mengemukakan beberapa prinsip yang bersifat saling melengkapi


untuk memudahkan pengenalan morfem.

1. Prinsip Pertama

Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna
yang sama merupakan satu morfem.

Contoh :

 Baca : membaca, pembaca, bacaan, membacakan


Struktur fonologis sama + makna sama = satu morfem
 Ke-an : kemanusiaan, kecepatan, kedutaan, kedengaran, kepanasan.
Struktur fonologis sama + makna berbeda = bukan satu morfem karena makna
gramatikalnya berbeda. Struktur ke-an dalam kepanasan dan ke-an dalam
kemanusiaan, meskipun keduanya mempunyai struktur fonologik yang sama, tetapi
tidak dapat dimasukkan dalam satu morfem karena makna dan arti gramatiknya tidak
sama. Satuan ke-an dalam kepanasan menyatakan makna ‘pasif keadaan’, sedangkan
pada kemanusiaan menyeatakan makna ‘abstraksi, hal’.

Sesuai dengan prinsip ini, jelaslah bahwa satuan-satuan merupakan satu morfem apabila
mempunyai struktur fonologi dan arti atau makna yang sama. Maksud dari struktur fonologis
disini adalah urutan fonem. Satuan-satuan dikatakan mempunyai struktur fonologik yang
sama apabila fonem-fonem dana urutan fonemnya sama. Istilah arti dimaksudkan arti
leksikal, sedangkan istilah makna dimaksudkan gramatik.

2. Prinsip Kedua

Bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda,


merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk atau satuan-satuan itu mempunyai arti atau
makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis.

Contoh:

meN- + bawa = membawa

meN- + tarik = menarik

meN- + sisir = menyisir

meN- + goyang = menggoyang

meN- + lempar = melempar


meN- + bor = mengebor

Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

3. Prinsip Ketiga

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya


tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila
mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan
contoh berikut:

ber- : berkarya, bertani, bercabang

bel- : belajar, belunjur

be- : bekerja, berteriak, beserta

Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi
komplementer.

4 Prinsip Keempat

Apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka
kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.

Misalnya:

1. Ia membeli sepatu.
2. Ia menjahit baju.
3. Ia membaca novel.
4. Ia menulis surat.
5. Ia makan kue.
6. Ia minum teh.

Semua kalimat itu berstruktur SPO, maksudnya S atau subyek ada di muka, diikuti P atau
predikat, diikuti O atau obyek. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Lalu pada
kalimat 1, 2. 3, dan 4, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-, sedangkan pada
kalimat 5 dan 6, kata verba aktif transitif itu ditandai kekosongan (meN- tidak ada),
kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.

5 Prinsip Kelima

Bentuk-bentuk atau satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin
merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk
yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja
merupakan fonem yang berbeda.

Contoh:

1. a. Jubiar membeli buku

b. Buku itu sangat mahal

2. a. Juniar membaca buku

b. Juniar makan buku tebu

Satuan buku pada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena maknanya
sama. Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem yang sama karena
maknanya berbeda.

6 Prinsip Keenam

Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap
satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih
kecil, adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada berlari, ter- dan tinggi pada
tertinggi tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan yang lebih kecil. Oleh karena itu,
ber-, lari, ter, dan tinggi adalah morfem.

Klasifikasi-Klasifikasi Morfem

Morfem adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian
bagian yang lebih kecil, misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagian
itu tidak dapat lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna, baik makna leksikal
ataupun makna gramatikal. Demikian juga medan -kan tidak dapat kita bagi menjadi bagian
yang lebih kecil (Badudu,1985:66). Jadi, morfem adalah satuan bahasa yang paling kecil
yang tidak dapat dibagi lagi dan mempunyai makna gramatikal dan makna leksikal.

Klasifikasi morfem didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, dan maknanya.

1. Morfem Bebas dan Terikat


Morfem Bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul
dalam pertuturan. Sedangkan yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem
yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
Berkenaan dengan morfem terikat ada beberapa hal yang perlu dikemukakan.
Pertama bentuk-bentuk seperti : juang, henti, gaul, dan , baur termasuk morfem
terikat. Sebab meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam petuturan tanpa
terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk lazim tersebut disebut
prakategorial. Kedua, bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk
prakategorial karena bentuk tersebut merupakan pangkal kata, sehingga baru muncul
dalam petuturan sesudah mengalami proses morfologi. Ketiga bentuk seperti : tua (tua
renta), kerontang (kering kerontang), hanya dapat muncul dalam pasangan tertentu
juga, termasuk morfem terikat. Keempat, bentuk seperti ke, daripada, dan kalau secara
morfologis termasuk morfem bebas. Tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat.
Kelima disebut klitika. Klitka adalah bentuk singkat, biasanya satu silabel, secara
fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat
tetapi tidak dipisahkan .

2. Morfem Segmental dan Suprasegmental


Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental. Morfem
suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti
tekanan, nada, durasi.
Perbedaan antara morfem segmental dan suprasegmental terletak pada jenis fonem
yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-
fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber-}. Jadi, semua
morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem
suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental,
seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
Misalnya, dalam bahasa Ngabaka di Kongo Utara di Benua Afrika, setiap verba
selalu disertai dengan penunjuk kata (tense) yang berupa nada.

3. Morfem Bermakna Leksikal dan Tak Bermakna Leksikal


Morfem yang bermakna leksikal adalah satuan dasar bagi terbentuknya kata yang
merupakan leksem. Leksem itu merupakan bahan dasar yang setelah mengalami
pengolahan gramatikal menjadi kata ke daam subsistem gramatika. Contoh : morfem
{sekolah} berarti ‘tempat belajar’
Morfem yang tak bermakna leksikal berupa morfem imbuhan. Contoh : {ber-},
{ter} dan {se-}. Morfem-morfem ini bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh
: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.

4. Morfem Utuh dan Terbelah/Terbagi


Morfem utuh adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh. Morfem terbagi
adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua bagian terpisah, catatan perlu
diperhatikan dalam morfem terbagi. Pertama, semua afiks disebut konfiks termasuk
morfem terbagi. Untuk menentukan konfiks atau bukan, harus diperhatikan makna
gramatikal yang disandang. Kedua, ada afiks yang disebut sufiks yakni yang
disisipkan di tengah morfem dasar.

5. Morfem Monofonemis dan Polifonemis


Morfem Monofonemis adalah morfem yang terdiri dari satu fonem. Contoh :
morfem {i} pada kata datangi (Indonesia) dan morfem {a} pada kata asystematic
(Inggris).
Morfem Polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat
fonem. Contoh : morfem {un-} berarti ‘tidak’ (Inggris) dan morfem {se-} berarti
‘satu, sama’ (Indonesia).

6. Morfem Aditif, Replasif, dan Substraktif


Morfem Aditif merupakan morfem yang ditambah atau ditambahkan. Contoh :
mengaji, berbaju (Indonesia) dan childhood, houses (Inggris)
Morfem Replasif adalah morfem yang bersifat penggantian. Contoh : terdapat
morfem penggantian yang menandai jamak. Sedangkan, morfem Substraktif ialah
morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem)
yang terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.

Daftar Pustaka

Ramlan, M. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif (Cetakan Ke-12). Yogyakarta: CV.
Karyono.

Susandi, Umi Tutut, Widyartono Didin. 2018. Morfologi Lanjut-Bahasa dan Pengajaran.
Internet. (diakses 2021 Agustus 30, pukul 23:10 WIB) Tersedia pada :
https://nanopdf.com/download/morfologi-lanjut-bahasa-dan-pengajaran_pdf

Siregar, Isykandarsyah. 2020. Morfologi. Universitas Nasional. Jakarta. (diunduh 2021


Agustus 30, pukul 23:20 WIB) Tersedia pada: http://respository.unas.ac.id

Anda mungkin juga menyukai