Diajukan untuk memenuhi tugas dan latihan Mata Kuliah Linguistik Umum
SRI YULI
17210074
B1 G1 2017
2017
TUGAS DAN LATIHAN
BUKU LINGUISTIK UMUM (ABDUL CHAER)
HAL 198-205
(5.0)
1. Apa yang dimaksud dengan morfem itu? Coba anda cari dari sumber lain mengenai
definisi morfem, atau penjelasan mengenai morfem itu!
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan tidak
dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.
Definisi morfem dari beberapa sumber:
a. Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain
selain unsurnya (Ramlan, 1983:26).
b. Morfem ialah satuan gramatik yang terkcil yang mengandung arti, yang tidak
mempunyai kesamaan baik dalam bentuk maupun dalam arti dengan bentuk-bentuk
yang lain (Sitindoan, 1984:64).
c. Morfem ialah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti (Alwasilah, 1983:10).
d. Morfem yaitu semua bentuk baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke
dalam bentuk terkecil yang mengandung arti (Bloch dan Trager dalam
Prawiramusantri, 1985:127)
e. Morfem adalah komplosit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip
yang berulang (Samsuri, 1982:170). Yang dimaksud berulang di sini yaitu
kehadirannya berkali-kali dalam tuturan.
f. Bloomfield (1933:161) mendefinisikan morfem sebagai “a linguistic from which bears
no partial phonetic-semantic resemblance to any other from, is a simple form or
morpheme”. (Maksud pernyataan itu, “satu bentuk lingual yang sebagiannya tidak
mirip dengan bentuk lain manapun secara bunyi maupun arti adalah bentuk tunggal
atau morfem).
2. Mengapa istilah dan konsep morfem tidak dikenal dalam linguistik tradisional?
Jelaskan!
Konsep maupun istilah morfem tidak dikenal dalam tata bahasa tradisional, karena
bukan merupakan satuan sintaksis, dan tidak semua morfem mempunyai makna secara
filosofis. Konsep morfem baru mulai diperkenalkan olah kaum strukturalis pada awal
abad kedua puluh ini.
(5.1.1)
1. Bagaimana cara menentukan bahwa sebuah bentuk adalah morfem atau bukan
morfem? Jelaskan!
Untuk memnentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus
membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain.
Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain,
maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.
2. Apakah bentuk kali pada kalimat Mereka mandi di kali merupakan morfem yang sama
dengan bentuk kali pada kalimat Sepagi ini dia sudah dua kali makan? Jelaskan!
Kali pada kedua kalimat di atas tidak mempunyai makna yang sama, maka kedua “kali”
itu bukanlah morfem yang sama. Pada kalimat pertama “kali” di sana menyatakan arah
dan tujuan, sedangkan pada kalimat kedua “kali” tersebut mempunyai makna kata
pembantu dari kata sebelumnya yang menyatakan derajat atau tingkatan.
3. Sebutkan dan jelaskan morfem apa saja yang terdapat pada data berikut (diangkat
dari Samsuri 1978)!
Bahasa A
1) kaye ‘pohon’
2) kayezi ‘pohon-pohon’
3) pakaye ‘ada pohon’
4) pakayezi ‘ada pohon-pohon’
5) maka pakaye ‘itu adalah pohon’
6) maka pakayezi ‘itu adalah pohon-pohon’
Dalam kaitannya dengan morfem bebas atau terikat, kata ‘kaye’ termasuk kategori
morfem bebas. Karena ‘kaye’ merupakan kata yang bisa berdiri sendiri tanpa bantuan
lain (kemunculannya dapat muncul sendiri dalam pertuturan).
Dalam kajian morfem utuh atau terbagi, kata ‘kayezi’, ‘pakaye’ dan ‘pakayezi’ termasuk
mofem terbagi karena terdiri dari dua bagian morfem yang terpisah.
Jika dikaitkan dengan morfem beralomorf zero, contoh kata di sini juga beralomorf
seperti kata jamak ‘kayezi’ bentuk jamak dari ‘kaye’, bentuk jamak ‘pakayezi’ dari dasar
‘pakaye’, dan bentuk jamak ‘maka pakayezi’ dari dasar ‘maka pakaye’ bentuk jamaknya
berupa “-“.
Bahasa B
1) ko.ma ‘burung’
2) iko.ma ‘burungnya’
3) inko.ma ‘burungmu’
4) anko.ma ‘burungku’
5) ko.ya ‘itik’
6) iko.ya ‘itiknya’
7) inko.ya ‘itikmu’
8) anko.ya ‘itikku’
9) pey ‘jari’
10) ipey ‘jarinya’
11) inpey ‘jarimu’
12) anpey ‘jariku’
Dalam kaitannya dengan morfem bebas atau terikat, kata ‘ko.ma’, ‘ko.ya, dan ‘pey’
termasuk kategori morfem bebas. Karena merupakan kata yang bisa berdiri sendiri
tanpa bantuan lain (kemunculannya dapat muncul sendiri dalam pertuturan).
Dalam kajian morfem utuh atau terbagi, kata ‘iko.ma’, ‘inko.ma’, ‘anko.ma, ‘iko.ya’,
‘inko.ya’, ‘anko.ya’, ‘ipey’, ‘inpey’, dan ‘anpey’ termasuk mofem terbagi karena terdiri
dari dua bagian morfem yang terpisah.
(5.1.2)
2. Morfem awalam me- dalam bahasa Indonesia mempunyai enam buah alomorf, yaitu
me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Coba anda jelaskan bagaimana distibusi
alomorf-alomorf tersebut!
1) Alomorf me-
Alomorf me- terbentuk jika bertemu dengan kata yang berhuruf awal r, w, m, n, ng,
ny.
Contoh:
rasa – merasa
wajib – mewajibkan
nanti – menanti
nyanyi – menyanyi
2) Alomorf mem-
Alomorf mem- terbentuk jika bertemu dengan kata yang berhuruf awal b, p, f, dan v.
Contoh:
buru – memburu
foto – memfoto
pisah – memisah
vonis – memvonis
3) Alomorf men-
Alomorf men- terbentuk jika bertemu dengan kata yang berhuruf awal c, d, j, sy, dan
t.
Contoh:
catat – mencatat
datang – mendatangi
tending – menendang
syukur – menyukuri
4) Alomorf meng-
Alomorf meng- terbentuk jika bertemu dengan kata yang berhuruf awal a, i, u, e, o,
g, h, dan k.
Contoh:
asuh – mengasuh
usir – mengusir
5) Alomorf menge-
Alomorf menge- terbentuk jika bertemu dengan kata dasar yang terdiri dari satu
suku kata.
Contoh:
cat – mengecat
lap – mengelap
6) Alomorf meny-
Alomorf meny- terbentuk jika bertemu dengan kata yang berhuruf awal s.
Contoh:
sapu – menyapu
sikat – menyikat
(5.1.3)
1. Jelaskan yang dimaksud dengan morfem bebas dan morfem terikat! Beri contoh dari
bahasa yang menjadi program studi anda, atau dari bahasa lain yang anda kenal!
1) Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul
dalam pertuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan,
rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Kita dapat menggunakan
morfem-morfem terebut tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan
morfem lain.
2) Mofem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak
dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah
morfem terikat.
2. Sebutkan mana morfem bebas dan mana morfem terikat yang terdapat pada kalimat
berikut!
a. Dia menumpang bus antarkota dari sana.
Dari contoh di atas, terdapat kata-kata yang termasuk bermorfem bebas yaitu Dia,
bus, dan di sana, karena kata-kata tersebut dapat hadir dalam penuturan tanpa
kemunculan morfem lain. Sedangkan kata-kata yang termasuk dalam wilayah
morfem terikat berupa kata menumpang, antarkota, dan dari karena kehadirannya
harus digabungkan dengan morfem lain seperti kata menumpang dari dasar
numpang. Morfem ini terdiri morfem afiks me- dan numpang, kata antarkota
kehadirannya juga membutuhkan morfem lain karena kata antar tidak bisa berdiri
sendiri tanpa kata kota. Dan kata dari termasuk konjungsi dan konjungsi masuk
keranah morfem terikat.
3. Daftarkan semua bentuk dasar terikat yang ada dalam bahasa Indonesia! (Anda dapat
mencarinta di dalam kamus).
1) Bentuk terikat dari bilangan angka bahasa Sansekerta: eka-, dwi-, tri-, catur-, panca-,
sapta-, dasa-, dan sebagainya.
2) Bentuk terikat dari awalan satuan: kilo-, mega-, tera-, giga-, senti-, mikro-, dan
sebagainya.
3) Bentuk dasar terikat dari bahasa lain: a-, adi-, anti-, e-(dengan tanda hubung),
ekstra-, hiper-, juru-, ko-, kontra-, inter-, intra-, maha-, manca-, mara-, multi-, nara-,
non-, pan-, pasca-, per-, peri-, pra-, pro-, purna-, sub-, super-/supra-,swa-, tuna-, tele-
,wira-, dan sebagainya.
4. Jelaskan yang dimaksud dengan klitika! Apa bedanya proklitika dan enklitika? Beri
contoh!
Klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya; apakah terikat atau
bebas. Klitika adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara
fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat
pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Umpamanya, klitika –lah dalam bahasa
Indonesia, posisinya dalam kalimat Ayahlah yang akan datang dapat dipisah dari kata
ayah, misalnya menjadi Ayahmulah yang akan datang. Begitu juga dengan klitika –ku
dalam kontruksi bukuku bisa dipisah sehingga menjadi buku baruku. Menurut posisinya,
klitika biasanya dibedakan atas prokiltika dan enklitika. Yang dimaksud dengan proklitika
adalah klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti, seperti ku dank kau pada
kontruksi kubawa dan kauambil. Sedangkan enklitika adalah klitika yang berposisi di
belakang kata yang dilekati, seperti –lah, -nya, dan –ku padfa kontruksi dialah,
duduknya, dan nasibku.
5. Perhatikan kembali uraian pada 5.1.3.3, lalu jelaskan secara singkat yang dimaksud
dengan morfem suprasegmental itu!
Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur
suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
6. Apa yang dimaksud dengan morfem beralomorf zero? Jelaskan dan beri contoh! (lihat
kembali uraian 5.1.3.4).
Morfem beralomorf zero atau nol yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan
berupa “kekosongan”.
7. Bentuk-bentuk seperti juang, abai, henti, dan lena dalam bahasa Indonesia termasuk
morfem bermakna leksikal atau bukan? Jelaskan secara singkat!
Kata juang, abai, henti dan lena termasuk kata leksikal. Kata-kata tersebut dapat
merupakan identitas leksikal jika mengalami proses afiksasi, reduplikasi, atau komposisi.
(5.1.4)
c. Pangkal (stem)
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses
infleksi, atau proses pembubuhan afiks infektif. Contoh kata menangisi bentuk
pangkalnya adalah tangisi; dan morfem me- adalah sebuah afiks infektif.
d. Akar (root)
Akar (root) digunakan untuk menyebut yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi.
Artinya, akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks
infleksional maupun afiks derivasionalnya ditanggalkan.
3. Apa yang dimaksud dengan derajat kebebasan morfem dasar yang terdapat dalam
bahasa Indonesia? Jelaskan!
Yang dimaksud dengan derajat kebebasan morfem dasar dalam bahasa Indonesia adalah
derajat yang membagi tiap kata berdasarkan potensi kemunculannya dalam pertuturan.
Derajat morfem dasar ini dibagi menjadi tiga, yaitu, morfem bebas, morfem yang
kebebasannya dipersoalkan dan morfem terikat.
(5.2.1)
1. Carilah definisi mengenai kata dari berbagai sumber! Lalu, bandingkan satu dengan
yang lainnya, dan tariklah satu kesimpulan dari definisi-definisi itu!
1) Pengertian kata menurut KBBI V adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa.
2) KBBI 1997 memberikan beberapa definisi mengenai kata:
a. Elemen terkcil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan
merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa.
b. Konversasi, bahasa.
c. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk
yang bebas.
d. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata)
atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan).
Definisi dari KBBI di atas bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau
entri sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya
kathā dalam bahasa Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan
sebagai sebuah morfem atau gabungan morfem.
Jadi, kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu
atau lebih morfem.
2. Pengertian kata menurut kriteria arti dan ortografi banyak menimbulkan masalah.
Coba anda jelaskan!
Istilah kata sering kita dengar dan sering kita gunakan. Malah barangkali kata kata ini
hampir setiap hari dan setiap saat selalu kita gunakan dalam segala kesempatan dan
atau segala keperluan. Namun kalau ditanya apakah kata itu? Maka jawabannya
barangkali tidak semudah menggunakannya. Para linguis yang sehari-hari bergelut
dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan
pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata itu.
Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata
berdasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka kata adalah satuan bahasa yang
memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah
spasi, dan mempunyai satu arti. Dalam kajian bahasa Arab dikatakan “kata-kata dalam
bahasa Arab biasanya terdiri dari tiga huruf”. Pendekatan arti dan ortografi dari tata
bahasa tradisional inilah yang banyak menimbulkan masalah. Kata-kata seperti sikat,
kucing, dan spidol memang bisa dipahami sebagai satu kata; tetapi bentuk-bentuk
seperti matahari, tiga puluh, dan luar negeri apakah sebuah kata, ataukah dua buah
kata, bisa diperdebatkan orang. Pendekatan ortografi untuk bahasa-bahasa yang
menggunakan huruf Latin, bisa dengan mudah dipahami, meskipun masih timbul
persoalan. Pendekatan ortografi ini agak sukar diterapkan untuk bahasa yang tidak
menggunakan huruf Latin, sebab, misalnya bagaimana kita bisa menentukan spasi pada
aksara Cina, Jepang, atau juga aksara Arab.
3. Mengapa para linguistik stukturalis, seperti Bloomfield dan pengikutnya tidak pernah
menyiasati hakikat kata secara serius? Jelaskan!
Para tata bahasawan sturktural, terutama penganut aliran Bloomfield, tidak lagi
membicarakan kata sebagai satuan lingual; dan menggantinya dengan satuan yang
disebut morfem. Mereka membahas morfem ini dari berbagai segi dan pandangan.
Tetapi tidak pernah mempersoalkan apakah kata itu. Batasan kata yang dibuat
Bloomfield sendiri, yaitu kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form) tidak
pernah diulas atau dikomentari, seolah-olah batasan itu sudah bersifat final. Para linguis
setelah Bloomfield juga tidak menaruh perhatian khusus terhadap konsep kata. Malah
tata bahasa Generatif Transformasi, yang dicetuskan dan dikembangkan oleh Chomsky,
meskipun menyatakan kata adalah dasar analisis kalimat, hanya menyajikan kata-kata
itu dengan simbol-simbol V (verba), N (nomina), A (ajektiva), dan sebagainya. Tidak
dibicarakannnya hakikat kata secara khusus oleh kelompok Bloomfield dan pengikutnya
adalah karena dalam bahasa, mereka melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, morfem,
dan kalimat. Berbeda dengan tata bahasa tradisional yang melihat hierarki bahasa
sebagai: kata dan kalimat.
(5.2.2)
2. a. Jelaskan kriteria yang digunakan linguis tradisional dan linguis strukturalis dalam
membuat klasifikasi kata!
Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan criteria fungsi.
Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasi kelas verba, nomina, dan ajektifa;
sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi,
adverbial, pronominal, dan lain-lainnya. Begitulah, menurut tata bahasawan
tradisional ini, yang disebut verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau
perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang
dibendakan; dan yang disebut konjungsi adalah kaya yang bertugas atau berfungsi
untuk menghubungkan kata dengan kata, atau bagian kalimat yang satu dengan
bagian yang lain.
Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi
kata itu dalam suatu struktur atau kontruksi. Misalnya, yang disebut nomina adalah
kata yang dapat berdistribusi di belakang kata bukan; atau dapat mengisi kontruksi
bukan…. Jadi, kata-kata seperti buku, pinsil, dan nenek adalah termasuk nomina,
sebab dapat berdistribusi di belakang kata bukan itu. Yang termasuk verba adalah
kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak, atau dapat mengkontruksi
tidak…. Jadi, kata-kata seperti makan, minum, lari adalah termasuk kelas verba,
karena dapat berdistribusi di belakang kata tidak itu. Lalu, yang disebut ejektifa
adalah kata-kata yang dapat berdistribusi di belakang kata sangat, atau dapat
mengisi kontruksi kata sangat…. Jadi, kata-kata seperti merah, nakal, dan cantik
adalah termasuk ejektifa karena dapat berdistribusi di belakang kata sangat itu.
b. Apakah kelebihan dan kekurangan mereka (kalau ada) dalam klasifikasi yang
mereka buat itu? Jelaskan!
Di penjelasan para tata bahasawan tradisional, rumusan verba, nomina, dan
konjungsi seperti di atas untuk bahasa-bahasa berfleksi mungkin tidak terlalu
menimbulkan masalah, sebab ada ciri-ciri morfologis, yang menandai secara formal,
akan kelas-kelas kata tersebut. Tetapi untuk bahasa lain, misalnya bahasa Indonesia,
ternyata menimbulkan masalah, sebab ciri morfologi bahasa Indonesia ternyata
tidak dapat menolong untuk menentukan kelas-kelas kata itu. Berbeda dengan
bahasa Inggris, misalnya; dalam bahasa Inggris semua kata yang berakhiran dengan –
tion sudah pasti nomina, dan yang berakhiran dengan –ly adalah adverbial. Dalam
bahasa Indonesia, kata yang berprefiks ter- belum tentu termasuk verba, sebab ada
juga yang termasuk nomina seperti terdakwa dan tertuduh, malah adverbia dalam
bahasa Indonesia tidak memiliki cirri-ciri morfologis.
Kriteria yang digunakan para tata bahasawan strukturalis dewasa ini, untuk telaah
bahasa-bahasa Indonesia, banyak diikuti orang karena dianggap lebih baik dan lebih
konsisten daripada kriteria yang digunakan tata bahasawan tradisional. Namun,
sebenarnya kriteria yang digunakan para tata bahasawan sturkturalis ini juga banyak
menimbulkan persoalan. Misalnya, kalau dapat berdistribusi dengan kata sangat
menjadi ciri ejektifa, maka kata-kata seperti berhasil, memalukan, menolong, dan
pemalu juga termasuk kelas ejektifa, sebeb keempat itupun dapat berdistribusi
dengan kata sangat. Jadi, dengan kriteria distribusi ini tampaknya persoalan
penggolongan kata belum selesai (untuk bahasa Indonesia).
4. Kata-kata seperti kunci, rantai, gergaji, dan pahat sering dianggap berkelas ganda
yaitu nomina dan verba. Bagaimana pendapat anda mengenai hal itu? Jelaskan!
Kata kunci, rantai, gergaji, dan pahat bisa berkelas ganda nominal dan verbal seperti
kata drink. Hal ini dikarenakan konversi yakni proses pembentukan kata menjadi kata
baru tanpa merubah unsur segmental.
5. Pelajari baik-baik mengenai klasifikasi kata, misalnya, dari Ramlan (1985) dan
Kridalaksana (1986). Lalu tariklah suatu kesimpulan dari sumber itu!
Klasifikasi kata yang dibuat oleh Ramlan dilakukan dengan menggolongkannya secara
formal. Kata formal merupakan bentuk kata sifat dari kata form yang berarti bentuk atau
ujud. Jadi penggolongan secara formal maksudnya penggolongan jenis kata yang
dilakukan Ramlan ini berdasarkan struktur fonologik dan gramatik. Sebab stuktur
fonologik bahasa Indonesia yang berupa unsur suprasegmental tidak ada yang berfungsi
mengubah atau membedakan golongan kata. Pendekatan berdasarkan unsur gramatik
pun tidak meliputi semua unsur, melainkan hanya struktur sintaktik, struktur morfologik
diabaikan struktur sintatik ini meliputi frase klausa, dan kalimat. Itulah yang dijadikan
dasar pemikiran Ramlan dalam klasifikasi kata.
(5.2.3)
b. Apa bedanya dengan yang disebut deklinasi? Jelaskan dan beri contoh!
Deklinasi adalah perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektifa. Biasanya
berkenaan dengan jumlah, jenis, dan kasus.
3. Proses pembentukan kata secara inflektif tidak membentuk kata baru, sedangkan
proses derivatif membentuk kata baru. Coba jelaskan maksud pernyataan itu dan beri
contoh!
Pembentukan kata secara inflektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang
berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan
pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara derivatif
membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.
b. Keteraturannya
ter + atur = ke + teratur = keteraturan + nya = jadi kata keteraturannya
c. Pemertahanan
mer + tahan = pe + mertahan = pemertahan + an = jadi kata pemertahan
(5.3.1)
b. Konfiks
Konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi
pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar,
yang keduanya sebagai satu kesatuan dan pengimbuhannya dilakukan secara
sekaligus.
c. Interfiks
Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses
penggabungan dua buah unsur.
d. Transfiks
Transfiks adalah afiks yang berwujud vocal-vocal yang diimbuhkan pada keseluruhan
bentuk dasar.
2. Dalam bahasa Indonesia infiks merupakan afiks yang tidak produktif, tetapi dalam
bahasa Sunda merupakan afiks yang produktif. Jelaskan maksud pernyataan itu, dan
beri contoh!
Maksud pernyataan “dalam bahasa Indonesia infiks merupakan afiks yang tidak
produktif tetapi dalam bahasa sunda merupakan afiks yang produktif” artinya dalam
bahasa sunda penggunaan atau pemakaian infiks lebih digunakan dari pada bahasa
Indonesia.
3. Berilah contoh proses pembentukkan kata yang bersifat inflektif dan yang bersifat
derifatif! (Boleh dalam bahasa apa saja yang anda kuasai).
Contoh proses pembentukan kata yang bersifat inflektif:
Book = books
Pen = pens
Bag = bags
Contoh proses pembentukan kata yabg berdifat derivatif:
me + patuh + i = mempatuhi
per + tahan + an + kan = mempertahankan
b. Verba deajektival
Verba deajektival adalah perubahan bentuk ajektif kebentuk verbal.
c. Nomina daverbal
Nomina deverbal adalah perubahan bentuk verbal kebentuk nominal.
d. Nomina deajektival
Nomina deajektival adalah perubahan bentuk ajektif kebentuk nominal.
5. Dalam bahasa Indonesia ada hubungan proses pembentukkan kata, misalnya, antara
beneruk pengembangan dan bentuk mengembangkan; dan antara bentuk
perkembangan dan bentuk memperkembangkan. Coba, anda jelaskan!
Pembentukan kata adalah proses perubahan bentuk dasar kata baik bentuk akhirnya
bersifat inflektif atau derivatif.
(5.3.2)
b. Tari-menari
Tari-manari = afiksasi setelah itu reduplikasi
c. Satuan-satuan
Satuan-satuan = reduplikasi dan afiksasi bersamaan
d. Berlari-lari
Berlari-lari = reduplikasi setelah itu proses afiksasi
e. Berton-ton
Berton-ton = reduplikasi dan afiksasi bersamaan
Pengulangan kata mereka dan kata kita pada contoh di atas, dalam kajian reduplikasi
dimasukkan karena selain bersifat paradigmatic juga bersifat derivasional sehingga jika
terdapat kata mereka-mereka dan kita-kita dalam bahasa Indonesia tidak dapat
dikatakan salah karena reduplikasi juga bersifat derivasional.
6. Gabungan kata seperti rumah sakit jika direduplikasikan menjadi rumah sakit-rumah
sakit atau menjadi rumah-rumah sakit? Jelaskan!
Gabungan kata seperti rumah sakit jika direduplikasikan ada dua cara, yakni reduplikasi
penuh dan parsial: jika berupa reduplikasi penuh maka yang terjadi adalah rumah sakit-
rumah sakit, dan jika dibuat reduplikasi parsial akan menjadi rumah-rumah sakit.
(5.3.3)
1. Dalam bahasa Indonesia proses komposisi termasuk proses yang produktif. Coba,
anda jelaskan mengapa?
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi dikatakan sebagai proses yang produktif
karena bahasa Indonesia masih miskin kosakata dan istilah, seperti contoh dalam bahasa
Inggris terdapat kata bull ‘sapi kecil’ dan di bahasa Jawa dengan kata pedet. Namun
dalam bahasa Indonesia untuk mengungkapkan sapi kecil belum ada, dan untuk
membentuknya dia memerlukan proses komposisi, sehingga untuk mengungkapkan kata
sapi kecil, bahasa Indonesia memproses dengan kata anak sapi.
3. Cari dari berbagai sumber (misalnya dari Masinambouw 1980) definisi dari kata
majemuk. Lalu bandingkan definisi-definisi itu, dan tariklah sebuah kesimpulan!
1) Menurut Sultan Takdir Ali Syahbana, kata majemuk adalah sebuah kata yang
memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan makna unsur-unsurnya.
2) Kelompok yang mengkaji dari bahasa Inggris, memberi devinisi bahwa kata mejemuk
adalah kata yang tekanannya dijatuhkan pada kata kedua. Seperti blackboard
penekanannya pada kata black.
3) Kelompok lain juga menyatakan, kata mejemuk adalah kata yang identitas leksikal
komposisinya berubah dari identitas leksikal unsur-unsurnya.
4) Verhar (1978) menyatakan kata majemuk jika kedua unsurnya tidak bersifat
sintaksis.
5) Kridalaksana (1985) kata majemuk dibedakan dengan idiom. Kata majemuk adalah
konsep sintaksis sedang idiom adalah konsep semantic.
b. Sate padang
Sate khas padang
c. Sate lontong
Sate yang ditambahkan lontong
(5.3.4)
1. Jelaskan yang dimaksud dengan proses konversi dalam pembentukan kata! Beri
contoh!
Konversi sering juga disebut derivasi zero, transmutasi, dan transposisi, adalah proses
pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur
segmental.
(5.3.5)
b. Singkatan
Yang dimaksud dengan singkatan adalah hasil proses pemendekan, yang antara lain
berupa:
1) Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem, atau huruf-huruf awal dari gabungan
leksem. Misalnya: l (liter), R (radius), H (haji), kg (kilogram), km (kilometer), DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat), dan UI (Universitas Indonesia).
2) Pengekalan berupa huruf dari sebuah leksem. Misalnya: hlm (halaman), dng
(dengan), rhs (rahasia), dan bhs (bahasa).
3) Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka untuk
pengganti huruf yang sama. Misalnya: P3 (Partai Persatuan Pembangunan).
4) Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf pertama dari sebuah leksem. Misanya:
As (asisten), Ny. (nyonya), Okt (Oktober).
5) Pengekalan huruf pertama dari sebuah leksem. Misalnya: Ir (Insinyur), Fa (firma).
c. Akronim
Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai
kata. Wujud pemendekkannya dapat berupa pengekalan huruf-huruf pertama, berpa
pengekalan suku-suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga secara tak
beraturan. Misalnya: abri (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), juklak (petunjuk
pelaksanaan), inpre (instruksi presiden), wagub (wakil gubernur), dan wakuncar
(waktu kunjung pacar).
3. Apakah bentuk dasar dalam proses pemendekan berupa kata ataukah gabungan
kata? Jelaskan!
Kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang
dipendekkan itu.
5. Carilah kependekan yang lazim digunakan dalam bahasa daerah anda, atau bahasa
yang menjadi program studi anda!
NCT (New Culture Technologi)
(5.3.6)
1. Proses infleksi disebut bersifat tertutup, sedangkan proses derivasi disebut bersifat
terbuka. Coba jelaskan maksudnya?
Inflektif tertutup tidak membentuk kata baru, dan tidak dapat dikatakan proses
produktif, sedangkan derivasi terbuka, dapat membentuk kata baru dengan proses
tersebut.
2. Jelaskan yang dimaksud dengan proses morfologis yang produktif dan proses yang
improduktif! Beri contoh!
Proses morfologis yang produktif ialah dapat tidaknya proses pembentukan kata
terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi digunakan berulang-ulang secara relative
tak terbatas.
3. Meskipun proses derivatif itu bersifat terbuka, namun keproduktifannya tetap dibatasi
oleh kaidah-kaidah gramatikal. Coba jelaskan!
Meskipun kaidah mengizinkan untuk terbentuknya suatu kata, namun dalam kenyataan
berbahasa bentuk-bentuk tersebut tidak terdapat. Umpamanya dalam bahasa Indonesia
ada bentuk memperbaiki, tetapi tidak ada *memperbetuli.
4. Apakah yang dimaksud dengan bloking dalam proses pembentukan kata? Jelaskan,
dan berilah contoh dari bahasa yang menjadi program studi anda!
Tidak adanya sebuah bentuk yang seharusnya ada (karena menurut kaidah dibenarkan)
disebut bloking. Fenomena ini terjadi karena adanya bentuk lain yang menyebabkan
tidak adanya bentuk yang dianggap seharusnya ada. Dalam bahasa Indonesia kasus
bloking ini dapat kita lihat dari contoh berikut.
Nomina Verba
gergaji menggergaji
pahat memahat
cangkul mencangkul
tombak menombak
5. Dalam bahasa Indonesia ada bentuk memperbaiki tetapi tidak ada bentuk
memperbetuli; dan ada bentuk bersepeda tetapi tidak ada bentuk bervesva.
Bagaimana komentar anda?
Karena meskipun kaidah mengizinkan untuk terbentuknya suatu kata, namun dalam
kenyataan berbahasa bentuk-bentuk tersebut tidak terdapat.
(5.4)
1. Jelaskan yang dimaksud dengan proses morfofonemik! Beri contoh dari bahasa daerah
anda, atau bahasa yang menjadi program studi anda!
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau
peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi,
reduplikasi, maupun komposisi.
2. Dalam bahasa Indonesia kata tari bila diimbuhkan prefix pe- akan menjadi penari
(bunyi [t] luluh menjadi bunyi [n]; tetapi kata tani bila diberi prefix pe- akan menjadi
petani (bunyi [t] tetap [t], tidak luluh). Coba, anda jelaskan mengapa terjadi begitu!
Peristiwa berubahnya wujud morfosis dalam suatu proses morfologis baik afiksasi
reduplikasi dan komposisi prefix pe- pada kata tari dimana fonem [t] pada kata tari
diluluhkan dengan bunyi asal [n] dari prefix tersbut. Sedangkan kata tani tidak bisa
dirubah.